Prolaps Recti
Prolaps Recti
Etiologi
Klasifikasi
Terdapat 2 jenis prolaps rectum yaitu False Procidentia dan True Procidentia.
Tipe 1, yang merupakan prolaps parsial atau mukosa, menghasilkan lipatan radial
pada kulit anus. Jenis ini biasanya melibatkan 2 cm prolaps dan hanya mukosanya
saja yang prolaps. Tipe 2 atau True,disebut prolaps lengkap karena ditandai dengan
ektrusi lengkap dari ketebalana penuh dinding rectum. Lipatan konsentris terlihat
pada mukasa prolaps. Tipe prolaps ini, mirip dengan intususepsi secara fungsional,
yang dibagi menjadi derajat 1, 2 dan 3. Derajat 1, prolaps tipe 2 yaitu prolaps
menonjol lebih dari 5 cm dari ambang anus dan termasuk Mucocutaneuous
junction. Derajat 2 yaitu menonjol hanya 2 0 5 cm dari ambang anus. Dan terakhir,
derajat 3 adalah prolaps internal dan dengan demikian tidak menonjol melalui
ambang anus. (Rentea, 2018)
Gambar Partial Prolaps Recti(Tipe 1)
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Sweat Chloride
Karena konsekunsi yang berbahaya dari misdiagnosis dari cystic
fibrosis, dan karena peningkatan prognosis yang terkait dengan
diagnosis dini dan institusi pngobatan, maka tes Sweat Chloride
ditujukkan kepada seluruh pasien yang datang dengan prolaps recti
tanpa kelainan anatomi yang mendasari. Pada skrining bayi baru lahir
untuk cystic fibrosis, 3.6 % pasien dengan prolaps recti memiliki cystic
fibrosis, dan sebaliknya 3.5% pasien cystic fibrosis mengalami prolaps
recti. Penelitian sebelumnya mengutip insiden lebih tinggi pada prolaps
recti dengan cystic fibrosis, sering terjadi pada sekitar 20% kassus,
umumnya antara usia 6 bulan dan 3 tahun. (Jaime, 2019)
2. Pemeriksaan Feses
Prolaps recti dikaitkan dengan infeksi E. Coli, colitis terkait antibiotik,
infeksi entamoeba hystolitica, infeksi giardia, salmonella, shigella, dan
cacing trichuris. Pertimbangkan workup sesuai indikasi setting klinis.
(Jaime, 2019)
Tatalaksana
Tujuan manajemen utama untuk prolaps recti adalah untuk mendiagnosis dan
mengobati kondisi predisposisi. Reduksi manual harus dilakukan segera mungkin,
apabila reduksi spontan tidak terjadi dan menyebabkan prolaps akan semakin sulit
untuk direduksi. Meskipun reduksi manual tampaknya intuitif, beberapa poin
termasuk pemberian sedasi ringan, posisi anak Knee-Chest diatas meja
pemeriksaan atau pangkuan orangtua. Prolaps harus direduksi dalam 5 hingga 10
menit. Gula dapat diaplikasikan apabila sulit, dimana dapat mengurangi edem
dengan pergeseran cairan osmotic. Setelah direduksi, segera tempelkan perekat
pada bokong anak untuk menghindari rekurensi prolaps sementara. Orang tua dan
pasien dapat diajarkan cara mereduksi prolaps secara manual apabila kambuh.
Pasien harus dipulangkan dengan regimen usus yang terdiri dari obat laxative untuk
konstipasi, atau penyesuaian enzim pankreatik pada anak dengan cystic fibrosis
untuk mengobati penyebab yang diduga mendasari prolaps. Menghindari
ketegangan berkepanjangan bersamaan dengan emberian laxative adalah
perawatan yang cukup untuk Sebagian besar anak anak. Rejimen usus harus
berlanjut sampai anak dapat buang air besar secara regular selama beberapa bulan
tanpa prolaps recti. Penting untuk mencapai hal ini lebih awal, karena semakin
banuak episode prolaps recti, terutama pada kasus kasus yang tidak dapat tereduksi
spontan dan memiliki kesulitan reduksi, semakin sedikit respon mereka terhadap
manajemen konservatif. (Rentea, 2018)
1. Reduksi Manual
Ketika prolaps hadir pada saat pemeriksaan, Reduksi harus segera
dilakukan sebelum timbulnya edema. Orang tua harus memiliki sarung tangan
dan pelumas di rumah, dan harus diajarkan cara mereduksi prolaps di rumah
segera.
Ketika reduksi sulit dilakukan oleh karena edema, gula topikal dapat
digunakan sebagai bantuan osmotik untuk membantu mengurangi edema dan
memfasilitasi reduksi, sehingga melenyapkan intervensi bedah darurat. Hal ini
memungkinkan pasien untuk dirawat secara elektif dalam kondisi stabil. Gula
memberikan kekuatan osmotik ringan di atas mukosa yang prolaps,
membantu edema untuk perlahan-lahan berkurang, yang memungkinkan
reduksi nontraumatik dan mencegah komplikasi.
2. Manajemen Konservatif
Manajemen konservatif harus menjadi pendekatan pertama karena
mungkin terbukti berguna pada lebih dari 90% anak-anak. Ini ditujukan untuk
mengobati penyebabnya dan mengurangi ketegangan. Ini harus dicoba
selama satu tahun sebelum manajemen bedah dipilih.
Pada pasien dengan diare dan sembelit, prolaps biasanya membaik
ketika pola tinja kembali normal. Oleh karena itu, sembelit harus dikelola
secara agresif. Sembelit diperlakukan dengan modifikasi diet (dosis total per
hari adalah 5 g serat ditambah tambahan 1 g untuk setiap tahun usia; dosis
untuk orang dewasa adalah 20 g sekali atau dua kali sehari) dan pelembut
tinja (misalnya, polietilena glikol) untuk mengurangi ketegangan, atau
pencahar osmotik. Ini telah terbukti mencegah rekurensi. Asupan cairan yang
memadai harus dipastikan.
Diare menular atau infestasi parasit harus diobati dengan tepat.
Manajemen lebih lanjut harus fokus pada komplians dan edukasi orang tua.
Instruksi tentang cara mereduksi prolaps dapat mencegah presentasi
berulang ke departemen gawat darurat.
Jenis toilet yang digunakan anak juga penting; penggunaan toilet
dewasa berkontribusi pada prolaps karena bokong berada dalam posisi
tergantung dan kaki tidak didukung. Menggunakan toilet anak khusus atau
menggunakan Footstep untuk mendukung kaki bisa menjadi opsi tambahan
yang berguna untuk perawatan. Pada beberapa pasien, beralih dari kursi
"potty" ke komoditas dewasa dapat membantu mencegah kekambuhan.
Waktu yang dihabiskan di toilet juga harus dibatasi untuk meminimalkan
ketegangan.
Pelatihan biofeedback dapat digunakan untuk mengajar anak-anak
bagaimana mengencangkan dan mengendurkan otot perianal mereka untuk
melatih gerakan usus lebih efisien, namun, tidak ada bukti bahwa pelatihan
biofeedback menambah manfaat untuk perawatan konvensional dalam
manajemen sembelit masa kanak-kanak. Harus dipertimbangkan ketika anak
memiliki karakteristik disynergia halus selama buang air besar. (Jamie, 2019).