Definisi
Fisura anal adalah terdapat robekan longitudinal atau ulkus di epitel skuamosa
dari saluran anus distal ke garis dentate. Mayoritas letak fisura terlokalisasi di garis
tengah posterior dan jarang berada di garis tengah anterior (Patkova et al, 2020). Fisura
anal sering terjadi pada masa bayi dan merupakan penyebab paling umum dari
perdarahan rektal pada semua usia, dan fisura anal paling sering terjadi selama buang
air besar yang keras (Gillet, 2020; Choudhury, 2018).
Epidemiologi
Fisura anal dianggap sebagai masalah klinis yang umum terjadi, akan tetapi data
epidemiologi sangat terbatas. Dalam studi berbasis populasi yang menggunakan data
dari data base regional, dalam data tersebut termasuk individu berusia 6 tahun ke atas
dilaporkan bahwa kejadian tahunan fisura anal pada anak-anak dan remaja dengan
usia 6 – 17 tahun yaitu 0,05 % dan 12 % dari semua kasus fisura anal yang terjadi pada
kelompok usia ini (Patkova et al, 2020).
Etiologi
Penyebab fisura anal yang khasnya tidak jelas, akan tetapi terjadinya fisura anal
yang paling umum adalah terjadinya robekan mekanis yang diakibatkan periode
sembelit dan diikuti keluarnya feses yang keras dan besar (Patkova et al, 2020).
Ketidak nyamanan saat buang air besar terkait dengan fisura anal sering kali
menyebabkan sembelit lebih lanjut, sehingga dapat memperburuk robekan dan
mencegah penyembuhan. Teori lain mengatakan bahwa, peningkatan tekanan sfingter
ani menyebabkan iskemia di saluran anus midline posterior menyebabkan ulserasi
sehingga menyebabkan fisura anal (Choudury, 2018).
Manifestasi klinis
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Fisura muncul sebagai luka kecil, biasanya di garis tengah dan lebih
sering di posterior daripada anterior. Pada fisura kronis yang menetap 4 sampai
6 minggu sering dijumpai dengan skin tag dan papilla anal hipertrofi di ujung
proksimal fisura, hal ini mewakili jaringan granulomatosa berepitelial akibat
peradangan kronis. Pada saat palpasi abdomen, jika dicurigai fisura anal
biasanya penting untuk memeriksa massa (feses) yang teraba di kuadran kiri
bawah (Gilett, 2020; Patkova et al, 2020).
Pemeriksaan Penunjang
Terapi konservatif
Pengobatan sembelit merupakan bagian penting dari penatalaksanaan fisura
anal pada anak-anak karena sebagian besar fisura diyakini terjadi karena
feses yang keras. Selain itu, terapi konservatif meliputi modifikasi pola
makan, pelunak feses dan mandi sitz dengan tujuan meningkatkan
kebersihan anal dan merilekskan sfingter anal, meningkatkan konsumsi
cairan pasien dan asupan serat mungkin cukup. Pelunak feses misalnya
polietilem glikol atau laktosa yang direkomendasikan untuk semua anak
dengan fisura anal, pelunak feses tersedia dalam bentuk bubuk yang
dicampur dengan 250 ml air (Gilett, 2020).
Terapi non-operatif
1. Glyceryl trinitrate (GTN)
Glyceryl trinitrate adalah nitrat organic yang melepaskan oksida
nitrat, dimana oksida nitrat merupakan neurotransmitter penghambat
penting yang menginduksi relaksasi sfingter anal interna dengan
tujuan menurunkan tekanan anal resting. Menurunkannya anal resting
secara maksimum, secara signifikan setelah diaplikasikan gliseril
trinitrat dapat meningkatkan aliran darah dari lubang anus dan
memungkinkan penyembuhan fisura anus (Patkova et al, 2020).
GTN merupakan agen yang paling banyak digunakan utnuk
sfingterotomi kimia. Salep GTN 0,2% dioleskan secara topical ke
saluran anus bagian bawah 2-3 kali sehari sampai fisura sembuh.
Meskipun keamanan GTN ditetapkan dengan baik, tetapi kepatuhan
yang buruk dikarenakan efek samping sakit kepala yang disebabkan
GTN dapat menjadi penghalang untuk penggunaannya (Gilett, 2020).
2. Calcium Channel Blocker
Diltiazem dan nifedipine adalah penghambat saluran kalsium yang
mengurangi tekanan anal resting dengann memblokir masuknya
kalsium ke dalam sel otot polos sfingter ani internal saat dioleskan ke
saluran anal. Keuntungan dibandingkan dengan gliseril trinitrate
adalah bahwa efek samping yang ditimbulkan berpotensi lebih
rendah. Efek samping diltiazem yaitu eritema perianal. Pemberian
diltiazem topical lebih efektif daripada terapi terapi diltiazem oral
dengan efek samping yang lebih sedikit (Patkova et al, 2020).
3. Injeksi Toksin Botulinum
Toksin botulinum bertindak sebagai penghambat neurotransmitter
dengan mencegah pelepasan asetilkolin dari terminal presinaptik di
otot lurik. Toksin botulinum juga berfungsi melemaksan sfingter ani
internal dengan memblokir keluaran saraf simpatis. Pengobatan
injeksi toksin botulinum merupakan prosedur non-operatif pilihan pada
anak-anak dengan fisura anal yang tidak sembuh dengan konservatif
dan menggunakan anestesi umum (Patkova et al, 2020).
Hemorrhoid
Definisi
Epidemiologi
Penyakit hemoroid, juga dikenal sebagai wasir simptomatik dan lebih sering terjadi
pada orang dewasa. Sebaliknya, hemoroid jarang terlihat pada pasien masa kanak-
kanak. Menurut penilitian Yildiz dkk, 2019 tentang penyakit wasir eksternal pada anak
dan remaja, data berasal dari departemen bedah anak kedoktersn Universitas Sakarya,
bahwa terdapat 56 anak dengan penyakit hemoroid eksternal dengan rata-rata usia
lebih dari 10 tahun dengan angka kejadian (85,7%) pada laki-laki dan (14,3%) pada
perempuan, selain itu penggunaan toilet bidet pada keterkaitan dengan hemoroid lebih
tinggi dibandingkan dengan menggunakan toilet jongkok.
Etiologi
Pada hemoroid terjadi pembengkakan bantal anus yang tidak normal sehingga
menyebabkan dilatasi dan pembengkakan pleksus arteriovenosa. Hal ini, menyebabkan
peregangan otot suspensori dan akhirnya prolapse jaringan rektal melalui saluran anus.
Penyebab hemoroid pada anak-anak sering ditemukan karena sembelit sehingga anak
mengejan dengan kuat dan terlalu lama duduk di toilet. Hal tersebut dapat
mengakibatkan tekanan intraabdominal, sehingga menyebabkan hemoroid (Perry,
2019). Selain itu, pada anak penyebab paling umum hemoroid adalah gagal hati kronis
(Yildiz et al, 2019).
Klasifikasi
Hemoroid eksternal
Hemoroid eksternal berkembang dari ectoderm dan ditutupi oleh epitel skuamosa.
Pembengkakan pada hemoroid eksternal terlokalisasi di distal garis dentate dan
hemoroid eksternal dipersarafi oleh saraf kulit yang mensuplai area perianal.
Saraf ini termasuk saraf pudendal dan pleksus sakralis. maka dari itu, pada
hemoroid eksternal dapat menimbulkan nyeri.
Hemoroid internal
Hemoroid internal berasal dari endoderm embrionik dan dilapisi dengan epitel
kolumnar mukosa anal dan tidak dipersarafi sensorik somatic, oleh karena itu
pada hemoroid internal tidak dapat menyebabkan rasa sakit. Pada tingkat garis
dentate, hemoroid internal ditambatkan ke otot dibawahnya oleh ligamentum
suspensori mukosa.
Pada hemoroid internal diklasifikasikan berdasarkan derajat prolapsnya ke lubang
anus :
- Grade I : Pembuluh ambeien menonjol, tidak ada prolaps
- Grade II : Dapat menonjol keluar dari ambang anus dengan mengejan atau
buang air besar, tetapi dapat kembali sendiri secara spontan
- Grade III : Menonjol secara spontan atau dengan mengejan dan
membutuhkan reduksi manual untuk mengembalikan ke dalam lubang
anus
- Grade IV : Mengalami prolapse kronis dan tidak dapat dikurangi, dan lesi
ini biasanya mengandung komponen internal dan eksternal dan dapat
muncul dengan trombosi akut atau penekanan (Perry, 2019).
Manifestasi klinis
Umumnya gejala hemoroid pada anak sama seperti orang dewasa. Anak yang
mengalami hemoroid dapat menunjukkan beberapa gejala dan tanda :
Perdarahan saat buang air besar (BAB) atau keluarnya darah berwarna merah
terang menetes dari dubur
Anak menangis atau terlihat kesakitan saat BAB
Tekstur feses keras dan kering
Anak terlihat tidak nyaman karena rasa gatal atau nyeri di anus
Terdapat benjolan yang tampak keluar dari anus
Keluarnya lendir saat BAB atau setelah BAB
Sulit duduk (Yildiz et al, 2019).
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi diliat pada area rectum, biasanya pada hemoroid eksternal
tampak ada suata massa atau skin tag, bisa juga pada hemoroid internal dapat
menunjukkan adanya prolapse bila menunjukkan grade III/IV.
Pemeriksaan penunjang
Anoskopi
Anoskopi merupakan pemeriksaan paling mudah dan akurat untuk
memeriksa kanalis ani dan distal rectum untuk membedakaan diagnosis
hemoroid interna atau fisura ani. Pemeriksaan anoskopi wajib dilakukan
untuk melihat hemoroid internal.
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah dapat dilakukan untuk melihat adanya
anemia yang mungkin disebabkan oleh perdarahan dari hemoroid, dan
tes hematocrit disarankan jika diduga terjadi perdarahan berlebih dengan
anemia yang berat (Perry, 2019).
Terapi konservatif