Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

FRAKTUR MONTEGGIA

Disusun oleh:
Zahra Aruma Puspita 1102016233
Zila Meifanza Hanifah 1102016235

Pembimbing:
dr. Ryan Indra, Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI


RS TK.II MOH. RIDWAN MEURAKSA, JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 13 JULI – 8 AGUSTUS 2020
I. PENDAHULUAN
Lengan bawah adalah bagian vital pada tubuh manusia yang
berfungsi dalam beraktivitas setiap hari dan dirancang untuk
membantu memaksimalkan tangan dalam pronasi dan supinasi.
Fraktur lengan bawah dapat menyebabkan kecacatan jangka
pendek maupun jangka panjang yang signifikan, terutama jika
ditangani dengan tidak benar. Giovanni Battista Monteggia pada
tahun 1814 menjelaskan, fraktur monteggia adalah fraktur os. ulna
proksimal yang terkait dengan dislokasi os. radial. Kemajuan
teknologi dan penelitian radiografi telah membantu untuk
mendefinisikan, menklasifikasi, dan manajemen operasi dengan
baik. Fraktur monteggia sulit untuk di diagnosis secara klinis dan
komplikasi dapat terjadi jika tatalaksana tidak tepat (Johnson P
dan Silberman, 2019)
Faktur monteggia paling sering terjadi akibat pukulan
langsung ke lengan dengan siku dan lengan bawah dalam keadaan
hiperpronasi. Energi dari fraktur ulnaris akan ditransmisikan ke
sepanjang membran interosseous yang menyebabkan pecahnya
kuadrat proksimal dan ligament annular yang mengganggu sendi
radiocapitellar. Kasus ini pada pria muda sering disebabkan oleh
trauma jatuh dari ketinggian, cedera olahraga, dan kecelakaan
lampu lalu lintas. Pada wanita lansia biasanya disebabkan karena
terjatuh (Johnson P dan Silberman, 2019).

II. EPIDEMIOLOGI
Fraktur monteggia merupakan penyebab 1% - 2% dari semua
fraktur lengan bawah. Fraktur lengan bawah jauh lebih sering
terjadi daripada fraktur lengan tengah. Kejadian fraktur lengan
bawah yaitu 1 hingga 10 dari 10.000 orang per tahun. Factor risiko
paling signifikan yaitu olahraga (sepak bola dan gulat),
osteoporosis, dan pasca menopause. Faktor-faktor risiko ini juga
didukung dengan tingginya kejadian pada pria muda (10:10.000)
dan perempuan lansia (5:10.000) (Johnson P dan Silberman,
2019).

III. ANATOMI DAN FISIOLOGI


A. ANATOMI

Gambar 1. Anatomi sendi siku dan lengan bawah


Ligament kolateral annular dan radial berfungsi untuk
menstabilkan caput radial. Saat dislokasi caput radial, ligament
akan merenggang atau putus. Caput radialis berartikulasi dengan
caput humerus dan ulna proksimal. Jari-jari dan os ulna
dihubungkan dengan membran interosseous dimana menjadi
penyumbang tingkat risiko kejadian dislokasi dan cedera pada
jari-jari ketika fraktur os ulna (Johnson P dan Silberman, 2019).
Gambar 2. Anterior dan Posterior lengan bawah
Bagian distal os ulna dan radius berartikulasi di sendi radial
ulna distal (DRUJ). Os ulna akan menstabilisasi untuk rotasi jari
dan lengan bawah. Os ulna dan membran interosseous juga akan
menstabilkan dislokasi radius proksimal yang mengarah ke
fraktur monteggia (Floriano Putigna, 2018).
Nervus interosseous posterior berjalan melewati sekitar os
radius dan masuk kedalam supinator lengan bawah. Nervus
median dan ulnaris memasuki fossa antecubital tepat disebelah
siku. Cedera pada nervus ini sering terjadi pada fraktur monteggia
yang umumnya disebabkan karena traksi dan pereganggan
disekitar tulang dislokasi atau dari tekanan yang dialirkan selama
cedera (Floriano Putigna, 2018).

B. FISIOLOGI
Tulang pada siku terdiri dari tulang pada lengan bawah (radius
dan ulna) dan tulang lengan atas (humerus). Berdasarkan anatomi
otot-otot yang terkait dalam proses fleksi dan ekstensi adalah otot
bisep, trisep, brachioradialis, brachialis, dan anconeus. Selama
gerakan, brachioradialis dan anconeus memainkan peran
koordinasi, sedangkan bisep dan trisep adalah otot utama yang
bertanggung jawab untuk fleksi dan ekstensi sendi siku. (Zhang,
2019)

Gambar 3. Otot-otot pada sendi siku.


Fungsi utama otot biceps brachii dan tendon proximal di bahu
adalah untuk stabilisasi, abduksi lengan dan fleksi serta rotasi
internal. Pada sendi siku, ia bertindak sebagai fleksor dan
supinator, terutama pada fleksi siku 90o. Gerakan supinasi pada
lengan terjadi karena interaksi otot supinator dan otot bicep
brachii. (Pietschmann, 2017)

Gambar 4. Humerus dan Sendi siku.


Sendi siku adalah penghubung penting dilengan antara bahu
dan tangan yang terdiri dari sejumlah struktur tulang dan jaringan
lunak penting yang memberikan stabilitas pada sendi. Sendi yang
berartikulasi yaitu, sendi radioulnar proksimal, ulnohumeral, dan
radiohumeral yang memungkinakn gerakan fleksi dan ekstensi
siku dan gerakan pronasi dan supinasi dari lengan bawah dalam
melakukan fungsi sehari-hari (Aquilina dan Grazette, 2017).
Permukaan artikulasio yang berbentuk kunci pada olecranon
dan trochlear akan membentuk katrol dari humerus dan
memberikan stabilitator primer oleh tulang bersama dengan
ligament kolateral medial (MCL) dan ligament kolateral lateral
(LCL). Caput radii, kapsul sendi dan otot fleksor-ekstensor secara
dinamis melewati sendi siku membentuk stabilitator sekunder
(Aquilina dan Grazette, 2017).

Gambar 5. Ulna dan Radius.


Tulang ulna adalah tulang tengah lengan. Ujung proksimal
ulna menyerupai kunci berbentuk bulan sabit dengan lekukan
trochlear berbentuk C yang merupakan lokasi artikulasi dari
trochlear humerus dari sendi siku. Tepi inferior dari trochlear
berbentuk tulang yang menonjol disebut processus coronoid.
Terdapat tempat artikulasi antara radius dan ulna membentuk
sendi radioulna proksimal. Pada bagian posterior dan superior
proksimal membentuk processus olecranon yang akan
membentuk ujung tulang siku (Betts G, et al. 2013).
Sisi lateral membentuk punggungan yang disebut perbatasan
interoseus ulna. terdapat garis perlekatan untuk membran
interoseus lengan bawah, selembar jaringan ikat padat yang
menyatukan tulang ulna dan jari-jari. Processus styloid ulna,
sebuah tulang pendek yang berfungsi sebagai titik perlekatan
untuk struktur jaringan ikat yang menyatukan ujung-ujung distal
ulna dan jari-jari (Betts G, et al. 2013).
Dalam posisi anatomi, Siku terentang penuh dan telapak
tangan menghadap ke depan, lengan dan lengan bawah tidak
membentuk garis lurus. Sebaliknya, lengan menyimpang secara
lateral dengan 5-15 derajat dari garis lengan. Penyimpangan ini
disebut sudut pembawa yang memungkinkan lengan dan tangan
untuk berayun bebas atau untuk membawa benda tanpa bertumpu
pada pinggul. Sudut pembawa lebih besar pada wanita untuk
mengakomodasi panggul mereka yang lebih luas (Betts G, et al.
2013).

IV. PATOFISIOLOGI
Lengan terdiri dari tulang radius dan ulna. Caput os. radial
berartikulasio dengan capitellum humerus (sendi radiocapitelar)
yang akan bergerak memutar dalam ligamentum annular selama
pronasi dan supinasi. Pada bagian distal, os. Radius terhubung
dengan os. Schapoideum dan os. Lunatum. Caput os. Ulnaris akan
melengkapi kompleks fibrokartilago triangular (TFCC) pada
pergelangan tangan (Foran, 2017). Pada proksimal, os. Ulna
terdapat olecranon dan processus coronoideus. Dalam melakukan
stabilisasi jari-jari dan os. Ulna terdiri dari tiga struktur ligament
yaitu, membran interosseous, ligamentum annulare, dan TFCC.
Membran interossesous bertanggung jawab untuk
mendistribusikan gaya beban aksial ke lengan 60% ke sendi
radiocapitellar dan 40% ke sendi ulnohumeral. Sendi
radiocapitellar berfungsi untuk menstabilkan lengan proksimal
sementara TFCC mendukung lengan bawah (Johnson P dan
Silberman, 2019).
Berdasarkan klasifikasi Babo fraktur monteggia di bagi
menjadi 4 tipe yaitu :
1. Tipe I

Gambar 6. Fraktur-dislokasi Monteggia tipe I. dislokasi


caput radii ditandai dengan garis radiocapitellar (garis
putih). Ada fraktur ulna midshaft.
- Fraktur sepertiga proksimal atau tengan os ulna
dengan dislokasi anterior capur radial (Floriano
Putigna, 2018).
- Tipe yang sangat sering terjadi yaitu 70% kasus pada
anak-anak dan 15% pada dewasa.
- Mekanisme cidera : pukulan langsung ke posterior
siku, hiperpronasi pada saat lengan terentang, dan
kontraksi m. biceps saat menahan ekstensi lengan
bawah yang menyebabkan dislokasi dan fraktur os.
ulna. (Johnson P dan Silberman, 2019).
2. Tipe II

Gambar 7. Fraktur Monteggia tipe II


- Fraktur proksimal atau sepertiga tengah os ulna
dengan dislokasi posterior caput radialis (Floriano
Putigna, 2018).
- Jenis yang paling sering pada orang dewasa (80%
kasus)
- Mekanisme cidera : beban axial diarahkan ke lengan
bawah dengan siku sedikit tertekuk.
- Terkait dengan ketidakstabilan sendi ulnohumeral dan
tingginya angka kejadian fraktur caput os radial dan
cedera nervus interosseous posterior. (Johnson P dan
Silberman, 2019).
3. Tipe III

Gambar 8. Fraktur monteggia tipe III.


- Fraktur ulnaris dengan dislokasi caput radial ke lateral
(Floriano Putigna, 2018).
- Lebih sering terjadi pada anak-anak.
- Mekanisme cidera : kekuatan berlebihan saat ekstensi
siku sehingga menyebabkan fraktur greenstick pada os
ulna. (Johnson P dan Silberman, 2019).
4. Tipe IV

Gambar 9. fraktur monteggia tipe IV.


- Fraktur proksimal atau sepertiga tengah os ulna dan os
radius dengan dislokasi anterior caput radius (Floriano
Putigna, 2018).
- Kasus jarang dan mekanisme cidera kurang dimengerti
(Foran,2017).
V. DIAGNOSIS
A. GEJALA KLINIS
Pasien dengan fraktur biasanya mengeluh
pembengkakan pada siku, deformitas, krepitasi serta nyeri di
tempat cedera terutama pada gerakan supinasi dan pronasi
(Alaydrus, 2017).
Pemeriksaan harus dimulai dengan inspeksi yang
memperhatikan kulit dan jaringan lunak untuk kelainan
bentuk tulang, kontusio otot, laserasi kulit, kerusakan tendon,
dan defisit neurovaskular. Penting untuk mengidentifikasi
luka di atas lokasi fraktur (misal, Fraktur terbuka), yang
memerlukan intervensi bedah segera. Palpasi lembut harus
dilakukan mengidentifikasi deformitas dan kekenyalan
ditempat tersebut. Pemeriksaan sendi proksimal dan distal
harus dilakukan untuk mengidentifikasi cedera yang terjadi
bersamaan. Jangan dilakukan pada luka terbuka (Johnson P
dan Silberman, 2019).
Cidera yang parah memerlukan pemeriksaan
neurovaskular secara penuh untuk mencari tanda-tanda
sindrom kompartemen akut. Pemeriksaan neurovaskular yang
sangat penting untuk dilakukan karena cedera nervus radialis
dan posterior interosseus nerve (PIN) sangat sering terjadi.
Cedera neurovascular ini terutama terjadi pada fraktur
monteggia tipe II berdasarkan klasifikasi Bado. Deformitas
dari ulna sangat jelas akan tetapi dislokasi dari caput radii
biasanya tersamarkan oleh bengkak yang terjadi pada pasien.
Petunjuk penting yang dapat kita gunakan sebagai patokan
adalah nyeri pada sisi lateral dari siku. Pergelangan tangan dan
tangan juga harus diperiksa untuk mengetahui ada tidaknya
cedera nervus radialis. (Alaydrus, 2017)
B. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Jika dicurigai adanya fraktur lengan dan/atau
dislokasi, pemeriksaan radiografi diperlukan. Gambaran
anteroposterior (AP) dan lateral biasanya akan
mengidentifikasi cedera. Tampilan oblik dapat membantu
mengklasifikasikan cedera dengan lebih baik. Sebagai
tambahan, radiografi pada pergelangan tangan distal dan siku
proksimal harus diperoleh dengan dugaan cedera yang ada
(Rabin, 2020).
Pencitraan tingkat lanjut biasanya tidak untuk
pemeriksaan awal. Untuk perencanaan pra-operasi, computed
tomography (CT) dapat digunakan untuk mengevaluasi non-
union dan magnetic resonance imaging (MRI) dapat
membantu menilai robekan TFCC dan gangguan membran
interosseous(Johnson P dan Silberman, 2019).

Gambar 10. Posisi AP X-ray Fraktur Monteggia


Gambar 11. Posisi Lateral dan Oblique X-Ray Fraktur Monteggia

C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium dapat diperoleh sesuai
dengan riwayat medis pasien untuk membantu saat anastesi
dan manajemen perioperatif (Floriano P, 2018).

VI. DIAGNOSIS BANDING


Fraktur monteggia adalah fraktur os ulna dan dislokasi caput
radius pada siku yang merupakan jenis dari fraktur pada lengan
bawah. Berikut ini ialah beberapa diagnosis banding dari fraktur
monteggia yaitu, fraktur galeazzi, fraktur colles, fraktur smith,
dislokasi siku, fraktur olecanon.
- Fraktur Galeazzi adalah fraktur os radial dan dislokasi
distal caput os ulna.
- Fraktur Colles adalah fraktur os radius bagian distal
dengan angulasi atau dislokasi fragmen distal ke dorsal
(posterior) (Summers Kevin dan Fowles M, 2020).
- Fraktur Smith adalah fraktur radius bagian distal
dengan angulasi atau dislokasi fragmen distal ke volar
(anterior) (Schroeder D Jeremy dan Varacallo
Matthew, 2019).
- Dislokasi siku muncul ketika tulang lengan bawah (os
radius dan os ulna) berpindah dari os humerus
(Roinson J, 2018).
- Fraktur Olecranon adalah cedera pada olecranon yang
merupakan bagian artikulasio dari os ulna proksimal
(Sullivan W, et al. 2020).

Fraktur Galeazzi Fraktur Colles Fraktur Smith

Fraktur Olecranon
Dislokasi siku
Gambar 12. Diagnosis banding fraktur monteggia.

VII. PENATALAKSANAAN
Semua fraktur monteggia dianggap tidak stabil dan
membutuhkan interfensi. Konsultasi pada bagian ortopedi sangat
penting untuk fraktur terbuka dengan gangguan pembuluh darah
dan pada kejadian dengan defisit neurologis tanpa gangguan
vaskular.
Tatalaksana awal pada curiga kasus fraktur adalah istirahat, es,
imobilisasi dan elevasi. Dalam banyak kasus, reduksi tertutup
harus dilakukan kecuali saat keadaan dimana ligamentum
annulare terperangkap di dalam sendi. Pasien dengan fraktur
monteggia harus distabilisasikan dengan Teknik balut sugar-tong
dan segera rujuk ke spesialis ortopedi (Johnson P dan Silberman,
2019).
Pediatrik
Anak-anak biasanya memiliki hasil yang lebih baik daripada
orang dewasa. Hal ini diduga oleh beberapa faktor, termasuk
kemampuan remodelling deformitas, waktu penyembuhan lebih
pendek, dan kejadian secara keseluruhan fraktur monteggia pada
anak-anak (Johnson P dan Silberman, 2019).

Gambar 13. Fraktur monteggia dengan Reduksi tertutup


(gips)
Penatalaksanaan ditentukan oleh karakteristik fraktur ulna.
Tatalaksana non-operasi berhasil jika os ulna mengalami
deformasi plastis (menekuk atau membungkuk tanpa fraktur) atau
fraktur tidak lengkap (greenstick) (He Peng et al, 2019). Reduksi
dilakukan dengan cara siku di fleksi 90o dan lengan harus di
supinasi seluruhnya. Mobilisasi dilakukan setelah reduksi dengan
cara mempertahankan hasil reposisi. Pemeriksaan radiologi harus
di ulang setelah 7-10 hari setelah reduksi, apabila sudut fraktur
tidak lebih dari 10o pada pemeriksaan lateral x-ray dan
anteroposterior x-ray sudah dikatakan mengalami penyembuhan.
Waktu yang diperlukan untuk imobilisasi adalah 5-7 minggu.
(Herring, 2013)

Gambar 14. Fraktur monteggia dengan tatalaksana reduksi


tertutup dan insersi elastic stable intramedullary nail.

Gambar 15. Fraktur monteggia dengan tatalaksana Open


Reduction and Internal Fixation (ORIF)
Fraktur ulnaris lengkap membutuhkan manajemen operasi.
Fraktur ulnaris oblik pendek harus distabilkan dengan fiksasi
elastic stable intramedullary nail (ESIN), open reduction and
Internal Fixation (ORIF) (Johnson P dan Silberman, 2019). Untuk
fraktur os ulna tipe “panjang stabil” seperti trasnversa atau oblik
pendek akan dilakukan pemasangan ESIN, dan pada fraktur os
ulna “panjang tidak stabil” seperti oblik panjang dan berfragmen
akan dilakukan pemasangan ORIF (He Peng et al, 2019).
Dewasa
Tata laksana fraktur monteggia pada dewasa dibagi
berdasarkan klasifikasinya.
Tata laksana pada fraktur monteggia tipe I (anterior) dilakukan
dengan cara traksi secara longitudinal dan mereduksi fraktur pada
ulna, lalu siku di fleksikan dan tulang radius direduksi dengan
tekanan langsung. Tangan harus dimobilisasi dengan sudut 110o-
120o dari fleksi siku dan supinasi. (Herring, 2013)
Pada fraktur monteggia tipe II (posterior) dilakukan reduksi
dan traksi pada lengan dengan siku dalam keadaan ekstensi.
Fraktur monteggia tipe III (lateral) dilakukan dengan cara reduksi
dan siku dalam keadaan ekstensi. Reduksi dilakukan dengan cara
melakukan traksi longitudinal pada lengan bagian distal dan
tekanan langsung pada tulang radius dan ulna. Tangan harus
dilakukan mobilisasi dengan cara siku dalam posisi 90o dan lengan
bawah dalam posisi supinasi. (Herring, 2013)

Gambar 16. Hubungan anatomi tulang radius dengan capitellum

Setelah dilakukannya reduksi secara adekuat dan pemakaian


gips, postreduction radiografi harus dilakukan secara lateral
untuk menunjukkan sendi radiocapitellar telah kembali ke posisi
semula. Radiografi harus dilakukan sekali dalam seminggu
selama 3 minggu untuk mengetahui bahwa reduksi tidak hilang
karena pembengkakan mereda dan gips mengendur. Setelah 3
minggu biasanya fraktur sudah menempel keposisi semula dan
reduksi tidak mungkin hilang. Pasien kembali setelah 6 minggu
untuk membuka gips dan radiografi. (Herring, 2013)
Menurut d Operasi paling umum dilakukan adalah ORIF.
Dislokasi caput radial biasanya berkurang setelah fraktur ulna
diratakan. Setelah operasi, ekstremitas ditempatkan dalam bidai
lengan panjang dengan supinasi penuh dan fleksi siku.
Lama kesembuhan patah tulang tergantung pada beberapa
faktor termasuk keparahan cedera, penggunaan ekstremitas, dan
kemampuan individu dalam proses penyembuhan. Rehabilitasi
biasnaya akan dimulai pada 2 minggu setelah fiksasi bedah yang
bertujuan untuk mengembalikan berbagai gerak dan keterampilan
motorik halus tanpa rasa sakit. Kembali beraktifitas secara total
tergantung pada tingkat keparahan cedera serta penggunaannya
yaitu 8-12 minggu sementara pada atlet dan buruh mungkin
memerlukan rehabilitasi lebih lama yaitu 12-16 minggu
rehabilitasi (Johnson P dan Silberman, 2019).

VIII. PROGNOSIS
Pasien dengan fraktur monteggia sering datang dalam keadaan
darurat, diagnosis fraktur ini tidak sederhana dan sering terjadi
kesalahan pada saat diagnosis sehingga fraktur ini angka
morbiditasnya juga tinggi. Dokter di unit gawat darurat harus
secepatnya merujuk ke ahli bedah ortopedi. Fraktur monteggia
sangat tidak stabil dan membutuhkan penanganan secepatnya,
konsultasi secepatnya dengan ortopedi apabila terjadi fraktur
terbuka dan ganggua vaskular (Stragier, 2018).
Pada tahun 1991, Anderson dan Meyer menggunakan kriteria
berikut untuk mengevaluasi fraktur lengan bawah dan
prognosisnya :
- Luar biasa – union dengan kehilangan kurang dari 10°
pada siku dan pergelangan tangan fleksi/ekstensi dan
kurang dari 25% rotasi pergelangan tangan.
- Memuaskan – union dengan kehilangan kurang dari
20° pada siku dan pergelangan tangan fleksi/ekstensu
dan kurang dari 50% rotasi pergelangan tangan.
- Tidak memuaskan – union dengan kehilangan lebih
dari 30° pada siku dan pergelangan tangan
fleksi/ekstensi dan kehilangan lebih dari 50% rotasi
lengan bawah.
- Gagal – malunion, nonunion, atau osteomyelitis
kronik.
Nyeri, disfungsi saraf, dan deformitas adalah faktor yang
harus dipertimbangkan saat evaluasi hasil tatalaksana pada
fraktur-dislokasi monteggia. Lesi tipe II dihubungkan dengan
dislokasi ulnohumeral yang tercatat memiliki menyebabkan
kecacatan lebih besar dibandingkan tanpa dislokasi
ulnohumeral (Stragier, 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Alaydrus, M. 2017. Fraktur Monteggia: Tantangan Klinisi Dalam


Menghadapi Fraktur Dislokasi Yang Sering Misdiagnosis. Jurnal Kedokteran
Unram. 6 (2), 25-27.

Aquilina, Grazette. 2017. Clinical anatomy and assessment of the Elbow.


Available from :
https://openorthopaedicsjournal.com/VOLUME/11/PAGE/1347/. (diakses
pada 28 April 2020)

Betts Gordon, Young A. K, Wise A. James, et al. 2013. Anatomy and


Physiology. OpenStax. Houston, Texas. Apr 25, 2013. Available form :
https://openstax.org/books/anatomy-and-physiology/pages/8-2-bones-of-
the-upper-limb. (diakses pada 28 April 2020).

Floriano Putigna. 2018. Monteggia Fracture. Available from :


https://emedicine.medscape.com/article/1231438-overview#a11 (diakses
pada 28 April 2020)

Foran I, Upasani VV, Wallace CD, Britt E, Bastrom TP, Bomar JD, Pennock
AT. Acute Pediatric Monteggia Fractures: A Conservative Approach to
Stabilization. J Pediatr Orthop. 2017. 37(6):335-341.

He Peng Jin, Hao Yun, Shao Fan Jing. 2019. Comparison of treatment
methods for pediatric for pediatric Monteggia fracture. Medicine (Baltimore).
2019 Jan; 98(2):e13942.

Herring J. 2013. Tachdjian Pediatric Orthopaedics. 3rd ed. Texas: Elsevier.

Johnson P. Neal, Silberman Michael. 2020. Monteggia Fracture. Available


from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470575/?report=printable
(diakses pada 27 April 2020)

Pietschmann F, Michalski S. Reference Values of Flexion And Supination In


The Elbow Joint of A Cohort Without Shoulder Pathologies. BioMed
Research International. 2017. 1(1): 1-2

Rabin I Steven. 2020. Radial Head Fracture and Dislocation Workup.


Available from : https://emedicine.medscape.com/article/1240337-workup
(diakses pada 28 April 2020)

Robinson Jennifer. 2019. Elbow dislocation. WebMD LLC. Available form


: https://www.webmd.com/first-aid/elbow-dislocation#1. (diakses pada 28
April 2020).
Schroeder D. Jeremy and Varacallo Matthew. 2019. Smith’s Fracture
Review. StatPearls Publishing. Available form :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK547714/. (diakses pada 28 April
2020)

Stragier B, De Smet L, Degreef I. Long-term follow-up of corrective ulnar


osteotomy for missed Monteggia fractures in children. J Shoulder Elbow
Surg. 2018. 27(11):337-343.

Sullvan W. Connor, Herron Tom, Hayat Zara. 2020. Olecranon Fracture.


StatPearls Publishing LLC. Available from :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537295/. (diakses pada 28 April
2020)

Summers Kevin and Fowles M. Sarah. Colles Fracture. StatPearls Publihing.


Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK553071/ (diakses
pada 28 April 2020)

Zhang J & Li K. Estimation of Continuous Elbow Joint Movement Based on


Human Physiological Structure. BioMedical Engineering Online. 2019. 18
(31): 3-4.

Anda mungkin juga menyukai