BLOK EMERGENSI
“TEKANAN DARAH TINGGI PADA KEHAMILAN”
KELOMPOK A-12
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2018/2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. i
SKENARIO ............................................................................................................................. 1
PERTANYAAN ....................................................................................................................... 1
JAWABAN ............................................................................................................................... 1
HIPOTESIS .............................................................................................................................. 2
i
TEKANAN DARAH TINGGI DALAM KEHAMILAN
Seorang asin wanita usia 18 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan utama kepala terasa sakit.
Pasien ini dengan kehamilan pertama dan usia kehamilan 32 minggu jika dihitung dari hari
pertama haid terakhirnya. Pasien melakukan ANC ke Puskesmas sebanyak 4 kali dan terakhir
kontrol 1 minggu yang lalu. Berdasarkan ANC sebelumnya diketahui pasien memiliki tekanan
darah tinggi dan sudah diberikan obat antihipertensi. Selama kehamilan pasien mengalami
kenaikan berat badan 20 kg dan tidak ada edema pada tungkai. Dari riwayat penyakit keluarga
tidak ada keluarga yang menderita penyakit jantung, ginjal, diabetes dan hipertensi. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, tekanan darah 180/120, nadi
92x/menit, nafas 22x/menit, suhu 36℃. Dari status obstetri didapatkan tinggi fundus teri 26
cm dan denyut jantung janin 154x/menit. Tanda tanda persalinan tidak ada. Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan penunjang USG dengan hasil janin hidup tunggal intra teri presentasi
kepala dan hasil pemeriksaan laboratorium Turin protein positif 3. Dari hasil pemeriksaan
darah didapatkan Hb 10.5 gr %, leukosit 12.000/mm3, trombosit 95.000/mm3.
PERTANYAAN
1. Mengapa terjadi proteinuria?
2. Apa hubungan pasien hamil pertama kali dengan hipertensi?
3. Faktor resiko apa saja yang terjadi pada pasien?
4. Mengapa terjadi trombositopenia?
5. Dampak apa saja yang terjadi pada janin saat Ibu terkena hipertensi?
6. Apa tata laksana hipertensi pada kehamilan?
7. Mengapa pasien mengalami sakit kepala?
8. Apa pencegahan hipertensi pada kehamilan?
9. Apa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien?
10. Apakah tinggi fundus teri sudah sesuai dengan usia kehamilan?
11. Apa kemungkinan diagnosis pada pasien?
12. Mengapa terjadi leukositosis?
JAWABAN
1. Hipertensi dapat merusak endotel yang menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat.
Pada ginjal, hipertensi merusak endotel pada glomerulus sehingga mengakibatkan
protein keluar melalui urin.
2. Karena adanya perubahan hemodinamik.
3. Penyakit vaskular, diabetes mellitus, gemelli, primigravida, hamil pada usia <20 tahun
dan >35 tahun, penyakit trofoblas gestasional.
4. Karena adanya kerusakan endotel yang mentrigger agregasi dan adhesi trombosit.
5. – Intrauterin growth retardation
– Lahir prematur
– Berat badan lahir rendah
– Oligohidroamnion
– Solusio plasenta
6. Bayi cukup bulan : langsung dilahirkan
1
Bayi belum cukup bulan : dapat diberikan antihipertensi (contohnya Nifedipin),
pematangan paru, dan asiprin. Namun bila sudah parah maka langsung determinasi.
7. Karena adanya hipertensi menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial.
8. Diet rendah garam, antioksidan, dan vitamin C.
9. Tarik celup, USG, pemeriksaan darah lengkap.
10. Tidak sesuai, seharusnya fundus uteri setinggi 30-34 cm.
Ukuran tidak sesuai ini bisa terjadi karena kemungkinan adanya intrauterin growth
retardation.
11. Preeklampsi derajat berat.
12. Pada Ibu hamil normal karena semakin tua usia kehamilan semakin tinggi kadar leukosit.
Hal ini terjadi sebagai mekanisme pertahanan tubuh.
HIPOTESIS
Primigravida dan kehamilan pada usia <20 tahun maupun usia >35 tahun merupakan salah
satu faktor resik hipertensi pada kehamilan. Terjadinya perubahan hemodinamik
menyebabkan disfungsi endotel sehingga timbul hipertensi dan proteinuria. Hal ini dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang tarik celup, USG dan pemeriksaan darah
lengkap.
2
SASARAN BELAJAR
1. Hipertensi pada Kehamilan
1.1. Definisi
1.2. Etiologi dan Faktor Resiko
1.3. Klasifikasi
1.4. Patofisiologi
1.5. Manifestasi Klinisi
1.6. Diagnosis dan Diagnosis Banding
1.7. Tatalaksana
1.8. Komplikasi
1.9. Pencegahan
1.10. Prgonosis
2. Sindrom HELLP
3
1. HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
1.1. DEFINISI
Penyakit hipertensi atau yang lebih dikenal dengan darah tinggi adalah suatu
keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah ≥ 140 mmHg (tekanan
sistolik) dan ≥ 90 mmHg (tekanan diastolik). (JNC VII, 2014)
Hipertensi yang diinduksi kehamilan memiliki risiko lebih besar mengalami
persalinan premature, IUGR (intrauterine growth retardation), kesakitan dan
kematian, gagal ginjal akut, gagal hati akut, pendarahan saat dan setelah
persalinan, HELLP (hemolysis elevated liver enzymes and low platelet count),
DIC (disseminated intravascular coagulation), pendarahan otak dan kejang.
Secara umum HDK dapat didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah
sistolik > 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg yang diukur
paling kurang 6 jam pada saat yang berbeda.
Hipertensi dibagi menjadi dua lagi yaitu :
a. Hipertensi ringan : yaitu tekanan darah yang memiliki ukuran tekanan
sistolik 140 – 159mmHg dan tekanan darah diastolik 90 – 109mmHg.
b. Hipertensi berat : yaitu tekanan darah yang memiliki ukuran tekanan darah
sistolik ≥160mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110mmHg.
4
A. Implantasi tropoblas pada keadaan normal : pada trimester ke-tiga terjadi
implantasi plasenta yang disertai dengan proliferasi tropoblas ekstravilia,
tropoblas tersebut menginvasi desidua basalis dan menginvasi lebih dalam
ke dinding arteriol spiral untuk mengganti jaringan endotel dan lapisan
muskular arteri spiral, proses remodeling ini menghasilkan pembuluh
darah baru yang lebih lebar dan memiliki resistensi vaskular yang lebih
rendah.
B. Implantasi tropoblas pada keadaan preeklamsia : proses implantasi
jaringan tropoblas mengalami gangguan yang mengakibatkan tidak terjadi
remodeling pada arteri spiral sehingga mengakibatkan pembuluh darah
yang membentuk plasenta menjadi berdiameter sempit dengan resistensi
vaskular lebih tinggi sehingga dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
darah.
5
Aterosis ditunjukan oleh pembuluh darah pada plasenta (kiri: pemeriksaan
dengan mikroskop cahaya, kanan: diagram skematik). Gangguan endotel
mengakibatkan penyempitan lumen yang diakibatkan oleh akumulasi lipid,
dan sel makrofag yang berubah menjadi sel foam (sel busa). Pada
pemeriksaan dengan mikroskop cahaya tampak sel-sel busa yang ditunjukan
panah melengkukung, dan selain itu tampak kerusakan endotel vaskular yang
ditunjukan oleh panah lurus.
Karena gabungan faktor implantasi tropoblast yang tidak sempurna yang
mengakibatkan tidak terjadinya remodeling arteri spiralis dan penyempitan
abnormal akibat deposit lipid dan sel foam maka struktur vaskular akan
menjadi sempit dengan resistensi vaskular yang tinggi sehingga
mengakibatkan peningkatan tekanan darah, penurnan perfusi utero-plasenter
dan hambatan pertumbuhan janin intrauterine.
Faktor-faktor imunologis
Pada preeklamsia terjadi intoleransi atau disregulasi imunologi. Terdapat
beberapa komponen imun yang berperan terhadap terjadinya preeklamsia.
Diantaranya Haplotipe HLA-A, HLA-B, HLA-D, HLA-Ia, HLA-II dan
Hapltope reseptor sel NK.
Redman et all menjelaskan bahwa pada preeklamsia terjadi gangguan toleransi
antigenik terhadap janin yang terbentuk, hal ini terutama terjadi pada masa
kehamilan awal. Redman et al menjelaskan bahwa pada awal kehamilan terjadi
penurunan jumlah HLA-G yang bersifat imunosupresif, penurunan jumlah
HLA-G ini mengakibatkan hambatan dalam proses remodeling arteri spiralis
sehingga terbentuk vaskuler yang berdiameter sempit dengan resistensi
vaskular yang tinggi. Selain itu penghambatan oleh penurunan jumlah HLA-
G, proses remodeling juga di diakibatkan oleh aktivasi sel T Helper (Th-1, Th-
2). Sel Th-2 mengaktifkan sistem imun humoral melalui aktivasi sel B untuk
memproduksi antibodi, dan Th-1 menghasilkan sitokin. Aktivasi sel-sel
tersebut terjadi melalui mekanisme yang belum diketahui dengan jelas.
Faktor-faktor nutrisi
Berdasarkan penelitian John et al (2002) yang meneliti pengaruh nutrisi
dengan kejadian preeklamsia didapatkan kesimpulan bahwa pada kelompok
dengan diet kaya buah-buahan dan sayuran menunjukan angka kejadian
preeklamsia, selain itu zhang et all melaporkan penurunan angka kejadian
preeklamsia dua kali lipat pada kelompok penelitian dengan intake vit C lebih
dari 85mg/hari, dibandingkan dengan kelompok dengan intake vit C kurang
dari 85mg/Hari. Intake sayuran, buah-buahan, dan vit C diketahui merupakan
6
antioksidan yang berfungsi menurunakan produksi ROS seperti lipid peroksida
yang mengakibatkan kerusakan sel endotel yang berperan dalam patogenesis
preeklamsia.
Faktor-faktor genetic
Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang bersifat poligenik, artinya
dipengaruhi beberapa ekspresi gen yang mengakibatkan serangakian proses
kompleks yang menimbulkan preeklamsia. Ward dan lindheumer meneliti
keterkaitan faktor genetik dengan kejadian preeklamsia. Penelitian tersebut
menyebutkan bahwa terjadi peningkatan insidensi preeklamsia sebesar 20-
40% jika lahir dari ibu dengan riwayat preeklamsia, peningkatan insidensi
preeklamsia sebesar 11 -37% jika memiliki saudara kandung perempuan
dengan riwayat preeklamsia, dan peningkatan insidensi preeklamsia sebesar
22-47% jika memiliki saudara kembar perempuan dengan riwayat
preeklamsia. Menurut ward dan lindheimer melalui penelitianya menyebutkan
terdapat 70 jenis gen yang mungkin terkait dengan kejadian preeklamsia.
Tabel menunjukan beberapa gen yang terkait dengan kejadian preeklamsia.
Tabel dibawah menjelaskan beberapa faktor gen yang berperan terhadap
terjadinya preeklamsia.
Beberapa gen yang berperan dalam patogenesis hipertensi kehamilan
Gen Kromosom
MTHFR 1p36.3
(C677T)
F5 (Gen 1q23
Leiden)
AGT (M235T) 1q42-q43
7
FAKTOR RISIKO
Primipara
Riwayat Kehamilan dengan pre-eklampsi
Hipertensi kronis atau penyakit ginjal kronis atau keduanya
Riwayat trombofilia
Kehamilan multifetus
Riwayat pre-eklampsi dalam keluarga
Diabetes melitus tipe I atau II
Obesitas
Usia kehamilan Ibu tua (lebih > 35 tahun)
Kehamilan ganda
Lupus eritomatous sistemik
1.3. KLASIFIKASI
Hipertensi Gestasional
Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg untuk pertama kalinya setelah perangah
kehamilan, tetapi tidak mengalami proteinuria.
Hipertensi transisional
Sama seperti Hipertensi Gestasional, tapi tidak timbul bukti pre-eklampsi dan
tekanan darah kembali ke normal pada 12 minggu pascapartum.
Preeklamsia
Memiliki tekan darah ≥ 140/90 mmHg yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu,
dan terdapat proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1 + pada pemeriksaan tarik
celup.
Eklamsia
Preeklamsia yang diikuti dengan kejang.
Preeklamsia yang Bertumpang Tindih pada Hipertensi Kronis
Proteinuria awitan baru ≥ 300 mg/24 jam pada perempuan hipertensif, tetapi
tidak ditemukan proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu.
Peningkatam mendadak proteinuria atau tekanan darah atau hitung trombosit
<100.000/𝜇L pada perempuan yang mengalami hipertensi dan proteinuria
sebelum kehamilan 20 minggu.
Hipertensi Kronis
Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau terdiagnosis
sebelum kehamilan 20 minggu, tidak disebabkan penyakit trofoblastik
gestasional.
ATAU
Hipertensi pertama kali diagnosis setelah kehamilan 20 minggu dan menetap
setelah 12 minggu pascapartum.
8
Derajat Keparah Penyakit Hipertensi dalam Kehamilan
Proteinuria 2+ 3+
1.4. PATOFISIOLOGI
Invasi Tropoblas yang Inkomplit
Pada keadaan normal, arteriol spiral mengalami invasi oleh endovaskular
tropoblast, sel sel ini di ganti oleh endotel vaskular sehingga terbentuk
pembuluh darah baru hasil remodeling dengan karakteristik diameter
pembuluh darah lebih besar dan resistensi vaskular yang lebih kecil, berbeda
dengan arteri, vena di invasi hanya sampai bagian permukaan saja. Pada
preeklamsia dapat terjadi invasi tropblastik inkomplet sehingga yang
seharusnya terjadi proses remodeling arteri spiral menjadi pembuluh darah
baru dengan diameter yang lebih besar dengan resistensi vaskular yang lebih
rendah tidak terbentuk.
9
A. Implantasi tropoblas pada keadaan normal : pada trimester ke-tiga terjadi
implantasi plasenta yang disertai dengan proliferasi tropoblas ekstravilia,
tropoblas tersebut menginvasi desidua basalis dan menginvasi lebih dalam
ke dinding arteriol spiral untuk mengganti jaringan endotel dan lapisan
muskular arteri spiral, proses remodeling ini menghasilkan pembuluh
darah baru yang lebih lebar dan memiliki resistensi vaskular yang lebih
rendah.
B. Implantasi tropoblas pada keadaan preeklamsia : proses implantasi
jaringan tropoblas mengalami gangguan yang mengakibatkan tidak terjadi
remodeling pada arteri spiral sehingga mengakibatkan pembuluh darah
yang membentuk plasenta menjadi berdiameter sempit dengan resistensi
vaskular lebih tinggi sehingga dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
darah.
10
De Wolf et all melakukan penelitian terhadap vaskular plasenta yang
menemukan terjadinya kerusakan endotel, insudasi konstituen plasenta
kedalam pembuluh darah, proliferasi lapisan muskular pada vaskular, dan
nekrosis pada area tertentu, selain itu terjadi deposit lipid pada sel miosit
tunika intima dan invasi oleh sel makrofag yang secara kolektif disebut
dengan (atherosis).
11
1.5. MANIFESTASI KLINIS
Sakit Kepala
Gangguan penglihatan : kabur skotoma
Gangguan status mental
Sesak nafas
Edema generalisata
Nyeri perut kuadran kanan atas atau epigastrium
Kelemahan / malaise – dapat merupakan manifestasi anemia hemolitik
12
Hipertensi Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg untuk pertama kalinya
Gestasional setelah perangah kehamilan.
Tidak ada proteinuria.
TD kembali ke normal sebelum 12 minggu pascapartum.
Diagnosis akhir hanya dapat dibuat pascapartum.
Mungkin memiliki gejala atau tanda lain preeklamsia,
misalnya dispepsia atau trombositopenia.
Preeklamsia Kriteria minimum
Memiliki tekan darah ≥ 140/90 mmHg yang terjadi setelah
kehamilan 20 minggu
Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1 + pada pemeriksaan
tarik celup.
Kriteria kemungkinan Preeklamsi meningkat
TD ≥ 160/110 mmHg.
Proteinuria 2,0 g/24 jam atau ≥ 2+ pada pemeriksaan tarik
celup (dipstick).
Kreatinin serum > 1,2 mg/dL, kecuali memang sebelumnya
diketahui meningkat.
Trombosit <100.000/𝜇L.
Hemolisis mikroangiopatik – peningkatan LDH.
Peningkatan kadar transaminase serum – ALT dan AST.
Nyeri kepala yang persisten atau gangguan serebral atau
visual lainnya.
Nyeri epigastrium persisten
Eklamsia Kejang yang tidak disebabkan oleh penyebab lain pada
perempuan dengan preeklamsia.
Preeklamsia Proteinuria awitan baru ≥ 300 mg/24 jam pada perempuan
yang hipertensif, tetapi tidak ditemukan proteinuria sebelum
Bertumpang kehamilan 20 minggu.
Tindih pada Peningkatam mendadak proteinuria atau tekanan darah atau
Hipertensi hitung trombosit <100.000/𝜇L pada perempuan yang
Kronis mengalami hipertensi dan proteinuria sebelum kehamilan 20
minggu.
Hipertensi Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau
Kronis terdiagnosis sebelum kehamilan 20 minggu, tidak
disebabkan penyakit trofoblastik gestasional.
ATAU
Hipertensi pertama kali diagnosis setelah kehamilan 20
minggu dan menetap setelah 12 minggu pascapartum.
13
DIAGNOSIS BANDING
Abruptio Placentae
Aneurisma abdominal
Apendicitis akut
Kolesistitis dan Kolik Bilier
Kolelithiasis
Gagal jantung kongetif dan edema pulmonal
Encephalitis
Trauma abdominal
1.7. TATALAKSANA
Pencegahan dan tatalaksana terhadap kejang
Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen), dan sirkulasi
(cairan intravena).
MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia
(sebagai tatalaksana kejang) dan preeklampsia berat (sebagai pencegahan
kejang).
Pada kondisi di mana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan dosis
awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera kirim ibu ke ruang ICU
(bila tersedia) yang sudah siap dengan fasilitas ventilator tekanan positif.
14
MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Alternatif I dosis awal MgSo4 4 g IV sebagai larutan 40% selama
5 menit
Segera dilanjutkan dengan 15 ml MgSo4
(40%) 6 g dalam larutan RL/RA selama 6 jam
Jika kejang berulang setelah 15 menit,
berikan MgSo4 (40%) 2 g IV selama5 menit
15
Sebelum pemberian MgSo4 Refleks patella (+)
Ulangan, lakukan pemeriksaan : Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam
terakhir
Frekuensi pernafasan minimal 16
kali/menit
16
Anti hipertensi Sodium 0,25 μg i.v./kg /menit Infus ditingkatkan 0,25 μg
lini kedua nitroprusside i.v./kg /5 menit.
Diazokside 30-60 mg i.v./ 5 menit; atau i.v.
infus 10 mg/ menit/ ditirasi.
17
Preferred Nifedipine Lower BP without Fetal distress, C
affecting umbilical profound
artery low hypertension with
magnesium
Alternative Verapamil Similar eficacy to Untested Safety C
other oral agents profile, rial of
interaction with
magnesium
Direct Vasodilators
Preferred Hydralazine Most efficacious Maternal C
oral agent neuropathy, Drug-
induced hepar,
neonatal
thrombocytopenia,
and lupus
Alternative Nitroprusside Effective in severe Cyanide and C
hypertension thiocyante toxicity
Diuretic
Preferred Thiazide Useful in chronic Volume B
hypertension, renal contraction,
failure, congestive elektrolit
heart failure abnormalitas
Contraindi Spironolactone None Possible fetal anti- C
cation androgen effect
RAAS Blockade
Contraindi ACE None Associated with D
cation inhibitor/ARBs kongenital heart
and kidney defect
Contraindi Aliskerin None Oligohydroamnion D
cation and other defect
associated with
RAAS blokade in
the fetus
A : Controlled human Studies Show no risk. B : No evidence of risk in studies. C : Risked
cannot be ruled out. D : Positive evidence of risk.
18
Tatalaksana sikap terhadap kehamilannya
Bedasar William Obstetrics, ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-
gejala preeklamsia berat selama perawatan; maka sikap terhadap kehamilannya
dibagi menjadi:
1. Aktif (Agressive Management): Berarti kehamilannya segera diakhiri /
diterminasi bersamaan dengan pemberian pengobatan medikamentosa.
2. Konservatif (Ekspektatif): Berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan
dengan pemberian pengobatan medikamentosa.
19
Pada laboratorium
♥ Adanya tanda-tanda “Sindroma HELLP” khususnya menurunnya trombosit
dengan cepat.
2. Perawatan konservatif (ekspektatif): bila kehamilan preterm ≤ 37 minggu tanpa
disertai tanda-tanda impending eclampsia dengan keadaan janin baik.
Diberi pengobatan yang sama dengan pengobatan medikamentosa pada
pengelolaan secara aktif.
1.8. KOMPLIKASI
Sindrom HELLP
DIC
Iskemia uteroplasenter
Pertumbuhan janin terhambat
Kematian janin
Persalinan prematur
Solusio plasenta
Spasme arteriola
o Perdarahan serebral
o Gagal jantung, ginjal, dan hati
o Ablasio retina
o Thromboemboli
o Gangguan pembekuan darah
o Buta kortikal
Kejang dan koma
o Trauma karena kejang
o Aspirasi cairan, darah, muntahan dengan akibat gangguan pernafasan
Penanganan tidak tepat
o Edema paru
o Infeksi saluran kemih
o Kelebihan cairan
o Komplikasi anestesi atau tindakan obstetri
1.9. PENCEGAHAN
Pemberian aspirin dosis rendah pada wanita yang memiliki faktor risiko tinggi
terkena pre-eklamsi, idealnya diberikan sebelum 16 minggu kehamilan (setelah
trisemester I) atau biasanya sebelum 20 minggu kehamilan sebesar 60-80
mg/hari.
Wanita yang memiliki risiko tinggi terkena preeklamsi harus mendapat
suplemen Kalsium (1,2-2,5 g/hari) jika intake nya rendah (<600mg/hari),
ditambahkan dengan aspirin.
Berikan MgSO4 pada pasien eklamsi dan preeklamsi berat.
Berikan Antioksidan : vit. C, vit E, β-karoten, CoQ10, N-asetilsistein, asam
lipoik
Jaga pola makan dan olahraga teratur untuk menjaga kesehatan tubuh, serta
perbanyak konsumsi minyak ikan yang kaya akan asam lemak tidak jenuh
misalnya omega-3.
20
1.10. PROGNOSIS
a. Pada kebanyakan pasien akan stabil dalam waktu 24 – 48 jam dan sebagian
dengan penyakit klas 1 lebih lama waktu pemulihan post partum.
b. Tingkat kekambuhannya adalah 2% - 27% pada kehamilan berikutnya.
c. Pasien dengan resiko pre – eklampsi atau hipertensi dalam kehamilan dapat
beresiko melahirkan premature, pertumbuhan janin terhambat, dan solusio
plasenta pada kehamilan berikut.
2. SINDROM HELLP
DEFINISI
HELPP terjadi pada < 1% dari seluruh kehamilan, tetapi terjadi pada 20% komplikasi
kehamilan dengan pre-eklampsia berat. HELPP dapat terjadi pada sebelum, saat dan
setelah kehamilan. Diagnosis cukup sulit karena gejalanya mirip dengan penyakit lain.
Evaluasi membutuhkan tes darah komplit dan tes transaminase hati. Wanita dengan
HELPP sebaiknya diberi magnesium sulfat saat masuk rumah sakit hingga 24-48 jam
setelah persalinan.
Sindroma HELLP adalah singakatan dari Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low
Platelets Count yang artinya adalah hemolisis dan peningkatan fungsi hepar dan
trombositopenia. Ini merupakan komplikasi dari Pre-eklamsia dan eklamsia yang terdiri
dari:
- Hemolisis (penghancuran sel darah merah)
- Peningkatan enzim hati (yang menunjukkan adanya kerusakan hati)
- Penurunan jumlah trombosit
Sindrom ini biasanya muncul pada trimester ke tiga, walaupun pada 11% pasien muncul pada umur
kehamilan <27 minggu, pada masa antepartum sekitar 69% pasiendan pada masa
postpartum sekitar 31%. Pada masa post partum, saat terjadinya khas,dalam waktu 48 jam
pertama post partum
21
Patogenesis sindrom HELLP sampai sekarang belum jelas. Yang ditemukan pada penyakit
multisistem ini adalah kelainan tonus vaskuler, vasospasme, dan kelainan koagulasi.
Sampai sekarang tidak ditemukan faktor pencetusnya. Sindrom ini kelihatannya
merupakan akhir dari kelainan yang menyebabkan kerusakan endotel mikrovaskuler dan
aktivasi trombosit intravaskuler; akibatnya terjadi vasospasme, aglutinasi dan agregasi
trombosit dan selanjutnya terjadi kerusakan endotel. Hemolisis yang didefinisikan sebagai
anemi hemolitik mikroangiopati merupakan tanda khas.
Sel darah merah terfragmentasi saat melewati pembuluh darah kecil yang endotelnya rusak
dengan deposit fibrin. Pada sediaan apus darah tepi ditemukan spherocytes, schistocytes,
triangular cells dan burr cells.
Peningkatan kadar enzim hati diperkirakan sekunder akibat obstruksi aliran darah hati oleh
deposit fibrin di sinusoid. Obstruksi ini menyebabkan nekrosis periportal dan pada kasus
yang berat dapat terjadi perdarahan intrahepatik, hematom subkapsular atau ruptur hati.
Nekrosis periportal dan perdarahan merupakan gambaran histopatologik yang paling
sering ditemukan. Trombositopeni ditandai dengan peningkatan pemakaian dan atau
destruksi trombosit.
MANIFESTASI KLINIS
Pasien sindroma HELLP dapat mempunyai gejala dan tanda yang sangat bervariasi, dari
yang berniali daignostik sampai semua gejala dan tanda pada pasien preeklampsi-eklampsi
yang tidak menderita sindrom HELLP.
Pasien biasanya muncul dengan keluhan nyeri epigastrium atau nyeri perut kanan atas (90%),
beberapa mengeluh mual dan muntah (50%), yang lain bergejala seperti infeksi virus.
Sebagian besar pasien (90%) mempunyai riwayat malaise selama beberapa hari sebelum
tanda lain. Mual dan atau muntah dan nyeri epigastrium diperkirakan akibat obstruksi
aliran darah di sinusoid hati, yang dihambat oleh deposit fibrin intravaskuler. Pasien sindrom
HELLP biasanya menunjukkan peningkatan berat badan yang bermakna dengan edema
menyeluruh. Hal yang penting adalah bahwa hipertensi berat (sistolik160 mmHg, diastolik
110 mmHg) tidak selalu ditemukan.
22
- LDH ≥ 600 IU/L
- AST dan atau ALT ≥ 40IU/L Sindroma Parsial:
- Hemolisis (gambaran sel abnormal)
Terdapat satu atau dua tanda diatas
- LDH ≥ 600 IU/L
DIAGNOSIS BANDING
1. Penyakit yang berkaitan dengan kehamilan
Benign Thrombocytopenia of pregnancy
Acute fatty liver of pregnancy (AFLP)
2. Penyakit infeksi dan inflamasi, tidak spesifik berkaitan dengan kehamilan.
Virus hepatitis
Cholangitis
Cholecystitis
Upper urinary tract Inspection
Gastritis
Gastric ulcer
Acute pancreatitis
3. Trombositopenia
Imunologik thromobocytopenia (ITP)
Folate deficiency
Systemiclupus erythematosus (SLE)
Antiphospholipid syndrome (APS)
4. Penyakit jarang yang memiliki kemiripan dengan sindrom HELLP
Thrombotic thrombocytopenic purpura (TTP)
Haemolytic uremic syndrome (HUS)
TATALAKSANA
a. Diagnosis dini sangat penting mengingat banyaknya penyakit yang mirip dengan
sindroma HELLP
23
b. Pengobatan sindroma HELLP juga harus memperhatikan cara-cara perawatan dan
pengobatan pada preeklampsia dan eklampsia
c. Pemberian cairan intravena harus sangat hati-hati karena sudah terjadi vasospasme
dan kerusakan sel endotel.
d. Bila hendaknya dilakukan section caesarea dan bila trombosit < 50.000/cc, maka
perlu diberikan transfusi trombosit. Bila trombosit < 40.000/cc, dan akan dilakukan
section caesarea maka perlu diberi transfusi darah segar
e. Dapat pula diberikan “plasma exchange” dengan “fresh frozen plasma” dengan
tujuan menghilangkan sisa-sisa hemolisis mikroangiopati.
f. Pemberian double strength dexamethasone diberikan 10 mg IV tiap 12 jam segera
setelah diagnosis sindroma HELLP ditegakkan. Kegunaan pemberiannya yaitu
untuk meningkatkan pematangan paru pada kehamilan preterm dan dapat
mempercepat perbaikan gejala klinis dan laboratoris.
g. Pada sindroma HELLP post partum diberikan dexamethasone 10 mg IV setiap 12
jam disusul pemberian 5 mg dexamethasone 2 kali dalam selang waktu 12 jam.
h. Perbaikan gejala klinik setelah pemberian dexamethasone dapat diketahui dengan :
- Meningkatnya produksi urin
- Meningkatnya trombosit
- Menurunnya tekanan darah
- Menurunnya kadar LDH dan AST
i. Bila terjadi ruptur hepar, sebaiknya segera dilakukan pembedahan lobektomi.
Managemen pada wanita yang mengalami Sindrom HELLP
Pada umumnya ada 3 opsi utama untuk Managemen pada wanita dengan preeklamsi
1. Pelahiran segera adalah pilihan utama pada usia kehamilan 34 minggu atau lebih.
27 – 34 minggu.
3. Managemen konservatif untuk lebih dari 48 – 72 jam dilakukan pada wanita hamil
yang memiliki usia kehamilan <27 minggu. Pada situasi ini, diberikan terapi
kortikosteroid.
Terapi Kortikosteroid
Pelahiran preterm (<37 minggu gestasi) membawa risiko dari RDS (Respiratory
24
Neonatus dapat diobati dengan terapi kortikosteroid dan surfaktan. Pada manusia,
masa yang tepat kesiapan paru-paru sering muncul pada waktu antara 26 – 33 minggu
gestasi.
paru untuk pelahiran bayi yang preterm. Betamethason lebih aman dan lebih
setiap 12 jam) untuk meningkatkan outcome dari perinatal pada Sindrom HELLP yang
Waktu Pelahiran
mungkin.
Wanita dengan Klas 2, komplit atau Klas 1 sindrom HELLP dengan 34 minggu
Pada 34 minggu gestasi, pelahiran segera harus dipilih, jika kondisi maternal tidak
dapat dikontrol secara cepat, dan jika kondisi maternal memburuk atau terdapat
>160/110 mmHg atau perburukan gejala klinis, perburukan fungsi ginjal, asites
buruk, abruptio Placentia, oliguria, edema pulmonal atau eklampsi. Pada kondisi
25
setelah 24 jam . Namun caesarean section lebih baik dilakukan untuk kehamilan
26
DAFTAR PUSTAKA
Hypertension. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2210778918301260
Haram K, Svendsn E, dan Abildgaard U. 2009. The HELLP syndrome : Clinical issues
and Management Article Review. BMC Pregnancy and Childbirth. Vol 9. No. 8.
Tanto C et al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Ed.4 (I). Jakarta : Media Aesculapius.
Waspodo D, et al. 2005. Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar.
27