Nekropsi Ayam
Nekropsi Ayam
PENDAHULUAN
Kesehatan ternak adalah hal yang penting untuk diperhatikan karena kesehatan ternak
berpengaruh terhadap hasil produksi dari ternak, baik pertumbuhan bobot badan serta produksi
telur sehingga menejemen kesehatan ayam juga harus sangat diperhatikan. Banyak sekali
penyakit yang dapat menyerang ayam. Jika ayam mati karena terserang suatu penyakit maka
perlu dilakukan pemeriksaan salah satunya dengan cara nekropsi.
Nekropsi atau bedah bangkai digunakan untuk melakukan pemeriksaan yang cepat dan
tepat dalam menetapkan diagnosa pada beberapa penyakit atau kematian dari seekor hewan.
Biasanya untuk melengkapi hasil diagnosa yang akurat harus ditunjang dengan hasil
pemeriksaan dari beberapa laboratorium penunjang, seperti bakteriolagi, virology, parasitologi,
patologi klinik, dan toxicology. Nekropsi dilakukan untuk menentukan kausa penyakit dengan
melakukan diskripsi lesi makroskopis dan mikroskopis dari jaringan dan dengan melakukan
pemeriksaan serologis dan mikrobiologis yang memadai. Pemeriksaan postmortem dilakukan
bila ditemukan adanya penurunan produksi, terdapat tanda-tanda yang jelas akan sakit atau
diketahui adanya peningkatan jumlah kematian.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui metode nekropsi
Untuk mengetahui prosedur nekropsi secara baik dan benar
Mengidentifikasi organ secara patologi anatomi pada ayam
BAB III
METODOLOGI
Spuit
Needle
Scaple
Gunting bedah
Pinset
Pot organ
Gloves
Ayam sakit
Trash bag
3.2 Metodologi
Ayam
Hasil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Patologis
Gambaran Patologis
Gambaran patologis
Gambar 5.
Pembengkakan pada persendian kaki dan sinovitis pada ayam terserang pullorum
Gambar 6.
Fokal nekrosa paru ayam terinfeksi pullorum dan Lesi nodul jantung ayam menderita pullorum
2.1.4 Avian Influenza (AI)
Gambaran Patologis
Cyanosis pada kepala, perdarahan pada kaki, keluarnya cairan dari hidung dan paruh,
pembengkakan pada kepala.
4.1 Hasil
Gambar Keterangan
ayam sebelum dieuthanasia terlihat bulu kasar,
terlihat lemah
Pulmo normal
Hepar normal
Otak normal
Crop normal
Nasal normal
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan nekropsi pada ayam yaitu dengan cara dieuthanasi
dahulu ayam dengan cara emboli pada foramen magnum kemudian ayam diposisikan rabah
dorsal. Insisi pada bagian paha dan insisi secara transversal abdomen sampai thorax, kemudian
dikuakkan bagian thorax hingga terlihat semua organnya. Kemudian diamati semua organ. Organ
yang terlihat abnormal dapat dikoleksi untuk sampel organ dengan cara dilektakkan pada pot
organ.
Pada hasil praktikum setelah dilakukan nekropsi pada ayam terdapat organ yang
abnormal yaitu pada sekum terdapat manifestasi cacing yang diduga cacing heterakis
gallinarum, karena cacing tersebut predileksinya di sekum. Heterakis gallinarum dapat
ditemukan pada ayam, kalkun, itik, angsa, ayam mutiara, sejenis ayam hutan, burung kuau, dan
burung puyuh, di dalam lumen sekum. Jenis cacing ini dapat dihubungkan dengan peranan
sebagai hospes perantara atau carrier Histomonas meleagridis yang menimbulkan histomoniasis
(black head) pada unggas.. (Fisma, 2013).
Siklus cacing ini sangat sederhana dan langsung. Telur yang keluar bersama kotoran dari
ayam yang sakit atau cacingan akan menjadi infektif dalam waktu 10 – 12 hari pada kondisi
yang optimal. Bila telur cacing yang infektif itu tertelan oleh ayam maka telur tersebut akan
menetas dalam usus buntu (sekum), kemudian larvae hasil tetasan itu akan bebas hidup di dalam
usus buntu (sekum). Mencapai usia dewasa pada hari ke 28 – 30, Ukuran tubuh yang jantan
Cacing jantan panjangnya 3-4 mm, diameter 120-470 mikron, betina panjangnya 8-15mm,
berwarna putih dengan ekor memanjang.
Jika infestasi cacing sudah berat yaitu jumlah cacing dalam tubuh ayam banyak maka
akan terlihat nafsu makan turun, pertumbuhan terhambat, bulu kasar, pucat dan kurus. Gejala
tersebut diikuti dengan penurunan produksi telur yang lebih signifikan, dikarenakan pakan yang
seharusnya diolah dalam tubuh ayam menjadi daging atau telur, diserap cacing sebagai sumber
nutrisi untuk pertumbuhannya. (Fisma, 2013). Heterakis gallinarum, cukup patogen, dalam
jumlah yang banyak dapat menyebabkan kekurusan, peradangan sekum, nodulasi dinding sekum
dalam sampai hepatik granuloma.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa Heterakis gallinarum merupakan
golongan cacing Nematoda, pada umumnya menyerang unggas khususnya ayam yang terdapat
pada organ pencernaan yaitu sekum dan dapat menyerang semua umur, Heterakis gallinarum,
cukup patogen, dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan kekurusan, peradangan sekum,
nodulasi dinding sekum dalam sampai hepatik granuloma. Heterakis gallinarum juga merupakan
pembawa Histomonas meleagridis yang merupakan penyebab penyakit blackhead dan dapat
menurunkan berat badan secara signifikan. Penanganan disamping memberikan obat-obat
cacing, sanitasi lingkungan harus di perhatikan juga kebersihan kandang,
DAFTAR PUSTAKA
Berata, I.K., Anak A.G.A., I Wayan S., I Made M., I Ketut B., dan Ida B.M.O. 2010. Studi
Patologi pada Unggas. Jurnal Veteriner Desember 2010 Vol. 11 No. 4 : 232-237
Fisma, Eka et al. 2013. Pengaruh Pemberian Serbuk Ekstrak Temu Hitam ( Curcuma
aeruginosa ) dan Temu Lawak (Curcuma xanthorrhiza) sebagai Antelmentika Heterakis
gallinarum pada Ayam Petelur. Malang : Universitas Brawijaya.
Jackwood, D.J. 2014. Overview of Infectious Bursal Disease in Poultry. Merck Veterinary
Manual.