Askep BBLR (Lina.m)
Askep BBLR (Lina.m)
A (USIA 1 HARI)
DENGAN DIAGNOSA BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
DI SANTOSA HOSPITAL CENTRAL BANDUNG
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Anak Profesi Ners
Universitas ‘Aisyiyah Bandung
Dosen Pengampu:
Yusi Sofiyah, M. Kep., Ners., Sp. Kep. An.
Disusun oleh :
Lina Marlina
402019080
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Berat badan bayi lahir rendah
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 06 Desember 2020 pukul 12.30 WIB By. Ny. A partus aterm di
Ruang OK Santosa Hospital Central Bandung dengan operasi sectio caesarea
atas indikasi G2P0A1 dengan BCB-KMK (Bayi cukup bulan-kecil masa
kehamilan), KPD (Ketuban Pecah Dini), ISK (Infeksi Saluran Kemih),
kehamilan 37-38 minggu dan air ketuban jernih dengan jenis kelamin
perempuan. Saat lahir bayi langsung menangis, BB saat lahir 2250 gram,
panjang badan 43 cm, lingkar kepala 30 cm dan lingkar dada 27 cm. AFGAR
score satu menit pertama 8 dan lima menit kemudian 10. Bayi tampak sesak,
bibir tidak sianosis, tidak tampak pernapasan cuping hidung dan tidak ada
retraksi dada. TTV saat lahir, nadi = 150 x/menit, suhu 36,5 oc, respirasi 49
x/menit dan SPO2 90 %. Bayi terpasang Continuous Positive Airway Pressure
(CPAP) neopuff dengan FiO2 35 % PEEP 7. Terpasang OGT decompresi,
residu jernih. Bayi dipuasakan, BAK spontan.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 07 Desember 2020 jam 08.00.
Bayi tidak tampak sesak, tidak tampak pernapasan cuping hidung, tidak ada
retraksi dada dan SPO2 95 %. BB bayi masih 2250 gram. Terpasang OGT,
retensi (-), absorbsi baik, reflek hisap lemah, reflek menelan kurang, muntah
tidak ada.
Riwayat Kelahiran :
Usia Kehamilan : 37-38 minggu Berat Badan Lahir : 2250 gram
Masalah Post Natal yang lain √ Ya Tidak
Persalinan : Spontan √ SC Forcep Ekstraksi Vakum
Sebutkan : -
menangis : √ Ya Tidak, Nilai APGAR : 1 menit setelah
lahir 8, 5 menit setelah lahir 10.
Jaundice : Ya √ Tidak, Dilakukan IMD : Ya √ Tidak
Pengobatan yang didapat :
…………………………………………………………………………..
PENGKAJIAN FISIK
1. Pemeriksaan Fisik
TD : - mmHg BB : 2250 kg PB/TB: 43 cm LD: 27 cm
Nadi :168 x/menit, RR : LP: 29 cm LK : 30 cm
45 x/menit Status Gizi : Kurang
Suhu : 36,5 oc
a. Pernafasan b. Sirkulasi c. Kardiovaskuler
Spontan : √ Ya Sianosis : Ya Bunyi jantung
C C
Tidak √ Tidak √ SI √ S II
Alat bantu nafas :
MATURITAS
Ballard score
Maturitas Neuromuscular :
Maturitas Fisik :
Tingkat maturitas : Aterm di antara rentang 37-38 minggu
4. Riwayat Sosiokultural
Status sosial
Tempat tinggal : √ Rumah CPanti CTempat penitipan anak
Yang merawat klien : √ Ibu √ Nenek Pengasuh Lain – lain
Kerabat terdekat yang dapat dihubungi : Nama : Tn. P
Hubungan: Ayah
Telepon: 089674056799
Suku : √ Sunda C Batak Madura Betawi Lain – lain
C C C
Sebutkan
Aturan dalam budaya yang mempengaruhi kesehatan dalam hal : Tidak ada
Sebutkan : Tidak ada
5. Kebutuhan Edukasi
√ Diagnosa Medis √ Tata laksana BBLR
6. DATA PENUNJANG
Tanggal : 06 Desember 2020
7. Terapi
Tanggal : 06 Desember 2020
ANALISA DATA
3. DS : BBLR Resiko
- (Tidak dapat dikaji) ↓ hipotermia
DO : Jaringan lemak dan subkutan
- BB lahir rendah 2250 lebih tipis
gram ↓
- BB sekarang 2250 gram Kehilangan panas melalui
- PB 45 cm kulit
- LD: 27 cm ↓
- LP: 29 cm Resiko hipotermia
- LK : 30 cm
- Usia bayi 1 hari
- TTV: nadi :168 x/menit,
RR : 45 x/menit dan suhu
: 36,5 oc
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan;
ketidakmampuan mencerna makanan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer
3. Resiko hipotermia berhubungan dengan kekurangan lemak subkutan akibat
prematuritas; BBLR
D. PERENCANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Defisit nutrisi berhubungan
Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama: Manajemen Nutrisi
dengan ketidakmampuan
keperawatan selama 30 x 24 Observasi
menelan makanan;
jam, diharapkan status nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi 1. Untuk mengetahui
ketidakmampuan mencerna bayi terpenuhi dengan kriteria keadaan dan kebutuhan
makanan : status nutrisi
- BB meningkat 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan 2. Identifikasi kebutuhan
DS : - PB meningkat keamanan klien terhadap
- (Tidak dapat dikaji) - Hasil atropometri normal makanan
D0 : sesuai usia bayi 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis 3. Menilai asupan makanan
- BB lahir rendah 2250 - Prematuritas menurun nutrient yang adekuat
gram 4. Pemberian nutrisi agar
- Kesulitan makan menurun
- BB sekarang 2250 gram 4. Identifikasi perlunya penggunaan selang OTG adekuat
- Lapisan lemak membaik
- PB 43 cm 5. Memperlihatkan tatus
- LD: 27 cm 5. Monitor asupan makanan nutrisi klien
- LP: 29 cm 6. Memantau perubahan BB
- LK : 30 cm 6. Monitor BB 7. Status nutrisi dapat
- Usia bayi 1 hari 7. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium mempengaruhi hasil
- Klien terpasang OGT laboratorium
- Diit 8x25 cc Terapeutik 8. Pembersihan memperbaiki
- Refleks hisap lemah 8. Lakukan oral hygiene sebelum makan fungsi mulut untuk
- Reflek menelan kurang meningkatkan nafsu
makan
9. Mencegah hihoptermia
9. Sajikan makanan dalam kondisi hangat 10. Agar reflek menelan dan
10. Hentikan pemberian makan melalui selang menghisap semakin
OGT, jika asupan oral dapat ditoleransi adekuat
11. Mempercepat proses
Kolaborasi penyembuhan karena ASI
11. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memiliki nutrisi yang baik
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan :
ASI : 8 x 32,5 ml
30. Gunakan teknik aseptic dalalm perawatan 31. Agar nutrisi parenteral dapat
selang diberikan sesuai target
31. Berikan label pada infus dengan tanggal, 32. Mencegah overload cairan
waktu dan inisial perawat parenteral
32. Atur laju infus, konsentrasi dan volume yang
akan dimasukan 33. Memberikan rasa aman dan
Edukasi trust pada keluarga
33. Jelaskan prosedur dan langkah-langkah
prosedur 34. Agar kebutuhan nutrisi
Kolaborasi neonatus terpenuhi
34. Kolaborai pemberian Nutrisi Parenteral (NP):
D 10 % 48 cc/24 jam
2. Resiko Infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama: Manajemen Imunisasi/
dengan ketidakadekuatan keperawatan selama 3X 24 Vaksinasi
pertahanan tubuh primer jam, tingkat infeksi bayi Observasi:
teratasi dengan kriteria : 1. Identifikasi kontraindikasi pemberian 1. Vaksin harus diberikan
DS : - Tidak ada demam imunisasi sesuai dengan kebutuhan
- (Tidak dapat dikaji) - Tidak ada tanda-tanda Terapeutik: bayi
DO : infeksi 2. Berikan suntikan pada bayi di bagian paha 2. Agar efek terapi vaksin
- BB lahir rendah 2250 - Hasil laboratorium dalam enterolateral dapat bekerja secara efektif
gram batas normal 3. Dokumentasikan informasi vaksinasi 3. Agar pemberian vaksin
- BB sekarang 2250 gram - TTV dalam batas normal dilakukan sesuai dengan
- PB 45 cm - Hasil atropometri sesuai jadwal yang di
- LD: 27 cm usia bayi dokumentasikan
- LP: 29 cm 4. Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang 4. Agar vaksin efektif
- LK : 30 cm tepat meningkatkan imunitas bayi
- Usia bayi 1 hari Edukasi:
- Hasil lab: Leukosit 5. Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi, 5. Agar terjalin BHSP dengan
3
10.930 10 /µl jadwal dan efek samping orang tua klien
- TTV: nadi :168 x/menit, 6. Informasikan imunisasi yang di wajibkan 6. Agar orang tua klien
RR : 45 x/menit dan pemerintah mendapatkan informasi
suhu : 36.5 oc terkait vaksin dari
pemerintah yang wajib
7. Informasikan penyedia layanan Pekan 7. Menambah pengetahuan
Imunisasi Nasional yang menyediakan vaksin tentang PIN
gratis 8. Meningkatkan imunitas bayi
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian imunisasi
Edukasi
12. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 12. Penambahh pengetahuan
keluarga tentang tanda dan
gejala infeksi
13. Anjurkan mneingkatkan asupan nutrisi 13. Agar daha tahan tubuh
terjaga
Kolaborasi 14. Meningkatkan imunitas
14. Kolaborasi pemberian antibiotik: dalam tubuh dan mencegah
infekasi
3. Resiko hipotermia
Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama: Manajemen Hipotermia
berhubungan dengan
keperawatan selama 2 x 24 Observasi 1. Mengetahui perubahan
kekurangan lemak subkutan
jam, diharapkan hipotermia 1. Monitor suhu tubuh suhu
akibat prematuritas; BBLR
membaik dengan kriteria 2. Identifikasi penyebab hipotermia (kekurangan 2. Mencegah bayi kehilangan
hasil : lemak subkutan) kehangatan
DS : - Bayi tidak mengigil 3. Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia 3. Mengetahui resiko
- (Tidak dapat dikaji) - TTV dalam batas normal Terapeutik kegagalan thermoregulasi
DO : - Suhu tubuh 36,5-37,5oc 4. Sediakan lingkungan yang hangat (incubator) 4. Mencegah hipothermi yang
- BB lahir rendah 2250 - Suhu kulit hangat dapat memperparah kondisi
gram dan organ pernafsan bayi
- Hasil atropometri sesuai
- BB sekarang 2250 gram 5. Ganti pakaian/ linen yang basah 5. Mencegah hipothermi
usia bayi
- PB 45 cm 6. Lakukan penghangatan pasif (selimut, 6. Menjaga kestabilan suhu
- Berat badan bayi
- LD: 27 cm menutup kepala, pakaian tebal) bayi agar tetap hangat
- LP: 29 cm meningkat
7. Lakukan penghangatan aktif eksternal 7. Melalui perawatan skin to
- LK : 30 cm (perawatan metode kangguru) skin alternative metode
- Usia bayi 1 hari perawatan bayi terutama
- TTV: nadi :168 x/menit, untuk bayi premature atau
RR : 45 x/menit dan BBLR
suhu : 36,5 oc 8. Mencegah terjadinya syok
Intervensi Utama: Regulasi Temperatur hipotermia
8. Monitor suhu bayi setiap 2 jam 9. Hipotermia mempengaruhi
TTV
9. Monitor TD, frekuensi pernapasan dan nadi 10. Hipotermia dapat terpalpasi
dari suhu kulit dan dapat
10. Monitor warna dan suhu kulit terinpeksi dari warna kulit
11. Dapat dilakukan penangan
segera jika terjadi
11. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia hipotermia
Terapeutik 12. Agar terpantau secara cepat
12. Pasang alat pemantau suhu kontinu jika ada perubahan
13. Cairan dan nutrisi dapat
13. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang memberikan keseimbangan
adekuat panas tubuh
14. Untuk mencegah kehilangan
14. Bedong bayi panas
15. Untuk mengurangi
15. Gunakan topi kehilangan panas
16. Tempakan bayi di bawah radiant marmer 16. Menjaga bayi agar tetap
hangat
17. Untuk mengurangi
17. Pertahankan kelembaban inkubator 50 % kehilangan panas karena
proses evaporasi
18. Agar suhu tubuh bayi dan
18. Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan inkubator sama
19. Mencegah terjadinya
19. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan hipotermia
bayi 20. Menambah pengetahuan
Edukasi orang tua untuk mencegah
20. Jelaskan pencegahan hipotermia karena udara hipotermia
dingin 21. Metode PMK salah satu
21. Demonstrasikan teknik Perawatan Metode penatalaksanaan pada BBLR
Kangguru (PMK) untuk BBLR
E. IMPLEMENTASI BERDASARKAN JURNAL
Pemberian nutrisi untuk mengejar pertumbuhan bayi BBLR dapat dilakukan dengan
pemberian ASI, susu formula BBLR, dan nutrisi parenteral. Pemberian nutrisi parenteral
yang dapat diberikan adalah glukosa, protein, lipid, dan zat besi. Setelah pemberian nutrisi
parenteral selesai untuk membantu meningkatkan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan maka
diberikan ASI terfortifikasi sebagai ASI tambahan.
Pemberian nutrisi yang tepat secara dini dapat membantu mencegah gangguan tumbuh
kembang pada bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
2. Resiko infeksi Jurnal: Tujuan utama imunisasi hepatitis B (HB) ialah untuk mencegah terjadinya hepatitis kronik
berhubungan Pemberian Imunisasi Hepatitis serta karier dan bukan untuk menyembuhkan hepatitis akut atau infeksi oleh virus HB
dengan B pada Bayi Prematur (VHB). Faktor yang penting dan berpengaruh pada respons imunogenik adalah dosis antigen
ketidakadekuatan yang diberikan, umur bayi/anak, dan keadaan kompetensi imun resipien. Di samping hal
pertahanan tubuh Penulis: tersebut, respons imunologi yang optimal harus seimbang dengan kebutuhan, sehingga tujuan
primer Ismalita I. imunisasi dapat dicapai (Hadinegoro, 1997 dalam Ismalita, 2016).
Tahun: Bayi prematur, termasuk bayi berat lahir rendah, tetap dianjurkan untuk diberikan imunisasi
2016 sesuai dengan umur kronologisnya dengan dosis dan jadwal yang sama dengan bayi cukup
bulan (Satari, 1997 dalam Ismalita, 2016).
3. Resiko hipotermia Jurnal: Salah satu faktor risiko utama untuk morbiditas dan mortalitas dalam 28 hari pertama
berhubungan Pengaruh Perawatan Metode kehidupanneontaladalah hipotermia. Hipotermia juga telah terbukti menjadi faktor risiko
dengan Kangguru (PMK) Terhadap untuk sepsis neonatal, perdarahan intra-ventrikel, dan enterokolitis nekrotikans.
kekurangan lemak Pencegahan Hipotermi pada Hipotermia pada bayi baru lahir adalah umum di seluruh dunia dengan prevalensi berkisar
subkutan akibat Bayi Baru Lahir antara 32 hingga 85 persen. Insiden hipotermia neonatal jauh lebih tinggi di negara
prematuritas; berkembang.5Hipotermia adalah kondisi suhu tubuh dibawah normal. Adapun suhu normal
BBLR Penulis: bayi pada neonatus adalah 36,5oC-37,5°C (suhu ketiak) dan hipotermi dibawah 36,0 oC.
Parti, Sumiati Malik, Nurhayati
Salah satu tindakan pencegahan hipotermia pada bayi baru lahir dapat dilakukan
Tahun: dengan menghangatkan tubuh bayi, yaitu dengan merawat secara konvensional di
2020 dalam inkubator, namun, teknologi inkubator relatif mahal. Penggunaan incubator di
negara berkembang memerlukan perhatian khususterutama terhadap ketersediaan sumber
listrik yangmemadai, tenaga terlatih untuk supervisi, pemeliharaan,dan perbaikan alat,
sterilisasi inkubator, dan jumlahinkubator. Seringkali dijumpai satu inkubator
digunakanuntuk lebih dari satu bayi karena jumlahnya terbatas,hal ini meningkatkan
risiko terjadinya infeksinosokomial.
Perawatan dengan metode kanguru (PMK) yaitu dengan melakukan kontak langsung
antara kulit bayi dengan kulit ibu merupakan cara yang efektif untuk memenuhi
kebutuhan bayi baru lahir yang paling mendasar yaitu kehangatan, air susu ibu, perlindungan
dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang. Metode ini sangat tepat dan mudah
dilakukan guna mendukung kesehatan dankeselamatan bayi yang lahir premature maupun
yang aterm. Kehangatan tubuh ibu merupakan sumber panas yang efektif. Hal ini terjadi bila
ada kontak langsung antara kulit ibu dengan kulit bayi.
Manfaat daricara perawatan metode kangurudiantaranya detak jantung bayi stabil,
pernafasannya lebih teratur, sehingga penyebaranoksigen ke seluruh tubuh pun lebih baik.
Bayidapat tidur dengan nyenyak dan lama, lebihtenang, lebih jarang menangis dan kenaikan
berat badannya menjadi lebih cepat,mempermudah pemberian ASI, mempererat ikatan
batin antara ibu dan anak, sertamempersingkat masa perawatan antara ibu dan anak.
Keberhasilan pelaksanaan metode kanguru sangat dipengaruhi oleh dukungan ibu dalam
melaksanakan PMK, ibu yang melaksanakan PMK dengan baik akan berdampak pada
peningkatan suhu tubuh bayi dan terhindar dari kejadian hipotermi.Perawatan ibu kanguru
meningkatkan pertumbuhan dan mengurangi masalah bayi berat lahir rendah seperti
hipotermia, hipoglikemia, dan lama tinggal di rumah sakit. Oleh karena itu, harus
direkomendasikan dalam perawatan semua neonatus berisiko tinggi ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan (pengaruh) suhu tubuh bayi
sebelum dan sesudah dilakukan PMK dengan nila p<0,001.