Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PRAKTIKUM SMK3

HOME INDUSTRI TEMPE

Dosen Pengajar :

Demes Nurmayanti, ST, M.Kes

Hadi Suryono, ST, MPPM

Novra Herlian Rojabiansyah, S.Tr.Kes

Disusun Oleh :

Mertantio Galih Lucky Sugiyanto P27833118023

PRODI D3 SANITASI SEMESTER V JURUSAN

KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA


TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga tugas penyusunan Laporan SMK3 “Home Industri
Tempe Bpk Jatmiko Bandar Lampung” dapat terselesaikan. Laporan ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas Praktikum mata kuliah SMK3.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Demes selaku Dosen Mata
Kuliah SMK3 yang telah membimbing kami dalam penyelesaian Laporan ini,
sehingga dapat terselesaikan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa penyusunan Laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Hal itu disebabkan karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan
yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca sekalian demi perbaikan Laporan di masa yang akan datang. Kami
berharap Laporan ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Surabaya, 30 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 5
A. Latar Belakang......................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 6
C. Tujuan ..................................................................................................................... 7
D. Manfaat .................................................................................................................. 7
BAB II .............................................................................................................................. 9
GAMBARAN UMUM INDUSTRI ........................................................................................ 9
A. Sejarah Industri ....................................................................................................... 9
B. Identitas Industri ..................................................................................................... 9
C. Lokasi Industri ......................................................................................................... 9
D. Sarana dan Prasarana.............................................................................................. 9
BAB III ........................................................................................................................... 12
PELAKSANAAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN ............................................................... 12
A. Waktu dan Lokasi .................................................................................................. 12
B. Alat dan Bahan ...................................................................................................... 12
C. Langkah Praktikum ................................................................................................ 12
BAB IV ........................................................................................................................... 13
Hasil dan Pembahasan .................................................................................................. 13
A. Hasil Kegiatan dan Pembahasan ............................................................................ 13
1. Cara membuat tempe secara Tradisional ............................................................... 13
2. Perancangan Sistem K3 dan Perencanaan Implementasi K3 ................................... 13
3. Perencanaan Implementasi K3............................................................................... 14
4. Risk Assesmen ....................................................................................................... 18
5. Penilaian House keeping ....................................................................................... 22
BAB V ............................................................................................................................ 23
PENUTUP ...................................................................................................................... 23
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 23
B. Saran ..................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 24
LAMPIRAN................................................................................................................. 25
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan Praktik Kerja Home Industri merupakan salah satu pelaksanaan


proses belajar yang dilaksanakan di lapangan atau di dunia kerja dan salah
satunya dilaksanakan di home Industri, baik home industri penghasil barang
dan atau jasa. Pelaksanaan kegiatan Praktik Belajar Lapangan di home industri
sebagai bentuk proses belajar mahasiswa untuk memenuhi Capaian
Pembelajaran (CP) Mata Kuliah Praktik SMK3 pada Program Studi Diploma
III Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Surabaya. Praktik Belajar Lapangan di home industri dilaksanakan dengan
pendekatan Scientific, partisipative, dan komphrehensif sesuai dengan Peran
dan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL).
Mahasiswa Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan disiapkan
sebagai calon tenaga kesehatan ligkungan atau Teknisi Sanitarian Madya yang
salah satu perannya adalah sebagai Pelaksana Inspeksi Kesehatan Lingkungan
di Industri. Oleh karena itu, mahasiswa dibekali kegiatan Praktik Kerja
Industri/Home Industri untuk memenuhi kompetensi yang dirumuskan dalam
bentuk capaian pembelajaran yaitu, mampu mengelola kelompok kerja dan
menyusun laporan tertulis secara komphrehensif serta bertanggung jawab pada
pekerjaan yang menjadi tugasnya sendiri di bidang kesehatan lingkungan serta
dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok orang
dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja.
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Surabaya sebagai salah satu Program Studi yang mempunyai tugas
menghasilkan Tenaga Ahli Madya Kesehatan Lingkungan (Level 5) sesuai
yang memiliki pengetahuan, sikap, keterampilan, serta menguasai teknologi
sehingga dapat menjalankan tugas nantinya secara professional sebagaimana
diatur pada Peraturan Presiden RI No: 8 Tahun 2012 tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 32
Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian.
Lulusan siap pakai dan terampil dalam menjalankan tugas sebagai Inspektor
nantinya maka Kegiatan Praktik Industri kecil maupun besar menjadi penting
bagi mahasiswa Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya harus dilaksanakan secara komprehendif
melalui kegiatan perencanaan SMK3 di home industri , melakukan risk
assesment, melakukan penilaian housekeeping di home industri tersebut dan
menyimpulkan hasil kegiatan observasi penilaian kesehatan lingkungan di
tempat kerja serta penyusunan laporan.

Salah satu industri kecil di Indonesia adalah industri tempe. Industri tempe
merupakan bentuk kegiatan ekonomi yang bersifat kecil, dan tidak
membutuhkan banyak tenaga kerja. Menurut UU No. 5 tahun 1984 tentang
perindustrian, industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
yang mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi
barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan
rancangan bangun dan perekayasaan industri.

Banyaknya konsumsi tempe pada masyarakat Indonesia membuat industri


tempe terus berkembang salah satunya adalah home industri tempe Bapak
Jatmiko di Bandarlampung yang bertempat di Perumahan BKP Gg waluh
no.VIII kec. kemiling permai, kel. Kemiling, Bandarlampung

Home Industri milik Bpk Jatmiko ini merupakan pengolah tempe yang
sudah lama sejak 2005 hingga sekarang.Home industri ini juga sudah memliki
perkembangan zaman dan masih memakai alat yang sederhana dan
konvensional, hal yang dipaparkan oleh bapak Jatmiko selaku pemilik home
industri tempe ini menyatakan bahwa industri tempe yang dikembangkan nya
memberikan penghasilan yang baik untuk keluarga dan sekitarnya.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana 3 capaian SMK3 dalam kegiatan perencanaan SMK3 di home


industri , melakukan risk assesment, melakukan penilaian housekeeping di
home industri di home industri tempe Bapak Jatmiko di Bandarlampung yang
bertempat di Perumahan BKP Gg waluh no.VIII kec. kemiling permai, kel.
Kemiling, Bandarlampung Tahun 2020 ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menerapkan ilmu dan teknologi dalam
melaksanakan Inspeksi/Pengawasan Kesehatan Lingkungan di Home
Industri pengolah tempe Bpk Jatmiko.
2. Tujuan Khusus
a. Menyusun rencana kegiatan observasi dan penilaian
b. Melaksanakan kegiatan observasi dan penilaian
c. Menganalisis hasil observasi dan penilaian
d. Menyimpulkan hasil observasi dan penilaian
e. Menyusun laporan kegiatan observasi dan penilaian
f. Mempresentasikan hasil kegiatan observasi dan penilaian

D. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa
a. Mempraktikkan pengetahuan dan keterampilan pengawasan
kesehatan lingkungan di dunia nyata.
b. Memberi pengalaman langsung kepada mahasiswa dalam membuat
perencanaan,risk assesment, dan penilaian housekeeping dan
penyusunan laporan kegiatan pengawasan kesehatan lingkungan di
tempat kerja.
c. Membina mahasiswa agar menjadi seorang pengawas
Sanitasi/Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Controler) di
home industri pengolah tempe Bpk Jatmiko di Bandarlampung.
2. Bagi Perguruan Tinggi
a. Mengembangkan jejaring kerjasama dengan lahan praktik yang
sekaligus pengguna lulusan.
b. Pemenuhan kompetensi lulusan yang dirumuskan dalam capaian
pembelajaran lulusan (CPL).
3. Bagi Home Industri
a. Memperoleh bantuan tenaga dan pikiran dalam mengatasi masalah
Sanitasi/Kesehatan Lingkungan di tempat kerja industri.
b. Memperoleh kesempatan untuk ambil bagian dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa melalui penerimaan mahasiswa praktek di Industri.
BAB II

GAMBARAN UMUM INDUSTRI

A. Sejarah Industri

Home Industri Tempe Bapak Jatmiko merupakan home industri yang


bergerak dalam bidang pengolahan hasil perkebunan kedekai khususnya dalam
proses pembuatan tempe. Home Industri yang sudah ada pada tahun 2005 dan
mulai beroperasi .
Sampai saat ini Home Industri yang dijalankan oleh Bapak Jatmiko sudah
bisa membuat tempe hingga 100 – 300 buah perharinya yang nantinya tempe
tersebut di sebarkan oleh pedagang – pedagang.

B. Identitas Industri

Nama Industri : Home Industri Tempe Bapak Jatmiko

Alamat Industri : Perumahan BKP Gg waluh no.VIII kec. kemiling


permai, kel. Kemiling, Bandarlampung

Penanggung Jawab : Bapak Jatmiko

C. Lokasi Industri

Home Industri Tempe Bapak Jatmiko berada dikawasan perumahan yang


sudah baik lingkungan dan fasilitas di perumahan tersebut.

D. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana produksi pada suatu perusahaan kecil maupun besar
sangat dibutuhkan sebagai penunjang kelancaran operasional produksi.
Dengan adanya sarana dan prasarana tersebut, maka proses produksi pada
home industri akan berjalan dengan lancar.
1. Sarana
Sarana adalah berbagai macam peralatan yang digunakan untuk proses
pengolahan tempe. Sarana yang dimiliki oleh Home industri Bpk Jatmiko
antara lain adalah :
a. Meja yang terbuat dari bahan yang kedap air dan kuat, yang digunakan
untuk tempat meletakkan wadah dalam pengupasan kacang kedelai dari
kulitnya.
b. Basket, digunakan sebagai wadah kacang kedelai setelah disortir dan
pada, pencucian sampai pada pemberian ragi pada kacang kedelai.
c. Keranjang plastik yang digunakan untuk tempat dalam proses pencucian
, kacang kedelai.
d. Box penampungan, digunakan untuk penampungan sementara bahan
baku .
e. Tempat perebusan seperti panci yang berguna untuk merebus kacang
kedelai
f. Selang air, digunakan sebagai salah satu media dalam pencucian baik
bahan baku, peralatan maupun membersihkan lantai ruang proses. .
g. Gayung, digunakan untuk pengambilan air dengaan cara disiramkan ke
kacang kedelai.
h. Meja kayu, digunakan sebagai tempat penyusunan kacang kedelai yang
nanti nya diberikan ragi
2. Prasarana
Prasarana digunakan untuk menunjang kegiatan yang ada di Home
industri pak jatmiko. Dengan prasarana pekerja dapat menyelesaikan proses
pengolahan tempe dengan baik. Adapun prasarana yang terdapat pada
Home industri pak jatmiko adalah sebagai berikut :
a. Ruang proses produksi digunakan sebagai tempat penyortiran,
pencucian, , penyusunan bahan baku beserta meja untuk penyusunan
kacang kedelai yang sudah siap diberi ragi.
b. Ruang penyimpanan berfungsi untuk tempat pendiaman kacang kedelai
dalm proses menjadi tempe.
c. Bak penampung, bak penampung ini digunakan untuk menampung
bahan baku yang datang penyimpanan sebelum diproses .
d. Pintu dan curtain adapun pintu ini dilengkapi dengan tirai plastik
berwarna putih bening yang berfungsi untuk menahan serangga yang
masuk ke dalam ruang proses dan untuk mengurangi fluktuasi suhu pada
ruang proses.
e. Perlengkapan kerja, adapun macam-macam perlengkapan seperti
pakaian bersih, dilengkapi masker, sarung tangan, dan sepatu boot.
f. Toilet, toilet ini terpisah dari unit proses penyimpanan kacang kedelai
yang akan menjadi tempe namun jaraknya cukup dekat.
g. Gudang, tempat ini berfungsi untuk menyimpan bahan-bahan penunjang
seperti bahan pengepak , dan juga peralatan produksi.
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN

A. Waktu dan Lokasi

1. Hari/Tanggal :Senin, 30 November 2020


2. Pukul : 10:00 – selesai
3. Lokasi : di Perumahan BKP Gg waluh no.VIII kec. kemiling permai, kel.
Kemiling, Bandarlampung

B. Alat dan Bahan

- Instrumen Pemeriksaan (dilampirkan)


- Alat Tulis.
- Laptop

C. Langkah Praktikum

- Menentukan Lokasi Home Industri


- Melakukan observasi dan penilaian sesuai dengan pedoman instrumen yang
sudah di susun
- Menyusun laporan praktikum
BAB IV

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Kegiatan dan Pembahasan

1. Cara membuat tempe secara Tradisional :


1. Cuci kacang kedelai setelah itu rendam selama 24 jam.
2. Kacang kedelai akan mengembang
3. Setelah kedelai mengembang, kupas kacang kedelai dari kulitt
arinya
4. Setelah bersih, tuangkan kacang kedelai ketempat wadah
sementara dan diberi air secukupnya
5. Rebus selama 30 menit, setelah itu buang air rebusan yang
berguna untuk mengeringkan kacang kedelai
6. Jika sudah kering tuangkan ke wadah , lalu tuangkan ragi
kedalamnya.
Aduk hingga merata
7. Setelah merata , pindahkan kedelai kedalam plastik
8. Tutup plastik dengan dengan rapat (dapat menggunakan lilin api
untuk merapatkan plastik)
9. Pindahkan ke meja yang berada diruang penyimpanan , untuk
didiamkan selama 2 hari.
10. Setelah 2 hari, tempe sudah jadi dan siap untuk diolah menjadi
berbagai selera.

2. Perancangan Sistem K3 dan Perencanaan Implementasi K3

Perancangan sistem K3 ini berdasarkan hasil observasi


kondisi kerja saat ini dinilai dalam pengawasan, pengaruh kondisi
kerja terhadap lingkunga kerja. Perancangan ini dapat berupa
prosedur penempatan material dan peralatan, prosedur penanganan
kecelakaan dan lain sebagainya sesuai dengan hasil dari observasi.
Dari penerapan K3 yang telah ada dan yang dilakukan K3
perbaikan, maka akan diberikan perencanaan implementasi K3. Hal
ini dilakukan untuk mengefektifkan K3 di lingkungan kerja.
3. Perencanaan Implementasi K3

Setelah dirancang sistem K3 yang disesuaikan dengan kondisi


saat ini IKM, perlu adanya perencanaan implementasi K3.
Perencanaan ini dibuat untuk memudahkan pemilik menerapkan
sistem K3 yang telah dibuat pada subbab sebelumnya. Berikut
perencanaan implementasi K3 yang terdiri dari kriteria tiap aspek
dan indikatornya. Kriteria merupakan hal yang ada pada
perancangan sistem K3 disetiap aspek, sedangkan indikator
performansi merupakan tolak ukur dari kriteria yang harus dicapai.
Berikut ini kriteria dan indikator performansi untuk masing-masing
aspek.

 Pencahayaan
 Kriteria
1. Penggunaan dan pemaksimalan cahaya matahari di area kerja.
2. Lampu lokal untuk pekerjaan presisi.
 Indikator performansi
1. Cahaya yang masuk dapat menerangi seluruh ruang proses.
2. Penggunaan lampu sesuai kebutuhan, untuk proses biasa seperti
injeksi menggunakan cahaya dengan kuat pencahayaan 500 lux
dan untuk pekerjaan presisi seperti embos menggunakan cahaya
dengan kuat pencahayaan 2000 lux.
 Pengendalian Zat Berbahaya
 Kriteria
1. Penggunaan partisi dari sumber panas/ kebisingan.
2. Pemaksimalan penggunaan ventilasi alami.
3. Memastikan pelarut/ cat tertutup.
 Indikator performansi
1. Bahan partisi disesuaikan dengan kebutuhan.
2. Jumlah partisi disesuaikan dengan jumlah kebutuhan.
3. Pemeriksaan kondisi partisi dilakukan 1 bulan sekali
4. Jumlah ventilasi disesuaikan dengan kebutuhan, mengelilingi
ruang produksi.
5. Pembersihan ventilasi dilakukan minimal 2 minggu sekali.
6. Memastikan pelarut/ cat tertutup selama proses dan setiap selesai
jam kerja
 Fasilitas Kesejahteraan
 Kriteria
1. Penyediaan pelindung diri bagi pekerja.
2. Penyediaan kotak P3K di area kerja.
3. Program kesehatan untuk pekerja.

 Indikator performansi
1. Jumlah masker dan sarung tangan disediakan sejumlah
pekerja di bagian proses yang membutuhkan masker dan
sarung tangan.
2. Jumla kotak P3K minimal 1 dengan isi kotak P3K
disesuaikan dengan jumlah pekerja dan memenuhi
standar.
3. Program kesehatan dilakukan secara teratur baik dalam
periode mingguan, bulanan maupun tahunan.
4. Pemeriksaan kondisi masker, sarung tangan dan
kelengkapan isi kotak P3K dilakukan minimal 2 minggu
sekali.
 Lingkungan Kerja
 Kriteria
1. Alat pemadam api ringan tersedia di area kerja.
2. Lantai ruang produksi tidak licin.
3. Penyediaan wadah sampah/ limbah di area kerja.
 Indikator performansi
1. Alat pemadam api ringan minimal terdapat 1 buah di setiap
tempat kerja.
2. Pembersihan lantai dari benda yang dapat membuat licin setiap
jam.
3. Jumlah wadah limbah disesuaikan dengan jumlah
bagian proses, minimal terdapat 2 wadah di bagian
depan dan belakang tempat produksi.
4. Wadah sampah/ limbah disesuaikan dengan jenis sampah/
limbah.
 Organisasi Pekerjaan
 Kriteria
1. Kebijakan dan pelatihan K3 untuk pekerja.
2. Terdapat peraturan karyawan di tempat kerja.
 Indikator performansi
1. Pemilik memiliki komitmen untuk membuat kebijakan K3.
2. Sosialisasi K3 dilakukan minimal 1 kali dalam satu bulan.
3. Melakukan pertemuan antara pemilik dan pekerja 1 bulan sekali.
4. Peraturan kerja diketahui dan dipahami oleh seluruh pekerja.

 Posisi kerja
 Kriteria
1. Posisi kerja duduk yang baik dan nyaman dengan penambahan
fasilitas bangku.
2. Posisi kerja yang baik dan nyaman untuk pekerja pada posisi
berdiri dengan penambahan fasilitas kursi yang disesuaikan
dengan ketinggian kerja.
 Indikator performansi
1. Keluhan bagian tubuh berkurang karena posisi kerja yang baik.
2. Absensi pekerja berkurang.
Dari perancangan sistem K3 terdapat beberapa poin yang dapat
dilakukan untuk menghasilkan perbaikan pada UD Putri Diana
antara lain
Penyediaan alat bantu pengambilan limbah plastik panas pada
proses injeksi Penyediaan alat ini tidak memerlukan jumlah yang
banyak, cukup
disediakan sesuai jumlah pekerja pada proses injeksi yang
melakukan prosesnya dengan jumlah lima pekerja sehingga
dibutuhkan lima alat bantu. Alat bantu dapat menggunakan
penjepit yang biasa digunakan untuk penjepit roti namun dengan
sedikit menambahkan pelapis kain jika bahan alat tersebut dari
besi. Dapat juga alat dengan bahan dari kayu sehingga tanpa
memodifikasi alat bantu dapat langsung di gunakan.
 Penyediaan sarung tangan dan masker
Pada proses produksi sepatu tidak semua pekerja
membutuhkan sarung tangan dan masker, hanya beberapa bagian
proses yang memerlukannya karena proses kerja yang
berhubungan langsung dengan objek yang panas atau bau yang
menyengat. Terdapat dua proses yang memerlukan sarung tangan
dan masker untuk meminimalisir gangguan kesehatan bagi
pekerja. Sarung tangan diperlukan untuk proses injeksi dan
inspeksi yang menggunakan solder listrik. Masker diperlukan
untuk proses sablon dan injeksi. Pada proses injeksi yang
memerlukan sarung tangan disesuaikan dengan jumlah pekerja
yang berjumlah lima pekerja, sedangkan untuk proses solder
memerlukan dua sarung tangan karena jumlah pekerja yang
menggunakan solder sebanyak dua pekerja. Pada proses
penyablonan memerlukan masker sebanyak sembilan buah
sedangkan untuk proses injeksi memerlukan masker sebanyak
lima buah.
 Penyediaan alat pemadam api ringan
Tersedianya alat pemadam api ringan di tempat kerja
sangat di perlukan, apalagi dengan proses produksi UD Putri
Diana yang berhubungan dengan bahan baku yang mudah
terbakar seperti kertas, kain dan kardus. Pada UD Putri Diana
jumlah pemadam api ringan untuk tempat produksi I
diperlukan sebanyak dua buah. Hal ini dikarenakan seluruh
bahan baku yang terdapat ditempat produksi I mudah
terbakar, selain itu jumlah pekerja yang banyak sehingga
dibutuhkan dua alat pemadam api ringan di ruangan bagian
penyimpanan dan ruang proses finishing dan injeksi. Jumlah
pemadam api ringan pada tempat produksi II cukup
menyediakan satu buah karena jumlah pekerja yang lebih
sedikit dari tempat produksi II. Penempatan alat pemadam api
ringan tempat produksi II dapat diletakkan di ruang sablon
karena ruang tersebut terdapat rak yang terbuat dari kayu
sehingga memiliki potensi bahaya lebih dari bagian proses
yang lain.

4. Risk Assesmen

1) Pengangkutan Kayu Bakar


Kegiatan pengangkutan kayu bakar mempunyai risiko tinggi
terjatuh karena lantai licin yang disebabkan pada area tempat produksi
terdapat genangan air dari sisa air pembuatan tempe, proses ini belum ada
pengendalian, Pengendalian yang di sarankan adalah secara enginering
control yaitu dengan membuat saluran pembuangan air agar air proses
pembuatan tempe tidak lagi membahasi lantai pembuatan tempe,
Pengendalian secara Administrasi yaitu pemilik usaha harus membuat
aturan tentang standar operasional prosedur dimana para pekerja harus
membuang air sisa proses pembauatan tempe ke dalam saluaran
pembauangan. Pengendalian sacara alat pelindunng diri (APD) para
informen wajib menggunakan sepatu anti slip agar jika ada lantai yang
basah akibat air dari proses pembuatan tempe tidak membahayakan bagi
informan. Setelah dilakukan pengendalian maka kemungkinan terjadinya
akan turun yang awalanya likelihood 5 menjadi 3 maka kategori risikonya
mejadi sedang.

2) Pengangkutan kacang kedelai ke dalam gudang


Kegiatan pengangkutan kacang kedelai ke dalam gudang
mempunyai risiko tinggi terjatuh karena lantai licin yang disebabkan pada
area tempat produksi terdapat genangan air dari sisa air pembuatan tempe,
proses ini belum ada pengendalian, Pengendalian yang di sarankan adalah
secara enginering control yaitu dengan membuat saluran pembuangan air
agar air proses pembuatan tempe tidak lagi membahasi lantai pembuatan
tempe, Pengendalian secara Administrasi yaitu pemilik usaha harus
membuat aturan tentang standar operasional prosedur dimana para pekerja
harus membuang air sisa proses pembauatan tempe ke dalam saluaran
pembauangan. Pengendalian sacara alat pelindunng diri (APD) para
informen wajib menggunakan sepatu anti slip agar jika ada lantai yang
basah akibat air dari proses pembuatan tempe tidak membahayakan bagi
informan. Setelah dilakukan pengendalian maka kemungkinan terjadinya
akan turun yang awalanya likelihood 5 menjadi 3 maka kategori risikonya
mejadi sedang.
3) Perebusan kacang kedelai
Kegiatan perebusan kacang kedelai mempunyai risiko tinggi kulit
melepuh yang disebabkan oleh Air panas yang berasal dari pengambilan
kacang yang di rebus dengan menggunakan ember, proses ini dilakukan
selama 2,5 jam sehingga kemungkinan terjadinya kejadian melepuh pada
kulit cukup tinggi. Pada proses ini belum ada pengendalianya maka di
sarankan untuk melakukan Pengendalian secara engineering control dengan
cara menganti ember pakai gayung yang panjang, Pengendalian secara
administrasi yaitu dengan membuat rambu K3, dan Pengendalian secara
Penggunaan APD (sarung tangan). Setelah ada saran pengendalian maka
kategori risiko akan turun yang awalnya tinggi menjadi sedang.
Kegiatan perebusan kacang kedelai mempunyai risiko tinggi terjatuh
karena lantai licin yang disebabkan pada area tempat produksi terdapat
genangan air dari sisa air pembuatan tempe, proses ini belum ada
pengendalian, Pengendalian yang di sarankan adalah secara enginering
control yaitu dengan membuat saluran pembuangan air agar air proses
pembuatan tempe tidak lagi membahasi lantai pembuatan tempe,
Pengendalian secara Administrasi yaitu pemilik usaha harus membuat
aturan tentang standar operasional prosedur dimana para pekerja harus
membuang air sisa proses pembauatan tempe ke dalam saluaran
pembauangan. Pengendalian sacara alat pelindunng diri (APD) para
informen wajib menggunakan sepatu anti slip agar jika ada lantai yang basah
akibat air dari proses pembuatan tempe tidak membahayakan bagi informan.
Setelah dilakukan pengendalian maka kemungkinan terjadinya akan turun
yang awalanya likelihood 5 menjadi 3 maka kategori risikonya mejadi
sedang.

4) Pemindahan Kacang kedelai ke Drum penyimpanan


Kegiatan pemindahan kacang kedelai ke drum penyimpanan
mempunyai risiko tinggiterjatuh karena lantai licin yang disebabkan pada
area tempat produksi terdapat genangan air dari sisa air pembuatan tempe,
proses ini belum ada pengendalian, Pengendalian yang di sarankan adalah
secara enginering control yaitu dengan membuat saluran pembuangan air
agar air proses pembuatan tempe tidak lagi membahasi lantai pembuatan
tempe, Pengendalian secara Administrasi yaitu pemilik usaha harus
membuat aturan tentang standar operasional prosedur dimana para pekerja
harus membuang air sisa proses pembauatan tempe ke dalam saluaran
pembauangan. Pengendalian sacara alat pelindunng diri (APD) para
informen wajib menggunakan sepatu anti slip agar jika ada lantai yang basah
akibat air dari proses pembuatan tempe tidak membahayakan bagi informan.
Setelah dilakukan pengendalian maka kemungkinan terjadinya akan turun
yang awalanya likelihood 5 menjadi 3 maka kategori risikonya mejadi
sedang.
Kegiatan perebusan kacang kedelai mempunyai risiko tinggi kulit
melepuh yang disebabkan oleh Air panas yang berasal dari pengambilan
kacang yang di rebus dengan menggunakan ember, proses ini dilakukan
selama 2,5 jam sehingga kemungkinan terjadinya kejadian melepuh pada
kulit cukup tinggi. Pada proses ini belum ada pengendalianya maka di
sarankan untuk melakukan Pengendalian secara engineering control
dengan cara menganti ember pakai gayung yang panjang, Pengendalian
secara administrasi yaitu dengan membuat rambu K3, dan Pengendalian
secara Penggunaan APD (sarung tangan). Setelah ada saran pengendalian
maka kategori risiko akan turun yang awalnya tinggi menjadi sedang.

5) Pemindahan Kacang ke Mesin Pemecahan


Kegiatan pemindahan kacang ke mesin pemecah memiliki risiko
tinggi tersetrum yang di sebabkan oleh Instalasi Listrik karena pekerja
mencabut stop kontak listrik mesin pengupas kacang dengan kondisi tangan
basah pada pekerja bagian pengupasan kacang yang berisiko terjadinya
tersetrum. Proses ini belum ada pengendalian, adapun sarang pengendalain
dengan cara Pengendalian secara substitusi dengan mengganti colokan
menjadi stop kontak, Adminitrasi kontrol (mengeringkan tangan),
Pengendalian menggunakan APD (sarung tangan). Setelah adanya usulan
pengendalainnya maka tingkat risikonya likelihood akan menurun awalnya
2 menjadi 1 dengan kategori risiko sedang. Kegiatan pemindahan kacang
kedelai ke mesin pemecah mempunyai risiko tinggi terjatuh karena lantai
licin yang disebabkan pada area tempat produksi terdapat genangan air dari
sisa air pembuatan tempe, proses ini belum ada pengendalian, Pengendalian
yang di sarankan adalah secara enginering control yaitu dengan membuat
saluran pembuangan air agar air proses pembuatan tempe tidak lagi
membahasi lantai pembuatan tempe, Pengendalian secara Administrasi
yaitu pemilik usaha harus membuat aturan tentang standar operasional
prosedur dimana para pekerja harus membuang air sisa proses pembauatan
tempe ke dalam saluaran pembauangan. Pengendalian sacara alat
pelindunng diri (APD) para informen wajib menggunakan sepatu anti slip
agar jika ada lantai yang basah akibat air dari proses pembuatan tempe tidak
membahayakan bagi informan. Setelah dilakukan pengendalian maka
kemungkinan terjadinya akan turun yang awalanya likelihood 5 menjadi 3
maka kategori risikonya mejadi sedang
Kegiatan pemindahan kacang kedelai ke mesin pemecah memiliki risiko
tinggi tuli yang sebabkan oleh kebisingan, Sumber kebisingan bersumber dari
putaran mesin pada saat pengupasan kulit kacang kedelai, kebisingan ini
menggangu pada pekerja yang bagian pengupasan kulit. Pengendalian pada
proses ini belum ada, maka memberikan pengendalian secara substitusi
dengan mengganti mesin yang kebisingannya lebih rendah, Pengendalian
secara engineeringcontorl dengan meredam suara mesin dan Penggunaan
APD (ear plug). Setelah adanya pengendalain maka kategori risiko akan
turun menjadi sedang.

6) Pemisahan Kulit dan Pencucian kacang


Kegiatan pemisahan kulit dan pencucian kacang memiliki risiko
tinggi cedera punggung yang disebabkan oleh proses pemisahan kulit dan
pencucian kacang pekerja melakukan dengan cara membungkuk dengan
durasi 1 jam hal ini berisko pada kesehatan pekerja. Proses ini belum ada
pengendalian yang dilakukan, pengendalian yang harus dilakukan dengan
cara pengendalian secara engineering control dengan drumnya lebih tinggi,
adminitrasi kontrol dengan membuat SOP. Setelah adanya pengendalian
maka kategori risiko akan menjadi sedang
Kegiatan pemisahan kulit dan pencucian kacang memiliki risiko tinggi
terjepit yang sebabkan oleh drum Pada proses ini drum yang berisi air dan
kacang kemudian air yang berada di dalam drum di tumpahkan yang potensi
kaki pekerja bagian pencucian akan terjepit karena gerakan ini berulang-
ulang sampai kacang benar-benar bersih. Proses ini belum ada pengendalian
yang dilakukan maka Pengendalian secara substitusi dengan mengganti
drum yang lebih kecil, Pengendalian secara adminitrasi membuat SOP
Penggunaan APD (sepatu). . Setelah adanya pengendalian maka kategori
risiko akan menjadi sedang.

7) Penyimpanan prodak tempe

Kegiatan penyimpanan prodak tempe memiliki risiko tinggi tertimpa yang


di sebabkan oleh kondisi rak yang ada di lapangan kemiringannya ke depan
hal ini dapat berisko peda pekerja bagian penyimpanan tempe yang sudah
untuk proses permentasi. Proses ini belum ada pengendaliannya
maka Pengendalian pada rak penyimpanan dengan cara Pengendalian
substitusi dengan membuat rak yang kokoh. Penengendalian secara
engineering control dengan rak yang miring ke tembok. Dengan adanya
pengendalian maka tingkat risiko akan menurun menjadi sedang.

5. Penilaian House keeping

Kategori Pencapaian

Prosentase Kategori
81-100 Sangat Baik
61-80 Baik
41-60 Cukup Baik
21-40 Kurang
0-20 Sangat Kurang
(Sumber: Adaptasi dari Arikunto, 2007: 44)

112
Prosentase Pelaksanaan 5R = x 100%
152

= 73 (Berarti BAIK)

Dapat disimpulkan bahwa setelah di laksanakan observasi dan penilaian


pada Home Industri Tempe Bapak Jatmiko untuk hasilnya yaitu
dikategorikan BAIK ,sehingga dalam penerapan SMK3 Housekeeping
sudah baik namun tetap dimonitoring dan evaluasi sehingga dapat menjaga
tempat kerja dan lingkungan kerjanya.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi kesehatan lingkungan industri di Home Industri


Tempe Bpk Jatmiko yang dilakukan mulai tanggal 30 November 2020 dapat
disimpulkan beberapa komponen penilaian kesehatan lingkungan industri
mendapatkan hasil yaitu sebagai berikut :

1. Perancangan sistem K3 menjadi solusi perbaikan kondisi kerja dan


peningkatan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja. Perancangan sistem
K3 antara lain keamanan mesin meliputi standar operasi, penggunaan alat
bantu saat pengoperasian mesin, dan pemberian label pada tombol mesin yang
terhapus. Pencahayaan meliputi pemaksimalan penggunaan cahaya matahari
dan penambahan lampu lokal pada proses presisi. Pengendalian terhadap zat
berbahaya meliputi penggunaan partisi pada mesin, pemberian ventilasi alami
untuk meredam panas dan memastikan pelarut/ cat tertutup. Fasilitas
kesejahteraan meliputi penyediaan pelindung diri, penyediaan kotak P3K yang
memenuhi standar dan membuat program kesehatan. Lingkungan kerja
meliputi penyediaan alat pemadam api ringan, kondisi lantai yang tidak licin
dan penyediaan wadah sampah/ limbah.

2. Dapat disimpulkan bahwa setelah di laksanakan observasi dan penilaian


pada Home Industri Tempe Bapak Jatmiko untuk hasilnya yaitu dikategorikan
BAIK , sehingga dalam penerapan SMK3 Housekeeping sudah baik namun
tetap dimonitoring dan evaluasi sehingga dapat menjaga tempat kerja dan
lingkungan kerjanya.

B. Saran

Saran atau upaya yang bisa dilakukan untuk pihak Home Industri Bpk
Jatmiko adalah mengadakan kegiatan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
Mengingat penerapan K3 sangat dibutuhkan dalam perusahaan demi
meningkatkan keamanan dan menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja
serta mencegah, mengurangi,dan meminimalisir bahkan menihilkan risiko
kecelakaan kerja (zero accident)
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-


01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 Tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Industri dan atau Kegiatan.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Lingkungan Kerja

Andrian. 2012. Penerbitan PP SMK-3 Diharapkan Tekan Kecelakaan Kerja. Suara


Karya: Jakarta. Diakses dalam website BPJS Ketenagakerjaan pada tanggal 02
Februari 2015

Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Graha Ilmu:
Yogyakarta

Amelia, L. 2005. Analisis risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja di
departemen weaving PT. Istem tanggerang tahun 2005. Depok :
Universitas Indonesia

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta

BPJS Ketenagakerjaan. 2016.

200Kecelakan Kerja di Bogor Sepanjang 2015. Di Akses pada tanggal

http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id
LAMPIRAN

INSTRUMEN HOUSEKEEPING BERDASARKAN

PENERAPAN 5S DI TEMPAT KERJA

LANGKAH I : 5R YANG AKTIF”

Penerapan di Tempat
No. Jenis 5s Indikator yang dinilai Ketera
Kerja
ngan
YA Tidak
Membuang barang yang tidak perlu YA
a. Apakah di tempat kerja tersebut
sudah memilah atau membuang
barang yang tidak diperlukan?
Seiri b. Apakah tempat kerja sudah YA
1
(Ringkas) melakukan penerapan prosedur
untuk Strategi label merah?
c. Apakah tempat sudah menerapkan
satu label merah per satu item TIDAK
barang dan mengumpulkan barang
yang berlabel merah menjadi satu?
Membenahi tempat penyimpanan
a. Apakah tempat penyimpanan
YA
produk rapi?
b. Apakah tempat kerja sudah
TIDAK
mempunyai denah tempat
penyimpanan yang tepat?
2 Seiton (Rapi) c. Apakah kondisi tempat kerja anda
YA
sudah diterapkan strategi
pengecatan?
d. Apakah tempat penyimpanan sudah
diterapkan adanya garis pemisah TIDAK
seperti garis jalan keluar/masuk,
garis arus lalu
lintas, tanda berhenti dan sudut
pandang yang bersiku?
e. Apakah tempat kerja anda
TIDAK
menerapkan papan petunjuk dan
strategi pelabelan (Rapi visual) ?
f. Di kondisi tempat bekerja anda
YA
apakah menerapkan tiga kunci
dalam merapikan?
g. Sudahkah jig dan alat mempunyai
sistem penyimpanan terbuka dan YA
sudah tersimpan dengan rapi?
h. Apakah tempat kerja telah memilah
YA
semua jig dan alat yang
dipakai di tempat kerja ?
Mengatur prosedur kebersihan harian
a. Apakah anda membersihkan tempat
YA
kerja anda setiap hari?
b. Sudahkah anda menargetkan
sasaran resik (area penyimpanan, YA
peralatan, dan lingkungan) di
tempat kerja?
c. Apakah sudah ada penanggung
3 Seiso jawab dan penjadwalan resik secara TIDAK
(Resik) berkala di tempat kerja anda?
d. Apakah Tempat kerja anda
menerapkan metode resik dalam
menentukan resik? YA
e. Apakah ada sebuah persiapan untuk
membersihkan alat kebersihan?
TIDAK
f. Apakah lingkungan anda sudah
menerapkan resik di tempat kerja?

YA
Mempertahankan tempat kerja yang
Resik
a. Apakah tempat kerja sudah
YA
memiliki standar untuk membuang
barang yang tidak di perlukan ?
Seiketsu
4 b. Apakah ada barang yang tidak
YA
(Rawat)
diperlukan?
c. Apakah tempat penyimpanan
YA
produk sudah berar-benar rapi?
d. Apakah komponen, bahan, rak
YA
terbebas dari debu dan mesin bebas
dari serpihan dan oli?
Mempertahankan Rawat di
Perusahaan
a. Apakah pemimpin di tempat kerja YA
anda melakukan pengendalian
visual dan memiliki standar yang
jelas untuk menjamin Rajin dalam
kerjasama antar karyawan?
b. Apakah tempat kerja anda sudah
YA
Shitsuke memotret dan menyadari
5
(Rajin) perubahan setelah menerapakan
5R?
c. Sudahkan tempat kerja anda
TIDAK
menerapkan slogan 5R dari setiap
anggota perusahaan?
d. Apakah tempat kerja anda sudah
melakukan evaluasi dan hasil
YA
perbaikan selanjutnya secara
menyeluruh mengenai efektifitas
pemeriksaan 5R menurut jenis
tempat kerja?
INSTRUMEN HOUSEKEEPING

BERDASARKAN 5S DI TEMPAT KERJA

“LANGAKAH II: PEMBUDAYAAN 5R (5R Yang Efektif)”

Penerapan Di Tempat
No Jenis 5S Indikator Yang Dinilai Kerja Keter
angan
Ya Tidak
a Apakah sudah ada pemberian TIDAK
label di setiap persediaan
barang maksimum?
b Apakah ada perbedaan dalam
TIDAK
warna label terkait dengan
persedian barang?
c Apakah anda mengetahui
perbedaan warna dalam tanda TIDAK
atau label?
d Sudahkan secara teratur
TIDAK
mengganti tanda warna label
1. Seiri
menurut persediaan barang?
(Ringkas) e Adakah kelompok patroli yang TIDAK
mengadakan kunjungan dalam
pemeriksaan label?
f Sudahkah patroli dilakuakan
setiap bulan untuk TIDAK
pemeriksaan persedian barang
dan penggantian tanda atau
label?
g Tahukah siapa yang tergabung TIDAK
dalam kelompok patroli?
h Apakah kelompok patroli
TIDAK
melakukan kunjungan pada
setiap seksi pabrik?
i Apakah hasil evaluasi TIDAK
diumumkan oleh kelompok
patrol?
j Sudahkah dilakuakn pemberian
label pada persediaan yang TIDAK
tidak perlu?
k Apakah dilakukan YA
pengendalian jumlah yang
dibeli?
l Tahukah anda tanda merah
harus diberikan pada apa saja YA
yang pasti tidak digunakan
dalam jangka waktu tertentu?
m Apakah dilakukan pemeriksaan
barang yang terlalu banyak di YA
tempat?
n Apakah sudah dilakukan
YA
pengendalian jumlah pesanan
dari luar?
o Sudahkah dibuat jalur-jalur di TIDAK
pabrik untuk pesanan dari luar?
p Apakah pengendalian jumlah
persediaan pada tempat-
YA
tempat penyimpanan telah
dilakukan?
q Sudahkan dibuat wadah transit
lebih kecil dan perubahan serta YA
perbaikan pada proses hulu?
r Apakah sudah dipastikan
YA
bahwa system FIFO berjalan ?
s Apakah terdapat pengendalian
persediaan di sekitar alat-alat
berat?
t Apakah 3 kunci ( tempat tetap,
barang tetap, dan jumlah tetap YA
) digunakan untuk menurunkan
persediaan sebelum dan
sesudah memproses.?
u Sudahkah dilakukan penerapan
system tanpa lift dan YA
penderek?
a Apakah anda bisa mengetahui TIDAK
apabila terdapat arsip yang
tidak pada tempatnya?
b Dapatkah anda melihat adanya
ketidak teraturan dari jauh? TIDAK
c Apakah anda sudah melakukan
pemberian garis miring untuk
menunjukkan arsip tidak pada TIDAK
2. Seiton tempatnya?
(Rapi) d Sudahkan arsip diberi nomor
pada pungggung arsip menurut
TIDAK
system pengurutan yang sudah
ditentukan?
e Apakah dilakukan penyusunan TIDAK
berdasarkan warna?
f Apakah sudah dilakukan
pembuatan garis pembatas YA
untuk menandai semua barang?
g Apakah anda tahu dengan
tepat, jenis jig dan alat yang YA
digunakan saat ini?
h Dapatkah anda langsung
mengetahui dimana anda harus
YA
mengembalikan jig alat
tertentu?
i Sudahkan anda memberi nama
dan nomor pada jig dan alat TIDAK
pada semua tempat
penyimpanan?
j Apakah telah digunakan
pembuatan tanda yang tepat
TIDAK
untuk semua tepat abu rokok di
ruang untuk merokok, dan
tabung pemadam kebakaran?
k Apakah anda kadang-kadang
menghasilkan barang yang
cacat karena kesalahan daam YA
hal mutu bahan baku?
l Sudahkan anda menghindari
kesalahan dengan mengurutkan
berdasarakn warna?
m Dapatkah anda menjamin YA
bahwa anda selalu
menggunakan jenis minyak
pelumas yang tepat?
n Dapatkah anda langsung
menemukan barang yang
diperlukan bila dibedakan YA
berdasarkan warna?
o Apakah anda mudah dalam
mengetahui jenis cetakan yang
mana yang diperlukan oleh YA
mesin tertentu?
p Dapatkah anda membedakan
cetakan dalam kelompok yang YA
sama?
q Sudahkah anda membuat jalur YA
produksi ?
r Sudahkan anda melakukan
YA
peyimpanan komponen
menurut jenis komponen?
s Sudahkah anda melakukan
penyimpanan berdasarkan jenis YA
system fungsional dan
berdasarka produk?
t Apakah produksi yang
YA
beragam mungkin
dilaksanakan dengan cara anda
mengelola penyimpanan
komponen pada saat sekarang?
u Sudahkah anda menentukan
urutan produksi dan
memastikan adanya system
YA
FIFO?
v Berapa waktu ang dibutuhkan
untuk set up alat-alat selama YA
penggantian?
w Apakah anda mengetahui
bagaimana pengaturan YA
penyimpanan alat berdasarkan
urutan operasi kerja?
a Apakah anda sudah melakukan
pemeriksaaan sebagai bagian YA
dari resik ?
b Apakah anda mengetahui
YA
prosedur resik dan
pemeriksaan?
c Sudahkan anda menetukan apa
yang dibersihkan dan YA
3. Seiso diperiksa?
(Resik) d Apakah anda telah menentukan
YA
kepada siapa tangungjawab
untuk resik dan pemeriksaan
diberikan?
e Apakah
anda telah menetukan prosedur YA
resik dan pemeriksaan sesuai
dengan pokok permasalahan
dengan jelas?
f Sudahk TIDAK
an anda membuat daftar resik
dan pemeriksaan?
g Apakah
anda sudah mengetahui dan YA
memahami tentang penerapan
resik dan pemeriksaan?

Adakah standar untuk membuang


barang yang tidak diperlukan?
a. Apakah ada standar untuk
YA
membuang bagi tiap tempat
kerja dan area penyimpanan?
4 Seiri (Rawat) b. Siapakah yang memindahkan
YA
barang yang di luar standar??
c. Apakah ada yang memastikan
YA
barang yang tidak diperlukan
diberi label merah dan
disingkirkan dari tempat kerja
secepat mungkin?
Cepatkah pesanan dipenuhi?
a. Apakah ada alat pembersih,
YA
tempat penyimpanan, jig, dan
alat-alat sebagainya yang tidak
dikembalikan semula setelah
digunakan?
b. Apakah di dalam perusahaan
TIDAK
anda ada sistem yang mengatur
untuk mengambil tindakan
secepatnya?
c. Apakah setiap orang langsung
YA
mengambil tindakan untuk
memperbaiki keadaan ?
d. Apakah manajer bagian atau
YA
kepala seksi pada perusahan
anda secara berkala meninjau
langsung di tempat kerja?
e. Apakah pada perusahaan anda
penyimpanan yang baik
YA
ditanggapi secara serius?
Apakah kotoran langsung dibersihkan?
a. Adakah dalam perusahaan anda
YA
orang yang bertanggung jawab
atas setiap area 5R yang telah
ditetapkan?
b. Apakah semua area 5R
YA
diterapkan resik setiap hari?
c. Apakah semua area 5R
TIDAK
dibuatkan daftar periksa resik?
d. Adakah orang yang
YA
membentukuntuk
pemeriksaan?
Apakah 3R telah di praktekan
sepenuhnya?
a. Apakah prinsip 3R sudah sudah
menjadi budaya untuk di
YA
praktekan?

Jadilah pimpinan yang dapat memberi


Kritik
a. Apakah di dalam
perusahaan anda ada yang YA
ketat dalam
mempertahankan rajin?
b. Apakah dalam perusahaan TIDAK
anda ada standar yang
ketat?
Menyampaikan kritik yang
Membangun
YA
a. Apakah ada orang yang
memberikan kritik membangun
dengan baik dan dapat
melaksanakannya?
b. Apakah tempat kerja, produk, YA
Shitsuke dan pelatihan pada perusahaan
5.
(Rajin) anda memiliki sebuah
komitmen?
Pembetulan langung di tempat
a. Sudahkah ada yang YA
melakukannya langsung dari
tempat ?
b. Adakah yang memastikan YA
tanda adanya ketidak beresan?
c. Apakah ada yang melakukan YA
pembetulan berdasarkan
prinsip 5T ( Tanya )
Pimpinan harus siap menerima
Kritikan
a. Apakah ada cara terbaik untuk YA
memperbaiki dengan
menangapi kritik yang
ditujukan kepada anda?
b. Apakah menangapi kritik juga YA
di dasari berdasarkan prinsip
5T?
Pimpinan merupakan panutan bagi
kelompoknya
a. Apakah kritik yang
membangun penting bagi YA
proses belajar?
b. Apakah pimpinan kelompok
mempunyai dampak paling YA
besar di tempat kerjanya?
c. Adakah dalam perusahaan YA
anda orang yang serius dengan
pekerjaanya dan mampu
memberi, menerima kritik?
d. Siapakah orang yang YA
bertanggung jawab di tempat
kerja?
e. Apakah atasan memberikan YA
kritik yang membangun?
f. Apakah yang membuat akan YA
berdampak positif terhadap
karyawan?
INSTRUMEN HOUSEKEEPING

BERDASARKAN 5S DI TEMPAT KERJA

“LANGAKAH III: PENERAPAN 5R TINGKAT LANJUT (5R


PENCEGAHAN)”
Kondisi di Tempat Kerja
No. Jenis 5s Indikator yang dinilai Keterang
YA TIDAK an
a. Apakah terdapat barang – barang YA
yang tidak diperlukan di dalam pabrik
? Jika iya, berikan alasannya
YA
b. Apakah barang – barang tersebut
diproduksi dari proses sebelumnya?
c. Apakah barang – barang tersebut
YA
merupakan pemesanan dari
manajemen?
d. Apakah pihak manajemen bertindak
TIDAK
terlambat dalam merubah rencana?
Seiri e. Apakah proses manufaktur YA
1
(Ringkas) memerlukan waktu yang lama?
f. Apakah melakukan perubahan YA
sesuai dengan pesanan produksi?
g. Dalam perusahaan anda apa sudah YA
terdapat rasional sistem untuk
menangani kelebihan produk?
h. Apakah cara pembuangan barang
YA
yang tidak diperlukan sudah teratur?
i. Sudahkah perusahaaan anda
YA
memiliki jadwal produksi selama 1 atau
2 kali sebulan dalam jumlah yang besar
untuk menambah banyak barang
yang tidak diperlukan sebagai
pelancaran pembebanan produksi?
j. Apakah anda memiliki barang –
barang yang tidak diperlukan di dalam YA
gudang bahan untuk komponen
standard dan baku ?
k. Sudahkan dalam perusahaan anda
melakukan pengiriman lot dalam waktu TIDAK
sebulan sekali?
l. Didalam bengkel kerja, apa sudah
YA
dikelompokkan tata letak mesin
produksi dengan berdasarkan batch?
m. Apakah sudah tidak menggunakan
YA
jadwal kerja yang terpisah yang
digunakan untuk setiap proses?
n. Apakah anda tidak suka merubah
TIDAK
jenis mesin dalam mengerjakan
produksi yang besar?
o. Apakah anda merasa kesulitan
dalam merubah set-up? TIDAK
p. Apakah dalam sebulan, perusahaan
anda melakukan lebih dari satu kali
YA
merencanakan prosuksi dan
merevisinya?
a. Dalam sehari – hari apakah barang YA
yang ditemukan serta diambil sudah
ditata dan dikembalikan seperti
semula?
2 Seiton (Rapi) b. Sudah adakah cara atau pola pikir YA
dari pegawai untuk berniat
memperbaiki setiap kali terlihat barang
yang berantakan?
c. Apakah tempat penyimpanan sudah YA
tetap dan sudah jelas atau tidak ada
perubahan?
d. Apakah di dalam tempat
YA
penyimpanan hanya terdapat barang –
barang yang penting?
e. Apakah di perusahaan anda sudah
TIDAK
ada dan sudah menjalankan peraturan
tata tertib tentang penataan barang ?
f. Apakah untuk tempat penyimpanan
sudah terdapat garis, nama, petunjuk
TIDAK
proses sebelum dan berikutnya, dan
petunjuk jumlah dalam penyimpanan
pekerjaan berlangsung?
g. Apakah kepala seksi, manajer
YA
mengadakan pemeriksaan di tempat
kerja secara rutin minimal satu hari satu
kali setiap pagi dan siang?
h. Apakah komponen barang – barang
terlalu padat dan tidak ada penerapan YA
penekanan khusus pada tingkat jumlah
maksimum dan minimum?
i. Apakah sudah teratur dalam proses
YA
pengembalian jig dan alat?
j. Apakah sudah terdapat cara atau
YA
gagasan dalam memudahkan untuk
pengembalian barang ?
k. Apakah semua alat dalam tempat YA
penyimpanan benar – benar
diperlukan?
l. Apakah sudah ada penggabungan
alat, sehingga dapat melakukan YA
pembuangan jig dan alat yang tidak
diperlukan?
m.Apakah ada pilihan metoda lain
YA
untuk mencapai hasil yang sama?
n. Dapatkah diperoleh mutu yang
YA
memuaskan bila menggunakan metode
lain?
o. Apakah sudah terdapat YA
pertimbangan menggunakan alat – alat
yang lebih penting, mudah, dan murah
atau tidaknya dalam proses
pengerjaan?
Mengapa menjadi kotor ?
a. Apakah setiap saat lantai
YA
dibersihkan?
Kotoran terdapat dimana-mana
a. Bagaimana mengendalikan YA Ru
dib
kondisi yang tidak diinginkan
jika kotoran tidak bisa
dikendalikan?
Sumber Kotoran dan Debu yang
Seiso
Melekat
3
(Resik)
a. Apakah juga melakukan
pembersihan dari asal debu
YA
yang melekat?
b. Apakah saat melakukan
TIDAK
pembersihan sering
menemukan serpihan dan filing
di sekitaran lantai ?
c. Bila terdapat minyak dilantai,
YA

\\\
apakah anda membersihkan
atau menyiapkan barang untuk
membersihkannya?
d. Apakah terdapat adanya pasir
TIDAK
di lantai?
e. Apakah sudah melakukan
pencegahan debu/kotoran dari YA
luar supaya tidak masuk?
Kebersihan Mencerminkan Efesiensi
a. Apakah terdapat tanaman
YA
disekitar ?
Mencegah Kelebihan
a. Apakah sudah melakukan upaya
YA
untuk meminimalisir timbulnya
hal yang tidak diperlukan?
Mencegah Ketidak Rapian
Seiketsu a. Selalukah anda memonitoring
4
(Rawat) kondisi disekitar?
YA
Mencegah Debu yang Melekat
a. Apakah ada system yang dipakai
untuk mencegah terjadinya
perluasan kotoran?
YA
Mempertahankan Standar dan
Kerapian
a. Sudahkah melakukan
peningkatan dan pencegahan
sebagai pabrik yang baik?
YA
Peraturan melebihi kritikan, system YA
Rajin
meliputi peraturan.
5
Pencegahan
a. Apakah di Tempat kerja anda
menerapkan kritik rutin dalam
58

mensistemasikan pelatihan?
b. Sudahkan Tempat kerja anda
YA
menciptakan suatu sistem dari
kritik rutin ?
Cacat akibat Kecerobohan
a. Pernahkan di Tempat kerja anda
YA Terjatuh
mengalami kesalahan saat dikarenakan
licin namun
proses dan bagaimana untuk
mencegahny
mencegahnya? a dapat
mengelap
Kecerobohan dan keselamatan kerja
lantai agar
a. Apakah di Tempat kerja anda kering dan
YA tidak licin
memakai pengamanan dalam
hal mencegah saat
pengoprasikan suatu alat dalam
proses kerja anda?
Membudayakan Rajin
a. Sudahkah tempat kerja anda
menerapakan Bulan 5R, Patroli
YA
5R,Lomba 5R,Warta 5R?

Bak yang dilakukan untuk sortir buangan air pada kacang kedelai
59

Tempat Cuci Tangan

Kamar Mandi Toilet

Meja untuk peletakan kedelai Tampak depan home industri Bpk Jatmiko

Tempat Pencucian dan perbusan kedelai

Anda mungkin juga menyukai