Anda di halaman 1dari 9

Tugas Kelompok 1

Kelas XI TKJ I

“Pendidikan Lingkungan Hidup”


(“Pemberian Piala Adipura”)
Di Susun Oleh :
Micha
Mega
M.Rizky
Ratna
Trisna
Wanti
Yonanda
SMK KP 1 MAJALAYA
Adipura, adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan serta
pengelolaan lingkungan perkotaan. Adipura diselenggarakan oleh Kementerian Negara Lingkungan
Hidup.

Sejarah
SEJARAH Adipura dimulai ketika Presiden berkeinginan untuk memberikan penghargaan bagi 
kota yang dianggap sukses memperhatikan kebersihan lingkungan.
Program Adipura pertama kali dimulai pada tahun 1986 yang dicanangkan oleh presiden. 
Pemberian penghargaan lingkungan hidup yang 
cukup bergengsi ini diberikan berdasarkan kriteria tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Adipura sebenarnya digunakan sebagai alat untuk mendorong motivasi aparat pemerintah dan 
masyarakat untuk meperbaiki dan meningkatkan kondisi kebersihan lingkungan di Indonesia.
 Beberapa tujuan di balik penghargaan Adipura antara lain, untuk menurunkan tingkat polusi dar
i limbah domestik, merealisasikan kesehatan lingkungan, dan merealisasikan budaya bersih 
lingkungan.

Sebenarnya terdapat bermacam-macam jenis penghargaan Adipura ini yang dibagi berdasarka
n tingkat atau golongan tertentu. 
Adipura yang terbuat dari emas atau lazim disebut Adipura Kencana merupakan hadiah yang di
berikan bagikota yang secara berturut-turut mempertahankan Adipura 
sebanyak minimal empat kali dalam lima tahun. Atau bisa juga diberikan bagi kota yangmemper
tahankan penghargaan Adipura yang diperolehnya sebanyak lebih dari lima
kali secara berturut-turut.

Hadiah Adipura diberikan bagi kota yang betul-betul sukses dalam pengelolaan kebersihan ling
kungan, penataan tata kota yang memenuhi kriteria dalam penilaian. 
Sementara itu untuk kota yang dianggap sukses dalam mengelola kebersihan kota tetapi belum 
memenuhi kriteria yang ditentukan diberikan sertifikat atau piagam 
Adipura. Penghargaan Adipura sempat terhenti pelaksanaannya pada tahun 1999.
Namun, sejak tahun 2005, pemberian penghargaan tersebut kembali dihidupkan untuk meningk
atkan semangat pemerintah daerah dalam memelihara dan 
mengelola lingkungannya. Sebenarnya untuk mengganti program Adipura ini,pemerintah pusat 
sempat mengadakan lomba bangun praja. Karena gaungnya 
tidak sekeras Adipura, 2005 ini pemerintah memutuskan menjalankan kembali program pengha
rgaan Adipura yang sedianya rutin diadakan setahun sekali.

Program
yang dihidupkan kembali tersebut sejalan dengan Program Lingkungan Hidup Perserikatan Ban
gsa-Bangsa (UNEP) yang mencanangkan Green Cities; 
Plan for the Planet! sebagai tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2005ini. 
Dengan adanya pemberian penghargaan Adipura ini, kota-kota di Indonesia diharapkan menjad
ikan lingkungan sebagai prioritas dalam pembangunan kota 
yang berkelanjutan.

Dalam rangka usaha untuk mempercepat peningkatan kualitas lingkungan hidup peringatan 
perkotaan di Indonesia, dalam laporan Menteri Negara LH ke Presiden pada 
puncak Hari Lingkungan Hidup tanggal 6 Juni 2005 di Istana Cipanas yang lalu, akan dilakukan 
beberapa langkah ke depan program Adipura.
Pertama,semua kabupaten/kota di Indonesia perlu diikutsertakan dalam program ini. 
Mulai Juni 2005
KLH akan melakukan pemantauan terhadap seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
Kedua, dari hasil pemantauan tersebut setiap tanggal 5 Juni akan diumumkan ranking kota-kota 
di Indonesia mulai dari kota yang terbaik sampai kota yangterburuk.
 Ketiga, mulai tahun ini ada dua macam penghargaan, yaitu bagi kota-kota yang berprestasi dal
am pengertian memenuhi kriteria Adipura; dan penghargaan bagi kota-kota 
yang menunjukkan kemajuan besar (best effort).  
Adipura Tidak Sekedar Bersih
Mendapatkan Penghargaan Piala adipura merupakan sebuah prestasi menggembirakan bagi
setiap kota sekaligus kepala daerah yang meraihnya. Bukan hanya prestasi saja, adipura juga
menjadi kebanggaan (prestise) tersendiri bagi daerah itu sendiri. Adipura adalah salah satu
lambang kesuksesan yang menjadi dambaan setiap daerah. Oleh karena itu, para kepala daerah
berlomba-lomba untuk meraih gelar kota terbersih dan bahkan mempertahankannya sampai bisa
memperoleh gelar Adipura Kencana.
Adipura sendiri adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia sesuai kategori kota, yang
berhasil dalam kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan, dimana kegiatan ini
merupakan program nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Negara Lingkungan
Hidup. Sejarah menulis bahwa Program pemberian penghargaan Adipura telah dilaksanakan
setiap tahun sejak 1986. Walaupun sempat terhenti pada awal era reformasi yaitu tahun 1998,
namun akhirnya program Adipura kembali dicanangkan di Denpasar Bali pada tanggal 5 Juni
2002 dan terus berlanjut hingga sekarang.
Tujuan diadakannya adipura untuk memacu semua daerah agar menjadi “kota bersih dan teduh”.
Oleh sebab itu, kriteria penilaian Adipura terdiri dari 2 indikator pokok yakni yang pertama
indikator kondisi lingkungan perkotaan (fisik) dalam hal ini mencakup kebersihan semua
wilayah dalam kota dan keteduhan kota yaitu kelestarian lingkungan dalam kota dengan
representasi ruang hijau dan lainnya serta yang kedua yakni indikator pengelolaan lingkungan
perkotaan (non-fisik), yang meliputi institusi, manajemen, dan daya tanggap.

Tug
u Adipura | Foto: skyscrapercity.com

Tujuan pelaksanaan kebersihan kota dan pemberian


penghargaan Adipura secara umum yaitu :
1. Terciptanya pelaksanaan pengelolaan kebersihan yang berhasil guna dan berdaya guna, yang
merupakan hasil proses pengelolaan, pelaksanaan hukum dan pemanfaatan biaya yang tersedia
secara optimal serta meningkatnya peran serta masyarakat dalam kebersihan kota;
2. Terciptanya lingkungan perkotaan yang bersih, hijau, teduh, indah dan nyaman;
3. Terciptanya pengembangan sistem dalam menentukan alternatif penerapan teknologi tepat
guna;
4. Terwujudnya peningkatan pengawasan dan pengendalian pencemaran di perkotaan;
5. Terciptanya koordinasi dan kerjasama antar instansi terkait.
Untuk meraih prestasi dan prestise piala adipura ini, para kepala daerah membuat berbagai
program dan kegiatan dengan menghabiskan dana yang besar untuk bisa menyandang gelar
bergengsi ini. Beberapa daerah di Sulawesi Utara memanfaatkan kepala lingkungan sampai ketua
RT sebagai penanggung jawab kebersihan di wilayah kerja masing-masing. Bahkan bila
diperhatikan tugas dan fungsi mereka telah bergeser menjadi petugas kebersihan. Tapi sangat
disayangkan bila masyarakat sendiri tidak disiplin menjaga kebersihan serta memelihara
lingkungan sekitar.
Sangat miris apabila kegiatan membersihkan dan memelihara lingkungan hanya dilakukan oleh
masyarakat ketika diperintahkan oleh Kepala Lingkungan atau ketua RT. Sasaran yang lebih
penting tidak hanya sekedar menyulap sebuah kota menjadi bersih dan teduh tapi ada hal yang
lebih penting dari semua itu yakni memberi kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya
menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan sekitar sebagai bagian dari hidup yang
berkualitas.
Memperhatikan realita yang terjadi di masyarakat ini saya menyarankan beberapa hal yang
mungkin perlu dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memberi kesadaran kepada masyarakat
untuk menjaga kebersihan dan memelihara lingkungan yang dimaksud, dimana sebagai saran
untuk melakukan tahapan-tahapan seperti berikut :
1. Membangun Kesadaran Masyarakat Terhadap Pentingnya Lingkungan yang Bersih
dan Terpelihara
Kota yang bersih dan teduh tidak akan pernah terealisasikan tanpa peran serta aktif dari
warganya. Pemerintah hanya sanggup menyediakan dana dan fasilitas saja sementara seluruh
elemen masyarakat yang akan menjaga dan memelihara. Jika warga tidak berperan maka fasilitas
yang tersedia seperti taman kota dan fasilitas lainnya yang telah dibangun akan cepat menjadi
kumuh dan tidak terawat karena banyak warga yang membuang sampah sembarangan di sana.
Peran serta warga harus didasari oleh adanya kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan.
Kesadaran ini tidak bisa muncul begitu saja apalagi dipaksakan. Kesadaran adalah proses yang
diawali dari adanya rasa memiliki atau sense of belonging. Rasa memiliki lingkungan sekitar
akan memicu rasa tanggung jawab atau sense of responsibility.
Rasa tanggung jawab ini akan menghasilkan kesadaran warga bahwa tugas untuk menjaga
lingkungan bukan hanya kewajiban pemerintah saja tapi juga warganya. Kesadaran ini akan
terwujud dalam bentuk tindakan atau action. Tindakan sederhana seperti tidak membuang
sampah sembarangan di jalanan berawal dari proses ini. Kita tidak bisa berharap ada aksi
bersama warga membersihkan lingkungan jika warga tersebut belum memiliki kesadaran.
Mereka akan merasa terpaksa dan hasil dari keterpaksaan tentu tidak akan sebaik perbuatan yang
dilandasi oleh kemauan. Untuk membangun kesadaran kolektif warga, ada beberapa program
yang bisa dilakukan oleh pemerintah kota diantaranya yaitu:
a. Edukasi terhadap Seluruh Elemen Masyarakat
Program edukasi bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kesadaran akan pentingnya menjaga
lingkungan hidup melalui proses pendidikan. Proses penanaman nilai-nilai ini akan lebih baik
jika diawali dari pendidikan anak usia dini (PAUD). Semakin awal diberikan pemahaman
diharapkan akan semakin dalam tertanam nilai-nilai kebaikan dalam diri anak. Anak-anak bisa
diberikan pemahaman sederhana tentang pentingnya menjaga kebersihan. Bisa melalui
gambar/poster atau tayangan video. Mereka diajarkan untuk membuang sampah bekas jajanan
mereka ke tempat sampah yang telah disediakan. Para guru harus menjadi teladan dengan selalu
memberikan contoh yang baik.
Kegiatan seperti ini juga dilakukan di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk tingkat SD,
SMP, SMA dan PT, para siswa bisa diajarkan untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
Mereka juga bisa diberikan tugas untuk menanam pohon di sekolahnya masing-masing.
Lingkungan sekolah yang bersih dan teduh sangat kondusif dan mendukung proses belajar
mengajar. Begitu juga sebaliknya. Selain itu, untuk para siswa bisa diberlakukan tindakan
disiplin. Artinya jika ada siswa yang secara sengaja mengotori lingkungan sekolah bisa
dikenakan sanksi.
Hukuman yang diberikan harus mendidik misalnya membersihkan kelas atau membawa bibit
pohon untuk ditanam. Sanksi ini juga berlaku untuk guru, kepala sekolah dan para pegawainya.
Lingkungan sekolah menjadi tanggung jawab mereka bersama. Guru dan kepala sekolah harus
menjadi panutan bagi para siswanya. Harapan dari program ini, kebiasaan disiplin menjaga
kebersihan dari siswa tidak terbatas di sekolah saja tapi terus terbawa hingga ke lingkungan
rumahnya. Siswa tersebut diharapkan menjadiagen of change atau agen perubah di rumahnya.
Dialah yang akan menjaga dan memelihara kebersihan rumah dan sekitarnya. Selain itu,
diharapkan ada proses transfer pemahaman dari siswa ke semua penghuni rumah lainnya. Jadi
kesadaran itu akan menjadi kesadaran kolektif keluarga.
b. Teladan Para Pemimpin
Perbuatan itu jauh lebih bermakna daripada seribu kata. Apa yang dilihat orang akan lebih
mudah dipahami dan diikuti daripada seribu kata yang ia baca atau dengar. Masyarakat akan
lebih mudah disadarkan jika ada contoh yang bisa menjadi panutan. Mereka akan ragu atau
malas untuk berbuat jika belum ada teladan yang bisa diikuti. Keteladanan ini harus dimulai dari
pemimpin yang tertinggi. Walikota sebagai pemimpin harus menjadi teladan bagi warganya.
Dimulai dari rumahnya sendiri.
Rumah walikota harus bersih dan teduh sehingga bisa ditiru oleh warganya. Bahkan jika perlu
walikota sendiri turun tangan langsung untuk menjaga kebersihan rumahnya. Setelah itu,
lingkungan sekitar rumahnya juga harus bersih dan teduh. Walikota bisa menggerakkan warga
sekitarnya untuk menjaga lingkungan. Kebersihan kantor walikota juga harus terjaga. Pusat
pemerintahan harus diteduhi oleh pepohonan.
Jadi kantor walikota akan menjadi percontohan untuk kantor pemerintahan lainnya. Jika
pemimpin sudah memberikan contoh akan mudah bagi dia untuk menggerakkan bawahannya
karena apa yang diucapkan sesuai dengan perbuatan. Contoh yang sudah diberikan walikota bisa
diikuti oleh para pemimpin di level berikutnya. Camat harus menjadi teladan di wilayahnya,
begitu juga dengan lurah dan kepala desa. Bahkan jika perlu sampai tingkat RT. Dengan
keteladanan berjenjang ini diharapkan warga masyarakat akan termotivasi untuk ikut menjaga
kebersihan seperti para pemimpinnya.
c. Kampanye Intens dan Besar-Besaran
Untuk menumbuhkan kesadaran kolektif bisa juga dilakukan dengan propaganda melalui media
komunikasi. Sejarah telah membuktikan bagaimana pentingnya media komunikasi dalam
menyampaikan program pemerintah. Contoh yang bisa diambil adalah bagaimana Hitler
membangkitkan semangat nasionalisme warga Jerman untuk berperang. Walaupun perang itu
lebih untuk memenuhi nafsu kekuasaan Hitler semata tapi propaganda yang dilakukan telah
berhasil di zamannya. Program menjaga kebersihan dan keteduhan kota ini juga bisa
dikomunikasikan secara intensif kepada warga. Pesan yang ingin disampaikan harus dikemas
dengan baik agar mudah diterima oleh semua kalangan masyarakat. Media yang akan digunakan
juga dipilih yang sesuai dengan kondisi dan tentu saja biaya yang dimiliki. Kampanye ini
memang perlu biaya besar tapi bisa disiasati.
Ada beberapa media yang bisa dipilih sesuai dengan target masyarakat yang akan dijadikan
sasaran. Brosur yang sederhana dibagikan kepada masyarakat di tempat keramaian seperti pusat
perbelanjaan, pasar, sekolah, jalan protokol dan sebagainya. Poster, spanduk dan baliho bisa
dipasang di tempat-tempat strategis untuk menarik perhatian warga. Pesan juga bisa disampaikan
melalui media massa yang ada. Koran, majalah, radio dan jika perlu televisi lokal bisa dijadikan
sarana komunikasi. Bentuk informasi yang disampaikan tidak harus berupa iklan layanan
masyarakat. Bisa juga pesan ini dikemas dengan baik melalui hard news(berita aktual), soft news
(feature yang berisi human interest), dialog atau talk show, komik, animasi dan sebagainya.
Penggunaan teknologi canggih juga bisa dilakukan. Kampanye ini bisa melalui sarana sms atau
e-mail. Situs jaringan sosial seperti facebook atau twitter juga bisa digunakan sebagai sarana
penyebaran informasi yang efektif. Untuk mencapai hasil yang optimal, kampanye harus
menggunakan sebanyak mungkin sarana komunikasi yang ada. Untuk menekan biaya,
pemerintah kota bisa menggandeng perusahaan swasta dalam melakukan kampanye. Mereka bisa
menjadi sponsor dalam kampanye ini. Iklan produk atau nama perusahaan sebagai sponsor akan
tertera di semua media komunikasi yang digunakan. Jadi pembiayaan kegiatan ini adalah
patungan antara pemerintah kota dan swasta. Biaya yang dikeluarkan akan lebih ringan dan
kedua belah pihak mendapat keuntungan.
2. Program Kegiatan Adipura Lokal
Konsep kegiatan ini adalah pemerintah kota menyelenggarakan adipura untuk tingkat lokal.
Pesertanya adalah semua kecamatan. Tata cara, persyaratan dan penilaiannya meniru adipura
sebenarnya. Pelaksana teknisnya adalah dinas lingkungan hidup. Tujuan dari adipura lokal
adalah menyiapkan semua wilayah untuk memiliki standar kebersihan dan keteduhan sesuai
dengan ketentuan dalam adipura nasional. Selain itu, kegiatan ini juga bisa memotivasi semua
kecamatan untuk berbenah diri, membersihkan lingkungan dan menjadikan wilayahnya penuh
pepohonan.
Untuk menggairahkan semangat semua peserta, ada mekanisme reward and punishment yang
akan diberikan. Selain piala dan piagam, ada hadiah dan penghargaan untuk pemenang. Hadiah
yang diberikan berupa barang dan fasilitas untuk warga di kecamatan tersebut. Misalnya,
seragam dan peralatan olahraga untuk para pemuda, karpet dan sound system untuk tempat
ibadah dan sebagainya. Bisa juga berupa fasilitas untuk warga seperti pembangunan lapangan
olahraga atau yang lainnya. Adanya hadiah yang ditujukan untuk warga ini diharapkan bisa
memotivasi warga untuk berperan serta aktif menjaga lingkungan.
Selain hadiah, ada juga penghargaan yang akan diberikan kepada Camat yang wilayahnya
menjadi pemenang. Penghargaan ini berupa anugerah Camat Teladan yang akan menjadi catatan
prestasi bagi camat yang bersangkutan. Prestasi ini bisa menjadi pertimbangan untuk promosi
jabatan ke jenjang yang lebih tinggi. Bagi peserta yang kalah akan dipilih kecamatan
terjorok/terkotor sama seperti konsep adipura nasional. Pemilihan ini bertujuan agar warga
masyarakatnya malu dan tidak mau punya wilayah yang disebut paling kotor.
Selain itu, untuk camatnya sendiri akan menjadi catatan buruk dalam karirnya. Adipura lokal ini
diharapkan juga menjadi sarana persiapan bagi pemerintah kota untuk bersaing merebutkan
adipura yang sebenarnya. Jika semua wilayah kecamatan sudah bersih tentu pemerintah kota
tidak perlu repot lagi. Mereka hanya cukup menjaga agar kebersihan wilayah itu terus
berlangsung. Ada atau tidak ada perebutan adipura.
3. Produk Hukum & Penegakan
Kebersihan dan keteduhan sangat berkait erat dengan disiplin warga. Kedisiplinan selain perlu
ada kesadaran juga harus ada ketegasan. Penegakan hukum menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari disiplin dalam bidang apapun. Tanpa ada penegakan hukum, semua orang akan berbuat
semaunya. Peraturan daerah (Perda) tentang kebersihan dan keteduhan harus tersedia agar ada
landasan hukum yang bisa memayungi. Perda ini berisi kewajiban bagi para pihak yang terkait
untuk menjaga kebersihan dan memelihara lingkungan dengan sanksi bagi mereka yang
melanggarnya. Perda ini bukan hanya mengatur individu warga tapi juga pelaku usaha atau
institusi. Para pengelola kantor, perusahaan, sekolah, rumah sakit dan sebagainya wajib menjaga
kebersihan lingkungan dan memiliki ruang terbuka hijau (RTH).
Penanaman pohon harus diatur standar minimalnya. Misalnya; 30% dari luas tanah harus
ditanami pohon. Dengan demikian keteduhan di tempat itu telah terjamin. Selama ini
pelanggaran terhadap kebersihan lingkungan bukan monopoli individu tapi juga para pengusaha
yang sering membuang limbah industri sembarangan sehingga mencemari dan merusak
lingkungan. Penerapan sanksi ini harus dilakukan secara bertahap.
Tahap pertama adalah sosialisasi peraturan dan sanksi yang akan diberikan kepada para
pelanggarnya. Tahap kedua yaitu percobaan. Warga dan pelaku usaha yang melanggar akan
diberikan peringatan dan namanya tercatat sebagai pelanggar. Tahap ketiga adalah penerapan
aturan. Pada tahapan ini semua aturan dan sanksi sudah berlaku dan diterapkan. Sanksi yang
diberikan diharapkan bisa memberikan efek jera bagi para pelakunya. Selain itu, sanksi yang
diberikan harus disesuaikan dengan tingkat kesalahannya.
Untuk warga yang membuang sampah di jalan protokol, bisa diberikan sanksi dengan menyapu
jalan itu. Mereka akan malu dan tidak mau lagi mengulangi perbuatannya. Jika ada yang
tertangkap lebih dari satu kali mengulangi perbuatan yang sama, sanksi yang diberikan harus
lebih berat. Bisa ditambah dengan denda berupa uang atau jika tidak mampu maka harus kerja
sosial dalam kurun waktu tertentu. Untuk pelaku usaha, tentu sanksi yang diberikan harus lebih
berat. Mereka bisa dikenakan kewajiban untuk membersihkan lingkungan sekitar yang telah
dikotori atau tercemar. Bisa juga dengan menerapkan denda uang dalam nominal yang besar.
Selain itu, bisa juga nama-nama perusahaan yang mencemari lingkungan dipublikasikan agar
memberikan efek jera yang lebih besar.
Kita bisa mencontoh Malaysia dalam memelihara kebersihan jalan dan lingkungan. Mereka
memasang kamera CCTV di jalan-jalan protokol dan tempat strategis. Kamera pengintai ini bisa
untuk mengawasi pelanggar hukum dalam hal kebersihan, pelanggaran lalu lintas atau aturan
hukum yang lain. Jadi kamera ini bisa multi fungsi dan memiliki manfaat yang banyak.
Pemerintah kota bisa bekerjasama dengan kepolisian dalam pengadaan dan pemasangan kamera
pengintai ini. Pengoperasiannya pun bisa dilakukan bersama-sama sehingga biaya yang
dikeluarkan akan lebih ringan. Warga akan lebih berhati-hati, menjaga kedisiplinan dan taat
aturan karena tahu ada kamera pemantau yang terus mengawasi. Jika semua program tersebut di
atas bisa terlaksana dengan baik, adipura bukan lagi cita-cita. Adipura adalah nyata.
Kriteria
Kriteria Adipura terdiri dari 2 indikator pokok, yaitu:
 Indikator kondisi fisik lingkungan perkotaan dalam hal kebersihan dan keteduhan kota
 Indikator pengelolaan lingkungan perkotaan (non-fisik), yang meliputi institusi,
manajemen, dan daya tanggap.
Makna dibalik PIALA ADIPURA
Sampah masih menjadi masalah di hampir semua kota di Indonesia. Mulai dari kota kecil
sampai kota metrolitan sekalipun. Berbagai alternatif penyelesaian sampah telah diusahakan
oleh berbagai pihak, tetapi tampaknya belum memberikan hasil yang memuaskan.
Oleh karena keprihatinan inilah, maka kami telah mencoba menerapkan suatu teknologi terapan
yang diaplikasi dari berbagai teknologi canggih berbagai negara agar mendapatkan suatu teknik
pengolahan sampah yang benar-benar sempurna dan bermanfaat guna. Teknologi ini kami
namakan Pengolahan Sampah Berwawasan Lingkungan ( PSBL ).

Dalam rangka memberikan semangat dan motivasi terhadap pemerintah kabupaten/kota untuk
mengatasi masalah sampah, maka Kementerian Negara Lingkungan Hidup menyelenggarakan
Program Piala Adipura. Dengan fokus untuk mendorong kota-kota di Indonesia menjadi " Kota
bersih dan Teduh". Piala Adipura diberikan pada kota / kabupaten yang memiliki karakteristik
sebagai daerah perkotaan dengan batas-batas wilayah tertentu yang berhasil menggalakkan
program kebersihan diwilayahnya terutama kebersihan terhadap sampah. Keberhasilan ini
adalah hasil kerjasama antara Pemerintah Kota dengan Masyarakatnya. Indikator penilaian
dalam Piala Adipura adalah kondisi fisik lingkungan perkotaan dalam hal kebersihan dan
keteduhan serta pengelolaan lingkungan perkotaan (non-fisik), yang meliputi institusi,
manajemen dan daya tanggap.

Namun bangsa Indonesia seperti tidak dapat terlepas dari pengaruh KKN dalam
penyelenggaraan program-program kenegaraannya. Seperti yang dilaporkan Walhi ( Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia ) mengenai Pemberian Piala Adipura 2012, dimana sampai saat
ini perlaksanaan program piala adipura dinilai bersifat seremoni dan menghamburka uang.
Seperti yang disampaikan oleh Direktur Eksekutif Nasional Walhi Abetnego Tarigan, Adanya
permainan dalam pemberian penghargaan, sudah bukan rahasia umum. Misalnya, saat tim
penilai turun ke lapangan, pasti akan ada entertain sehingga seolah-olah semua bisa diatur.
Apalagi dengan sistem sectoring, kemungkinan bisa diatur juga besar.

Selain dampak negatif diatas, hal lain yang harusnya menjadi perhatian yaitu mengenai kriteria
yang belum jelas dan tidak memiliki reward and punishment serta empowerment, baik bagi
yang berpredikat terbersih maupun terkotor. Hal ini sama saja dengan penghargaan swasta
yang tidak ada efeknya, sehingga sering dimanfaatkan sebagai komoditas politik.
Sebagai contoh, Penghargaan Adipura tahun 2010 yang diberikan kepada Kota Bekasi, saat itu
dipimpin Mochtar Mohammad (MM), kota patriot itu meraih Piala Adipura sebagai kota
terbersih. Tapi, dua tahun kemudian, tahun 2012, Kota Bekasi mendapat "penghargaan"
sebagai kota metropolitan terkotor se-Indonesia. "Penghargaan" kota terkotor itu diterima
setelah Wali Kota Bekasi dijabat oleh Rahmat Effendi menggantikan MM. MM sendiri terjerat
kasus korupsi, salah satunya dugaan suap Piala Adipura 2010 sebesar Rp 400 juta.
Pendapat lain dari Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Aceh, Husaini
Syamaun,  beberapa kriteria untuk suatu kota / kabupaten mendapatkan penghargaan berupa
piala adipura ini adalah dilihat dari bagaimana kesadaran masyarakatnya untuk ikut serta
menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan, bukan hanya membebankan pada Pemerintah.

Selain itu, perawatan pasar dari sebuah kota, peranan sekolah-sekolah sebagai duta
lingkungan yang sehat dan bersih, kondisi drainase, potensi sampah dari sebuah kota, cara
pengelolaan sampah yang baik, ruang terbuka hijau yang memadai juga harus menjadi
pertimbangan.

Kesimpulan
Kita tidak perlu lagi mengejar adipura tapi adipura yang akan mendatangi kita. Adipura bukan
sekedar bersih, yang lebih penting dari itu adalah kesadaran akan pentingnya menjaga
kebersihan dan keteduhan dari masyarakat sendiri. Ada atau tidak ada adipura, kota dan
lingkungan sekitar kita harus bersih dan teduh demi kelangsungan hidup masyarakat didalam
kota yang lebih berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai