Anda di halaman 1dari 6

sirkulasi,

MANAJEMEN DAN PEMANTAUAN INTRAOPERATIF PADA pernapasan dan mekanisme adaptif lainnya.
PASIEN PEDIATRI BAB 82
BAB 82

MANAJEMEN DAN PEMANTAUAN Pengaturan suhu sangat menarik dan penting dalam
INTRAOPERATIF PADA PASIEN PEDIATRI anestesi pediatri. Anestesi umum dikaitkan dengan
hipotermia ringan hingga sedang, akibat paparan
lingkungan, penghambatan termoregulasi sentral yang
diinduksi oleh obat anestesi, redistribusi panas tubuh,
PENDAHULUAN dan pengurangan hingga 30% dalam produksi panas
metabolik. Bayi memiliki luas area tubuh yang besar
dan tidak proporsional, dan hal tersebut memudahkan
Keamanan dalam anestesi melibatkan perhatian pada kehilangan panas berlebihan selama anestesi, terutama
detail dan kemampuan untuk membuat keputusan yang selama induksi anestesi. Anestesi umum menurunkan
tepat dari data yang tersedia dari hasil pemantauan. tetapi tidak sepenuhnya mengubah suhu ambang
Sampai saat ini, pemantauan telah menjadi faktor termoregulasi menjadi hipotermia. Hipotermia ringan
utama terhadap keselamatan pasien yang sedangberada terkadang bisa bermanfaat secara intraoperatif, dan
dalam pengaruh anestesi baik sebelum maupun sesudah hipotermia yang dalam secara efektif digunakan selama
pembedahan. Beberapa waktu ini, manajemen dan operasi jantung terbuka pada bayi untuk mengurangi
pemantauan intraoperatif begitu diting'katkan dengan konsumsi oksigen. Namun, perlu dipahami bahwa
beragam teknologi, dan standar wajib yang harus hipotermia pascabedah, merugikan karena terjadi
diikuti pun bertambah. Sayangnya, banyaknya peningkatan dalam konsumsi oksigen, utang oksigen
informasi ataupun perkembangan penelitian di bidang (dysoxia), dan asidosis metabolik yang dihasilkan.1
pemantauan anestesi masih belum mencukupi
kebutuhan akan keamanan dan keselamatan pasien.
Misalnya, belum ada informasi yang cukup untuk
memastikan bahwa pemantauan apa pun yang PEMANTAUAN
dilakukan dapat meningkatkan keselamatan atau INTRAOPERATIF
menyelamatkan nyawa pasien. Namun, perlu dipahami
bahwa sebagai tenaga medis, pemantauan tetap
menjadi satu kunci utama pada keselamatan pasien. Komponen penting yang harus dinilai selama proses
Selama proses pembedahan dapat terjadi perubahan pemantauan adalah oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, dan
cepat dalam status pasien karena pengaruh anestesi suhu pasien.2
sehingga seorang dokter atau perawat anestesi yang
memenuhi syarat harus tersedia untuk senantiasa OKSIGEN
memantau kondisi dan perubahan stastus pasien, serta Oksigen perlu dipantau untuk memastikan konsentrasi
memberikan perawatan anestesi. Selama di bawah oksigen yang memadai dalam gas inspirasi dan darah
pengaruh anestesi, oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, dan selama pasien di bawah pengaruh obat anestesi. Selama
suhu pasien harus terus dievaluasi 1, karena komponen anestesi umum menggunakan mesin anestesi,
ini merupakan tanda paling nyata terhadap status konsentrasi oksigen dalam sistem pernapasan pasien
terkini dari pasien yang sedang menjalani proses harus diukur oleh alat penganalisis oksigen dengan
pembedahan. penggunaan alarm bila batas konsentrasi oksigen
Pasien anak memiliki keunikan dalam proses rendah. Selama proses anestesi, metode
pemantauan anestesi. Manajemen dan pengukuran suhu kuantitatifuntuk menilai oksigenasi seperti pulse
pada neonatus dan anak adalah persyaratan mendasar oximeter harus digunakan. Ketika pulse oximeter
dari seorang anestesiolog pediatri dan tim perawatan digunakan, nada nadi dan alarm ambang rendah harus
intensif. Pemeliharaan suhu adalah sebuah masalah didengar oleh dokter anestesiologi atau tim perawat
keseimbangan, antara produksi panas dan proses anestesi.
kehilangan panas. Produksi panas hampir seluruhnya
merupakan proses konsumsi energi yang dikendalikan
oleh pasien dengan asumsi energi dan oksigen tersedia. VENTILASI
Ventilasi pasien yang memadai harus dipantau selama
Kehilangan dapat dikontrol oleh manajemen medis
proses anestesi. Setiap pasien yang sedang di bawah
serta keperawatan dan sampai batas tertentu oleh
pengaruh anestesi umum harus memiliki kecukupan
mekanisme pertahanan pasien sendiri. Bayi yang baru
ventilasi yang terus dievaluasi. Tanda-tanda klinis
lahir di bawah kondisi lingkungan yang tidak memadai
kualitatif seperti gerakan dada, pengamatan kantong
membutuhkan usaha maksimal untuk mempertahankan
reservoir dan auskultasi bunyi napas merupakan
panas tubuh, tidak hanya dalam hal pengeluaran energi
komponen yang sangat bermanfaat. Pemantauan
dan konsumsi oksigen tetapi juga dalam pada proses
berkala untuk kadar karbon dioksida harus dilakukan 80
3
sekalig'us
M A Npemantauan
A 3 E M E N Dkuantitatif
A N P E M Avolume
N T AU Agas ekspirasi
N IN T R A O P E RD.
A T Masker
IF P A Dyang
A P Aburuk,
S IE N hanya
P E D IAditunjukkan
TRI olehBAB
deteksi
82

sangat dianjurkan. C02 intermiten.


Perhatian khusus harus diberikan ketika E. Menunjukkan ETT yang benar-benar tertekuk.
endotracheal tube (ETT) atau laryngeal mask airway Perhatikan bahwa tidak ada bentuk gelombang CO,
(LMA) dimasukkan, posisi yang benar harus dinilai (antara panah) yang direkam. Jejak serupa akan
oleh penilaian klinis dan dengan identifikasi dihasilkan dari pemutus sirkuit atau intubasi
ketatterhadap kadar karbon dioksida. Analisis esofagus.
karbondioksida end- tidal berkala, sejak penggunaan F. Menunjukkan ETT yang sebagian ditekuk.
ETT / LMA, hingga ekstubasi/pemindahan atau Perhatikan kenaikan lambat PEC02 dari baseline.
memulai transfer ke lokasi perawatan pascabedah, Perubahan lambat yang serupa dari awal
harus dilakukan menggunakan metode kuantitatif
dapat terjadi dengan sumbat lendir, intubasi
seperti kapnografi, kapnometri, atau spektroskopi
massa. endobronkial, perubahan compliance, kerusakan
Pengukuran kuantitatif karbondioksida ekspirasi sirkuit, atau hipertermia. Kebalikannya akan terjadi
secara konstan memberikan peringatan dini dengan emboli udara, hipotermia, peningkatan
tentang kepatuhan, atau perubahan pengaturan ventilator.

SIRKULASI
Sirkulasi pasien merupakan komponen lain yang
potensi kejadian yang mengancam nyawa dan tren
penting untuk diperhatikan. Untuk memastikan
metabolik intra anestesi, di antaranya: 3
kecukupan fungsi sirkulasi pasien selama prosedur
• ETT tertekuk
anestesi, maka setiap pasien yang menjalani prosedur
• Perubahan posisi ETT atau terekstubasi
anestesi harus memiliki elektrokardiogram yang terus-
• Kebocoran sirkuit anestesi
menerus ditampilkan dari awal proses anestesi sampai
• Malignant hypertermia
meninggalkan lokasi pembiusan. Setiap pasien yang
• Perubahan compliance paru
menerima anestesi harus memiliki tekanan darah arteri
A. Bentuk gelombang normal dengan dataran tinggi dan laju jantung yang telah ditentukan sesuai standar
yang menunjukkan pengambilan sampel gas dan dievaluasi setidaknya setiap lima menit. Selain itu,
alveolar yang baik selama ventilasi terkontrol (laju pada setiap pasien yang menerima anestesi umum,
pernapasan lambat). fungsi peredaran darah terus dievaluasi oleh setidaknya
satu dari beberapa komponen berikut, yaitu: palpasi denyut
B. Ventilasi spontan menghasilkan dataran tinggi
pendek (laju pernapasan cepat). nadi, auskultasi bunyi jantung, pemantauan tekanan

Totally kinked endotracheal tube


Gambar 82.1 Gelombang C02ekspirasi (A, B, C = perekaman cepat; D,

C. Pasien dengan paralisis otot parsial: perhatikan intra-arteri, pemantauan pulsasi perifer, atau pulse
perubahan C02 karena gerakan inspirasi (panah) plethysmography atau oximetry.
selama fase ekspirasi ventilator. Terapi cairan perioperatif pada anak dengan kasus 80
5
7
M A N A 3 E M E N D A N P E M A N T AU A N IN T R A O P E Rsignifikan
A T IF P A Dpada
A Phasil
A S IEpasien.
N P E D IA T R I BAB 82

kompleks dan berisiko tinggi harus diberikan dengan


sangat hati-hati. Pemberian cairan yang tidak adekuat
akan menyebabkan gangguan delivery oksigen Pembedahan biasanya berhubungan dengan paparan
sedangkan pemberian cairan yang berlebih juga lingkungan yang dingin, pemberian cairan intravena
terbukti meningkatkan morbiditas dan mortalitas. yang tidak memadai, dan penguapan dari lokasi sayatan
Pemantauan makrosirkulasi seperti nadi, tekanan darah, bedah. Namun, faktor-faktor ini tidak secara langsung
atau produksi urine tidak dapat menggambarkan secara menyebabkan hipotermia; sebaliknya, pertahanan
akurat kecukupan perfusi dan oksigenasi di jaringan. termoregulatori biasanya akan mempertahankan suhu
Pemantauan respons fisiologis terhadap pemberian inti tubuh dalam menghadapi tekanan lingkungan.
cairan (fluid responsiveness) akan memberikan Hipotermia khas pada pasien bedah mencerminkan
panduan lebih akurat tentang kecukupan cairan kegagalan pertahanan termoregulasi yang efektif. 7
perioperatif pada kasus ini. Hal ini dapat dilakukan Memahami efek anestesi pada kontrol termoregulasi
dengan menilai respons dinamis parameter normal adalah kunci untuk gangguan termal
hemodinamik, antara lain:4’5 perioperatif karena termoregulasi yang tidak efektif
• Pengukuran tekanan arteri: mendasari sebagian besar perubahan suhu yang diamati
o Systolic blood pressure variation (SPV), o Pulse pada pasien bedah.
pressure variation (PPV), o Stroke volume
variation (SW)
• Plethysmography:
o Pulse oximeter plethysmograph amplitude LOKASI PENGUKURAN SUHU
variation (APOP) INTI TUBUH
o Plethysmograph variability index (PVI)
• Echocardiography dan Doppler:
o Respiratory variation in aortic blood flow peak Esofagus. Pemeriksaan suhu pada sepertiga bagian
velocity (Avpeak) bawah mendekati suhu toraks dan miokardia sentral.
o Stroke distance variation (AVTI) o Inferior vena Posisi di bagian atas kerongkongan membuat suhu ini
cava diameter variation (AIVCD) peka terhadap suhu gas pernapasan.8
Dubur. Pengukuran suhu rutin ini memiliki beberapa
SUHU TUBUH kelemahan. Hal ini dipengaruhi oleh pemanasan mikro-
Suhu tubuh juga harus dipantau, karena perubahan organisme tinja yang dapat menyebabkan hipertermia
suhu tubuh yang signifikan dapat bermakna serius, palsu. Dalam situasi ketika perubahan cepat diinduksi,
utamanya pada pasien anak-anak. Suhu tubuh termasuk suhu rektal berkorelasi buruk dengan suhu timpani atau
tanda vital dan diatur dengan ketat untuk menentukan miokardia.
fungsi fisiologis normal. Suhu inti rata- rata pada Nasofaringeal. Probe suhu tipis yang bersentuhan
manusia yang sehat adalah 36,5-37,3°C. Perubahan dengan dinding nasofaring posterior menyatakan
yang tidak disengaja selama intraoperatif dalam suhu ukuran yang baik dari suhu “sentral” hipotalamus.8
tubuh cukup umum terjadi. Insiden hipotermia yang Membran timpani dan kanal auditori. Lokasi ini
tidak disengaja (hingga 90%) jauh lebih tinggi daripada sama baik dan cepat tetapi berisiko merusak struktur
hipertermia.6 Fluktuasi suhu tubuh ini memiliki efek halusnya. Suhu membran timpani disarankan sebagai
fisiologis yang berbahaya dan dapat memeng'aruhi tempat pemantauan suhu yang paling ideal. Meskipun
hasil pasien. probe suhu tidak perlu kontak langsung dengan
Di dalam tubuh, perubahan suhu normal terjadi membran timpani untuk secara akurat mencerminkan
secara perlahan. Hal ini berlaku untuk perubahan suhu suhu timpani, kanal auditori eksternal perlu disegel ke
inti yang dapat diukur di kerongkongan, rektum, luar oleh probe untuk memungkinkan kolom udara
nasofaring, atau membran timpani. Suhu yang berubah terperangkap di antara probe dan membran timpani
dengan cepat dalam media dengan suhu spesifik rendah untuk mencapai suhu kondisi optimal. Pada periode
seperti gas pernapasan sulit untuk direkam bahkan pascabedah awal pada pasien anak-anak setelah operasi
dengan sensor mini. Pemberian anestesi umum jantung terbuka, suhu timpani tidak berkorelasi baik
membutuhkan pemantauan terus- menerus terhadap dengan suhu otak dan karena itu tidak memberikan
parameter vital tubuh, termasuk suhu tubuh. Namun, perkiraan suhu tubuh pusat yang dapat diandalkan.
suhu tubuh sering menjadi salah satu parameter yang Oleh karena kesulitan yang terkait dengan thermistor
tidak dipantau secara serius sebelum operasi. berukuran tepat dan laporan perforasi membran
Hipotermia perioperatif yang tidak disengaja adalah timpani, penggunaan klinis untuk pengukuran suhu
kejadian yang relatif umum dengan anestesi umum dan intraoperatif kini tidak disarankan. 1-8
regional dan dapat memiliki dampak buruk yang Kulit perifer. Penggunaan suhu kulit rutin dan
80
5
mudahMdigunakan
A N A 3 E M Eserta
N DA dapat
N P Ememberikan
M A N T AU Ainformasi
N IN T R A O P E R A T IF P A D A P A S IE N P E D IA T R I BAB 82

ringan, 32,0-35,9°C sebagai moderat, dan di bawah


32°C sebagai hipotermia berat.9
yang cukup bernilai. Pada orang dewasa dan anak- Anestesi umum mengurangi ambang batas suhu saat
anak gradien suhu adalah parameter non-invasif yang tubuh memulai respons termoregulasi terhadap stres
berhubungan dengan curah jantung dan resistensi dingin. Hipotermia intraoperatif ringan (1-3°C di
vaskular perifer. Suhu aksila tidak hanya yang paling' bawah normal) umum terjadi dan merupakan hasil dari
umum digunakan tetapi juga tempat yang paling mudah kombinasi peristiwa:
untuk pemantauan suhu. Telah dilaporkan lokasi 1. Pengurangan 30% dalam pembentukan panas
pengukuran seperti membran timpani, esofagus, dan metabolik selama anestesi
rektal sama-sama mampu mengukur suhu inti. Namun, 2. Peningkatan paparan lingkungan
keakuratan dicapai hanya ketika ujung termometer 3. Penghambatan sentral termoregulasi yang diinduksi
ditempatkan dengan hati-hati di atas arteri aksila dan anestesi
lengan diikat dengan erat. Sayangnya, seringnya 4. Redistribusi panas dalam tubuh
malposisi probe dapat menghasilkan perkiraan suhu inti
Hipotermia selama anestesi umum memiliki profil
yang tidak dapat diandalkan, dan infus larutan
khas dan biasanya berkembang dalam tiga fase:
intravena dingin pada laju aliran tinggi pada anak-anak
1. Distribusi ulang panas secara internal
kecil di sisi lateral probe termometer dapat
2. Ketidakseimbangan termal
mengakibatkan pembacaan suhu yang sangat rendah.1-8
3. Thermal steady state (kondisi termal yang tidak
berubah)
kering dapat mengganggu mekanisme homeostatis
ANESTESI DAN HIPOTERMIA termal dan mengakibatkan komplikasi yang berpotensi
Tidak ada definisi yang diterima secara umum untuk serius. Pemahaman fisiologis dan keterbatasan sistem
hipotermia, tetapi perbedaan antara hipotermia ringan termoregulasi selama anestesi telah meningkatkan
(suhu inti 34,0-35,9°C), sedang (32,0-33,9°C), dan pemahaman, pencegahan, dan pengelolaan gangguan
berat (di bawah 32,0°C) banyak digunakan. Untuk perioperatif pada kelompok pasien ini. Pengetahuan
neonatus dan bayi, World Health Organization (WHO) tentang efek yang berbeda dari masing-masing obat
mendefinisikan suhu inti dari 36,0-36,4°C sebagai anestesi pada mekanisme termoregulasi terbukti
bermanfaat dalam memberikan anestesi yang aman

REFERENSI
KESIMPULAN

Suhu intraoperatif masih merupakan salah satu udara dan penggunaan infus dingin dan gas inhalasi
parameter vital yang jarang dipantau. Fluktuasi suhu
biasanya terjadi intraoperatif sehingga pemantauan,
pencegahan, dan pengobatan yang cermat harus
dimasukkan ke dalam rencana anestesi pasien.
Pendekatan gabungan yang menargetkan termoregulasi
perioperatif menggunakan kombinasi strategi
pemanasan cairan dan kulit sangat dianjurkan.
Pemilihan lokasi dan alat pemantauan suhu tubuh
tergantung kepada anestesiolog sesuai dengan lokasi
operasi dan aksesibilitas.
Pasien pediatri memiliki ukuran tubuh yang kecil
dan hal tersebut meningkatkan konduktansi termal,
menyebabkan bayi dan anak memiliki risiko lebih
besar terhadap ketidakstabilan termal. Risiko ini
bahkan lebih tinggi untuk bayi prematur. Paparan
selama anestesi dan lingkungan ruang operasi dengan
suhu rata-rata yang biasanya rendah dikombinasikan
dengan aliran udara yang tinggi dari sistem pendingin
80
5
1. Peter J. Davis, Franklyn P. Cladis. Smith’s Anesthesia for
M A N A 3 E M E N D A N P E M A N T AU A N IN T R A O P E R A T IF
Infants and Children, Edisi kedelapan. 2011.
P A D A P A S IE N P E D IA T R I BAB 82
2. American Society of Anesthesiologist. Standards for basic
anesthetic monitoring. 2015.
3. Cote CJ, Liu LMP, Szyfelbein SK, Firestone S, Goudsouzian
NG, Welch JP, Daniels AL, Intraoperative events diagnosed by
expired carbon dioxide monitoring in children, Can Anaesth
SocJ. 1986; 33(3): 315-20..
4. Malbrain ML, Marik PE, Witters 1, et at, Fluid overload, de-
resuscitation. and outcomes in critically ill or injured patients: a
systematic review with suggestions for clinical practice.
Anaesthesiol Intensive Ther. 2014 Nov-Dec;46(5):361-80.
5. Gan H, Cannesson M, Chandler JR, Ansermino JM, Predicting
Fluid Responsiveness in Children: A Systematic Review,
Anesthesia & Analgesia. 2013 ;117 (6):1380-92.
6. Sessler DI. Temperature monitoring and perioperative
thermoregulation. Anesthesiology. 2008;109(2):318-38.
7. Bindu B, Bindra A, Rath G. Temperature management under
general anesthesia: Compulsion or option. J Anaesthesiol Clin
Pharmacol. 2017;33(3):306-316.
8. Nilsson, K. Maintenance and monitoring of body temperature in
infants and children. Pediatric Anesthesia, 1991;1: 13-20.
doi:10.1111/j.l460-9592.1991.tb00003.x
9. World Health Organization. Maternal and newborn health/safe
motherhood: Thermal protection of the newborn-A practical
guide. 1997

80
5

Anda mungkin juga menyukai