Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

Ny. S berusia 51 tahun saat ini dirawat di RS dengan keluhan sesak nafas sejak
2 hari sebelum masuk RS, klien sudah minum obat seperti biasanya tetapi tidak
ada perubahan. Pada saat dilakukan pengkajian pasien tampak lemah dan
gelisah, pasien mengatakan napas terasa sesak, sesak bertambah jika
beraktivitas, pasien mengatakan batuk, sekret berwarna putih kental, sekret
sulit keluar, pusing, sulit tidur akibat sesak, pada malam hari sering terbangun
karena batuk serta pada bibir dan ujung eksterimitas nampak kebiruan.

A. Konsep Kebutuhan Oksigenasi


1. Definisi
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam
sistem tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan
kedalam tubuh secara alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau
respirasi merupakan proses pertukaran gas antara individu dengan
lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara untuk
mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan
untuk mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan [ CITATION Sap13 \l
1057 ].
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²).
Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk
mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel.
Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan
berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya
pasien akan meninggal. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan
dasar manusia yang di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel
tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.
Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen
setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan
dalam mempertahakan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di
perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti gabungan
aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh
tubuh dan pembuangan CO² (hasil pembakaran sel). Terapi oksigen
merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan
oksigenasi [ CITATION Tar06 \l 1057 ].
2. Fisiologi Oksigen
Menurut [ CITATION Bru02 \l 1057 ] peristiwa bernapas terdiri dari 2
bagian:
a. Menghirup udara (inspirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui
saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume
rongga dada naik/lebih besar, tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
b. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu
gerakan pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses
ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga
dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan,
yaitu ventilasi, difusi dan transportasi:
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakkan gas ke dalam dan
keluar paru-paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan
thoraks yang elastis dan persarafan yang utuh. Otot pernapasan
insiprasi utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi oleh saraf
frenik,yang keluar dari spinalis pada vertebra servikal keempat.
1) Kerja pernapasan
Pernapasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk
mengembangkan dan membuat paru berkontraksi. Kerja
pernapasan ditentukan oleh tingkat kompliansi paru,tahanan jalan
napas,keberadaan ekspirasi yang aktif,dan penggunaan otot-otot
bantu pernapasan.
2) Komplikasi
Merupakan kemampuan paru distensi atau mengembang sebagai
respons terhadap peningkatkan tekanan intralveolar. Komplikasi
menurun pada penyakit,seperti edema pulmonary, interstisial,
fibrosis pleura dan kelainan struktur traumatic atau congenital,
seperti kifosis atau fraktur iga. Surfaktan merupakan zat kimia
yang diproduksi di paru oleh sel tipe dua alveolar yang
mempertahankan tegangan permukaan alveoli dan
mencegahanya dari kolaps.
3) Tahanan jalan napas
Merupakan perbedaan tekanan antara mulut dan alveoli terkait
dengan kecepatan aliran gas yang diinspirasi. Tahanan jalan napas
dapat mengalami peningkatan akibat obstursi jalan napas,penyakit
dijalan napas kecil (seperti asma),dan edema trakeal. Jika tahanan
meningkat,jumlah udara yang melalui jalan napas anatomis
menurun. Ekspirasi merupakan proses pasif normal yang
bergantung pada property recoil elastis dihasilkan oleh serabut
elastic dijaringan paru dn oleh tegangan permukaan dalam cairan
yang melepasi alveoli . klien yang mengalami penyakit
pulmonary obstruksi kronik lanjut akan kehilangan recoil elastis
paru dan thoraks. Akibatnya ,kerja napas klien meningkat.
4) Volume paru
Volume paru normal di ukur melalui pemeriksaan fungsi
pulmonary. Spirometri mengukur volume udara yang memasuki
atau yang meninggalkan paru-paru. Variasi volume paru dapat
dihubungkan dengan status kesehatan,seperti kehamilan,latihan
fisik,obesitas,atau kondisi paru yang obstruksi dan restriktif.
Jumlah surbfaktan,tingkat komplikasi,dan kekuatan otot
pernapasan mempengaruhi tekanan dan volume di dalam paru-
paru.
5) Tekanan
Gas bergerak ke dalam dan keluar paru karena ada perubahan
tekanan. Tekanan intrapleura bersifat negative atau kurang
daripada tekanan atmosfer, yaitu 760 mm Hg pada permukaan
laut. Supaya udara mengalir ke dalam paru-paru, maka tekanan
intrapleura harus lebih negative, dengan gradien tekanan antara
atmosfer dan alveoli.
b. Perfusi
Fungsi utama sirkulasi paru adalah mengalirkan darah ked an dari
membran kapiler alveoli sehingga dapat berlangsung pertukaran gas.
Sirkulasi pulmonar merupakan suatu reservoir untuk darah sehingga
paru dapat meningkatkan volume darahnya tanpa peningkatan
tekanan dalam arteri atau vena pulmonary yang besar. Sirkulasi
pulmonar juga berfungsi sebagai filter, yang menyaring thrombus
kecil sebelum thrombus tersebut mencapai organ-organ vital.
c. Difusi
Merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi
yang lebih tinggi ke daerah dengan konsentrasi yang lebih rendah.
Difusi gas pernapasan terjadi di membran kapiler alveolar dan
kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membran.
Peningkatan ketebalan membran merintangi proses difusi karena hal
tersebut membuat gas memerlukan waktu yang lebih lama ntuk
melewati membran tersebut. Klien yang mengaami udema
pulmonary,infiltrasi pulmonar,atau efusi pulmonary memiliki
ketebalan membrane alveolar.
3. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami
gangguan oksigenasi menurut yaitu hiperventilasi, hipoventilasi,
deformitas tulang dan dinding dada, nyeri, cemas, penurunan
energi/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal,
kerusakan kognitif/persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis
kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-
alveoli.
4. Faktor Predisposisi
a. Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada
obstruksi saluran napas bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transport O2 terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu
hamil, luka, dan lain-lain.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit
kronik seperti TBC paru.
b. Faktor Perkembangan
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfaktan.
2) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan
dan merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-
paru.
5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru
menurun.
c. Faktor Perilaku
1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan
ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan
arterioklerosis.
2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
perifer dan koroner.
4) Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake
nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin,
alcohol, menyebabkan depresi pusat pernapasan.
5) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
d. Faktor Lingkungan
1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dan permukaan laut.
5. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan
trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang
masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat
obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan
tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari
alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan
pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka
kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume
sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas [ CITATION Bru02 \l 1057 ]
6. Manifestasi Klinis
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda
gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot
nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping
hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, nafas
dengan mulut, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-
posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi
tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi
gangguan oksigenasi
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu:
a. Suara napas tidak normal
b. Perubahan jumlah pernapasan.
c. Batuk disertai dahak.
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e. Dispnea.
f. Penurunan haluaran urin.
g. Penurunan ekspansi paru
h. Takipnea
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik  yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi yaitu:
a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas
secara efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane
kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel
sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.
f. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung
dan kontraksi paru.
h. CT scan
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
8. Masalah Kebutuhan Oksigen
a. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan
oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen.
b. Perubahan Pola Nafas
1) Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24x/
menit karena paru-paru terjadi emboli.
2) Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat abnormal, ± 10x/
menit.
3) Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi
metabolisme yang terlalu tinggi dengan pernafasan lebih cepat
dan dalam sehingga terjadi jumlah peningkatan O2 dalam paru-
paru.
4) Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal.
5) Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2
dengan cukup, serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki
alveoli dalam penggunaan O2.
6) Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan.
7) Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi
duduk atau berdiri.
8) Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena
penyempitan pada saluran nafas
c. Obstruksi Jalan Nafas
Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang
mengalami ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara
efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau
berlebihan akibat infeksi, imobilisasi, serta batuk tidak efektif karena
penyakit persarafan.
d. Pertukaran Gas
Merupakan kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas
baik O2 maupun CO2 antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular.
9. Penatalaksanaan
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1) Latihan batuk efektif
2) Suctioning
3) Jalan nafas buatan
b. Pola Nafas Tidak Efektif
1) Atur posisi pasien ( semi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Teknik bernafas dan relaksasi
c. Gangguan Pertukaran Gas
1) Atur posisi pasien ( posisi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Suctioning
B. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. S
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 51 Tahun
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Kawin
f. Pekerjaan : IRT
g. Pendidikan Terakhir :-
h. Alamat : Jln Singa I
i. No. CM : 140723
j. Diagnosa Medis : TB Paru
Penanggung Jawab

a. Nama : Tn. K
b. Jenis Kelamin : laki- laki
c. Alamat : Jln Singa I
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan pasien
1) Keluhan utama: Pasien datang dengan keluhan sesak napas
semenjak 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit, sesak dipengaruhi
oleh aktivitas.
2) Kronologi penyakit saat ini :
Pada saat dilakukan pengkajian pasien tampak lemah dan
gelisah, pasien mengatakan napas terasa sesak, sesak bertambah
jika beraktivitas, pasien mengatakan batuk, sekret berwarna
putih kental, sekret sulit keluar, pusing, sulit tidur akibat sesak,
pada malam hari sering terbangun karena batuk serta pada bibir
dan ujung eksterimitas nampak kebiruan.
3) Pengaruh penyakit terhadap pasien :
Pasien sangat terpengaruh dengan penyakitnya ini karena pasien
susah untuk beraktivitas.
4) Yang diharapkan pasien dari pelayanan kesehatan
Pasien berharap mendapatkan pelayanan yang utama agar dia bisa
cepat sembuh dari kondisinya saat ini.
b. Pengkajian Kebutuhan
1) Rasa Aman dan Nyaman
Pasien khawatir dengan kondisinya saat ini.
2) Aktivitas Istirahat – Tidur
a) Aktivitas
Pasien lebih banyak berbaring, pasien hanya mampu mengubah
posisi dari miring kanan ke miring kiri
b) Istirahat
Pasien mengatakan sulit untuk beristirahat
c) Tidur
Selama sakit pasien hanya tidur 4 jam dan sering terbangun.
3) Cairan
Sebelum sakit, pasien mengatakan mampu menghabiskan air
minum sebanyak 1,5 L, tidak termasuk di rumah. Setelah sakit,
pasien mengatakan masih banyak minum
4) Nutrisi
Pasien biasanya makan 3 kali sehari, namun pasien tidak mampu
menghabiskan porsi makanan yang disediakan oleh RS. Pasien
hanya bisa makan makanan lunak seperti bubur. Pasien
mengatakan tidak nafsu makan, karena pahit pada saat menelan.
5) Eliminasi : Urine dan Feses
a) Eliminasi Feses
Pola BAB 1 kali sehari dengan konsentrasi padat dan warna
kuning.
b) Eliminasi Urine
Pola BAK 3-4 kali sehari warna kuning
6) Pernapasan
Pasien nampak sesak mengalami batuk, pasien mengatakan batuk
berlendir dan pasien nampak batuk berlendir berwarna putih
kental.
7) Kardiovaskuler
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung
8) Personal Hygine
Pasien mengatakan terakhir mandi 2 hari yang lalu, pasien nampak
kusam, kuku pasien nampak panjang dan bersih.
9) Sex
Pasien tidak memiliki gangguan fungsi sex,dan anak pasien
berjumlah empat orang
10) Pengkajian Psikososial dan Spiritual
a) Psikologi
1) Pasien dapat mengontrol emosinya dan dapat
mengespresikan perasaannya.
2) Pasien mengatakan selalu sabar dan menerima penyakitnya.
b) Hubungan sosial
Keluarga selalu menemani pasien dan mempunyai banyak
teman yang selalu datang membesuk dan memberi suport untuk
kesembuhannya

c) Spritual
Pasien beragama islam,pasien mengatakan selalu berdoa dan
berdzikir untuk kesembuhan penyakitnya
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Keadaan Umum
a) Kesadaran : Composmentis GCS : 15
b) Keadaan Umum : Nampak sesak dan batuk
c) Kondisi pasien secara umum : Pasien nampak lemah
2) Tanda – tanda vital :
TD : 110/80 mmHg
N : 95 x/m
P : 27x/m
S : 36 ºC
3) Pertumbuhan fisik :
TB : 155 cm
BB : 40kg
Postur tubuh : Tegak lurus
4) Keadaan kulit : Nampak kusam
Warna : Sawo matang
Tekstur : tidak kasar
Kelainan kulit : Tidak ada
b. Pemeriksaan cepalo kaudal
a) Kepala :
Inspeksi : Bentuk kepala normocepal, penyebaran rambut
merata,tidak rontok, warna hitam, kulit kepala bersih.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
b) Mata :
Inspeksi : Simetris kiri kanan
Kelopak mata : Tidak ada pembengkakan
Konjungtiva : Anemis ( pucat )
c) Hidung
Inspeksi : terdapat sekret pada kedua lubang hidung.
d) Telinga
Inspeksi : Tidak ada sekret pada kedua telinga
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada telinga kiri dan kanan
e) Mulut
Inspeksi : Gigi lengkap dan sedikit berwarna kuning, lidah bersih,
tidak ada sariawan, warna kebiruan pada bibir dan terdapat lendir.
f) Leher
Inspeksi : Tidak ada pembekakkan pada kelenjar getah bening
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
g) Dada
Inspeksi : Ekspansi dada sama saat inspirasi dan ekspirasi, tidak ada
retraksi dinding dada
Auskultasi : terdapat suara napas tambahan ( Ronchi)
h) Abdomen
Inspeksi: tidak ada lesi
Auskutasi : bising usus normal
Palapasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : tidak terdapat penumpukan cairan
i) Genetalia, anus, dan rektum
Inspeksi :
j) Ekstremitas
ROM : aktif dan pasif
Edema : tidak ada
Akral : dingin

c. Pemeriksaan penunjang
1. Hasil Radiologi

KESAN
1. TB paru bilateral aktif
2. Infected bronchiectasis

2. Terapi yang diberikan

NO NAMA GOLONGAN FUNGSI


1. Cairan Ringer Laktat Menambah
cairan dan
elektrolit
2. Acetylsisten Mukolitik Untuk
mengencerkan
dahak yang
menghalangi
saluran
pernapasan
3. Isoniazid Antibiotik Untuk menangani
gejala gejala
tuberkulosis paru
ataupun ekstra
paru

4. Klasifikasi Data

Data Subjektif Data Objektif


1. Pasien mengatakan sesak napas, 1. Pasien nampak lemah
2. Sesak bertambah jika 2. Pasien nampak batuk
beraktivitas. berlendir
3. Pasien mengatakan batuk dengan 3. Pasien nampak gelisah
sekret berwarna putih kental. 4. Nampak kebiruan pada
4. Sekret sulit keluar. ekstermintas dan bibir
5. Sulit tidur akibat sesak 5. Terdapat suara napas
6. Pada malam hari sering tambahan (Ronchi)
terbangun karena batuk

5. Masalah Keperawatan

Data Etiologi Masalah Keperawatan


Data Subjektif Mycobacterium Bersihan Jalan Napas
1. Pasien mengatakan sesak tuberculosis masuk ke Tidak Efektif
napas dalam paru

2. Pasien mengatakan batuk


dengan sekret berwarna putih Inflamsi pada alveoli

kental.
Stimulasi sel-sel goblet dan
3. Sekret sulit keluar.
dan sel mukosa
4. Pada malam hari sering
terbangun karena batuk
Peningkatan sel mukosa
Data Objektif
1. Pasien nampak lemah Peningkatan produksi
2. Pasien nampak batuk mucus
berlendir
3. Porsi makanan tidak Akumulasi sekret pada
dihabiskan (1/2 porsi ) saluran pernapasan
4. Terdapat suara napas
tambahan (Ronchi) Bersihan Jalan Napas
Tidak Efektif

Data Subjektif Mycobacterium Gangguan Pertukaran


1. Pasien mengatakan sesak tuberculosis masuk ke Gas
napas dalam paru

2. Sesak bertambah jika


beraktivitas. Inflamsi pada alveoli

3. Sulit tidur akibat sesak


Data Objektif Kerusakan membran

1. Pasien nampak lemah alveolar

2. Nampak sianosis pada


ekstremitas dan bibir Alveolus mengalami

3. Pasien nampak gelisah konsolidasi dan eksudasi

4. Terdapat suara napas


tambahan (Ronchi) Gangguan Pertukaran
Gas

B. Diagnosa Keperawatan
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Hipersekresi
Jalan Napas
C. Perencanaan Keperawatan

Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


Diagnosis Setelah dilakukan Manajemen Jalan
Bersihan Jalan Napas tindakan keperawatan Napas
Tidak Efektif diharapkan bersihan 1. Monitor pola napas
Berhubungan Dengan jalan napas pasien (frekuensi,
Hipersekresi Jalan meningkat dengan kedalaman, usaha
Napas indikator: napas)
Definisi 1. Produksi sputum 2. Monitor bunyi napas
Ketidakmampuan menurun tambahan (mis.
membersihkan sekret 2. Dispnea menurun gurgling, mengi,
atau obstruksi jalan 3. Gelisah menurun wheezing, ronkhi
napas untuk 4. Pola napas menurun kering)
mempertahankan jalan 3. Monitor sputum
napas tetap paten. (jumlah, warna,
Batasan Karakteristik aroma).
Gejala dan tanda mayor: 4. Posisikan semi
1. Batuk tidak efektif fowler atau fowler
2. Sputum berlebih 5. Berikan minum
3. Terdapat suara hangat
ronkhi 6. Lakukan fisioterapi
Gejala dan tanda minor: dada jika perlu
1. Dispnea 7. Lakukan pengisapan
2. Gelisah lendir kurang dari 15
3. Pola napas berubah menit
8. Berikan oksigen jika
perlu
9. Ajarkan teknik
batuk efektif
10. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran dan
mukolitik
Diagnosis Setelah dilakukan Terapi oksigen
Gangguan pertukaran tindakan keperawatan 1. Monitor kecepatan
gas berhubungan diharapkan pertukaran oksigen
dengan perubahan gas pasien meningkat 2. Monitor aliran
membran alveolus- dengan indikator: oksigen secara
kapiler 1. Dispnea menurun periodik dan
Definisi 2. Bunyi napas pastikan fraksi yang
Kelebihan atau tambahan menurun diberikan cukup
kekurangan oksigenasi 3. Gelisah menurun 3. Monitor efektifitas
dan atau eliminasi 4. Sianosis membaik terapi oksigen
karbondioksida pada 4. Monitor integritas
membran alveolus mukosa hidung
kapiler akibat pemasangan
Batasan Karakteristik oksigen
Gejala dan tanda mayor: 5. Bersihkan sekret
1. Dispnea pada mulut, hidung
2. Bunyi napas dan trakea jika perlu
tambaha 6. Pertahankan
Gejala dan tanda minor: kepatenan jalan
1. Sianosis napas
2. Gelisah 7. Ajarkan pasien dan
3. Pola napas keluarga cara
abnormal menggunakan
oksigen di rumah
8. Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
9. Kolaborasi
penggunanaan
oksigen saat
aktivitas atau tidur
1.

D. Implementasi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Implementasi


Ketidakefektifan bersihan jalan 1. Mengajarkan batuk efektif
nafas berhubungan dengan 2. Mendengarkan suara napas
hipersekresi pada jalan napas. pasien
3. Memberikan ventolin 2 x 1
amp dengan menggunakan
nebulizer.
4. Jika menggunakan oksigen,
berikan dan memantau kondisi
cairan oksigen
5. Mengukur tanda-tanda vital
pasien.
Gangguan pertukaran gas 1. Memberikan oksigen melalui
berhubungan dengan perubahan nasal kanul
membran alveolus-kapiler 2. Menilai kondisi pernapasan
pasien setelah aktivitas
3. Mengatur posisi semifowler
4. Menganjurkan pasien untuk
tidak cemas dan stress
5. Mengajarkan teknik napas
dalam dan relaksasi
6. Mengukur frekuensi pernapasan
pasien

E. Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan


Ketidakefektifan bersihan jalan S : Pasien mengatakan sesak napas
nafas berhubungan dengan dan batuk sudah berhenti
hipersekresi pada jalan napas. O : Jalan napas kembali paten
ditandai dengan tidak sesak, tidak
batuk dan mampu mengeluarkan
sputum
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Gangguan pertukaran gas S : Pasien mengatakan sudah tidak
sesak
berhubungan dengan perubahan O : Pasien nampak bernapas
membran alveolus-kapiler dengan nyama
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner &Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta

Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC

Nanda International (20013). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi.


Jakarta:EGC

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC

            Tarwonto dan Wartonah.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan


Asuhan Keperaweatan. Jakarta: Salemba Medika.

            http://www.docstoc.com/docs/151842217/LAPORAN-PENDAHULUAN-
OKSIGEN-NOVA diakses tanggal 19 Agustus 2014

Anda mungkin juga menyukai