Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Disiplin
1. Pengertian disiplin
Menurut Sjarif (1996: 30), disiplin adalah suatu penataan yang
dapat di sangkal ialah bahwa disiplin maupun hukum disiplin yang
mengikatnya berlaku bagi kalangan militer maupun sipil merupakan
dasar–dasar fundamental bagi pembaharuan bagi disetiap ruang
lingkup kerja bagi insane profesi maupun non profesi guna mencapai
hasil kerja yang maksimal. Sedangkan dalam kamus bahasa
Indonesia pengertian disiplin adalah latihan batin atau watak dengan
maksud agar selalu menaati tata tertib.
Menurut Purwadarminta (1979: 75), disiplin adalah kata
sukses sebab disiplin membawa manfaat yang besar dalam
kehidupan manusia. Setelah individu menerapkan disiplin maka ia
akan sadar sekalipun pahit tetapi disiplin memiliki buah yang manis.
Sedangkan menurut bahasa disiplin adalah ketaatan pada peraturan
tata tertib sesuatu bidang yang mempunyai objek, system dan
metode tertentu.
Menurut Basic Safety Training ( BST ) Modul-4, (2000: 192),
disiplin adalah keadaan tertib dan teratur dimana pelaut bekerja
sesuai standar kerja dan bertingkah laku sejalan pula dengan
ketentuan-ketentuan perusahaan agar tujuan dan perusahaan itu
sendiri dapat tercapai. Untuk antisipasi adanya bahaya diatas kapal,
untuk mewujudkan tenaga kerja profesional dibidang pelayaran Crew
kapal harus mempunyai sertifikat pelatihan dasar untuk memenuhi
persyaratan IMO.
Disiplin waktu adalah suatu perkerjaan yang harus dikerjakan,
dilaksanakan dan juga diselesaikan tepat pada waktunya, Dalam
pelaksanaan disiplin waktu seorang perwira kapal harus memberi
contoh yang bisa diikuti oleh anak buah kapal, setiap pada saat
melaksanakan tugas jaga di kapal seorang perwira jaga sudah harus
berada di kamar mesin 15 menit sebelum serah terima jaga
dilakukan. Disini dilihat apabila seorang masinis jaga berada lebih
awal di kamar mesin daripada oiler jaga maka dengan sendirinya
oiler jaga tersebut akan merasa malu. Terlebih apabila setiap
melakukan tugas jaga dia selalu datang terlambat.
Apabila seorang masinis selalu berdisiplin dengan sendirinya
anak buah kapal akan menerapkan disiplin dengan baik, baik itu
disiplin waktu maupun disiplin di segala bidang sehingga didalam
melaksanakan suatu pekerjaan dengan disiplin yang tinggi sehingga
pekerjaan tersebut dapat terlaksana dengan baik dan tepat pada
waktunya. Apabila seorang masinis memberikan teladan kepada
bawahannya maka bawahannya akan menerapkan apa yang
diterapkan oleh atasannya. Dengan terciptanya disiplin disegala
bidang yang diterapkan oleh perwira mesin di atas kapal dan anak
buah kapal maka pelanggaran dan kecelakaan pada saat kerja dapat
ditekan serendah mungkin dan kerusakan mesin–mesin di kapal
dapat teratasi. Tanpa disiplin dan rasa tanggung jawab yang di
targetkan pihak perushaan maka yang kita cita–citakan bersama
tidak akan berhasil. Karena itu kita harus tahu bahwa kedisiplinan
adalah kunci dari suksesnya suatu usaha.
Faktor disiplin dalam kepemimpinan merupakan suatu yang
sangat penting. Persoalan utama yang muncul adalah persepsi yang
keliru tentang disiplin itu, baik oleh pemimpin maupun oleh bawahan.
Pemimpin biasa terjebak untuk menggunakan disiplin guna
mempertahankan “status quo” dalam kepemimpinannya atau untuk
mengekspresikan sikapnya terhadap bawahan, dimana disiplin
seolah–olah diartikan sebagai hukuman semata–mata. Dari pihak

5
bawahan, disiplin telah terlihat sebagai “hukuman yang mengancam
nasibnya”, atau usaha atasan untuk menghalangi kemajuan dirinya.
Dalam kepemimpinan, disiplin harus diartikan sebagai
mendidik untuk perbaikan dan menjadi lebih baik. Disiplin disini tidak
diartikan sebagai hukuman untuk orang yang bersalah, tetapi
merupakan didikan atau tuntutan untuk bermotivasi, bersikap dan
bekerja dengan baik secara konsisten. Disiplin tidak hanya
diterapkan pada saat seorang terbukti bersalah, tetapi dimulai dalam
kondisi kerja normal untuk meningkatkan komitmen dan kinerja
seseorang yang terbukti bersalah dan disiplin hanyalah merupakan
salah satu aspek saja dari disiplin.
Menurut Crow (1990: 57), faktor–faktor yang mempengaruhi
kedisiplinan yaitu :
a. Faktor psikologis yaitu motif yang mendorong untuk menghargai
orang lain dan untuk mencapai prestasi
b. Sikap perorangan bahwa sikap perseorangan yang tidak sesuai
dengan standar. Beberapa sifat perseorangan seperti acuh tak
acuh, mementingkan diri sendiri.
c. Faktor sosial, bahwa dalam kehidupan berkelompok akan timbul
pengaruh sosial pada sikap individu.
d. Faktor lingkungan, seperti udara yang segar, ruangan yang
menarik, suasana tenang tidak bising oleh suara kendaraan atau
pabrik.

2. Fungsi Dari Disiplin


Menurut Tomatala (1997: 249–253) fungsi khusus dari disiplin
dapat dijabarkan dalam tiga kisi penting yaitu :
a. Meningkatkan Kualitas Karakter
Kualitas karakter akan terlihat pada komitmen kepada tuhan,
organisasi, diri orang lain dan kerja. Puncak komitmen terlihat
pada integritas diri yang tinggi dan tangguh.

6
b. Mendukung proses pengejawatahan kualitas karakter, sikap dan
kerja.
Disini, kualitas sikap (komitmen dan integritas) ditunjang,
didukung, dikembangkan dan diwujudkan dalam. komitmen dan
integritas akan terlihat dalam kinerja yang konsisten.
Memproduksi kualitas karakter dalam hidup yang ditandai oleh
adanya karakter kuat dari setiap orang, termasuk pemimpin dan
bawahan.
Pemimpin terbukti berdisiplin tinggi dalam setiap sikap hidup
dan kerja, dan hal yang akan mempengaruhi para bawahan
untuk berdisiplin tinggi yang dijadikan model oleh bawahannya.
3. Cara Pelaksanaan Disiplin
Menurut Tomatala (1997: 249–253) disiplin harus ditegakkan
dan dijalankan dalam kepemimpinan apabila dalam suatu
organisasi berkehendak untuk tetap tegak dan lebih maju.
Pemimpin yang disiplin akan mempengaruhi bawahannya untuk
berdisipin. Sebab disiplin merupakan tanda dan penggerak hidup
suatu organisasi Dalam upanya menjalankan disiplin, cara–cara di
bawah ini dapat ditempuh.
a. Disiplin dalam kondisi normal
Dalam kondisi normal disiplin harus di tegakkan secara terus
menerus, menjelaskan dan mengkomunikasikan policy/ketentuan
hidup/kerja organisasi yang di lakukan secara kreatif. Hal ini
dapat dilakukan dengan memberi nasihat umum , briefing,
petunjuk khusus, serta nasehat/dorongan ‘on the spot’
(langsung di tempat kerja)
b. Disiplin Dalam Kondisi Khusus
Dalam kondisi khusus dimana terdapat kesalahan/kekeliruan
yang dilakukan dengan sengaja ataupun tidak,hal-hal berikut
harus diperhatikan oleh pemimpin .

7
1) Bobot dari kesalahan yang diperbuat oleh seorang bawahan
dimaksud.
2) Unsur-unsur administrasi, hukum, sosial, ekonomi, politik,
rohani/moral/etis yang terdapat dalam kekeliruan/kesalahan
tersebut.
3) Kualitas keputusan yang dilakukan dan efeknya terhadap
organisasi, pemimpin dan bawahan yang dimaksud.

B. Pelanggaran Umum Terhadap Disiplin


Menurut Sarif (1996: 10) menyatakan bahwa ada dua jenis
pelanggaran disiplin yaitu :
1. Pelanggaran disiplin murni atau pelanggaran disiplin sebenarnya.
Yang dimaksud dengan pelanggaran disiplin sebenarnya adalah
semua perbuatan yang tercantum dalam perundang-undangan
pidana, yang bertentangan dengan suatu perintah kedinasan atau
tidak layak terjadi didalam kedisiplinan.
2. Pelanggaran disiplin yang tidak murni atau pelanggaran yang tidak
sebenarnya.Yang di maksud dengan pelanggaran tidak murni
adalah perbuatan-perbuatan yang tidak sengaja dibarengi dengan
salah satu atau lebih keadaan-keadaan yang memberatkan dalam
undang-undang pidana.
Sedangkan menurut Moreby (1894: 65) menjelaskan ayat 225
Merchant Marine Act 1894 mengenai pelanggaran umum terhadap
disiplin, jika seorang pelaut secara sah disijilkan atau seorang taruna
pada suatu tugas dilaut, melakukan sala satu pelanggaran berikut
didalam peraturan ini disebut sebagai pelanggaran disiplin, ia bias
dikenakan hukuman secara ringkas sebagai berikut :
a. Jika ia meninggalkan kapal tanpa ijin setibanya kapal di pelabuhan
pengiriman dan sebelum kapal ditempatkan secara aman maka ia
bisa dikenakan pemotongan gaji sebesar jumlah yang tidak
melebihi gaji sebulan.

8
b. Jika ia bersalah sengaja tidak mematuhi suatu perintah yang sah
dapat dikenakan hukuman penjara selama periode yang tidak
melebihi empat minggu, dan juga dengan kewenangan pengadilan,
dikenakan denda atas gajinya sebesarl jumlah yang tidak melebihi
dua hari upah.
c. Jika ia bersalah terus dengan sengaja tidak patuh terhadap
tugasnya maka ia dapat dikenakan hukuman penjara selama
periode tidak lebih dari dua belas minggu, dan juga atas
kewenangan pengadilan didenda untuk setiap dua puluh empat jam
meneruskan ketidak patuhan atau pengabdian tugas sebesar
jumlah yang tidak melebihi enam hari upah atau pembayaran yang
pantas yang timbul sebagai biaya pengganti
d. Jika ia menyerang nahkoda atau perwira yang bersertifikat maka ia
bisa dikenakan hukuman penjara selama waktu yang tidak lebih
dari dua belas minggu.
e. Jika ia bergabung dengan anak kapal lain untuk membangkang
perintah yang sah atau mengabaikan tugas ia bisa dikenakan
hukuman penjara selama periode tidak lebih dari dua belas minggu.
f. Jika ia sengaja merusak kapalnya atau menggelapkan barang–
barang simpanan muatan kapal maka ia bisa dikenakan
pemotongan gaji sejumlah sama dengan kerugian yang terjadi atas
kewenangan pengadilan di hukum penjara selama tidak lebih dari
dua belas minggu.
g. Jika dia dihukum karena tidak penyelundupan yang timbul karena
kerugian terhadap nahkoda pemilik kapal maka ia bisa dikenakan
kewajiban membayar ke nahkoda atau pemilik kapal sejumlah yang
mencukupi untuk pambayaran kembali kehilangan atau kerugian
dan sebagian gajinya ditahan untuk menutupi tanpa adanya ganti
rugi lebih lanjut.

9
Pelanggaran disiplin menurut Warokka (2001: 58) jika nahkoda,
mualim, masinis, atau markonis yang telah jelas kesalahannya dapat
dikenakan hukuman disipliner sebagai berikut :
a. Memberikan teguran.
b. Pencabutan wewenang selama waktu tertentu tidak melebihi dua
tahun selama kedudukannya di atas kapal
Tindakan–tindakan keras tersebut perlu dilakukan dengan tujuan
agar anak buah kapal lainnya akan merasa segan untuk melanggar
ketentuan–ketentuan yang telah ditetapkan dan disepakati diatas
kapal. Untuk menanamkan rasa disiplin yang tinggi kepada seluruh
anak buah kapal, maka setiap tugas yang dibebankan kepada mereka
adalah tugas yang sangat penting dan juga perusahaan sangat
bergantung kepada mereka, sebab maju mundurnya suatu
perusahaan tempat mereka bekerja bergantung dari kenerja anak
buah kapal itu.

C. Tugas Jaga
1. Pengertian Tugas Jaga
Istilah tugas jaga menurut kamus bahasa Indonesia, berarti melihat
dengan cermat atau waspada. Jaga juga berarti satu masa waktu
berjaga Dalam tugas jaga laut, istilah itu berarti tugas (biasanya
selama 4 jam) untuk perwira kapal. Jadi istilah tugas jaga berarti
penjagaan kapal :
a. Cermat, menyatakan perhatian penuh dan mengawasi dengan
waspada atau menjaga kapal dengan seksama.
b. Awas, berarti penjagaan dengan terus menerus dan sangat hati–
hati kerena suatu alasan atau tujuan yang pasti terutama untuk
melihat dan menghindari bahaya tubrukan
c. Waspada, menekankan pada satu keadaan sangat siaga dan
siap untuk bertindak mengatasi apapun yang terjadi.

10
2. Pengaturan Tugas Jaga
a. Komposisi tugas jaga mesin harus selalu memadai untuk
menjamin pengoperasian secara aman seluruh permesinan yang
mempengaruhi pengoperasian kapal pada kemudi otomatis atau
kemudi tangan, dan harus sesuai yang ada.
b. Jika memutuskan komposisi tugas jaga mesin, termasuk
bawahan–bawahan yang harus memenuhi syarat, kriteria di
bawah ini yang harus menjadi pertimbangan :
1) Jenis kapal dan kondisi permesinan
2) Pengawasan mesin–mesin, yang mempengaruhi keamanan
pengoperasian kapal secara terus–menerus
3) Setiap cara pengoperasian khusus yang dipengaruhi kondisi–
kondisi seperti cuaca, air yang tercemar, air dangkal, air
darurat, penanggulangan kerusakan atau pencegahan
pencemaran.
4) Kualifikasi dan pengalaman petugas jaga mesin
5) Keselamatan jiwa, kapal, muatan dan pelabuhan dan
perlindungan lingkungan.
6) Kepatuhan terhadap peraturan–peraturan internasional,
nasional dan setempat.
7) Menjaga pengoperasian kapal secara normal.
3. Pembagian Tugas Jaga
Tugas jaga di atas kapal dibagi atas tiga kelompok.
a. Menurut pembagian tugas : bagian deck dan mesin
b. Menurut pengoperasian kapal : jaga laut dan jaga pelabuhan
c. Menurut sifatnya : jaga darurat dan jaga khusus.
Pengelompokan menurut pembagian tugas adalah membagi
tugas awak kapal sesuai bagiannya, yaitu :
a. Bagian deck (tugas jaga yang di lakukan oleh awak kapal yang
melakukan pekerjaan orang dek)

11
b. Bagian mesin (tugas jaga yang dilakukan oleh awak kapal yang
melakukan pekerjaan bagian mesin)
Pengelompokan menurut pengoperasian kapal adalah
membagi tugas jaga kapal sesuai keadaan operasional kapal,
yaitu :
a. Jaga laut yaitu tugas jaga yang dilalukan pada saat kapal
sedang berlayar.
b. Jaga pelayaran yaitu tugas jaga yang dilakukan pada saat
kapal berada di pelabuhan baik sandar (a long side) atau labuh
jangkar (kegiatan bongkar muat, perbaikan dok)
Pengelompokan menurut sifatnya adalah membagi tugas jaga
awak kapal sesuai sifat kegiatannya, yaitu :
a. Jaga rutin : tugas jaga oleh awak kapal secara rutin baik di laut
maupun di pelabuhan sesuai pembagian tugas dan jadwal
ditetapkan dalam pengoperasian kapal.
b. Jaga darurat : tugas jaga oleh awak kapal pada saat dalam
keadaan darurat dan dilakukan tindakan penyelamatan (badai,
cuaca buruk, dan terbakar).
c. Jaga khusus : tugas jaga oleh awak kapal yang sifatnya khusus
yang didalam pelaksanaannya tidak mengacu pada pembagian
tugas dan jadwal tetapi mengacu pada kegiatan yang sedang
dilakukan
4. Prinsip-Prinsip yang Harus diperhatikan dalam Melaksanakan
Tugas Jaga Mesin.
Istilah “tugas jaga mesin” berarti seseorang atau sekelompok
personil tugas jaga atau suatu periode bertanggung jawab terhadap
seorang perwira selama kehadirannya di kamar mesin merupakan
keharusan atau tidak. Istilah “perwira yang bertanggung jawab atau
melaksanakan tugas jaga mesin” berarti mewakili kepala kamar
mesin, juga bertanggung jawab untuk keselamatan secara efisien
pengoperasian dan pemeliharaan mesin yang mempengaruhi

12
keselamatan kapal, dan juga bertanggung jawab dalam
pemeriksaan, pengoperasian pengujian seluruh peralatan serta
permesinan yang ada di bawah tanggung jawab tugas jaga mesin.
1. Syarat-syarat Pengganti Tugas Jaga (Serah terima Tugas jaga)
Adapun syarat-syarat pengganti tugas jaga (serah terima tugas
jaga) :
a. Perwira tugas jaga mesin tidak boleh menyerahkan tugas
jaganya kepada perwira pengganti jika ada alasan kuat bahwa
perwira pengganti jelas tidak mampu melaksanakan tugas jaga
secara efektif, yang jika demikian, maka Kepala Kamar Mesin
harus diberitahukan.
b. Perwira pengganti tugas jaga mesin harus memastikan bahwa
anggota-anggota pengganti tugas jaga mesin sepenuhnya
mampu melaksanakan tugas jaga masing-masing secara efektif.
c. Perwira-perwira yang melaksanakan tugas jaga dek atau mesin
tidak boleh menyerahkan tugasnya kepada perwira pengganti
anggota jika ada alasan kuat bahwa perwira pengganti yang
bersangkutan tidak mampu melaksanakan tugas secara efektif
dan jika demikian, nahloda atau perwira kamar mesin harus
diberitahu. Perwira tugas jaga dek atau mesin harus memastikan
bahwa seluruh anggota tugas jaga mampu melaksanakan
tugasnya masing-masing secara efektif.
d. Jika suatu kegiatan penting dilakukan, maka kegiatan tersebut
harus diselesaikan oleh perwira yang akan diganti kecuali jika
diperintahkan lain oleh nahkoda atau kepala kamar mesin.
e. Sebelum mengambil alih tugas, perwira pengganti harus
memperoleh kepastian paling tidak dalam hal-hal berikut :
1) Perintah-perintah harian dan petunjuk-petunjuk khusus dari
kepala kamar mesin yang berkaitan dengan pengoperasian
mesin dan sistem-sistem yang ada di kapal.

13
2) Sifat pekerjaan yang sedang dilakukan pada mesin dan
sistem-sistem dalam kapal, personil yang terlibat
kemungkinan adanya bahaya.
3) Ketinggian dan kondisi air atau kotoran didalam got, tangki
ballast, tangki luapan (slop tank), tangki cadangan, tangki air
tawar, tangki buangan dan setiap persyaratan khusus untuk
penggunaan atau pembuatan isinya.
4) Ketinggian dan kondisi bahan bakar pada tangki cadangan,
tangki endapan (setting tank), tangki harian dan fasilitas lain
untuk penyimpangan bahan bakar.
5) Persyaratan-persyaratan khusus yang berkaitan dengan
sistem-sistem sanitasi air.
6) Kondisi dan cara pengoperasian berbagai sistem utama dan
sistem pembantu, termasuk sistem distribusi tenaga listrik.
7) Jika dapat dilaksanakan, kondisi peralatan pemantau dan
papan tombol kendali serta peralatan yang sedang
dioperasikan secara manual.
8) Jika mungkin, kondisi dan cara pengoperasian, sistem
pengendali api, sistem pengendali batas-batas
pengoperasian, sistem pengendali kebakaran, sistem
pengendali suplai bahan bakar dan peralatan lain yang
berkaitan dengan pengoperasian ketel uap.
9) Setiap kondisi yang dapat berakibat buruk, air laut beku, air
laut tercemar atau dangkal.
10)Setiap pengoperasian khusus yang disebabkan oleh tidak
berfungsinya peralatan atau oleh kondisi kapal yang buruk.
11)Laporan bawahan yang bertugas di kamar mesin, yang
berkaitan dengan tugas masing-masing.
12)Tersedianya peralatan pemadaman kebakaran.
13)Mengisi buku harian kamar mesin.

14
D. Pengaruh pemimpin terhadap Kedisiplinan
Menurut Moreby (1894: 65) menjelaskan bahwa sekarang ini
mungkin ada nahkoda yang menyadari ketidaksiplinan tugas jaga yang
terlihat dari bawahan mereka yang mungkin dapat dibuktikan
pandangan dengan sejumlah besar bukti-bukti tersebut. Nahkoda
memimpin, mengarahkan dan membimbing para perwira tugas jaga
dibawah pengaruh bimbingan nahkoda, maka perwira melaksanakan
tugas jaga naviasi dan ikut bertanggung jawab atas kesalamatan
pelayaran selama tugas jaga agar tidak terjadi tubrukan dan kandas.
Para masinis tersebut hendaknya menyadari bahwa disiplin kini
telah berubah dan mereka yang ikut dalam penerimaan mutakhir
kepelayaran niaga itu datang dari suatu masyarakat demokratik yang
mungkin benci akan cara-cara kuno dalam pemberian perintah dan
hukuman. Sama halnya dengan buruh di darat tidak mengontrol
pabriknya, anak buah kapal pun tidak mengontrol kapalnya. Para
nahkoda yang bertanggung jawab atas tugas anak buah kapal agar
mendapatkan hasil atau kerja yang baik dengan cara memperhatikan
anak buah kapal secara baik pula.
Agar para perwira dapat mengembangkan cara yang sehat,
pemberian perintah dalam menegur bawahan perlu dipahami alasan-
alasan mengapa seorang mematuhi.Didalam organisasi militer ,
seorang perwira diberi otoritas untuk memberi perintah dan memimpin
bawahannya, sementara bawahan harus tunduk dan taat kepada
pemimpinnya. Bukan berarti seorang perwira untuk seenaknya
merintah bawahaannya. Mengingat pentingnya kepercayaan bawahan
pemimpingnya, maka seorang perwira tetap harus berupaya merebut
dari bawahannya, hal ini harus dilakukan agar kepemimpinannya dapat
berajalan efektif.
Ada banyak alasan mengapa orang patuh terhadap perintah, salah
satu alasannya tersebut adalah takut akan hukuman. Dalam suatu
negara yang mengatur suatu dictator atau Negara yang dijajah oleh

15
militer asing, rasa takut mungkin satu-satunya cara untuk
mendapatkan kepatuhan terhadap perintah.
Tetapi rasa takut tidak akan pernah menghasilkan kerjasama yang
tulus dari para pekerja. Jika para pekerja benar-benar takut terhadap si
pemberi perintah, mereka akan bebas dari rasa takut dan kebencian
dengan melakukan kegiatan tersembunyi yang menjurus
menghancurkan kewenangan yang mengendalikan mereka. Banyak
bukti-bukti tentang hal ini di Negara-negara terjajah sejak masa
perang.
Jika perwira suatu kapal terlalu kasar atau jika anak buah kapal
bekerja dalam ketakutan akan hukuman, para anak buah kapal
mungkin akan membebaskan perasaan tertekan dan kebencian
mereka itu dengan merusak perlengkapan atau dengan memboroskan
persediaan dan pasti mereka tidak akan ikut bersemangat penuh untuk
mengusahakan keberhasilan pelayaran kapal. Oleh karena itu,
ancaman hukuman bukanlah cara yang ideal mengusahakan
kepatuhan atas perintah di atas kapal.
Berdasarkan solas 1878 Amandemen STCW 1995 Bab VIII yang
mengatur hal-hal yang diperlukan oleh awak kapal selama
melaksanakan tugasnya baik di pelabuhan maupun di laut. Ketentuan
ini harus dipahami atau dan diterapkan oleh setiap awak kapal selama
melaksanakan tugasnya. Selain kompetisi yang harus dimiliki sesuai
tugas dan tanggung jawabnya di atas kapal sebagaiman ketentuan
Bab VII STCW tersebut.
Ketentuan Bab VIII tersebut bersifat operasional dan berakibat
langsung terhadap kelancaran dan pengoperasian sebuah kapal yang
lebih ditentukan oleh awak kapal dalam hal ini :
1. Pengetahuan dan keterampilan sesuai tanggung
jawab
2. Kesiapan fisik dan mental

16
Hal-hal tersebut secara langsung diterapkan selama tugas jaga di
atas kapal karena pemahaman dan tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas jaga harus ditegakkan dengan baik sebelum
berlayar sebagai awak kapal agar tidak terjadi kecelakaan.
Pelaksanaan tugas jaga diatas kapal baik di deck maupun dikamar
mesin diatur berdasarkan STCW 1978 yang mengatur hal hal yang
perlukan oleh awak kapal selama melaksankan tugasnya baik
dipelabuhan maupun laut harus dipahami dan diterapkan oleh setiap
awak kapal selama melaksanakan tugasnya.
Dalam Standar Tugas Jaga sesuai Bab VIII section A-STCW 1995,
fitness (kebugaran) untuk menjalankan tugas yaitu :
1. Semua orang yang harus ditunjuk untuk menjalankan tugas
sebagai perwira yang melaksanakan suatu tugas jaga atau sebagai
bawahan yang mengambil bagian dalam suatu tugas jaga, harus
diberi waktu istirahat paling sedikit 10 jam setiap periode 24 jam.
2. Jam istirahat hanya boleh dibagi paling banyak menjadi 2 periode
istirahat, yang salah satunya paling kurang 6 jam.
3. Persyaratan untuk periode istirahat yang diuraikan pada paragraph
1 dan paragraph 2 di atas, tidak harus diikuti jika berada dalam
situasi darurat atau terjadi kondisi-kondisi operasional yang
mendesak.
4. Meskipun adanya ketentuan di dalam paragraph 1 dan paragraf 2 di
atas, tetapi minimum 10 jam tersebut dapat dikurangi menjadi
paling sedikit 6 jam berturut-turut, asalkan pengurang semacam ini
tidak lebih dari 2 hari dan sedikit harus ada 70 jam, istirahat selama
periode 7 hari.
5. Pemerintahan yang bersangkutan harus menetapkan agar jadwal-
jadwal jaga ditempatkan pada tempat tempat yang mudah dilihat.
Menurut Moenir (1983: 183) indikator-indikator yang mempengaruhi
disiplin terhadap kemampuan kerja/kinerja antara lain :
1. Disiplin terhadap waktu yang meliputi :

17
a. Tingkat absensi
b. Hilangnya waktu kerja
2. Disiplin terhadap kinerja yang meliputi :
a. Efektifitas kerja
b. Penggunaan peralatan
c. Sikap hati-hati dalam melaksanakan tugas
3. Disiplin terhadap prosedur kerja yang meliputi :
a. Ketaatan pada tata tertib
b. Menguasai cara kerja
Berdasarkan teori diatas telah disimpulakan bahwa indikator
kedisiplinan meliputi tujuan dan kemampuan individu, keteladanan
pemimpin, balas jasa, keadilan,pengawasan, pemberian sanksi
hukuman, ketegasan dan pembinaan hubungan kemanusiaan.

E. Kerangka Pikir
Sesuai dengan judul proposal yang di ambil maka susunan
kerangka pikir adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1 Kerangka pikir

PENGARUH KEDISIPLINAN
MASINIS JAGA TERHADAP
KELANCARAN OPERASI KAPAL

FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI

Keterlambatan masinis dalam penanganan Diduga tingkat kedisiplinan masinis


masalah yang muncul dalam kamar mesin sangat berbnding lurus dengan
terjadi akibat kurangnya pengetahuanserta skill kinerja jaga didalam kamar mesin.
yang di miliki oleh masinis jaga.

18
ANALISIS

PEMBAHA
SAN

KESIMPUL
AN

F. Hipotesis
Ditarik kesimpulan hipotesis tersebut adalah :
1. Apakah ada hubungan antara kedisiplinan masinis jaga terhadap
kelancaran oprasi kapal
2. bagaimana jika masinis jaga disiplin oprasi kapal
3. bagaimana jika masinis jaga tidak disiplin opsai kapal

19

Anda mungkin juga menyukai