Anda di halaman 1dari 12

Disiplin Olahraga

Kata disiplin sangat sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.


Disiplin merupakan salah satu kebiasaan yang baik dalam gaya hidup
masyarakat secara umum. Tidak hanya itu, bahkan sebagian orang percaya
bahwa kedisiplinan bisa menjadi salah satu kunci sukses seseorang dalam
belajar dan dalam hal lainnya. Karena pentingnya hal tersebut maka setiap
orang harus mengetahui segala informasi tentang disiplin agar dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian disiplin


adalah ketaatan (compliance) terhadap peraturan (order dan sebagainya).
Dalam hal kedisiplinan, ada 2 kata kunci utama, yaitu patuh (obedient) dan
aturan (order). Hal ini dapat diartikan bahwa disiplin tumbuh dari sikap
patuh dalam diri seseorang untuk mengikuti aturan yang telah dibuat
untuk dirinya dan lingkungan sekitarnya.

Penerapan disiplin memiliki berbagai tujuan. Salah satunya adalah


mengembangkan pribadi yang dapat mengontrol dirinya dengan baik.
Ketika seseorang terikat oleh aturan dan mencoba untuk mematuhinya, ini
dapat mencegahnya dari bertindak sewenang-wenang dan di luar kendali.
Hal ini juga dapat mengurangi risiko gesekan sosial yang mungkin terjadi
dalam anggota masyarakat. Oleh karena itu, disiplin juga bertujuan untuk
menciptakan masyarakat yang tertib dan damai.

Hasibuan (2013: 193) menyatakan bahwa disiplin adalah fungsi operasi


keamanan dari manajemen sumber daya manusia. Disiplin merupakan
fungsi operatif terpenting dari manajemen sumber daya manusia karena
semakin baik kedisiplinan seseorang maka semakin tinggi pula prestasi
kerja yang dapat dicapai. Tanpa disiplin orang yang baik, sulit bagi
organisasi atau orang tersebut untuk mencapai hasil yang optimal. Di
samping itu, kedisiplinan seseorang adalah kesadaran dan kesediaan
seseorang untuk mentaati segala aturan dan norma sosial yang berlaku.
Disiplin yang baik akan mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang
terhadap tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Dimana hal ini akan
mendorong semangat seseorang. Sedangkan menurut Bahrodin, (2007:23),
disiplin adalah suatu bentuk ketaatan terhadap aturan-aturan yang telah
ditentukan.

Soemarmo (1996: 29-30) menjelaskan bahwa disiplin adalah alat untuk


menciptakan perilaku dan ketertiban manusia sebagai suatu kelompok
masyarakat. Disiplin menurut pengertian di atas adalah hukuman atau
sanksi yang mempunyai bobot untuk mengatur dan mengendalikan tingkah
laku. Maman Rachman (1999: 168), juga memberikan penjelasan tentang
disiplin. Disiplin adalah upaya pengendalian diri dan sikap mental individu
atau masyarakat dalam mengembangkan ketaatan dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan berdasarkan dorongan dan kesadaran
yang timbul dari dalam hati.

Dalam olahraga, atlet selalu dihadapkan pada pilihan antara melakukan


ketentuan sesuai program latihan yang telah ditetapkan atau tidak
melakukan sesuai program latihan, antara menaati peraturan dan bersikap
sportif, atau melanggar peraturan selama dapat memenangkan
pertandingan. Ini semua erat kaitannya dengan kedisiplinan atlet dan
masalah pengendalian diri menghadapi keinginan untuk mendapatkan
kepuasan.

Jadi berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan


itu berupa ketaatan seseorang berupa kesediaan untuk mengikuti aturan-
aturan yang telah dibuat baik secara kelompok maupun secara individu.
Manusia sebagai individu terkadang ingin hidup bebas, sehingga ingin
melepaskan diri dari suatu ikatan atau aturan yang membatasi aktivitas
atau perilakunya. Namun perlu disadari bahwa manusia adalah makhluk
sosial yang hidup diantara individu-individu lain yang saling berinteraksi,
dalam hal ini mereka memiliki kebutuhan untuk merasa diterima oleh
orang lain. Jadi dengan kata lain, kedisiplinan dalam diri seorang atlet
sangat dibutuhkan, karena apa yang menjadi tujuan seorang pelatih akan
sulit dicapai jika tidak ada kedisiplinan bagi seorang atlet.

Manfaat Disiplin

Dalam kehidupan sehari-hari, ada kepercayaan bahwa anak perlu sedikit


disiplin agar dapat berperilaku sesuai dengan norma masyarakat dan agar
dapat diterima di masyarakat. Dengan disiplin, anak dapat belajar
berperilaku sesuai tuntutan masyarakat dan dapat diterima di
lingkungannya. Disiplin bermanfaat bagi perkembangan anak karena
dengan disiplin beberapa kebutuhan akan terpenuhi. Seperti yang
dikatakan oleh Dirk Meyer Gutkin dan Redh (Oteng Sutisna) bahwa
manfaat disiplin adalah:

a) Disiplin memberikan rasa aman dan memberitahukan apa yang boleh


dan tidak boleh dilakukan.

b) Dengan membantu anak untuk menghindari perasaan bersalah, malu


karena perilaku yang salah, perasaan yang pasti akan mengakibatkan
ketidakbahagiaan dan penyesuaian yang baik terhadap disiplin,
memungkinkan anak untuk hidup sesuai dengan standar yang
disetujui oleh lingkungan sosialnya dan dengan demikian
memperoleh keuntungan. persetujuan sosial.

c) Dengan disiplin anak belajar bertingkah laku yang mendatangkan


pujian yang akan ditampilkan anak sebagai tanda kasih sayang dan
penerimaan. Ini penting untuk penyesuaian yang berhasil dan
berakhir dengan kebahagiaan.

d) Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai


motivasi penggerak ego yang mendorong anak untuk mencapai apa
yang diharapkannya.

Disiplin membantu anak-anak mengembangkan hati nurani, suara hati,


bimbingan dan pengambilan keputusan serta kontrol perilaku. Selain itu,
kedisiplinan yang dimiliki akan membantu orang tersebut dalam
berperilaku sehari-hari, baik di dalam maupun di luar lapangan. Atlet akan
mudah beradaptasi dengan lingkungan yang dihadapinya. Aturan-aturan
yang terdapat dalam tim akan dilaksanakan dengan baik jika atlet tersebut
sudah memiliki disiplin yang ada dalam dirinya. Selain sebagai alat
pendidikan, disiplin juga berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang ada. Dalam hal ini, kedisiplinan dapat
mengarahkan seseorang untuk beradaptasi, terutama dalam menaati
peraturan dan tata tertib yang berlaku di lingkungan tersebut. Penerapan
disiplin dalam kehidupan sangat banyak manfaatnya yang bisa kita
dapatkan.

Penanaman Disiplin

Disiplin yang ditanamkan dengan paksaan dapat menimbulkan kesadaran


yang dapat menumbuhkan kedisiplinan diri atau (self-discipline) atlet yang
bertindak negatif atau menolak ketentuan atau peraturan yang disepakati
menunjukkan gejala ketidakdisiplinan, karena disiplin mengandung
ketaatan atau ketaatan terhadap ketentuan dan nilai-nilai yang berlaku.
Sehingga atlet yang memiliki disiplin diri sudah memiliki kesadaran untuk
berlatih sendiri, meningkatkan keterampilan, dan menjaga kondisi fisik dan
kebugaran jasmaninya, hal ini dapat memberdayakan diri untuk tidak
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan peraturan yang dapat
membahayakan kesehatannya dan selanjutnya mereka akan selalu
berusaha untuk hidup dan melakukan yang terbaik sesuai dengan citranya
sebagai atlet yang ideal.
Disiplin juga dapat berkembang sehingga berdampak positif bagi
perkembangan harga diri atlet. Atlet yang merasa bangga menjalankan
programnya sendiri tanpa ada yang mengawasi berarti merasa berharga
untuk dapat berprestasi sebagai atlet yang baik, sebaliknya akan merasa
kurang baik atau harga dirinya akan turun jika melakukan hal-hal yang
melanggar ketentuan atau norma. apa yang harus dilakukan oleh seorang
atlet yang baik (Sudibyo 2005:72-74).

Menurut Tu'u (2004:33) ada lima unsur disiplin, yaitu:

1) Mengikuti dan mematuhi peraturan, nilai dan hukum yang berlaku.

2) Mengikuti dan taat, terutama timbul karena kesadaran diri bahwa


berguna untuk kebaikan dan keberhasilan diri sendiri, karena
ketakutan, tekanan, paksaan dan dorongan dari luar diri.

3) Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina,


dan membentuk tingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang
ditentukan atau diajarkan.

4) Sanksi diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku,


dalam rangka mendidik, melatih, mengontrol dan memperbaiki
perilaku.

5) Peraturan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku.

Kedisiplinan sangat diperlukan oleh setiap manusia. Manusia yang memiliki


kedisiplinan yang tinggi akan mempunyai kualitas yang lebih unggul.
Kedisiplinan akan digunakan disemua aspek kehidupan. Lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan kerja sampai lingkungan bermain
memerlukan kedisiplinan yang tinggi. Disiplin berperan penting dalam
membentuk individu yang berciri keunggulan. Dalam hal ini sesungguhnya
seorang atlet yang telah mampu menumbuhkan disiplin diri sendiri atau
(self discipline) yang akhirnya akan disertai pemahaman dan kesadaran
erat hubungannya dengan sikap penuh tanggung jawab. Individu yang
bersangkutan cenderung berusaha menempati, mendukung dan
mempertahankan nilai-nilai yang dianutnya. Rasa tanggung jawab untuk
patuh, tidak mengingkari, dan harapan akan kelansungan nilai-nilai akan
berkembang menjadi sikap hidupnya sehari-hari (Sudibyo, 2005 : 74).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin atlet
merupakan tanggung jawab moral yang dapat mentaati aturan atau nilai-
nilai yang berlaku dalam suatu organisasi, kelompok atau individu,
sehingga menjadikan seorang atlet yang diharapkan (atlet ideal). Dengan
demikian, atlet akan mendapatkan tujuan atau keinginan yang ingin
dicapai baik dalam latihan maupun prestasi dalam olahraga yang
digelutinya. Hal ini memberikan alasan bahwa kedisiplinan dalam latihan
merupakan faktor pertama yang mempengaruhi keberhasilan seorang atlet
dalam mencapai hasil latihan. Oleh karena itu, disiplin atlet harus
diperhatikan dalam latihan dan tidak boleh diabaikan jika ingin
mendapatkan hasil yang optimal.

Jenis-jenis Disiplin

Jika ditinjau dari segi terbentuknya, disiplin dapat dibedakan atas dua
macam :
1) Disiplin yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri.
Disiplin bersifat intrinsik, artinya seseorang yang secara sadar
menyukai dan dengan sukarela tunduk pada aturan-aturan
yang telah ditetapkan. Disiplin yang tumbuh dari individu itu
sendiri, karena ia melakukan sesuai dengan bakat dan
minatnya sehingga semuanya terasa menyenangkan. Hal ini
akan menumbuhkan rasa tanggung jawab yang tinggi dan mau
mengembangkan diri, berlatih dengan semangat, jujur dan
penuh rasa tanggung jawab.

2) Disiplin yang datang dari luar dirinya. Dalam disiplin ini


seseorang akan dipaksa untuk menaati peraturan yang telah
ditetapkan, karena takut akan sanksi atau hukuman yang
telah diatur dalam peraturan tersebut. Menegakkan disiplin
dengan ancaman, hukuman akan mengarah pada kepatuhan
semu. Karena pada dasarnya atlet dalam menjalankan
tugasnya mematuhi peraturan, yaitu perasaan dipaksa, takut
akan sanksi, atau hukuman jika melanggar peraturan yang
telah ditetapkan. Disiplin seperti itu akan mematikan
kreativitas dan inisiatif atlet, oleh karena itu penegakan disiplin
dengan ancaman atau hukuman dipandang kurang manusiawi
dan tidak mendidik. Untuk itu, dalam mewujudkan
kedisiplinan atlet secara efisien dan efektif harus dilakukan
dengan cara-cara yang mendidik dan manusiawi, agar tidak
mematikan kreativitas dan prakarsa para atlet. Ancaman dan
hukuman hanya diberikan bila dianggap perlu dan itu
merupakan jalan terakhir.

Selanjutnya George R, Terry yang dikutip oleh Sukarna menyebutkan


bahwa disiplin ada dua macam yaitu  :
1) Self imposed discipline 
Merupakan suatu disiplin yang timbul dari dalam dirinya karena
dorongan perasaan, kemauan dan pikirannya sendiri untuk menuruti
atau melakukannya sendiri. Seperti datang ke pusat pelatihan lebih
awal, menjaga pola makan, menjaga istirahat dan tidak melakukan
aktivitas yang tidak penting. Hal ini disadari sendiri karena
berdampak pada proses latihan. Ia berpendapat bahwa tidak ada
gunanya berolahraga secara teratur tetapi tidak disiplin dalam
menjaga makan dan tidurnya.
2) Command discipline
Adalah disiplin yang timbul karena dan takut akan akibat hukuman.
Dengan demikian ada disiplin yang timbul dari motivasi diri untuk
menaati peraturan, dan ada disiplin yang timbul karena paksaan.
Jadi disiplin kerja yang baik adalah yang muncul bersamanya tanpa
paksaan. George R, pendapat Terry benar, yang menyatakan bahwa
disiplin diri adalah disiplin yang paling efektif.

Mencapai suatu prestasi dalam olahraga memerlukan perjuangan baik fisik


maupun psikis. Untuk itu latihan adalah kata kunci untuk mencapai
prestasi tersebut. Latihan yang baik merupakan dasar bagi atlet dalam
mencapai suatu prestasi, yang kesemuanya didukung oleh kedisiplinan
atlet dalam melaksanakan suatu latihan. Disiplin merupakan suatu hal
yang tidak dapat dilepaskan dalam melakukan suatu kegiatan, untuk itu
keberhasilan seorang atlet dalam latihan diukur dari kedisiplinan atlet
tersebut dalam latihan. Dimana dalam hal ini kedisiplinan memiliki nilai-
nilai ketekunan, ketertiban dan mentaati aturan dalam melaksanakan
kegiatan latihan. Oleh karena itu, keberhasilan suatu latihan yang
dilakukan dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu kedisiplinan diri seorang
atlet itu sendiri. Untuk mendapatkan hasil latihan yang baik, disarankan
seorang atlet harus memiliki kedisiplinan agar tujuan latihan yang
diinginkan dapat tercapai.

Peran Pelatih dalam Menanamkan Disiplin

Menerapkan nilai-nilai disiplin pada atlet adalah memberikan pemahaman


tentang apa yang baik dan apa yang buruk. Pendidikan disiplin perlu
ditanamkan pada atlet bahwa melakukan kesalahan tentu memiliki
beberapa konsekuensi, untuk itulah fungsi punishment dalam menerapkan
aturan. Disiplin merupakan perilaku nilai yang dapat dilakukan dengan
paksaan dan dapat dilakukan secara sukarela.

Masih banyak atlet yang akhlak dan akhlaknya masih kurang seperti
kedisiplinan, seperti melakukan hal-hal tercela yang melanggar aturan dan
kesepakatan yang telah dibuat. Hal ini disebabkan oleh kurang kuatnya
pendidikan karakter disiplin pada atlet. Misalnya, pelatih tim sepak bola
Indonesia, Shin Tae Yong, yang menyuruh pulang atau mencoret nama
beberapa pemain yang kedapatan berkeliaran malam hari tanpa tujuan
yang jelas. Hal ini membuktikan bahwa kedisiplinan harus dilatih atau
ditanamkan agar para atlet terbiasa dengan kedisiplinan baik di dalam
pusat latihan maupun di luar. Pendidikan akhlak dan karakter khususnya
disiplin merupakan sarana yang berperan dalam menghasilkan manusia
yang berkualitas dan potensial.

Pelatih dan pembina dalam menanamkan kedisiplinan pada atletnya


memegang peranan yang sangat penting dalam mencapai prestasi yang
maksimal. Pelatih memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk
memutuskan apa yang baik untuk tim. Pelatih tidak mengabaikan
kebebasan atlet, bebas untuk menerima atau menolak. Ini adalah penilaian
terhadap profesi kepelatihan. Seorang pelatih harus dapat menentukan
dosis atau beban latihan sesuai dengan kebutuhan individu atlet. Selain
takaran latihan, seorang pelatih harus mampu membangun mental atau
karakter atlet. Pelatih harus memperhatikan beberapa hal untuk dapat
mengembangkan mental atau karakter atlet, antara lain:

a) Menciptakan komunikasi yang sebaik-baiknya antara pelatih dengan


atlet, Bagaimanapun hebatnya seorang pelatih tidak akan dapat
membina atlet dengan baik apabila tidak ada kesediaan psikologik
dari atlet untuk mendengarkan dan menerima petunjukpetunjuk
dari pelatihnya. Interaksi edukatif perlu diciptakan oleh pelatih,
yaitu interaksi antara pelatih dan atlet dan antara sesama atlet yang
didasarkan atas nilai-nilai pendidikan, yaitu antara lain rasa
keakraban, keterbukaan, penuh kasih sayang, kesediaan untuk
dikoreksi, menerima saran saran dan sebagainya, yang semua itu
didasarkan atas sikap sikap positif-konstruktif.
b) Memahami watak, sifat-sifat, kebutuhan dan minat. Atlet
sebagaimana dikatakan Dewey (1964) keberhasilan pendidikan juga
akan ditentukan oleh seberapa jauh kita memperhatikan minat
(interest), kebutuhan (needs) dan kemampuan (ability).
c) Pelatih harus mampu menjadi motivator, Pelatih harus mampu
menjadi motivator yang baik, dengan kemampuan pelatih
membangkitkan motivasi atlet akan meningkatkan kepercayaan diri
atlet, adanya kepercayaan diri ini memungkinkan atlet meraih
prestasi optimal.

d) Membantu atlet dalam memecahkan problema-problema yang


dihadapi atlet baik problema dalam latihan dan pertandingan,
maupun problema dalam keluarga, sekolah ataupun pekerjaan.

Pelatih (coach) adalah sebuah sebutan atau panggilan yang memancarkan


rasa hormat, respek, status, tanggung jawab. Gelar pelatih seringkali dapat
berlanjut bahkan setelah tugas sebagai pelatih selesai. Begitu kami menjadi
pelatih, kami selamanya menjadi pelatih bagi para atlet kami, bagi
masyarakat. Atlet berpikir bahwa pelatih adalah ahli dalam segala hal dan
pandai memainkan berbagai peran. Dan banyak atlet ingin menjadi seperti
pelatih mereka ketika dia menjadi pelatih. Meskipun ada juga yang tidak
dan bersumpah tidak akan bertindak seperti pelatih mereka sebelumnya.
Namun, apa yang dia dapatkan dari pelatih akan selalu meninggalkan jejak
pada atletnya. Setiap pelatih harus selalu menyadari dan memahami tujuan
yang ingin dicapai dan tujuan akhir dari suatu latihan untuk meningkatkan
performa dan mendapatkan kemenangan yang sebesar-besarnya dalam
pertandingan. Ini penting, tetapi pelatih juga harus menyadari bahwa yang
lebih penting adalah peningkatan prestasi atlet dan pengembangan pribadi
atlet. Kemenangan dalam suatu pertandingan bukanlah akhir dari
perjalanan seorang atlet karena setiap kemenangan atau kekalahan
merupakan awal dari sebuah perjalanan untuk menghadapi kemenangan
atau kekalahan selanjutnya (Jones, 1988).

Pelatih merupakan manusia panutan yang menjadi contoh bagi anak


didiknya khususnya atlet junior atau pemula, sehingga segala yang
dilakukannya selalu menjadi sorotan para atlet dan masyarakat pada
umumnya. Oleh karena itu, seorang pelatih dituntut untuk dapat bersikap
dan berperilaku baik sesuai dengan norma-norma yang ada di masyarakat.
Seorang pelatih harus mencerminkan contoh sportivitas yang baik, seorang
pelatih harus mengajarkan dan mengingatkan atletnya akan sportivitas.
Sportifitas atlet dapat kita lihat melalui interaksi sehari-hari maupun
selama latihan dan kompetisi. Jangan sampai dalam meraih kemenangan
menggunakan cara yang tidak sportif. Menang bukanlah tujuan mutlak
dalam olahraga tetapi ada tujuan lain yang lebih mulia yaitu dalam rangka
membentuk mentalitas dan watak serta kepribadian yang sempurna bagi
atlet. Adanya keteladanan positif dari pelatih akan membantu atlet dalam
pembentukan karakter dan mental.
Metode Meningkatkan Disiplin

Disiplin bukanlah sikap yang dibawa sejak lahir, meskipun sifat-sifat


kepribadian sejak lahir juga akan menentukan. Disiplin latihan merupakan
salah satu aspek psikologis terpenting bagi atlet. Disiplin seseorang dapat
dilihat dari kemauan untuk bereaksi dan bertindak atas nilai-nilai yang
berlaku. Disiplin latihan atlet adalah kesadaran dan ketaatan atlet terhadap
ketentuan dan norma yang berlaku di lingkungan latihan.

Disiplin dalam latihan olahraga sangat penting karena sikap ini merupakan
bentuk pengendalian diri, sehingga seorang atlet akan bertanggung jawab
atas setiap perilakunya. Seorang atlet akan sulit berkembang tanpa disiplin
meskipun memiliki kualitas dan bakat yang baik. Kemudian, karena
banyak hal yang kontradiktif secara internal antara mengutamakan
kepentingan pribadi atau mengutamakan kepentingan umum, hal ini
menjadi tantangan kekuatan dan kelemahan disiplin. Oleh karena itu
sebagai seorang atlet dapat memiliki disiplin dan pengendalian diri baik
dalam olahraga maupun di masyarakat. Menanamkan kedisiplinan harus
didasarkan pada pemahaman dasar tentang pengendalian diri dan disiplin,
yang pada hakikatnya menanamkan ketaatan berdasarkan pemahaman
dan kesadaran, serta tanggung jawab.

Karakter disiplin tidak dapat dibentuk secara langsung tetapi


membutuhkan dukungan dan pengaruh dari luar dan dari dalam diri
individu (Nucci et al. 2014:163). Karakter kedisiplinan dapat dipengaruhi
oleh banyak faktor. Sulit untuk menentukan faktor konkret mana yang
memiliki dampak terbesar pada perilaku disiplin. Karakter disiplin sangat
dipengaruhi oleh peraturan, hukuman, kepribadian (kesadaran diri),
lingkungan (budaya), konsep manajemen yang berlaku, dan banyak lagi
(Bugdol, 2018: 35-48). Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh dan
memberikan peran yang sangat besar dalam meningkatkan kedisiplinan
seseorang, namun faktor terpenting adalah adanya kesadaran diri dan
ketaatan terhadap aturan yang berlaku (Bugdol, 2018: 35).

Dalam dunia pendidikan, ada berbagai upaya yang dapat dilakukan guru
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang berdampak pada siswa,
antara lain: memilih strategi, pendekatan, dan model pembelajaran yang
relevan dengan kondisi siswa dan mampu memberdayakan. potensi siswa
(Kyriacou 2009). Oleh karena itu, pembelajaran harus ditekankan pada
siswa. Guru harus pandai mengembangkan model dan metode
pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan kedisiplinan belajar
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pengembangan metode
pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan
kondisi belajar yang memungkinkan siswa belajar secara aktif dan
menyenangkan sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal
(Setyosari, 2017:26).

Disiplin siswa merupakan salah satu karakter yang harus diperhatikan


dalam mengembangkan karakter seseorang (Wuryandani dkk: 2014). Jika
seseorang telah membentuk karakter disiplin, maka dengan sendirinya
akan tumbuh pula karakter lain, seperti tanggung jawab, kejujuran,
kerjasama, dan sebagainya. Seperti disebutkan sebelumnya ada empat
teknik untuk membangun karakter disiplin siswa, yaitu penghargaan dan
pengakuan, diskusi, keterlibatan, dan bimbingan non-direktif (Lewis, 2001).
Penggunaan metode pembelajaran reward and punishment memungkinkan
siswa untuk disiplin selama proses pembelajaran dan terdapat penanaman
nilai-nilai karakter. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh
Lewis, bahwa reward and punishment diharapkan dapat memotivasi siswa
untuk mendisiplinkan diri (Lewis 2001). Menurut Putri Rahayu dalam
jurnalnya, stiker memberikan umpan balik positif langsung atas prestasi
anak sehingga stiker menciptakan rasa sukses dan motivasi internal yang
dapat mengembangkan rasa percaya diri pada anak. Stiker juga mendorong
anak untuk proaktif sehingga terjadi interaksi positif antara guru dan
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anisah, A. (2018). Pengaruh Motivasi, Disiplin, Kompensasi Dan Beban
Latihan Terhadap Prestasi Atlet Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar
DKI Jakarta (Doctoral dissertation, Universitas Bhayangkara
Jakarta Raya).
Annisa, F. (2019). Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter disiplin pada
siswa Sekolah Dasar. Perspektif Pendidikan Dan
Keguruan, 10(1), 69-74.
Ansley, B. M. (2018). A Pilot Study of an Online Stress Intervention for P-12
Teachers.
Bariyah, K. (1999). Implementasi Disiplin Kerja Dan Beban Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan. Likhitaprajna, 16(2), 27-36.
Effendi, H. (2016). Peranan psikologi olahraga dalam meningkatkan prestasi
atlet. NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 1(1).
Hadi, R. (2011). Peran pelatih dalam membentuk karakter atlet. Media Ilmu
Keolahragaan Indonesia, 1(1).
Hasanah, U. (2018). Metode Pengembangan Moral Dan Disiplin Bagi Anak
Usia Dini. Martabat: Jurnal Perempuan dan Anak, 2(1).
Kurniawati, K. (2021). Peningkatan kedisiplinan melalui metode reward and
punishment pada Siswa Kelas 2 SDN Keputran. FOUNDASIA, 1
2(1).
Lomu, L., & Widodo, S. A. (2018). Pengaruh motivasi belajar dan disiplin
belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa.
Marhaento, P. (2010). Interpersonal Relationship Management In Sport
Coaching Process. Jorpres (Jurnal Olahraga Prestasi), 6(1), 60-
63.
Nucci, L. P., Narvaez, D., & Krettenauer, T. (Eds.). (2014). Handbook of
moral and character education. New York: Routledge.
Nurmalina, N. (2016). Disiplin dan Motivasi Kerja Guru Mempengaruhi
Prestasi Belajar Siswa. Jurnal As-Salam, 1(1), 83-95.
Oktafiranda, N. D., Pelana, R., & Marani, I. N. (2015). Efektifitas
Komunikasi antara Pelatih dan Atlet terhadap Prestasi Atlet
Panahan Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP)
Nasional. JURNAL SEGAR, 3(2), 87-101.
Raharjo, S. B. (2010). Pendidikan karakter sebagai upaya menciptakan
akhlak mulia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 16(3), 229-
238.

Ranto, Y. (2014). Efektifitas Kemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat


dalam Pembinaan Olahraga Prestasi (Study Kasus di Padepokan
Angkat Besi dan Angkat Berat Gajah Lampung). Phederal:
Physical Education, Health and Recreation Journal, 8(1), 13937.
Rohman, F. (2018). Peran Pendidik Dalam Pembinaan Disiplin Siswa di
Sekolah/Madrasah. Ihya Al-Arabiyah: Jurnal Pendidikan
Bahasa Dan Sastra Arab, 4(1).
Sidik, D. Z. (2010). Prinsip Prinsip Latihan Dalam Olahraga Prestasi.
Sin, T. H. (2017). Disiplin Atlet dalam Latihan. Sporta Saintika, 2(1), 240-
251.
Subianto, J. (2013). Peran keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam
pembentukan karakter berkualitas. Edukasia: Jurnal Penelitian
Pendidikan Islam, 8(2).
Sujarwo, S. (2011). Motivasi berprestasi sebagai salah satu perhatian dalam
memilih strategi pembelajaran. Majalah Ilmiah Pembelajaran, 7
(2).
Supomo, R., & Nurhayati, E. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia.
Umarudin, T. (2021). PERAN PELATIH DALAM MENUMBUHKAN SIKAP
SABAR DAN DISIPLIN MAHASISWA (Studi Kasus PSHT
Komisariat IAIN Ponorogo) (Doctoral dissertation, IAIN Ponorogo).
Wicaksono, D. (2012). Membangun kedisiplinan melalui aktivitas berlatih di
klub pembinaan olahraga prestasi. In Seminar Nasional
Olahraga. Universitas Negeri Yogyakarta.
Wijayanto, A. (2021). Olahraga Dan Pendidikan Jasmani Dalam Memacu
Loncatan Sdm Berkompetensi Selama Pandemi.
Yasin, F. (2011). Penumbuhan kedisiplinan sebagai pembentukan karakter
peserta didik di madrasah. el-hikmah, (1).
Yuliyanto, A., Fadriyah, A., Yeli, K. P., & Wulandari, H. (2018). Pendekatan
saintifik untuk mengembangkan karakter disiplin dan tanggung
jawab siswa sekolah dasar. Metodik Didaktik: Jurnal Pendidikan
Ke-SD-an, 13(2).

Anda mungkin juga menyukai