Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MANAJEMEN KESEHATAN TERNAK

PENYAKIT AVIAN ENCEPHALOMYELITIS PADA AYAM

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

RISMA AMELIA SAFITRI (17021117)

SYELA DWI HARTATI (17021012)

EKO BAGUS SAPUTRO (17021077)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah “Penyakit Avian Encephalomyelitis (AE)”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Penyakit Avian


Encephalomyelitis (AE)” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Yogyakarta, 23 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Cover I
Kata Pengantar Ii
Daftar Isi Iii
Bab I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah2
1.3 Tujuan 2
Bab II Pembahasan 3
2.1 Penyakit Avian Encephalomyelitis 3
2.2 Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis Ae 3
2.3 Penularan Penyakit Ae 6
2.4 Penanganan Dan Pencegahan Penyakit Ae 7
Bab III Penutup 11
3.1 Kesimpulan 11
3.2.Saran 11
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1...........................................................................................................................................Latar Belaka

Penyakit avian encephalomyelitis (AE) adalah penyakit yang disebabkan oleh


virus yang menyerang ayam muda dan pertama kali ditemukan oleh Jones tahun
1932. Gejala penyakit yang ditimbulkan adalah ataksia dan tremor pada kepala
dan leher serta terjadinya penurunan produksi telur pada ayam petelur muda
(Deshmukh dkk., 1971). Sedangkan perubahan histopatologi terjadi pada susunan
syaraf pusat yaitu ditemukannya perivascular cuffing, gliosis dan central
chromatolysis pada sel syaraf (McMulin, 2004).
Avian encephalomyelitis (AE) merupakan penyakit viral akut pada anak
ayam, yang ditandai dengan ataksia, tremor pada otot kepala dan leher serta
kelumpuhan. Penyakit ini mempunyai arti ekonomi yang penting pada
peternakan. Penyakit AE umumnya menyerang anak ayam umur 1-4 minggu,
sedang pada ayam petelur hanya mengakibatkan penurunan produksi telur antara
5-20 %, yang mempengaruhi daya tetas telur yang di produksinya. Bila diingat
bahwa penyakit AE ini ditularkan melalui telur ma “Breeder” yang paling
dirugikan akibat serangan penyakit ini.
Selain menyerang ayam, AE juga menyerang kalkun, burung dara, dan puyuh
pada umur muda. AE ditemukan menyerang di seluruh dunia dan untuk pertama
kali penyakit ini dilaporkan oleh Jones di Pulau Rhode Inggris pada tahun 1930.
Di Indonesia, kasus encephalomyelitis pada unggas pernah dilaporkan
kejadiannya pada tahun 1972 di daerah Bogor. Selain di Jawa, penyakit ini juga
pernah ditemukan di Sumatera Barat, Sulawesi Selatan dan Bali (Tarmudji,
2004).

1
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang penulisan makalah ini, maka masalah yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Apakah itu penyakit avian encephalomyelitis (AE) ?


2. Apa gejala dari penyakit avian encephalomyelitis (AE) ?
3. Bagaimana penularkan penyakit avian encephalomyelitis (AE) ?
4. Bagaimana mencegah penyakit avian encephalomyelitis (AE) ?

1.3.Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui penyebab dari penyakit avian encephalomyelitis (AE)
2. Untuk mengetahui gejala dari penyakit avian encephalomyelitis (AE)
3. Untuk mengetahui bagaimana mencegah dan cara penularan dari penyakit
avian encephalomyelitis (AE)

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Penyakit Avian Encephalomyelitis (AE)

Avian encephalomyelitis (AE) adalah suatu penyakit menular yang


disebabkan oleh virus dan utamanya menyerang ayam-ayam muda. Tanda-
tanda yang muncul biasanya ayam berjalan sempoyongan (ataksia), serta
kepala dan lehernya gemetaran atau tremor sebagai akibat adanya infeksi di
sistem saraf pusat (SSP). Maka dari itu, penyakit ini juga disebut dengan
epidemic tremor.
Penyakit AE disebabkan oleh Avian Encephalomyelitis Virus (AEV)
yang tidak beramplop. Virus AE termasuk dalam genus Hepatovirus dan
hanya memiliki satu serotipe. Virus AE juga memiliki 2 patotipe, yaitu strain
lapang yang bersifat enterotropic (memperbanyak diri di saluran pencernaan)
dan strain embryo-adapted yang bersifat neurotropic (mempengaruhi atau
menyerang jaringan saraf). Dari kedua strain tersebut, strain lapang lah yang
umum digunakan sebagai bibit (seed) vaksin AE.

2.2. Perjalanan Penyakit dan Gejala Klinis AE


Perjalanan virus AE dalam menyebabkan infeksi dimulai ketika virus
AE masuk ke dalam tubuh ayam dan memperbanyak diri di epitel saluran
cerna, terutama di usus halus bagian atas (usus 12 jari). Setelah itu, virus AE
akan beredar melalui aliran darah menuju organ lain (seperti pankreas, hati,
jantung, ginjal, limpa, otot rangka) dan susunan saraf pusat (SSP). Shedding
(pelepasan) virus kemudian terjadi pada 3 hari setelah infeksi dan akan
mampu bertahan di lingkungan lebih dari 2 minggu.
Untuk masa inkubasi AE (waktu mulai masuknya virus AE hingga
menimbulkan gejala klinis) cukup bervariasi, mulai dari 5-14 hari tergantung
dari rute penularan infeksi (vertikal atau horizontal). Masa inkubasi melalui

3
rute infeksi vertikal (transovari/lewat telur) berkisar antara 1-7 hari,
sedangkan masa inkubasi melalui rute horizontal mencapai lebih dari 10 hari.
Gejala klinis pada anak ayam yang terinfeksi dari telur induk (breeder)
biasanya muncul pada minggu pertama setelah menetas. Sedangkan gejala
klinis pada anak ayam yang terinfeksi secara horizontal (virus AE di
lingkungan) muncul setelah anak ayam berumur 2-4 minggu.
Gejala penyakit AE sudah dapat terlihat sejak saat menetas sampai
umur 3 minggu ataudapat terjadi pada minggu ketujuh. Anak ayam
biasanya menampakkan gejala sepertimengantuk dan dungu. Kedunguan ini
menjadi lebih jelas dan disertai oleh menciak atautidak sanggup menciak.
Ayam mulai terlihat gemetaran atau tremor pada otot leher dan kepalanya.
(Tarmudji, 2004)
Gejala klinis utama yang muncul pada anak ayam yang terinfeksi secara
vertikal maupun horizontal adalah ataksia dan kelemahan kaki. Kelemahan
kaki ini pun bervariasi, mulai dari duduk di atas persendian tarsus (hock-
sitting), sampai paresis (kelemahan otot kaki) yang mengarah pada
kelumpuhan, sehingga anak ayam tampak berbaring di salah satu sisi
tubuhnya (recumbency).

4
Tremor (gemetaran) di kepala dan leher juga merupakan gejala klinis
yang sering muncul pada kasus AE. Tremor ini terlihat jelas pada saat anak
ayam terkejut atau anak ayam digantung secara terbalik di atas tangan.
Sedangkan gejala tortikolis sendiri tidak selalu muncul pada kasus AE. Baik
gejala ataksia, kelumpuhan, tremor, maupun tortikolis, seluruhnya hanya
muncul pada saat anak ayam berumur kurang dari 4 minggu. Jika AE
menyerang pada umur > 4 minggu, maka tidak akan muncul gejala saraf.

5
Pada ayam dewasa, infeksi AE biasanya bersifat subklinis (tidak
terlihat secara kasat mata). Infeksi AE pada ayam dewasa hanya menyebabkan
penurunan produksi telur serta penurunan daya tetas telur. Penurunan
produksi telur terjadi secara mendadak berkisar 5-10%, tetapi setelah 2
minggu produksi telur akan kembali normal, serta tidak ditemukan adanya
kelainan pada kerabang telur. Pada ayam pembibit (breeder), penurunan daya
tetas telur dapat mencapai angka 5% sebagai akibat dari kematian embrio
ayam. Pada beberapa kasus, beberapa minggu setelah infeksi, kekeruhan di
lensa mata (katarak) dapat pula terjadi pada ayam dewasa yang mampu
bertahan atau selamat dari infeksi.
2.3. Penularan Penyakit AE
Virus AE ditularkan melalui dua cara yaitu secara vertikal dan
horizontal, secara vertikal melalui telur, dimana telur dierami oleh induk yang
terinfeksi secara sub klinis sehingga menjadi media pembawa virus, setelah
telur menetas maka anak ayam akan terinfeksi secara klinis virus tersebut.
Secara horizontal anak ayam yang terinfeksi tersebut akan menyebarkan virus
pada ayam lainnya dalam satu kelompok melalui feses yang mengandung
virus. Masa inkubasi penyakit AE melalui kontak langsung paling lama 11
hari dan bila melalui telur (embrio telur) selama 7 hari (Elkin Nati, 2008).
Karena penyakit ini dapat diturunkan melalui telur, maka harus
diupayakan bibit yang berasal dari induk yang bebas AE. Anak ayam yang
menderita AE, sebaiknya dimusnahkan dengan cara membakarnya atau
menguburnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit lebih
luas lagi. Kandang dan peralatan yang tercemar harus segera disucihamakan
dengan desinfektan. Sedangkan ayam dewasa yang dikhawatirkan sebagai
pembawa penyakit (carrier) dapat dipotong dan dagingnya dapat dikonsumsi
dan telurnya dapat dijual sebagai telur konsumsi. Ayam yang terserang AE
dapat sembuh, namun sangat sedikit yang dapat mencapai kesembuhan dan
biasanya sudah tidak efisien lagi untuk dipelihara.

6
2.4. Penanganan dan Pencegahan
Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan vaksinasi. Ayam yang
masih dara yang akan digunakan untuk pembibitan perlu divaksinasi pada
umur 10 dan 15 minggu. Vaksin dapat diberikan melalui air minum atau suatu
produk kombinasi dengan vaksin cacar (avian pox) yang diberikan secara
intra dermal atau penusukan (penggoresan) pada selaput sayap. Vaksinasi
cukup dilakukan satu kali dan biasanya dapat melindungi sampai ayam
diafkir. Pencegahan pada daerah yang tertular dapat diberikan vaksinasi
terhadap ayam dewasa. Bagi peternakan yang tertular maka agar diterapkan
biosekuriti yang ketat. Barang maupun orang yang keluar dari peternakan
yang bersangkutan harus disuci hama dan ayam dari lokasi tersebut tidak
boleh dikeluarkan selama penyakit tersebut (Tabbu, 2000)
Tidak ada tindakan pengobatan yang terbukti efektif untuk mengobati
infeksi AE. Bila menemukan kejadian ini, tindakan yang bisa dilakukan
adalah:
 Anak ayam yang terserang AE dan kondisinya parah, sebaiknya
diafkir. Untuk anak ayam yang sudah mati, bangkainya bisa
dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur. Hal ini untuk
mencegah penyebaran penyakit lebih luas lagi.
 Untuk anak ayam yang kondisinya belum parah perlu diisolasi dan
diberi nutrisi yang cukup, serta disuplementasi dengan vitamin
(Fortevit atau Kumavit). Pemberian antibiotik pada kasus ini tidak
terlalu direkomendasikan, kecuali apabila ditemukan penyakit
bakterial lainnya yang juga menginfeksi ayam dalam waktu
bersamaan.

7
 Sedangkan ayam dewasa yang dikhawatirkan sebagai pembawa
penyakit (carrier) dapat disembelih, serta dagingnya bisa dikonsumsi
dan telurnya bisa dijual sebagai telur konsumsi. Ayam dewasa yang
terserang AE memang bisa sembuh, namun sangat sedikit yang bisa
mencapai kesembuhan sempurna dan ayam tersebut biasanya sudah
tidak efisien lagi untuk dipelihara.
 Segera perketat biosecurity. Kandang dan peralatan yang tercemar
harus segera didesinfeksi. Virus AE termasuk virus yang relatif stabil
karena strukturnya tidak beramplop. Untuk itu kita perlu memilih
desinfektan yang sesuai digunakan membasmi virus AE, seperti dari
golongan iodine (Antisep atau Neo Antisep) dan aldehyde (Formades
Plus atau Sporades).

Sedangkan untuk mencegah penyakit AE, peternak perlu menerapkan


manajemen pemeliharaan yang baik, biosekuriti yang ketat, serta melakukan
vaksinasi AE dengan tepat:

 Karena penyakit ini bisa diturunkan melalui telur, maka harus


diupayakan bibit DOC yang dipelihara berasal dari induk yang bebas
AE. Seleksi DOC dengan cermat saat chick in dan culling DOC yang

8
kualitasnya buruk.Lakukan desinfeksi minimal seminggu sekali
dengan Antisep, Neo Antisep, Formades Plus, atau Sporades.

 Lakukan istirahat kandang minimal 14 hari setelah kandang


dibersihkan dan didesinfeksi.
 Vaksinasi AE:

Vaksinasi dapat mencegah kerugian yang ditimbulkan akibat


penyakit AE. Vaksinasi pada ayam breeder di masa grower berperan
untuk menjaga produksi telur, mencegah terjadinya penularan dari
induk ke anak ayam, dan memastikan anak ayam memiliki antibodi
AE dari induk. Sedangkan vaksinasi pada ayam petelur di masa
grower berguna untuk mencegah penurunan produksi telur bila
terdapat infeksi di masa produksi (Yonathan et al, 2002).

Vaksinasi AE dapat dilakukan pada umur 10-14 minggu.


Vaksin AE tidak boleh diberikan pada ayam dewasa yang sudah
berproduksi telur atau paling lambat diberikan pada 4 minggu
sebelum produksi telur. Jika diberikan saat sedang produksi, maka
produksi telur dapat turun 5-10% selama 10 hari sampai 2 minggu.
Selain itu, jika diberika pada induk pembibit yang sedang bertelur,
maka telur yang ditetaskan akan mengandung virus AE yang berasal
dari shedding (pelepasan) virus hasil perbanyakan virus vaksin yang

9
disuntikkan ke induk. Vaksin yang biasa digunakan adalah vaksin
aktif kombinasi pox (cacar) dan AE. Produk vaksin AE Medion yang
diproduksi adalah Medivac AE-Pox.

Medivac AE-Pox merupakan vaksin kombinasi AE dan pox


dengan aplikasi pemberian melalui tusuk sayap (wing web).
Kekebalan yang dihasilkan dari vaksinasi menggunakan Medivac
AE-Pox diketahui berhasil mencapai standar protektif dan mampu
bertahan lama sehingga sangat berperan mencegah adanya penularan
secara vertikal maupun horizontal. Medivac AE-Pox juga dilaporkan
mampu memberikan perlindungan 100% terhadap penyakit pox.
Vaksinasi cukup dilakukan satu kali dan biasanya dapat melindungi
ayam sampai ayam diafkir.

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Avian encephalomyelitis (AE) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dan utamanya menyerang ayam-ayam muda.
Tanda-tanda yang muncul biasanya ayam berjalan sempoyongan
(ataksia), serta kepala dan lehernya gemetaran atau tremor sebagai akibat
adanya infeksi di sistem saraf pusat (SSP). Maka dari itu, penyakit ini
juga disebut dengan epidemic tremor.
2. Virus AE ditularkan melalui dua cara yaitu secara vertikal dan
horizontal, secara vertikal melalui telur, dimana telur dierami oleh induk
yang terinfeksi secara sub klinis sehingga menjadi media pembawa
virus, setelah telur menetas maka anak ayam akan terinfeksi secara klinis
virus tersebut.
3. Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan vaksinasi. Ayam yang
masih dara yang akan digunakan untuk pembibitan perlu divaksinasi
pada umur 10 dan 15 minggu. Vaksin dapat diberikan melalui air minum
atau suatu produk kombinasi dengan vaksin cacar (avian pox) yang
diberikan secara intra dermal atau penusukan (penggoresan) pada selaput
sayap.
3.2. Saran
Tidak ada tindakan pengobatan yang terbukti efektif untuk mengobati infeksi
AE. Bila menemukan kejadian ini, tindakan yang bisa dilakukan adalah Anak
ayam yang terserang AE dan kondisinya parah, sebaiknya diafkir. Untuk anak
ayam yang kondisinya belum parah perlu diisolasi dan diberi nutrisi yang
cukup.

11
DAFTAR PUSTAKA

Elkin Nati 2008, Avian Enchephalomyeelitis. PoultryMed

McMullin Paul 2004. Avian Encephalomyelitis , Epidemic Tremors. A Benchmark


Holdings Ltd, Company. England

Tarmudji 2004, Hati-hati dengan avian encephalomyelitis. Badan penelitian dan


pengembangan pertanian. Jakarta

Tabbu CR 2000. Penyakit ayam dan Penanggulangannya. Penyakit bacterial, mikal


dan viral. Volume 1. Penerbit kanisius. Yogyakarta

Yonathan Rahardjo, Tatang Eko Priambodo, Darmanung Siswantoro dan Fajar Adi
Purnama. 2002. Mengendalikan Penyakit Unggas. Perpustakaan Nasional. Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai