Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TROPIS

FLU BURUNG

Dosen Pengampu: Ns. Yusnita, S.kep.,M.Kes

Oleh kelompok 05 :

Devi Retno Wulandari 20192062030


Ferdian Rizki Rahmadi 20192062030
Miftah Sabilla Alfianti 20192062030
Sahrizal Ramadhan 2019206203032
Sintia Febi Liana 2019206203034

6A

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat, serta penyertaan-Nya, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Dalam
penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa  yang sederhana,
singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna serta masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Maka kami berharap adanya
masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dipergunakan dengan layak sebagaimana mestinya.

Pringsewu, 07 Maret 2022

Kelompok 05
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..............................................................................................1
B. Rumusan masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian flu burung...................................................................................3
B. Penyebab / etiologi penyakit flu burung......................................................4
C. Epidemologi.................................................................................................4
E. Penularan/penyebaran..................................................................................5
F. Penanggulangan...........................................................................................7
G. Pencegahan................................................................................................10
H. Hambatan dan kesulitan.............................................................................11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN FLU BURUNG
A. Definisi
B. Etiologi
C. Penyebab
D. Manifestasi klinik
E. Fatosifiologi
F. Pencegahan
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTARPUSTAKA............................................................................................15
BAB I
PENDAHULUA
N

A. Latar belakang
Indonesia, negara kepulauan terbesar terbesar di dunia, berada di garis
depan melawan penyakit yang mematikan yaitu avian influenza atau AI.
Penyakit yang lebih dikenal sebagai flu burung ini disebabkan oleh virus
H5N1 yang secara umum lebih banyak ditemukan pada unggas. Sejak
tahun 2003, penyakit ini telah menyebar dari burung-burung di Asia ke
Timur Tengah, Eropa dan Afrika. Dalam kasus-kasus yang tertentu,
manusia juga dapat terkena penyakit ini, umumnya karena berhubungan
dengan unggas-unggas yang sakit. Sampai saat ini, kasus AI pada manusia
sudah tercatat di seluruh dunia, dan lebih dari 200 diantaranya meninggal
dunia.
Kematian-kematian yang tragis tersebut hanyalah ujung dari gunung
es. Saat ini H5N1 tidak menular dengan mudah dari unggas ke manusia,
atau dari manusia ke manusia. Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa
H5N1 memiliki potensi untuk menjadi penyebab pandemi influenza di
dunia. Jika terjadi pandemi, jumlah orang yang terkena dan kematian akan
sangat banyak, diikuti dengan dampak-dampak ekonomi dan sosial,
akhirnya terjadilah krisis kesehatan yang mencakup seluruh dunia.
Indonesia saat ini berada di tengah krisis flu burung. Kasus flu burung
pertama kali dilaporkan Indonesia pada tahun 2003. Penyakit ini sekarang
endemis di populasi ayam dibeberapa daerah di Indonesia, jutaan unggas
mati karena penyakit ini dan juga dimusnahkan sebagai wujud penanganan
kasus penularan flu burung. Untuk kasus flu burung pada manusia pertama
kali dilaporkan pada tahun 2005. Sejak itu Indonesia sudah mencatat lebih
dari 130 kasus flu burung pada manusia dan lebih dari 110 korban
meninggal – paling tinggi di dunia. Di Indonesia, anak-anak merupakan
salah satu kelompok yang paling beresiko terkena penyakit inikarena
sekitar 40 persen dari korban flu burung adalah mereka yang berusia
dibawah 18 tahun.
B. Rumusanmasalah
1. Apakah yang dimaksud dengan virus flu burung ?
2. Apakah penyebab penyakit flu burung?
3. Bagaimana epidemologi dari penyakit flu burung?
4. Apa saja faktor resiko dari penyakit flu burung ?
5. Bagaimana cara penularan/penyebaran flu burung?
6. Bagaimana penanggulangan penyakit flu burung?
7. Bagaimana pencegahan penyakit flu burung?
8. Apa saja hambatan dalam penanggulangan penyakit flu burung?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang virus fluburung
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit fluburung
3. Untuk mengetahui epidemologi dari penyakit fluburung
4. Untuk mengetahui faktor resiko terjadinya fluburung
5. Untuk mengetahui cara penularan/penyebaran fluburung
6. Untuk mengetahui cara penanggulangan penyakit fluburung
7. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit fluburung
8. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang terdapat dalam
penanggulangan penyakit fluburung
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian fluburung
Flu Burung (Avian Influenza - AI) adalah penyakit unggas yang
menular disebabkan virus influenza tipe A dari keluarga
Orthomyxoviridae. Virus ini paling umum menjangkiti unggas (misalnya
ayam peliharaan, Kalkun, Itik, Puyuh, dan Angsa) juga berbagai jenis
burung liar. Beberapa virus flu burung juga diketahui bisa menyerang
mamalia, termasuk manusia (Darel W. 2008 : 17).
Flu burung adalah penyakit influenza pada unggas, baim burung,
bebek, ayam, sertabeberapa binatang seperti babi. Data lain menunjukkan
penyakit ini juga dapat pula mengena pada burung puyuh dan burung onta.
Penyakit pada binatang ini telah ditemukan sejak 100 tahun lalu di Italia,
tepatnya 1878. Pada tahun 1924-1925 wabah ini merebak di Amerika
Serikat. (Tjandra. 2005 : 2).
Virus influenza merupakan virus RNA termasuk dalam famili
Orthomyxoviridae. Asam nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8
segmen gen yang mengkode sekitar 11 jenis protein. Virus influenza
mempunyai selubung/simpai yang terdiri dari kompleks protein dan
karbohidrat. Virus ini mempunyai tonjolan (spikes) yang digunakan untuk
menempel pada reseptor yang spesifik pada sel-sel hospesnya pada saat
menginfeksi sel. Terdapat 2 jenis spikes yaitu yang mengandung
hemaglutinin (HA) dan yang mengandung neuraminidase (NA), yang
terletak dibagian terluar dari virion (Horimoto T, Kawaoka Y. 2001 :129-
149).
Menurut (soejoedono,et al., 2005) avian influenza (flu burung) adalah
penyakit menular yang dapat terjadi pada unggas dan mamalia yang
disebabkan oleh virus infl uenza tipe A. Virus influenza tipe A memiliki
beberapa subtipe yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan
Neuramidase (N). Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah
subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3–5 hari. Virus ini
dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman,
dan sentuhan. Perilaku hidup bersih dan sehat misalnya mencuci tangan
dengan antiseptic, kebersihan tubuh dan pakaian, dan memakai alat
pelindung diri (APD) waktu kontak langsung dengan unggas dapat
mencegah penularan virus AI.
B. Penyebab / etiologi penyakit fluburung
Penyebab flu burung adalah virus influenza dari famili
Orthomyxoviridae yang termasuk tipe A subtipe H 5, H 7, dan H 9. Virus
H9N2 tidaklah menyebabkan penyakit berbahaya pada burung, tidak
seperti H5 dan H7. Virus flu burung atau avian influenza hanya ditemukan
pada binatang seperti burung, bebek dan ayam, namun sejak 1997 sudah
mulai dilaporkan “terbang” pula ke manusia. Subtipe virus yang terakhir
ditemukan yang ada di negara kita adalah jenis H5N1.
Gejala penyakit flu burung pada manusia adalah demam, anoreksia,
pusing, gangguan pernafasan (sesak), nyeri otot dan mungkin
konjungtivitis yang terdapat pada penderita dengan riwayat kontak dengan
unggas yang terinfeksi semisal peternak atau pedagagang unggas.
Gejalanya tidak khas dan mirip gejala flu lainnya, tetapi secara cepat
gejala menjadi berat dan dapat menyebabkan kematian karena terjadi
peradangan pada paru(pneumonia).
Gejala pada unggas yang terinfeksi diantaranya jengger dan pial
kebiru-biruan, keluar darah dari hidung, feses kehijau-hijauan dan banyak
mengandung air, pada paha sering terdapat bercak-bercak darah, kematian
unggas serentak terjadi dalam hitungan hari selain itu, pada burung liar
akan menjadi karier.
C. Epidemologi
Data epidemiologi yang berhubungan dengan penyakit flu burung
sampai bulan juni 2007 sebanyak 313 orang di seluruh dunia telah
terjangkit virus AI dengan 191 diantaranya meninggal (CFR=61%). Kasus
penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 tercatat 4
kasus kemudian berkembang menjadi 46 kasus (2004), 97 kasus (2005),
116 kasus (2006) dan pada tahun 2007 tertanggal 15 juni sudah dilaporkan
terjadi 50 kasus dengan angka kematian 66%. Negara yang terjangkit
sebagian besar adalah negara-negara di Asia (Thailand, Kamboja,
Vietnam, Cina dan Indoneisa) tetapi sekarang sudah menyebar ke Irak dan
Turki. Prevalensi Kasus Avian influenza Kasus AI di Indonesia bermula
dari ditemukannya kasus pada unggas di Pekalongan Jawa Tengah pada
bulan Agustus 2003. Sampai tahun 2006 penyakit ini sudah menyerang
unggas di 29 provinsi yang mencakup 291 kabupaten/kota. Daerah-daerah
yang memiliki populasi unggas yang padat dan diikuti populasi penduduk
yang padatlah yang akan mengalami banyak kasus padamanusia.
Di Indonesia sejak Juli 2005 sampai dengan pertengahan Juni 2007
tercatat terdapat 100 kasus dengan 80 kematian (CFR=80%). Sebagian
besar kasus berasal dari Jawa dan Sumatra. Provinsi terbanyak yang
terjangkit penyakit ini adalah Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten.
Penyakit ini sudah berjangkit di 11 provinsi dan 37 kabupaten/kota.

D. Faktor resiko
Faktor resiko terbesar flu burung adalah mengalami kontak dengan
unggas yang sakit atau dengan permukaan yang terkontaminasi oleh
bulu,air liur,atau kotoran milik unggas yang terinfeksi. Dalam beberapa
kasus yang sangat langka, flu burung dilaporkan ditularkan dari satu
manusia ke yang lain. Pola penularan dari manusia ke manusia masih
misterius. Berbagai orang dari segala usia yang terjangkit dilaporkan
meninggal setelah mengalamiinfeksi.

E. Penularan/penyebaran
Meskipun reservoir alami virus AI adalah unggas liar yang sering
bermigrasi (bebek liar), tetapi hewan tersebut resisten terhadap penyakit
ini. Menurut WHO, kontak hewan tersebut dengan unggas ternak
menyebabkan epidemik flu burung dikalangan unggas. Penularan penyakit
terjadi melalui udara dan ekskret (kotoran, urin, dan ingus) unggas yang
terinfeksi.
Virus AI dapat hidup selama 15 hari diluar jaringan hidup. Virus pada
unggas akan mati pada pemanasan 80ᵒC selama satu menit dan virus pada
telurakanmatipadasuhu64ᵒCselamalimamenit.Virusakanmatidengan
pemanasan sinar matahari dan pemberiandesinfektan.
Secara genetik virus influenza tipe A sangat labil dan tidak sulit
beradaptasi untuk menginfeksi spesies sasarannya. Virus ini tidak
memiliki sifat proof reading, yaitu kemampuan untuk mendeteksi
kesalahan yang terjadi dan memperbaiki kesalahan pada saat replikasi.
Ketidakstabilan sifat genetik virus inilah yang mengakibatkan terjadinya
strain/jenis/mutan virus yang baru. Akibat dari proses tersebut virulensi
virus AI dapat berubah menjadi lebih ganas dari sebelumnya. Karakteristik
lain dari virus ini adalah kemampuannya bertukar, bercampur, dan
bergabung dengan virus influenza strain lain sehingga menyebabkan
munculnya strain baru yang bisa berbahaya bagi manusia. Mekanisme ini
juga menyebabkan kesulitan dalam membuat vaksin untuk program
penanggulangan.
Mekanisme penularan flu burung pada manusia melalui beberapa cara:
1. Virus - unggas liar - unggas domestik -manusia.
2. Virus - unggas liar - unggas domestik - babi -manusia.
3. Virus - unggas liar - unggas domestik - (dan babi) -manusia
-manusia.
Sampai bulan Maret 2006, penularan dari manusia ke manusia lain
(human to human transmission) masih sangat jarang. Meskipun demikian,
para ahli mengkhawatirkan adanya kasus-kasus kalster keluarga karena
merupakan indikator penualaran antar manusia. Munculnya kasus-kasus
klaster dalam skala kecil dan simultan yang diikuti klaster-klaster skala
besar merupakan tanda munculnya pandemi.
F. Penanggulangan / Program Pemerintah dalam menanggulangi Flu
Burung
Menurut Ririh (2006:189-192), Melihat adanya kondisi peternakan
yang memburuk akibat adanya wabah flu burung. Departemen Pertanian
mengeluarkan beberapa kebijakan. Kebijakan ini diharapkan membantu
peternakan sehingga dapat menjalankan aktivitas beternak kembali.
Departemen Pertanian mengintruksikan pada segenap jajaran Dinas
Peternakan di daerah-daerah untuk melakukan hal yang sama saat
menemukan adanya indikasi flu burung.

1. Peningkatan biosekuriti
Strategi utama yang harus dilaksanakan adalah dengan
meningkatkan biosekuriti.
Tindakan karatina atau isolasi harus diberlakukan terhadap
peternakan yang tertular. Kondisi sanitasi di kandang-kandang,
lingkungan kandang maupun para pekerja harus sehat. Kemudian lalu
lintas keluar -masuk kandang termasuk orang dan kendaraan harus
secara ketat dimonitor.
Area peternakan yang sehat diciptakan dengan program desinfeksi
secara teratur serta menerapkan kebersihan pada saat bekerja, misalnya
dengan memakai sarung tangan, masker, dan sepatu panjang.
Program vaksinasi merupakan tindakan kedua yang dipilih oleh
Indonesia di dalam penanggulangan avian influenza. Vaksinasi
dilakukan terhadap hewan yang sehat, terutama yang berada disekitar
peternakan ayam yang terkena wabah ini dilakukan untuk memberikan
kekebalan pada ayam supaya tidak mudah tertular. Vaksinasi yang
digunakan harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan menurut
peraturan perundangan yang berlau. Kemudian vaksin yang boleh
diedarkan dan digunakan adalah vaksin yang mendapat nomor
registrasi Departemen Pertanian.
2. Depopulasi
Istilah ”depopulasi” adalah tindakan memusnakan unggas atau
hewan yang sakit secara terbatas. Ada berbagai cara yang dapat
ditempuh sebagai upaya pemusnahan ini. Pertama, adalah dengan
menguburkan unggas yang mati akibat avian influenza. Kedua ,
peternak dapat melaksanakan depopulasi dengan membakar unggas
yang mati akibat terserang penyakit tersebut. Tujuan utama dari
tindakan ini adalah untuk memutuskan siklus penyakit.
Tempat dimana dilaksanakan pemusnahan hewan seharusnya
ditutup kembali kemudian disiram dengan air kapur atau desinfektan.
Seperti diketahui bahwa dalam mengkaji suatu penyakit, ada tiga hal
yang harus diperhatikan, yaitu pertama adalah agent atau penyebab
penyakit, dalam hal ini virus avian influenza. Kedua adalah induk
semang atau inang, dalam kasus ini yang bertindak sebagai inang
adalah unggas, babi, bahkan manusia bila virus menginfeksi .
Hal ketiga yang harus diperhatikan adalah lingkungan
(enviromental). Lingkungan inilah tempat agent dan inang melakukan
interaksi. Jadi bila lingkungan tidak memberikan peluang maka suatu
penyakit atau wabah tidak akan terjadi.

3. Melakukan pengawasan produk unggas


Daging, telur, dan karkas unggas perlu diawasi untuk mencegah
penyebaran virus yang masih aktif dan menempel pada produk
tersebut. Jika produk mengandung virus yang masih aktif
dikhawatirkan akan berpindah ke unggas atau bahkan orang. Beberapa
langkah yang dapat digunakan untuk memperoleh daging yang aman
dari flu burung antara lain sebagaiberikut:

a. Pilih daging yang tidak terdapat bercak merah di bawah kulit.


b. Pilihlah daging segar. Bau daging segar biasanya khas atau tidak
berbau anyir.
c. Pilih daging yang tidaklembek.
d. Pastikan dalam pengolahannya benar-benar matang.
e. Memantau lalu lintasunggas
Kiriman unggas yang dipesan dari luar daerah tempat pemesan
perlu dipantau dan diperiksa. Hal ini dilakukan untuk mencegah
masuknya bibit endemik dari luar daerah. Pemeriksaan dilakukan
dengan mengamati kondisi fisik, kesehatan hewan serta melakukan uji
laboratorium sampel darah unggas terhadap kemungkinan avian
influenza.
Dalam kondisi wabah seperti sekarang ini maka pengendalian juga
berdasarkan perwilayahan ( zoning), ada 3 (tiga) pembagian wilayah
dalam upaya pengendalian:
a. Daerah tertular; daerah yang sudah dinyatakan ada kasus secara
klinis dan hasil ujilaboratorium.
b. Daerah terancam; daerah yang berbatasan langsung dengan daerah
tertular atau tidak memilki batasan alam dengan daerahtertular.
c. Daerah bebas; daerah yang dinyatakan masih belum ada kasus
secara klinis mapun secara uji laboratorium, atau memiliki batas
alam (propinsi,pulau).

Pembagian wilyah ini merupakan upaya dalam pengendalian suatu


wabah sehingga secara sistematik mendukun g program pengendalian.
Dalam teknis pelaksanaannya harus dikombinasikan dengan program-
program yang lain. Tujuan pengendalian dan pemberantasan sebagai
berikut:

a. Mengendalikan wabah dengan menekan kasus kematianunggas


b. Mengendalikan dan mengurangi perluasan penyakit ke wilayah
lain diIndonesia.
c. Mempertahankan wilayah yang masihbebas.
d. Mencegah penularan penyakit ke manusia dengan menghilangkan
sumber penyakit.

4. Melakukan sosialisasi
Sosialisasi flu burung dilakukan dengan peny uluhan ke peternakan
di masingmasing daerah. Adanya sosialisasi diharapkan warga di
sekitar lokasi peternakan mengerti dan paham akan bahaya flu burung.
Dengan demikian, masyarakat akan menjaga kondisi lingkungan dan
kesehatannya. Pengertian masyarakat akan bahaya flu burung
diharapkan membuat tahu langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam menghadapi fluburung.
G. Pencegahan
Menurut Ririh (2006: 187-188) Tindakan pencegahan yang bisa kita
lakukan adalah:

1. Menjaga kebersihan diri sendiri antara lain mandi dan sering cuci
tangan dengan sabun, terutama yang sering bersentuhan dengan
unggas.
2. Membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggalkita.
3. Menggunakan Alat Pelindung Diri (masker, sepatu, kaca mata dan topi
serta sarung tangan) bagi yang biasa kontak denganunggas.
4. Melepaskan sepatu, sandal atau alas kaki lainnya di luarrumah.
5. Bersihkan alat pelindung diri dengan de terjen dan air hangat,
sedangkan benda yang tidak bisa kita bersihkan dengan baik dapat
dimusnahkan.
6. Memilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala flu burung) hindari
membeli unggas dari daerah yang diduga tertular fluburung.
7. Memilih daging unggas yang baik yaitu segar, kenyal (bila ditekan
daging akan kembali seperti semula), bersih tidak berlendir, berbau
dan bebas faeces dan kotoran unggas lainnya serta jauh dari lalat dan
serangga lainnya.
8. Sebelum menyimpan telur unggas dicuci lebih dulu agar bebas dari
faeces dan kotoran unggaslainnya.
9. Memasak daging dan telur unggas hingga 70 ºC sedikitnya selama 1
menit. Sejauh ini bukti ilmiah yang ada mengatakan aman
mengkonsumsi unggas dan produknya asal telah dimasak denganbaik.
10. Pola hidup sehat secara umum dapat mencegah flu seperti istirahat
cukup untuk menjaga daya tahan tubuh ditambah dengan makan
dengan gizi seimbang serta olah raga teratur dan jangan lupa
komsumsi vitaminC.
11. Hindari kontak langsung dengan unggas yang kemungkinan terinfeksi
flu burung, dan laporkan pada petugas yang berwenang bila melihat
gejala klinis flu burung pada hewanpiaraan.
12. Tutup hidung dan mulut bila terkena flu agar tidak menyebarkanvirus.
13. Pasien influenza dianjurkan banyak istirahat, banyak minum dan
makan makananbergizi.
14. Membawa hewan ke dokter hewan atau klinik hewan untuk
memberikan imunisasi.
15. Sering mencuci sangkar atau kurungan burung dengan desinfektan dan
menjemurnya dibawah sinar matahari, karena sinar ultra violet dapat
mematikan virus flu burungini.
16. Apabila anda mengunjungi pasien flu burung, ikuti petunjuk dari
petugas rumah sakit untuk menggunakan pakaian pelindung (jas lab)
masker, sarung tangan dan pelindung mata. Pada waktu meninggalkan
ruangan pasien harus melepaskan semua alat pelindung diri dan
mencuci tangan dengansabun.
17. Bila ada unggas yang mati mendadak dengan tanda –tanda seperti flu
burung harus dimusnahkan dengan cara dibakar dan dikubur sedalam 1
meter.
H. Hambatan dankesulitan
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memberantas
penyakit flu burung yang sangat ditakuti oleh masyarakat sehubungan
dengan tingkat kematian tinggi pada unggas dan menyebabkan
kerugiansangat besar pada industri perunggasan di Indonesia, penularan
penyakit pada manusia, dan mengganggu perokonomian nasional.
Belum berhasilnya pemberantasan flu burung di Indonesia dikarenakan
hal-hal berikut:
1. Unggas liar sebagaireservoir
Salah satu kendala pemberantasan penyakit flu burung adalah flu
burung pada unggas liar maupun domestik tidak menimbulkan gejala
klinis apabila terinfeksi. Unggas liar hanya berfungsi sebagai reservoir,
sehingga tubuhnya dapat mengandung virus flu burung, tetapi tidak
menampakkan gejala klinis terserang penyakit flu burung (tampak
sehat).
2. Sistem peternakan dan pemeliharaan hewan di Indonesia
Sistem peternakan di Indonesia umumnya masih tradisional.
Mayoritas tiap keluarga di Indonesia, terutama di desa, memiliki ayam
yang dipelihara dengan dilepas pada waktu siang hari untuk mencari
makan. Ayam yang dilepas akan dapat melakukan kontak dengan
unggas liar yang menjadi reservoir penyakit flu burung maupun kontak
dengan material yang tercemar virus AI, sehingga akan memudahkan
penularan penyakit. Apabila satu saja dari ayam-ayam tertular flu
burung dari unggas liar, maka satu flock mungkin akan tertular
semuanya saat sudah kembali dikandangkan.
3. Gaya hidup masyarakat diIndonesia
Gaya hidup masyarakat Indonesia yang tidak sehat mungkin
menyebabkan penyakit flu burung mudah sekali menyebar. Kita harus
mulai menghilangkan gaya hidup seperti membiarkan kandang kotor,
letaknya dibawah atau sangat dekat degan rumah, membiarkan unggas
masuk kedalam rumah, tidak berganti pakaian yang bersih setelah
menangani unggas, dan lain-lain.
4. Pelanggaran terhadap aturan pemerintah tentang lalu lintashewan
Di Indonesia, umumnya lalu lintas hewan khususnya ternak
maupun produkproduknya yang merupakan sumber penularan virus flu
burung, masih ditemukan banyak pelanggaran yang akan memudahkan
virus flu burung menyebar kemanamana.
5. Banyak masyarakat yang belum tahu tentang fluburung
Sampai saat ini, kesadaran masyarakat untuk ikut menyukseskan
program pemerintah dalam pengendalian flu burung masih kurang. Hal
ini karena rata-rata tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah
terutama di desa-desa terpencil sehingga mereka umumnya pasif dan
tidak mau berusaha mencari informasi jika pemerintah tidak
melakukan sosialisasi lebihintensif.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN FLU BURUNG

A. Defenisi
Flu burung adalah suatu penyakit menular yang dikarenakan oleh virus
influenza yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang manusia.
Nama lain dari penyakit ini antara lain avian influenza. Penyakit flu
burung atau flu unggas adalah suatu penyakit menular yg dikarenakan oleh
virus influenza tipe A dan ditularkan olehunggas.
B. Etiologi
Etiologi penyakit ini adalah virus influenza. Adapun sifat virus ini,
yaitu; dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih
dari 30 hari pada 0°C. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas
yang sakit dapat bertahan lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 60°C
selama 30 menit. Dikenal beberapa tipe Virus influenza, yaitu; tipe A,
tipe B dan tipe C. Virus Inluenza tipe A terdiri dari beberapa strain, yaitu;
H1N 1, H3N2, H5N1, H7N7, H9N2 dan lain-lain. Saat ini, penyebab flu
burung adalah Highly Pothogenic Avian Influenza Viru, strain H5N1
(H=hemagglutinin; N= neuraminidase). Hal ini terlihat dari basil studi
yang ada menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus
Influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus
Inluenza A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung pada unggas.
Secara umum, virus Flu Burung tidak menyerang manusia, namun
beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan
menyerang manusia.

C. Penyebab
• Virus influenza tipeA
• Termasuk familiorthomyxoviridae

• Dapat berubah ubahbentuk

• Terdiri dari hemaglutinin (H) Neuramidase (N). Kedua huruf


diberdayakan sbg identifikasi kodesubtipe flu burung yang banyak
jenisnya

• Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H3N3, H5N1, H9N2,


H7N7,sedangkan pada binatang H1H5 danN1N9
• Strain yg sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dr
sub tipe A H5N1

• Virus tsb dpt bertahan di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari
30 hari pd 0°C

• Virus akan mati pd pemanasan 60°C selama 30 menit atau 56°Cselama


3 jam dan dgn ditergent,desinfektan misal formalin cairan yang
mengandung iodine
D. Manifestasi Klinik
1) Pada Unggas
 Jengger berwarna biru
 Borokdikaki
 Kematianmendadak
2) Pada manusia
 Demam (suhu >38°C)
 Batuk & nyeri tenggorokan
 Radang saluran pernapasanatas
 Pneumonia
 Infeksi mata
 Nyeri otot
Masainkubasi
1. Pada unggas
 Iminggu
2. Pada manusia
 1-3hari
 Masa infeksi 1 hari sblm sampai 3-5 hr sesudah timbulgejala
 Pada anak 21 hari
E. Patofisiologi
1) Unggas → ke unggas, unggas →kemanusia
2) Melalui udara yg tercemar virus H5N1 yg berasal dari:
 Kotoran / sekreta burung / unggas yg menderita fluburung
 Penularan dr unggas kemanusia jg tjd jika manusia tlh menghirup
udara yg mengandung virus flu brng atau kontak langsung dengan
unggas yg terinfeksi fluburung
 Penularan dari manusia kemanusia → belum ada bukti

F. Pencegahan
1. Pada unggas :
 Pemusnahan unggas / burung ygterinfeksi
 Vaksinasi pd unggas yg sehat
2. Pada manusia:
1) Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan
pedagang)
 Mencuci tgn dgn desinfektan dan mandi sehabisbekerja
 Hindari kontak langsung dgn ayam /unggas yg terinfeksi flu
burung
 Memanfaatkan alat pelindung diri (ex: masker dan pakaiankrja)
 Meninggalkan pakaian kerja di tempatkrja
 Membersihkan kotoran unggas setiaphari
 imunisasi
2) Masyarakat umum
 Menjaga daya tahan tbh dgn memakan makanan bergizi &
istirahatcukup
 Mengolah unggas dgn cara yg benar yaitu :
 Pilih unggas yg sehat
 Memasak daging unggas dengan suhu ± 80°C selama 1 mnt dan
pd telur sampai dgn suhu 64°C selama 4,5 mnt
G. Penatalaksanaan
1) Oksigenasi bila trdpt sesak napas
2) Hindari dgn pemberian cairan parenteral(infus)
3) Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7
hr
4) Amantadin diberikan pd awal infeksi,sedapat mungkin dlm waktu 48
jam I selama 3-5 hr dgn dosis 5 mg/kgBB/hr dlm 2 dosis.bila BB > 45
kg diberikan 100 mg 2 xsehari.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Data Dasar PengkajianPasien
a) Aktivitas/istirahat
Gejala: batuk panjang kelelahan, demam ringan
Tanda: sesak, kelelahan otot dan nyeri
b) Makanan/cairan
Gejala: nafsu makan hilang, mual/muntah, penurunan BB. Tanda:
turgor kulit buruk, penurunan massa otot.
c) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri dada berkembang/berubah naik karena batuk
berulang.
d) Integritas ego
Tanda:gelisah
e) Pernafasan
Gejala : batuk, tarikan nafas panjang.
Tanda : muka merah, sianotik

2. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan sputum
PengelompokanData
a) Data Subyektif
 Pasien mengeluh batuk
 Pasien mengeluh nyeri pada dadanya
 Pasien mengeluhsesak
b) Data Obyektif
 Suhu badan berkembang/berubah naik
 Penurunan berat badan
 Turgor kulit buruk
 Mual-muntah
 Nafsu makan hilang
 Pasien tampakgelisah

B. DIAGNOSAKEPERAWATAN

1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Bersihan jalan napas,


berihubungan dengan peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan,
tebal, sekresi kental akibatinfluenza.
Intervensi:
 Auskultasibunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal
mengi, krekels,ronki
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan
obstruksi jalan napas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi
napas adventisius, misal penyebaran, krekels basah (bronkitis);
bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak
adanya bunyi napas (asma berat).
 Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau selama stres/adanya proses
infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi
memanjang dibandinginspirasi.
 Catat adanya/derajat dispnea, mis., keluhan “lapar udara,” gelisah,
ansietas, distres pernapasan, penggunaan ototbantu.
Rasional : Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung
pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan
perawatan di rumah sakit, mis., infeksi, reaksi alergi.
 Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala
tempat tidur, duduk pada sandaran tempattidur
Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi
pernapasan dengan memanfaatkan gravitasi. Namun, pasien
dengan distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk
bernapas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dan lain-
lain membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai
alat ekspansidada.
 Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan
bulu bantal yang berhubungan dengan kondisiindividu
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat
mentriger episode akut
 Dorong/bantu latihan napas abdomen ataubibir.
Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan
mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.

2. Diagnosa Keperawatan: Pertukaran gas, kerusakan dapat


dihubungkan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas
oleh sekresi).
Intervensi:
 Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot
aksesori, napas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan
dan/atau kronisnya prosespenyakit.
 Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi
yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau
napas bibir sesuai kebutuhan/toleransiindividu.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi
duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan
napas, dispnea, dan kerja napas.
 Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membranmukosa.
Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau
sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan dan
dianosis sentral mengindikasikan beratnyahipoksemia.
 Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
Rasional : Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber
utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil.
Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidakefektif.
 Palpasi fremitus
Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan
cairan atau udara terjebak.
 Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.
Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada
hipoksia. GDA memburuk disertai bingung/somnolen
menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan
hipoksemia.
 Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang
dan kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk
tidur/istirahat di kursi selama fase akut. Mungkinkan pasien
melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai
toleransi individu.
Rasional : Selama distres pernapasan berat/akut/refraktori pasien
secara total tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena
hipoksemia dan dispnea. Istirahat diselingi aktivitas perawatan
masih penting dari program pengobatan. Namun, program latihan
ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa
menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.

3. Diagnosa Keperawatan: Nutrisi, perubahan, minus dari kebutuhan


tubuh dapat dihubungkan dengan dispnea.
Intervensi:
 Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat
kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukurantubuh.
Rasional : Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena
dispnea, produksi sputum, dan obat.
 Auskultasi bunyiusus
Rasional : Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan
penurunan motilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang
berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan
makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
 Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah
khusus untuk sekali pakai dantisu.
Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah
utama terhadap napsu makan dan dapat membuat mual dan
muntah dengan peningkatan kesulitan napas.
 Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah
makan. Berikan makan porsi kecil tapisering.
Rasional : Membantu menurunkan kelemahan selama waktu
makan dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan
masukan kaloritotal.
 Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
Rasional : Dapat menghasilkan distensi abdomen yang
mengganggu napas abdomen dan gerakan diafragma, dan dapat
meningkatkan dispnea.
 Hindari makanan yang sangat pedas atau sangatdingin.
Rasional : Suhu ekstrim dapat mencetuskan/meningkatkan spasme
batuk.
 Timbang berat badan sesuaiindikasi.
Rasional : Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun
tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
Catatan: Penurunan berat badan dapat berlanjut, meskipun
masukan adekuat sesuai teratasinyaedema.
C. IMPLEMENTASI

 Mengkaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat


kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh
 Mengkaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot
aksesori, napas bibir, ketidakmampuanbicara/berbincang
 Mengevaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang
dan kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di
kursi selama fase akut. Mungkinkan pasien melakukan aktivitas
secara bertahap dan tingkatkan sesuai toleransiindividu.
 Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal mengi,
krekels, ronki
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan
obstruksi jalan napas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi
napas adventisius, misal penyebaran, krekels basah (bronkitis); bunyi
napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya
bunyi napas (asma berat).
 Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala
tempat tidur, duduk pada sandaran tempattidur
 Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan.
Berikan makan porsi kecil tapisering.

D. EVALUASI

Setelah melakukan implementasi diharapkan pasien mengalami


perubahan yang diinginkn sesuai dengan intervensi yang dibuat.Jika pasien
tidak mengalami perubahan apapun segera kaji kembali intervensi dan
kemudian buat intervensi yang baru .
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Flu Burung (Avian Influenza - AI) adalah penyakit unggas yang
menular disebabkan virus influenza tipe A dari keluarga
Orthomyxoviridae. Virus ini paling umum menjangkiti unggas (misalnya
ayam peliharaan, Kalkun, Itik, Puyuh, dan Angsa) juga berbagai jenis
burungliar.
Flu burung termasuk jenis penyakit yang sangat menular, menular
dengan sangat cepat dan dapat menyebabkan kematian. Penanggulangan
penyakit ini harus cepat, tepat, dan cermat karena dapat menyebabkan
kematian pada unggas dengan cepat. Selain pada unggas, penyakit ini juga
dapat menyerang pada manusia. Penanggulangan pada penyakit ini dengan
menjaga kebersihan, hindari kontak langsung dengan hewan yang
terinfeksi dan memasak hewan unggas untuk konsumsi secaramatang.
B. Saran
Dalam penulisan makalah Penyakit Flu Burung ini masih banyak
kekurangan yang perlu diperbaiki. Kami sebagai penulis membuka kritik
dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Informasi-
informasi seputar flu burung dalam makalah ini tidak kami sebutkan
semua, namun hanya beberapa yang dapat menunjang penyusunan
makalah. Dan pada akhirnya makalah ini diharapkan dapat membuat
masyarakat tahu akan pentingnya pencegahan dan pemberantasan
penyakit flu burung yang terjadi di negaraIndonesia
DAFTAR PUSTAKA

 Mulyadi B,. Prihatini. 2005. DIAGNOSIS LABORATORIK FLUBURUNG


(H5N1).
 Kumala Widyasari. Avian influenza : profil dan penularannya pada manusia.
Oktober-Desember 2005,Vol.24 No.4
 Darrell Withworth, dkk. 2008. Burung Liar Dan Flu Burung. Jakarta:FAO
 Horimoto T, Kawaoka Y. Pandemic threat posed by avian influenza A viruses.
Clin Microbiol Rev. 2001. 14(1) : 129-149.
 Ririh Y, Sudarmaji. 2006. Mengenal Flu Burung dan Bagimana Kita
Menyikapinya. Forum
 Soejoedono, Retno D. dan Ekowati Handharyani, 2005. Flu Burung Seri
Agriwawasan. Depok ; PenebarSwadaya.
 Buku Petunjuk bagi Paramedik Veteriner. 2005. Pencegahan dan
Pengendalian Flu Burung (Avian Influenza) pada Peternakan Unggas
Skala Kecil.

Anda mungkin juga menyukai