Anda di halaman 1dari 84

petunjuk teknis

PENYUSUNAN RENCANA PEMBINAAN DESA BINAAN


DI DAERAH PENYANGGA KAWASAN KONSERVASI

Direktorat Kawasan Konservasi


Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
PETUNJUK TEKNIS
PENYUSUNAN RENCANA PEMBINAAN DESA BINAAN
DI DAERAH PENYANGGA KAWASAN KONSERVASI

Direktorat Kawasan Konservasi


Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Jakarta, 2015
KATA PENGANTAR

Pembinaan/pemberdayaan masyarakat desa di daerah penyangga kawasan suaka


alam dan kawasan pelestarian alam merupakan salah satu upaya pembangunan
berbasis konservasi dengan tujuan utama meningkatkan keberdayaan masyarakat
yang masih tertinggal atau miskin di sekitar kawasan konservasi menuju ke
kemandirian dan mutu kehidupan yang lebih baik, serta hidup harmonis dengan
kawasan konservasi dan alam sekitarnya.

Guna mengakselerasi tujuan tersebut, Direktorat Jenderal KSDAE dalam Renstra


Tahun 2015-2019 telah menetapkan ‘terbinanya 77 desa di daerah penyangga
kawasan konservasi selama 5 tahun’ sebagai salah satu Indikator Kinerja Kegiatan
(IKK) Program KSDAE periode tahun 2015-2019.

Dalam rangka penyelenggaraan kegiatan pembinaan secara terencana dan


terarah, sekaligus melengkapi regulasi perencanaan daerah penyangga, maka
diterbitkan Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Pembinaan Desa Binaan di
Daerah Penyangga Kawasan Konservasi. Petunjuk Teknis ini merupakan acuan
bagi Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal KSDAE dalam penyelenggaraan
kegiatan pembinaan dimaksud, mulai dari proses perencanaan hingga monitoring
dan evaluasi.

Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan petunjuk teknis ini, kami
sampaikan penghargaan dan terima kasih.

Jakarta, Desember 2015

Direktur Kawasan Konservasi


Direktorat Jenderal KSDAE,

Ir. Hartono, MSc


NIP. 19621113 199003 1 004

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................... i


DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
DAFTAR GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
DAFTAR LAMPIRAN .................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Landasan Hukum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
C. Tujuan dan Manfaat .......................... 2
D. Ruang lingkup ............................... 2
E. Pengertian ................................. 3
BAB II. PENENTUAN DESA BINAAN DAN IDENTIFIKASI
PERMASALAHAN ................................ 5
A. Penentuan Desa Binaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
B. Interaksi Masyarakat Daerah Penyangga dengan
Kawasan Konservasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
BAB III. METODOLOGI PEMBINAAN/PEMBERDAYAAN . . . . . . . . . 11
A. Kerangka Pendekatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
B. Konsep Pembinaan/Pemberdayaan . . . . . . . . . . . . . . . . 11
C. Metode Perencanaan Pembinaan/Pemberdayaan Secara
Partisipatif ................................. 13
BAB IV. RUMUSAN MASALAH DAN STRATEGI PENCAPAIAN . . . 15
A. Rumusan Masalah Desa dan Tujuan Utama Desa . . . . 15
B. Strategi Pencapaian Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
BAB V. PROGRAM KERJA DESA BINAAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
A. Indikator Keberhasilan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
B. Data Awal .......... 19
C. Cakupan dan Jenis Kegiatan .................. 20
D. Rencana Kegiatan per Indikator . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
E. Penanggung Jawab dan Pelaksana Kegiatan 21
F. Rencana Pembiayaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
BAB VI. MONITORING DAN EVALUASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
A. Monitoring .................................. 24
B. Evaluasi ................................... 26
BAB VII TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBINAAN DESA
BINAAN ............. 29
A. Hierarki Rencana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
B. Tata Cara Penyusunan 29
C. Format dan Muatan Rencana Pembinaan ........ 30
BAB VII PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33
LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34

ii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Sikus rantai makanan pada ekosistem alam ........ 6

Gambar 2. Diagram Perencanaan Pembinaan/Pemberdayaan


Masyarakat Secara Partisipatif ................ 13

Gambar 3. Matriks Akses Pemanfaatan Kawasan Suaka Alam dan


Kawasan Pelestarian Alam Berdasarkan Peraturan
Pemerintah nomor 28 tahun 2011 . . . . . . . . . . . . . . . . 21

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Perencanaan Pembinaan/Pemberdayaan Masyara


kat Secara Partisipatif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
Lampiran 2. Beberapa Contoh Jenis Kegiatan Pembinaan,
Lingkup Penguatan Kapasitas masyarakat
Pemberian Akses Pemanfaatan KSA dan KPA . . . 44
Lampiran 3. Contoh Tabel Jenis Kegiatan Setiap Indikator
dalam Rencana Pembinaan Desa Binaan . . . . . . 46
Lampiran 4. Contoh Tabel Uraian Tugas Penanggung Jawab
dan Pelaksana Kegiatan Pembinaan Desa Binaan . 47
Lampiran 5. Contoh Tabel Rencana Fisik dan Keuangan dalam
Rencana Lima Tahun (RPL) Kegiatan Pembinaan
Desa Binaan ............................ 48
Lampiran 6. Contoh Tabel Rencana Fisik dan Keuangan dalam
Rencana Kerja Tahunan (RKT) Kegiatan
Pembinaan Desa Binaan Tahun 2015 . . . . . . . . . . 49
Lampiran 7. Contoh Tabel Rencana Fisik dan Keuangan dalam
Rencana Kerja Tahunan (RKT) Kegiatan
Pembinaan Desa Binaan Tahun 2017 . . . . . . . . . . . 49
Lampiran 8. Contoh Tabel Hasil Monitoring Output Pembinaan
Desa Binaan ............................ 50
Lampiran 9. Contoh Tabel Hasil Monitoring Permasalahan
Pembinaan Desa Binaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50
Lampiran 10. Contoh Tabel Hasil Monitoring Tingkat Pencapaian
Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Desa
Binaan ................................. 50
Lampiran 11. Contoh Tabel Hasil Evaluasi Awal Output
Pembinaan Desa Binaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51
Lampiran 12. Contoh Tabel Hasil Evaluasi Pertengahan Output
Pembinaan Desa Binaan .................. 51
Lampiran 13. Contoh Tabel Hasil Evaluasi Akhir Output
Pembinaan Desa Binaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51
Lampiran 14. Contoh Tabel Hasil Evaluasi Permasalahan
Pembinaan Desa Binaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52
Lampiran 15. Contoh Tabel Hasil Evaluasi Tingkat Pencapaian
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Pembinaan Desa
Binaan ................................. 52
Lampiran 16. Format Rencana Pembinaan Desa Binaan Di
Daerah Penyangga Kawasan Konservasi . . . . . . . 53
iv
Lampiran 17. Format Cover RPL (Rencana Pembinaan Lima
Tahun) Desa Binaan di Daerah Penyangga
Kawasan Konservasi Lima Tahun . . . . . . . . . . . . . 54
Lampiran 18. Format Cover RKT (Rencana Kerja Tahunan)
Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan
Konservasi Lima Tahun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55
Lampiran 19. Ketentuan Pengisian Bagian Pembuka Rencana
Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga
Kawasan Konservasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 56
Lampiran 20. Format Lembar Pengesahan RPL (Rencana
Pembinaan Lima Tahun) Desa Binaan di Daerah
Penyangga Kawasan Konservasi. . . . . . . . . . . . 57
Lampiran 21. Format Lembar Pengesahan RKT (Rencana Kerja
Tahunan) Desa Binaan di Daerah Penyangga
Kawasan Konservasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 58
Lampiran 22. Uraian/Penjelasan Bab I Pendahuluan Rencana
Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga
Kawasan Konservasi ..................... 59
Lampiran 23. Uraian/Penjelasan Bab II Profil Kawasan
Konservasi pada Kegiatan Pembinaan Desa
Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi 60
Lampiran 24. Uraian/Penjelasan Bab II Profil Desa Binaan pada
Kegiatan Pembinaan Desa Binaan di Daerah
Penyangga Kawasan Konservasi . . . . . . . . . . . . . 62
Lampiran 25. Format Profil Kelompok Binaan pada Kegiatan
Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga
Kawasan CA/SM/TN/ TWA/ . . . , Balai Besar/Balai . 65
Lampiran 26. Uraian/Penjelasan Bab III Rencana Pembinaan
Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan
Konservasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 67
Lampiran 27. Uraian/Penjelasan Bab IV Rencana Pembinaan
Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan
Konservasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68
Lampiran 28. Uraian/Penjelasan Bagian Penutup Rencana
Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga
Kawasan Konservasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya telah dilaksanakan Pemerintah melalui pengelolaan 523 unit
kawasan konservasi. Pengelolaan kawasan konservasi harus
mempertimbangkan wilayah sekitarnya agar mendukung keberadaan
kawasan konservasi. Wilayah yang berbatasan dengan kawasan konservasi
ditetapkan sebagai daerah penyangga oleh Pemerintah dan Pemerintah
Daerah.

Daerah penyangga mempunyai fungsi untuk menjaga kawasan konservasi


dari segala bentuk gangguan yang berasal dari luar atau dalam kawasan yang
dapat mengakibatkan perubahan keutuhan dan fungsi kawasan. LAKIP Ditjen
PHKA tahun 2014 menyebutkan bahwa ada 3.746 desa di daerah penyangga
sekitar kawasan konservasi. Aktivitas masyarakat di desa-desa tersebut dapat
berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kawasan konservasi.

Saat ini hampir semua kawasan konservasi di Indonesia mengalami


gangguan keamanan, seperti perambahan, pencurian flora dan fauna,
kebakaran, perdagangan flora fauna secara ilegal. Gangguan keamanan
adalah persoalan terberat yang dihadapi pengelola menunjukkan adanya
ketergantungan masyarakat terhadap kawasan konservasi.

Tingkat ketergantungan terhadap kawasan konservasi disebabkan oleh


kemiskinan masyarakat desa dan adanya permintaan pasar akan sumber
daya dalam kawasan. Salah satu upaya mengurangi tekanan masyarakat
terhadap kawasan konservasi adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat
di daerah penyangga melalui pembinaan/pemberdayaan masyarakat.

Sejak awal tahun 1980-an Pemerintah telah melakukan pemberdayaan


masyarakat di daerah penyangga kawasan konservasi. Hingga akhir tahun
2014 Pemerintah telah membina sekitar 120 desa. Pada tahun 2015-2019
Program Direktorat Jenderal KSDAE akan melaksanakan pembinaan 77 desa
di daerah penyangga kawasan konservasi.

Untuk itu perlu diterbitkan Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Pembinaan/


Pemberdayaan Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi.
Petunjuk teknis akan menjadi acuan bagi Unit Pelaksana Teknis Direktorat
Jenderal KSDAE dan para pihak yang berkepentingan dalam Pembinaan/
Pemberdayaan Masyarakat di daerah penyangga kawasan konservasi.

B. Landasan Hukum
Landasan hukum penyusunan petunjuk teknis dan pencapaian IKK Program
KSDAE Tahun 2015-2019 antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.
2. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa.
1
3. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan KSA
dan KPA.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa.
6. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2007 Tentang Hasil
Hutan Bukan Kayu.
7. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.64/Menhut-II/2013 Tentang
Pemanfaatan Air dan Energi Air di Suaka Margasatwa, Taman Nasional,
Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.
8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.18/MenLHK-II/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
9. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pendampingan Desa.
10. Keputusan Direktur Jenderal PHPA Nomor 44/Kpts/DJ-VI/1997 Tentang
Petunjuk Teknis Penyusunan Rancangan Pembinaan Daerah
Penyangga.
11. Keputusan Direktur Jenderal PHPA Nomor 49/Kpts/DJ-VI/1997 Tentang
Petunjuk Teknis Pengembangan Daerah Penyangga.
12. Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor SK 203/IV-KKBHL/2012
tentang Petunjuk Teknis Pendampingan Pemberdayaan Masyarakat
Daerah Penyangga Kawasan Konservasi.
13. Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor SK 204/IV-KKBHL/2012
Tentang Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi Pemberdayaan
Masyarakat Daerah Penyangga Kawasan Konservasi.
14. Pedoman Pelaksanaan Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
Program KSDAE Tahun 2015-2019.

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan : Memberi arahan bagi pengelola kawasan konservasi dalam


melaksanakan pembinaan/pemberdayaan masyarakat desa
binaan di daerah penyangga.

2. Manfaat : Terwujudnya tujuan pembinaan/pemberdayaan masyarakat dalam


meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dukungan
masyarakat terhadap kawasan konservasi.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup meliputi pemahaman interaksi daerah penyangga dengan
kawasan konservasi, pemilihan lokasi pemberdayaan, konsep pemberdayaan,
proses perencanaan, dan penyusunan rencana pemberdayaan di desa
binaan.

2
E. Pengertian
1. Daerah penyangga kawasan konservasi adalah wilayah yang berbatasan
dengan kawasan suaka alam dan/atau kawasan pelestarian alam, dapat
berupa kawasan hutan, yaitu hutan lindung dan hutan produksi, serta
non-kawasan hutan, yaitu hutan hak, tanah negara bebas, atau tanah
yang dibebani hak, yang berfungsi untuk menjaga keutuhan KSA
dan/atau KPA yang bersangkutan.
2. Pembinaan fungsi daerah penyangga, meliputi: (1) peningkatan
pemahaman masyarakat terhadap konservasi sumber daya hayati dan
ekosistemnya; (2) peningkatan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat
untuk meningkatkan kesejahteraannya; dan (3) peningkatan produktivitas
lahan.
3. Pembinaan desa binaan di daerah penyangga kawasan konservasi
adalah bimbingan/pendampingan berbagai kegiatan, mulai perencanaan
hingga pengawasan yang dilakukan oleh UPT Dijen KSDAE terhadap
masyarakat desa binaan dalam rangka mencapai tujuan bersama.
4. Pemberdayaan masyarakat daerah penyangga kawasan konservasi
adalah upaya meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu
maupun kelompok, dalam pengelolaan potensi sumber daya berikut
permasalahannya guna peningkatan kemandirian, kesejahteraan, dan
kualitas hidup masyarakat daerah penyangga kawasan konservasi
dengan tetap menjaga kelestarian kawasan konservasi.
5. Desa dan desa adat – atau dengan sebutan lain seperti kampung, nagari,
huta, marga, dan sebagainya – adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul adat istiadat setempat yang
diakui dalam sistem pemerintahan nasional.
6. Kawasan konservasi adalah kawasan, baik di daratan maupun di perairan,
yang memiliki ciri khas tertentu dan mempunyai fungsi pokok
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, yang
berdasarkan kondisi biogeofisiknya dikategorikan kedalam kawasan
suaka alam, kawasan pelestarian alam, atau taman buru.
7. Kawasan suaka alam, disingkat KSA, adalah kawasan dengan ciri khas
tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem
penyangga kehidupan. KSA dibagi ke dalam dua fungsi, yaitu:
a. Cagar alam, disingkat CA, adalah KSA yang karena keadaan
alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya
atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya
berlangsung secara alami.
b. Suaka margasatwa, disingkat SM, adalah KSA yang mempunyai ciri
khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang
untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap
habitatnya.

3
8. Kawasan pelestarian alam, disingkat KPA, adalah kawasan dengan ciri
khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara
lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. KPA dibagi ke dalam
tiga fungsi sebagai berikut
a. Taman nasional, disingkat TN, adalah kawasan pelestarian alam
yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi;
b. Taman wisata alam, disingkat TWA, adalah kawasan pelestarian
alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi
alam;
c. Taman hutan raya, disingkat TAHURA, adalah kawasan pelestarian
alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau
buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
9. Taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat
wisata buru atau tempat diselenggarakan perburuan secara teratur.
10. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, disingkat KSDAHE,
adalah pengelolaan sumber daya alam hayati berikut ekosistemnya yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
11. Direktorat Jenderal KSDAE, disingkat Ditjen KSDAE, adalah direktorat
jenderal yang berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam urusan
KSDAE.
12. Unit Pelaksana Teknis Ditjen KSDAE adalah unit kerja yang berada di
bawah Ditjen KSDAE, terdiri dari Balai Besar KSDA, Balai Besar Taman
Nasional, Balai KSDA, dan Balai Taman Nasional.

4
BAB II
PENENTUAN DESA BINAAN DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

A. Penentuan Desa Binaan


Sasaran pembinaan/pemberdayaan harus terarah untuk mengatasi
ketergantungan masyarakat terhadap kawasan konservasi dan ditujukan
kepada yang membutuhkan. Kedua pertimbangan tersebut menentuan pilihan
lokasi yang dilaksanakan oleh setiap pengelola kawasan konservasi, yakni:

1. Pemilihan kawasan konservasi yang terdapat gangguan keamanan tinggi.


Gangguan keamanan menunjukkan adanya ketergantungan masyarakat
terhadap kawasan konservasi. Indikator gangguan keamanan dapat
diketahui dari intensitas pelanggaran, seperti: perambahan, pencurian
flora dan fauna, kebakaran, perdagangan flora fauna secara ilegal.
CATATAN: untuk pengelola kawasan konservasi agar memilih bagian
kawasan yang terdapat gangguan keamanan paling tinggi.

2. Pemilihan desa binaan dari semua desa di daerah penyangga dimana


masyarakatnya memiliki ketergantungan terhadap kawasan konservasi
paling tinggi. Adapun tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap
kawasan konservasi, ditandai oleh:
− Adanya kemiskinan masyarakat desa di daerah penyangga.
Desa miskin dapat diketahui dari kondisi pemukiman dan aksesibilitas
publik. Pemukiman masyarakat pedesaan yang termiskin dicirikan:
rumah yang berlantai tanah, tidak memiliki jamban sendiri, sumber air
bersih terbatas, sanitasi yang buruk. Adapun aksesibilitas publik
dicirikan oleh terbatasnya atau tidak ada layanan listrik, pendidikan,
kesehatan, telekomunikasi dan ketersediaan sarana-prasarana
transportasi yang minim.
− Adanya permintaan pasar akan sumberdaya dalam kawasan
Antara masyarakat dengan kawasan konservasi dihubungkan pula
oleh kepentingan konsumsi yang ada luar daerah penyangga.
Pencurian flora dan fauna yang dilakukan karena pemintaan pasar di
daerah lain yang dikenal dengan perdagangan ilegal flora-fauna.
Kasus pencurian yang terjadi berulang-ulang menunjukkan adanya
permintaan pasar akan flora dan fauna dari kawasan konservasi.
Investigasi tentang ragam jenis dari flora-fauna dan kuantitas (berapa
banyak) yang dicuri memberi informasi tentang nilai komersial dari
permintaan pasar tersebut.

SAJIKAN
Hasil penentuan desa binaan kedalam:
(1) PROFIL KAWASAN KONSERVASI, dan
(2) PROFIL DESA BINAAN
dengan format seperti pada Bab VII Bagian Isi “PROFIL KAWASAN
KONSERVASI DAN PROFIL DESA BINAAN”.

5
B. Interaksi Masyarakat Daerah Penyangga dengan Kawasan Konservasi
Keberadaan masyarakat daerah penyangga suatu kawasan konservasi
menimbulkan dampak secara langsung dan tidak langsung. Durasi interaksi
masyarakat dengan kawasan konservasi dapat diketahui dari sejarah desa
dan usia pemukiman. Sejarah desa akan menerangkan asal muasal
pemukiman sebelum atau setelah penunjukan/ penetapan kawasan
konservasi.

Untuk memahami interaksi antara daerah penyangga dengan kawasan


konservasi digunakan 3 (tiga) sudut pandang dari aspek ekologi, ekonomi,
dan sosial.

1. Aspek ekologi
Daerah penyangga dan kawasan konservasi berada pada suatu bentang
alam (landscape) yang terdiri dari beberapa tipe ekosistem yang saling
berinteraksi dan tergantung satu sama lain. Ada dua indikator ekologi
untuk menilai interaksi dan ketergantungan tersebut, antara lain:

− Pergerakan satwa
Kawasan konservasi yang masih utuh ditunjukkan oleh hubungan
yang stabil antara keanekaragaman hayati dan ekosistemnya
sehingga membentuk keseimbangan yang klimaks. Flora dan fauna
yang ada di dalam kawasan konservasi berinteraksi mengikuti kaidah
rantai makanan, sebagai berikut:

Gambar 1. Sikus Rantai Makanan Pada Ekosistem Alam

Keterangan
Tumbuhan (produsen)  dimangsa oleh konsumen I (herbivora) 
dimangsa konsumen tingkat II (omnivora dan karnivora)  konsumen
III (top karnivora). Top karnivora yang tidak ada pemangsanya akan
mati dan mengalami proses penguraian (decomposer) oleh mikroba
dan fungi. Hasil pengurai tersebut di dalam tanah diserap tumbuhan.

Indikator kawasan konservasi yang masih utuh ini ditunjukkan oleh

6
tidak adanya satwa yang keluar dari kawasan konservasi untuk
mencari makan ke daerah penyangga. Sedang kawasan konservasi
yang terganggu yang ditandani hutan mulai berkurang maka akan
terjadi ketidak seimbangan rantai makanan. Kondisi seperti ini
ditunjukkan oleh serangan monyet, babi hutan dan gajah ke lahan
budidaya di sekitar kawasan konservasi. Harimau mulai memasuki
daerah penyangga untuk memangsa hewan ternak karena tidak
menemukan makanan di dalam kawasan konservasi.

Indikator kawasan konservasi yang tidak utuh/ terganggu ditunjukkan


oleh pergerakan satwa dari kawasan konservasi yang keluar mencari
makan di daerah penyangga. Semakin sering satwa mendatangi
lahan budidaya di daerah penyangga semakin tinggi kerusakan
kawasan konservasi.

− Aliran air
Kawasan konservasi yang masih utuh memiliki beberapa tipe
ekosistem yang stabil seperti: hutan primer, sungai, danau, rawa dan
mangrove yang alami. Sinar matahari dan air hujan merupakan
sumber energi bagi komponen-komponen yang ada pada suatu
ekosistem.

Air yang jatuh di hutan akan berfungsi pada proses fotosintesis


tumbuh-tumbuhan dan proses metabolisme pada hewan. Sebagian
air akan mengalir di permukaan tanah dan sisanya akan meresap dan
tersimpan dalam tanah. Selanjutnya air yang di dalam tanah akan
mengalir mengikuti gravitasi bumi dan muncul di permukaan tanah
sebagai mata air.

Air sebagai media penghubung antar beberapa komponen ekosistem


dan air juga bergerak dari ekosistem satu ke ekosistem lainnya pada
suatu bentang alam. Kawasan konservasi dengan kawasan budidaya
di sekitarnya (seperti: sawah, kebun, kolam ikan) merupakan suatu
bentang alam. Air yang keluar dari mata air di hutan akan mengalir
menuju kawasan budidaya di daerah penyangga.

Indikator adanya aliran air dapat diketahui dari :


• Debit air sungai yang mengalir dari kawasan konservasi.
• Luas sawah dan kolam ikan (jika ada) di daerah penyangga
• Frekuensi panen setiap tahun persawahan di daerah penyangga.

Pada kawasan konservasi yang terganggu dimana hutannya sudah


mulai berkurang akan terjadi gangguan terhadap aliran air ini.
Indikator yang dapat diukur adalah penurunan debit air sungai,
berkurangnya luas sawah dan kolam ikan, dan penurunan siklus
penanaman sawah.

Pada kawasan konservasi yang sudah rusak ditandai oleh tidak


adanya hutan/ tutupan lahan. Kerusakan hutan menyebabkan
menurunnya debit air sungai atau tidak ada aliran air ke daerah
penyangga. Lahan budidaya mengalami kekeringan dan areal
persawahan mengalami penyusutan. Lahan persawahan berubah

7
menjadi lahan kering yang mengandalkan air hujan. Produktivitas
lahan pertanian akan mengalami penurunan dari waktu ke waktu.

Adapun kawasan konservasi yang sudah rusak yang berada di


dataran tinggi akan melahirkan bencana alam bagi daerah yang lebih
rendah. Pada musim penghujan tak jarang terjadi banjir bandang,
tanah longsor dan erosi serta sedimentasi yang tinggi di aliran sungai.

2. Aspek sosial
Keberadaan pemukiman di sekitar kawasan konservasi berpengaruh
terhadap kelestarian kawasan konservasi. Selama ini asumsi yang
terbangun adalah masyarakat miskin sekitar kawasan konservasi akan
memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap kawasan konservasi.

Sebagian besar masyarakat pedesaan bekerja di sektor pertanian seperti


sawah, ladang, kebun dan perikanan air tawar/ laut. Sektor pertanian
pedesaan memiliki tenaga kerja berlimpah yang sebagian besar bersifat
informal dan tidak dibayar karena alasan tenaga kerja keluarga. Rata-rata
penguasaan lahan di daerah pedesaan < 0,2 hektar setiap rumah
tangga. Tenaga kerja di desa berlimpah dan tidak didukung kepemilikan
lahan budidaya menyebabkan kemiskinan masyarakat desa.

− Sebaran penduduk miskin


Identifikasi sebaran penduduk miskin di daerah penyangga
merupakan upaya mengenali potensi gangguan terhadap kawasan
konservasi. Keberadaan masyarakat miskin dapat diketahui dari
kondisi pemukiman dan layanan publik. Kondisi pemukiman miskin di
pedesaan ditunjukkan oleh rumah-rumah sederhana yang berlantai
tanah, tidak memiliki jamban sendiri, sumber air bersih terbatas, tidak
mendapat layanan listrik dan sanitasi yang buruk. Pada layanan
publik ditunjukkan oleh keterbatasan layanan pendidikan, kesehatan,
telekomunikasi serta sarana-prasarana transportasi yang minim.

− Tingkat ketergantungan
Kemiskinan masyarakat di daerah penyangga menentukan tingkat
ketergantungan masyarakat terhadap kawasan konservasi. Mereka
akan pergi ke hutan untuk mendapatkan apa saja yang bisa dimakan
atau dijual agar bisa bertahan hidup. Jika sebagian besar masyarakat
daerah penyangga yang miskin bisa dipastikan ketergantungan
terhadap kawasan konservasi cukup tinggi.

Hampir semua kawasan konservasi mengalami tekanan dari


masyarakat sekitarnya. Indikator ketergantungan masyarakat dapat
diketahui dari intensitas pelanggaran, seperti perambahan hutan,
kebakaran, pencurian tumbuhan dan penangkapan satwa hingga
perdagangan flora fauna secara ilegal.

3. Aspek ekonomi

− Kegiatan produksi dan konsumsi


Yang dimaksud kegiatan produksi dan konsumsi bagi masyarakat
desa adalah mengolah lahan secara tradisional untuk memenuhi
8
kebutuhan sehari-hari. Ada sebagian kecil masyarakat desa yang
mengolah lahan secara intensif. Selain untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, sebagian hasil budidaya dijual ke pasar atau diborongkan
kepada para tengkulak.
Umumnya para petani desa tidak memiliki akses terhadap modal
usaha. Keterbatasan modal menyebabkan para petani sangat
tergantung para tengkulak. Selain memborong hasil budidaya, para
tengkulak juga menyediakan modal usaha. Mekanisme transaksi yang
diciptakan para tengkulak acapkali merugikan para petani yang
dikenal ‘sistem ijon’.

− Distribusi komoditas
Yang dimaksud distribusi komoditas adalah upaya masyarakat desa
menjual produk budidaya. Permasalahan menjual produk yang
dihadapi masyarakat desa adalah keterbatasan sarana-prasarana
transportasi. Produk sayuran dan buah-buah hasil panen yang mudah
rusak. Umumnya hanya menumpuk dan membusuk karena tidak bisa
terjual. Kondisi yang lebih parah jika masyarakat desa terisolasi
karena berada jauh dari layanan transportasi. Kelangkaan sarana-
prasarana transportasi menyebabkan masyarakat desa terisolasi.
Uang menjadi sulit diperoleh karena tidak adanya transaksi uang
pada perekonomian desa.

− Permintaan pasar
Antara masyarakat dengan kawasan konservasi dihubungkan pula
oleh kepentingan konsumsi yang ada luar daerah penyangga.
Pencurian flora dan fauna yang dilakukan karena pemintaan pasar
yang dikenal dengan perdagangan illegal (black market) flora-fauna di
daerah lain. Acapkali permintaan pasar juga dipicu untuk memenuhi
kebutuhan industri, misalnya permintaan flora-fauna untuk bahan
baku indutri jamu, farmasi dan kosmetik.

Pencurian flora dan fauna dari kawasan konservasi merupakan


persoalan yang terberat yang dihadapi pihak pengelola. Kasus
pencurian yang terjadi berulang-ulang menunjukkan adanya
permintaan pasar akan flora dan fauna dari kawasan konservasi.
Investigasi tentang ragam jenis dari flora-fauna dan kuantitas (berapa
banyak) yang dicuri memberi petunjuk bahwa nilai komersial dari
permintaan pasar tersebut.

Apabila hasil penentuan desa binaan telah disajikan kedalam:


(1) PROFIL KAWASAN KONSERVASI, dan
(2) PROFIL DESA BINAAN

maka SAJIKAN
Hasil identifikasi interaksi masyarakat desa dengan kawasan konservasi
kedalam:
(3) INTERAKSI MASYARAKAT DENGAN KAWASAN KONSERVASI, dan
(4) PERMASALAHAN DESA BINAAN DI DAERAH PENYANGGA
sebagai berikut:

9
(3) INTERAKSI MASYARAKAT DENGAN KAWASAN KONSERVASI

1 Persepsi masyarakat
a. Uraikan tentang persepsi/pandangan masyarakat desa terhadap
kawasan konservasi dan harapan terhadap pengelolaan
kawasan konservasi ke depan.
b. Uraikan tentang persepsi/ pandangan masyarakat desa dan
harapannya terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat.

2 Gangguan terhadap kawasan konservasi


a. Gangguan yang berasal dari luar kawasan konservasi.
b. Gangguan yang berasal dari dalam kawasan konservasi.
c. Intensitas gangguan per tahun atau per bulan.
d. Kerusakan kawasan akibat gangguan tersebut.

3 Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan konservasi


a. Jenis flora dan kuantitas yang diambil dari kawasan setiap bulan/
tahun.
b. Jenis fauna dan kuantitas yang diambil dari kawasan setiap
bulan/tahun.
c. Sumber daya lain dan kuantitas yang diambil dari kawasan setiap
bulan/tahun.

(4) PERMASALAHAN DESA BINAAN DI DAERAH PENYANGGA

1 Kondisi sumber daya di desa


a. Uraikan kegiatan budidaya utama yang mendukung
perekonomian desa.
b. Sebutkan kesulitan yang dihadapi masyarakat dalam kegiatan
budidaya.
c. Sebutkan kesulitan masyarakat untuk menjual produk budidaya.

2 Potensi usaha budidaya lahan desa yang bisa dikembangkan:


a. Sebutkan jenis budidaya yang diminati.
b. Sebutkan produktivitas budidaya yang ada sekarang.

3 Sumber daya dalam kawasan konservasi yang diminati masyarakat:


a. Sebutkan jenis flora dan/atau fauna yang diminati.
b. Sebutkan kuantitas flora dan/atau fauna yang diminati.
c. Sebutkan sumber daya lain yang diminati.

4 Terangkan kondisi jalan dan ketersediaan sarana transportasi untuk


mencapai pasar.

5 Terangkan singkat jika ada potensi wisata alam yang dapat


dikembangkan.
Perhatikan pula PROFIL KAWASAN KONSERVASI pada Lampiran 23 dan PROFIL
DESA BINAAN pada Lampiran 24.

10
BAB III
METODOLOGI PENYUSUNAN RENCANA PEMBINAAN DESA BINAAN

A. Kerangka Pendekatan
Dalam Rencana Pembinaan Desa Binaan harus disajikan ‘Kerangka
Pendekatan’ tentang cara pandang pihak pengelola kawasan konservasi
terhadap permasalahan daerah penyangga kawasan konservasi, penanganan
permasalahan, hingga diperlukannya pembinaan/pemberdayaan masyarakat.

B. Konsep Pembinaan/Pemberdayaan
Dalam Rencana juga harus disajikan ‘konsep pembinaan/pemberdayaan’
masyarakat yang akan dilaksanakan meliputi prinsip pembinaan/
pemberdayaan dan strategi pembinaan/pemberdayaan sebagai berikut :

1. Prinsip pembinaan/pemberdayaan masyarakat

a. Pemberdayaan sebagai proses transformasi


Pemberdayaan sebagai proses transformasi hubungan sosial
ekonomi masyarakat di daerah penyangga dengan kawasan
konservasi. Pemberdayaan masyarakat desa di daerah penyangga,
meliputi:
− Upaya membangunkan daya masyarakat dengan memotivasi dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki untuk
dikembangkan.
− Upaya memperkuat daya masyarakat dengan menyediakan
berbagai input seperti: dana, sarana-prasarana dan membuka
akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan
membuat masyarakat semakin berdaya.

b. Pemberdayaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat


Pemberdayaan masyarakat akan menggerakkan sumber daya
manusia dan sumber daya alam yang ada di sekitar dalam proses
produksi untuk menghasilkan nilai tambah. Setelah berjalan selama 1
tahun kegiatan produksi akan menghasilkan keuntungan. Sebagian
keuntungan akan dinikmati para anggota dan sisanya dihimpun
sebagai pemupukan modal. Penambahan pendapatan yang diterima
masyarakat akan meningkatkan kesejahteraan mereka.

c. Pemberdayaan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat


Masyarakat yang telah menikmati peningkatan kesejahteraan akan
meningkat pula kapasitas masyarakat (capacity building) menjadi
modal sosial. Jika semakin banyak individu yang mengikuti program
pemberdayaan maka modal sosial semakin kuat. Akumulasi modal
sosial akan menggerakkan masyarakat baik secara individual maupun
kelompok untuk memperjuangkan kelestarian kawasan konservasi.

11
2. Strategi pembinaan/pemberdayaan masyarakat

a. Menciptakan kemandirian
Capai akhir dari program pemberdayaan adalah memandirikan
masyarakat artinya memampukan dan membangun kemampuan
untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik.
Pemberdayaan masyarakat jangan menjadikan masyarakat semakin
tergantung pada berbagai pemberian (charity). Apa yang dinikmati
masyarakat harus dihasilkan dari usaha sendiri.

b. Penggunaan dana bantuan


Pengelolaan dana untuk kegiatan produksi agar menghasilkan
pendapatan yang memadai dan mendidik masyarakat untuk
menjalankan usaha secara ekonomis. Hasilnya dapat dilestarikan
oleh masyarakat sendiri sehingga menciptakan kesejahteraan
masyarakat bersama.

Dana bantuan merupakan hibah kepada masyarakat yang


dipinjamkan kepada anggota masyarakat dengan biaya/ bunganya
ditentukan sendiri. Kelompok masyarakat yang mengelola modal
usaha ini yang selanjutnya diharapkan berkembang menjadi lembaga
dana desa (koperasi). Pengaturan dana bantuan untuk
pemberdayaan, sebagai berikut:
− dana mudah diterima dan didaya-gunakan oleh masyarakat
sebagai pelaksana dan pengelola;
− dana dikelola oleh masyarakat secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan;
− dana yang terkumpul kembali akan digulirkan dan dikembangkan
oleh masyarakat dalam lingkup yang lebih luas.

c. Pendekatan kelompok
Kemiskinan telah menyebabkan masyarakat kurang pengetahuan/
informasi, bertindak tidak peduli atau bersikap acuh tak acuh dan
tergantung pada bantuan/ sumbangan para dermawan. Secara
individual masyarakat akan sulit mengatasi hambatan penyebab
kemiskinan.

Pemberdayaan penduduk miskin memerlukan pendekatan kelompok


karena secara bersama-sama mereka dapat saling menguatkan dan
saling menutupi kelemahan. Dinamika kelompok dan sinergi akan
menghasilkan nilai lebih daripada upaya individual dalam kelompok.
Program pemberdayaan akan membina kelompok masyarakat yang
terdiri 10 sampai 40 kepala keluarga. Pembinaan kelompok paling
efektif karena tumbuh dan berakar dari kalangan masyarakat sendiri.

d. Memerlukan pendamping
Pendamping diperlukan untuk peningkatan kualitas para anggota dan
pengurus kelompok. Pendamping akan membimbing masyarakat
meningkatkan pengetahuan budidaya, penanganan pasca panen dan
menjual produk. Pendamping sebagai fasilitator, komunikator dan
dinamisator sehingga perlu mengadakan komunikasi secara intensif
dengan kelompok.

12
Tugas pendamping menyertai proses perencanaan, pembentukan
kelompok dan penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan.
Pendamping harus siap bekerja setiap waktu, menghadiri pertemuan
kelompok, mengorganisasikan program latihan, serta membantu
anggota kelompok memperoleh akses terhadap berbagai pelayanan
yang dibutuhkan.

e. Dilaksanakan secara partisipatif


Pemberdayaan secara partisipatif artinya dilaksanakan oleh yang
menjadi sasaran melalui belajar bersama, saling berbagi
pengalaman, melibatkan semua kelompok masyarakat, bebas dan
informal, menghargai perbedaan dan menemukan tujuan yang
disepakati.

Tujuannya agar supaya bantuan dana efektif karena sesuai dengan


kehendak, kemampuan dan kebutuhan masyarakat. Masyarakat
dilibatkan sejak tahap merencanakan, melaksanakan dan mengelola
input-input pemberdayaan hingga mempertanggungjawabkannya.

C. Metode Perencanaan Pembinaan/Pemberdayaan Secara Partisipatif

SAJIKAN Metode perencanaan pembinaan/pemberdayaan secara partisipatif


yang akan digunakan sebagai berikut:

Perencanaan merupakan awal yang penting dan menentukan keberhasilan


pemberdayaan masyarakat. Perencanaan secara partisipatif adalah model
perencanaan dari bawah (bottom up). Perencanaan dimulai dengan diskusi
tentang sumber daya alam di sekitarnya hingga menemukan rencana
pembinaan/pemberdayaan yang mudah dimengerti oleh masyarakat.

Salah satu metode perencanaan adalah yang diadopsi dari metode Kerangka
5-S (The Five S Framework for Site Conservation) yang dipublikasikan oleh
The Nature Conservancy tahun 2000. Untuk keperluan perencanaan
pembinaan/ pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan metode di
atas seperti pada Gambar 1.

Gambar 2. Diagram Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat


Secara Partisipatif

13
Mekanisme perencanaan pemberdayaan secara partisipatif, adalah: pertama,
dilakukan idenfikasi komoditas penting di desa dan sekitarnya; kedua,
dilakukan diskusi tentang masalah dan sumber masalah; ketiga, dilakukan
penentuan para pihak yang terkait/ terlibat; keempat, dilakukan penentuan
strategi; kelima, dilakukan penentuan ukuran sukses pemberdayaan; dan
keenam, pembentukan kelompok kerja pemberdayaan masyarakat.

Data dan informasi diperoleh sangat akurat karena didapat langsung dari
masyarakat yang menjadi pelaku/pengguna sumber daya alam. Proses
perencanaan secara partisipatif akan menghasilkan strategi pemberdayaan
yang legitimate (dapat diterima masyarakat).

Peserta diskusi sebanyak ± 40 orang dari warga desa tanpa membedakan


jenis kelamin, status sosial dan mata pencahariannya. Pilihlah peserta dari
warga desa ‘pengguna’ (user) sumberdaya alam sekitar. Bisa saja mereka
berasal dari kelompok pinggiran (marginal) yang bekerja sebagai petani
gurem, buruh tani, pengangguran dan perambah kawasan konservasi.

Contoh pelaksanaan perencanaan pemberdayaan secara partisipatif dapat


dilihat pada Lampiran 1.

14
BAB IV
RUMUSAN MASALAH DAN STRATEGI PENCAPAIAN

A. Rumusan Masalah Desa


Daerah penyangga berfungsi menjaga kawasan konservasi dari gangguan
yang berasal dari dalam dan luar kawasan yang mengakibatkan perubahan
keutuhan dan fungsi kawasan. Masyarakat desa di daerah penyangga yang
pertama kali merasakan adanya gangguan dari dalam kawasan, seperti:
satwa memangsa ternak peliharaan; satwa merusak lahan budidaya;
kekeringan karena sungai dari hutan tidak mengalirkan air ke pemukiman/
lahan budidaya. Sedang gangguan dari luar kawasan berupa perambahan,
pencurian flora-fauna dan kebakaran disebabkan karena tidak ada pilihan
selain masuk kawasan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Masalah desa di daerah penyangga akan mudah dijelaskan oleh masyarakat


desa karena merupakan persoalan keseharian mereka. Melalui diskusi secara
partisipatif permasalahan desa dapat segera diketahui. Dengan topik awal
diskusi tentang ‘komoditas’ penting di desa kemudian dilanjutkan dengan
penelusuran tentang ‘masalah’ dan ‘sumber masalah’.

SAJIKAN
Bahasan tentang masalah desa yang mengacu dari hasil perencanaan secara
partisipatif pada Lampiran 1, dimana Komoditas dan Sumber Masalah dari
Tabel 3, Para pihak yang terlibat dari Tabel 4, Kegiatan Penanganan Sumber
Masalah dari Tabel 5.

Para Pihak Terkait/ Kegiatan Penanganan


Sumber Masalah Bobot
Terlibat Sumber Masalah
1 2 3 4

1. ................................... .......... 1) ............................. ..............................


2) ............................. ..............................
3) ............................. ..............................

2. ................................... .......... 1) ............................. ..............................


2) ............................. ..............................
3) ............................. ..............................

3. ................................... .......... 1) ............................. ..............................


2) ............................. ..............................
3) ............................. ..............................

4. ................................... .......... 1) ............................. ..............................


2) ............................. ..............................
3) ............................. ..............................

5. ................................... .......... 1) ............................. ..............................


2) ............................. ..............................
3) ............................. ..............................

15
SAJIKAN
Bahasan tentang pengembangan komoditas yang mengacu dari hasil
Perencanaan Pemberdayaan Secara Partisipatif pada Lampiran 1, dimana
Komoditas dari Tabel 3, Kegiatan Pengembangan Komoditas dari Tabel 5,
dan Kelompok Kerja dari Tabel 7.

Kegiatan
Kelompok Kerja
Jenis Komoditas Bobot Pengembangan
(Pokja)
Komoditas

1 2 3 4

1. ................................... ......... ............................... ...................................

2. ................................... ......... ............................... ...................................

3. ................................... ......... ............................... ...................................

4. ................................... ......... ............................... ...................................

5. ................................... ......... ............................... ...................................

B. Strategi Pencapaian

SAJIKAN
Strategi Pencapaian Pemberdayaan sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

a. Pengelola Kawasan Konservasi


− melaksanakan perencanaan secara partisipatif untuk
mendapatkan rencana pemberdayaan jangka panjang (5 tahun).
Perencanaan yang sekaligus sosialisasi kegiatan pemberdayaan
menghasilkan rencana yang dapat diterima masyarakat
(legitimate).
− menyediakan dana bantuan agar mudah diterima dan dikelola
oleh peserta pemberdayaan.
− menyediakan sarana-prasarana yang dibutuhkan.
− membuka akses jika ada sumberdaya dari dalam kawasan yang
dapat dikembangkan, dibudidayakan atau diproduksi.

b. Kepala Desa Binaan


− memberi ijin dan mendukung program pemberdayaan masyarakat
di daerah penyangga.

16
− memadukan program pemberdayaan yang diselenggarakan desa
dengan program pemberdayaan daerah penyangga kawasan
konservasi

c. Pendamping
Pendamping adalah tokoh yang paling menentukan keberhasilan
pemberdayaan; mewakili peran pemberi dana bantuan dan harus
mampu berkomunikasi secara intensif; harus selalu ada dan siap
menjawab setiap pertanyaan peserta pemberdayaan; dan menghadiri
setiap pertemuan kelompok kerja. Tugas pendamping antara lain:
− memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimiliki anggota kelompok kerja untuk dikembangkan;
− mengajarkan pembudidayaan komoditas, penanganan pasca
panen hingga menjual produk;
− mengajarkan penggunaan dana secara terbuka dan dapat
dipertanggung-jawabkan; dan
− menyampaikan pesan pemberi dana bantuan agar peserta ikut
mendukung upaya pelestarian kawasan konservasi.

d. Anggota Kelompok Kerja


Anggota kelompok kerja pemberdayaan berasal dari peserta diskusi
perencanaan secara partisipatif. Peserta diskusi dipilih ± 40 orang
dari warga desa tanpa membedakan jenis kelamin, status sosial dan
mata pencahariannya. Mereka adalah warga desa ‘pengguna’ (user)
sumberdaya alam sekitar dari kelompok pinggiran (marginal).
Umumnya mereka bekerja sebagai petani gurem, buruh tani,
pengangguran atau perambah kawasan konservasi. Merekalah yang
membutuhkan kegiatan pemberdayaan.

2. Tahap pelaksanaan
Pembinaan/pemberdayaan masyarakat akan menggerakkan peserta dan
sumber daya alam yang ada di sekitarnya dalam proses produksi untuk
menghasilkan nilai tambah. Yang perlu diperhatikan oleh peserta kerja
dan Pendamping adalah:
− kegiatan budidaya komoditas dapat berjalan lancar karena jenis
komoditas yang telah dipilih sendiri dan disepakati bersama.
− melakukan penanganan pasca panen (jika diperlukan) agar produk
budidaya mudah dijual ke pasar.
− mengerjakan tertib administrasi dalam penggunaan dana agar dapat
dapat dipertanggung-jawabkan.

Setelah kegiatan berjalan selama ± 1 tahun atau 3 kali musim panen akan
menghasilkan keuntungan. Sebagian keuntungan akan dinikmati para
anggota dan sisanya dihimpun sebagai pemupukan modal. Peningkatan
pendapatan peserta pemberdayaan akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Dana yang dikumpulkan kembali akan digulirkan kepada
kelompok kerja angkatan berikutnya. Mekanisme penggunaan dana
bergulir akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam lingkup
yang lebih luas.

17
CATATAN
Pada tahap ini dilakukan pengukuran Indeks Pencapaian Kegiatan Ditjen
KSDAE, yakni:
1. Meningkatnya pendapatan kelompok yang dibina (peningkatan
pendapatan melalui pengembangan usaha ekonomi);
2. Meningkatnya kegiatan ekonomi produktif dengan usaha yang
mencirikan desa konservasi (jumlah orang kesempatan kerja).

3. Tahap pasca pelaksanaan


Setelah pelaksanaan pemberdayaan kegiatan produksi kelompok kerja
tetap ada dan terus berjalan. Masyarakat yang telah menikmati
peningkatan kesejahteraan akan meningkat pula kapasitas masyarakat
(capacity building) adalah modal sosial. Jika semakin banyak individu
yang mengikuti kegiatan pemberdayaan maka modal sosial semakin
besar dan kuat.

Akumulasi modal sosial akan menggerakkan masyarakat baik secara


individual maupun kelompok untuk ikut melestarikan kawasan konservasi.
Permasalahan yang dihadapi pengelola kawasan konservasi akan dapat
teratasi karena ada dukungan masyarakat di daerah penyangga dan
meningkat dari waktu ke waktu.

CATATAN
Pada tahap ini dilakukan pengukuran Indeks Pencapaian Kegiatan Ditjen
KSDAE, yakni:
1. Meningkatnya jumlah anggota kelompok yang peduli terhadap
konservasi kawasan (jumlah anggota kelompok);
2. Menurunnya jumlah masyarakat orang yang mempunyai interaksi
negatif terhadap kawasan (jumlah orang).

18
BAB V
PROGRAM KERJA DESA BINAAN

Program kerja desa binaan merupakan langkah solusi, sekaligus alat pencapaian
“tujuan utama desa”, atas permasalahan desa seperti diuraikan pada Bab IV.

Program kerja desa terdiri dari sekumpulan rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan selama lima tahun mendatang, dan dituangkan dalam Rencana
Pembinaan Desa Binaan, baik dalam Rencana Lima Tahun (RPL) maupun
Rencana Kerja Tahunan (RKT).

A. Indikator Keberhasilan
Sebagai acuan dan arah pencapaian tujuan akhir kegiatan yang ditargetkan
selama periode tersebut, kegiatan pembinaan harus diselenggarakan secara
terarah (targetted). Oleh karena itu, Rencana Pembinaan harus memuat
“Indikator Keberhasilan Pencapaian Tujuan Utama Desa”.

Indikator Keberhasilan Pencapaian Tujuan Utama Desa ditetapkan oleh


Kelompok Desa Binaan. Indikator ini harus mengacu dan mengarah kepada
pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Program KSDAE Tahun 2015-
2019, yaitu:
1. Indikator 1 : Meningkatnya jumlah anggota/kelompok masyarakat peduli
terhadap konservasi kawasan.
2. Indikator 2 : Meningkatnya pendapatan kelompok yang dibina
(peningkatan melalui pengembangan usaha ekonomi).
3. Indikator 3 : Menurunnya jumlah masyarakat/orang yang melakukan
pelanggaran terhadap kawasan konservasi (jumlah orang).
4. Indikator 4 : Meningkatnya kegiatan ekonomi produktif dengan usaha
yang mencirikan desa konservasi (jumlah orang
berkesempatan usaha/jumlah usaha).

B. Data Awal
Program kerja desa harus menggunakan data dan informasi yang jelas. “Data
dan informasi awal” kegiatan pembinaan desa binaan di daerah penyangga
kawasan konservasi diperoleh melalui metoda PRA (perencanaan partisipatif).

Pada tahap pertama, data dan informasi yang diperoleh dianalisis dan
digunakan sebagai “data awal” dalam penyusunan Rencana Pembinaan Desa
Binaan. Pada tahap-tahap selanjutnya, data dan informasi awal digunakan
untuk kepentingan monitoring progres kegiatan dan evaluasi keberhasilan
pencapaian IKK Program KSDAE tahun 2015-2019.

Oleh karena memiliki nilai yang sangat penting, seluruh data dan informasi
tersebut harus dipelihara dan dikelola dengan baik dalam aplikasi database
pada sistem informasi daerah penyangga kawasan konservasi (SIMDPKK).

19
C. Cakupan dan Jenis Kegiatan
Kegiatan yang direncanakan harus mengacu dan mendukung pencapaian IKK
Program KSDAE Tahun 2015-2019. Artinya, kegiatan dalam Program Kerja
Desa harus diuji terlebih dahulu agar benar-benar terarah untuk keberhasilan
pembinaan desa binaan di daerah penyangga kawasan konservasi.

Jenis-jenis kegiatan dalam Program Kerja Desa pada kegiatan pembinaan


desa binaan di daerah penyangga kawasan konservasi didasarkan atas:
− potensi komoditas di desa yang prospektif;
− aspirasi masyarakat (kelompok binaan); serta
− sesuai dengan Pasal 49 Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2011 tentang
Pengelolaan KSA dan KPA jo Peraturan Pemerintah No. 108 Tahun 2015
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan KSA dan KPA.

Cakupan/ruang lingkup pembinaan desa binaan ditekankan kepada pembinaan


fungsi daerah penyangga kawasan konservasi sebagaimana dimaksud Pasal
45 ayat (5) Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan
KSA dan KPA jo Peraturan Pemerintah No. 108 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan KSA dan KPA, yaitu:
1. peningkatan pemahaman masyarakat terhadap konservasi sumber daya
hayati dan ekosistemnya;
2. peningkatan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraannya; serta
3. peningkatan produktivitas lahan.

Berdasarkan ruang lingkup tersebut, jenis-jenis kegiatan dalam Program Kerja


Desa harus sesuai dan mendukung pembinaan fungsi daerah penyangga
kawasan konservasi. Entry point kegiatan ditetapkan berdasarkan Pasal 49
Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan KSA dan KPA
jo Peraturan Pemerintah No. 108 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan KSA dan KPA,
yaitu pemberdayaan masyarakat di sekitar KSA dan KPA. Pemberdayaan
dilakukan melalui kegiatan:
− pengembangan kapasitas masyarakat; dan
− pemberian akses pemanfaatan KSA dan KPA.

Penguatan akses masyarakat terhadap pemanfaatan KSA dan KPA diatur


dalam Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan KSA
dan KPA jo Peraturan Pemerintah No. 108 Tahun 2015 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan KSA dan
KPA., yaitu Pasal 13 butir d Pemanfaatan.

Selanjutnya Pasal 32, menyatakan Pemanfaatan KSA dan KPA adalah


sebagai berikut:
(1) Pemanfaatan dapat dilakukan di semua KSA dan KPA (Pasal 33-37).
(2) Pemanfaatan tidak merusak bentang alam dan tidak mengubah fungsi.
(3) Kegiatan pemanfaatan KSA dan KPA terdiri atas:
20
a. pemanfaatan kondisi lingkungan;
b. pemanfaatan jenis TSL.

Bergantung kepada status/fungsinya, kawasan konservasi dapat


dimanfaatkan - berdasarkan status/fungsinya.

Akses pemanfaatan kawasan konservasi (KSA dan KPA) diatur lebih lanjut
dalam Pasal 33 hingga Pasal 37 Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2011
tentang Pengelolaan KSA dan KPA jo Peraturan Pemerintah No. 108 Tahun
2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2011
tentang Pengelolaan KSA dan KPA, yang secara garis besar diilustrasikan
dalam gambar berikut.

PEMANFAATAN CA SM TN THR TWA


(Pasal 33) (Pasal 34) (Pasal 35) (Pasal 36) (Pasal 37)

Penelitian dan pengembangan


ilmu pengetahuan dan teknologi V V V V V

Pendidikan dan peningkatan


kesadartahuan konservasi V V V V V

Penyimpanan/penyerapan
karbon V V V V V

Pemanfaatan air dan energi air V V V V

Pemanfaatan panas dan angin V V V V

Pemanfaatan wisata alam


V
terbatas V V V

Pemanfaatan tumbuhan dan


satwa liar penunjang budidaya V V

Pemanfaatan plasma nutfah


untuk penunjang budidaya V v V V V

Pemanfaatan tradisional oleh


masyarakat setempat V V V

Pembinaan populasi melalui


penangkaran/ penetasan telur V v

Gambar 3.
Matriks Pemanfaatan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2011

Catatan:
Perizinan mengenai pemanfaatan KSA dan KPA harus mengikuti Pasal 38
hingga Pasal 40 Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2011 tentang
Pengelolaan KSA dan KPA jo Peraturan Pemerintah No. 108 Tahun 2015
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan KSA dan KPA.

21
Beberapa contoh jenis kegiatan pembinaan/pemberdayaan, baik yang
mencakup penguatan kapasitas maupun pemberian akses pemanfaatan KSA
dan KPA (Pasal 33 hingga Pasal 37 PP nomor 28 tahun 2011), masing-
masing disajikan pada Lampiran 2.

D. Rencana Kegiatan per Indikator


Rencana Pembinaan Desa Binaan memuat Program Kerja Desa yang terdiri
dari kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan selama lima tahun mendatang
(sesuai ketersediaan dana). Setiap jenis kegiatan dikelompokkan per
indikator menurut ‘Indikator Keberhasilan Pencapaian Tujuan Utama Desa’.

Contoh penyajian jenis-jenis kegiatan pembinaan dalam Rencana Pembinaan


Desa Binaan untuk setiap indikator dapat dilihat pada Lampiran 3.

E. Penanggung Jawab dan Pelaksana Kegiatan


Bagian ini memuat penyelenggara kegiatan yang terdiri dari Penanggung
Jawab dan Pelaksana.

Secara umum, penyelenggara pembinaan desa binaan di daerah penyangga


kawasan konservasi di setiap UPT KSDAE, ditetapkan sebagai berikut:

1. Penanggung Jawab adalah pejabat UPT KSDAE:

a. Penanggung Jawab Kegiatan Pembinaan Desa Binaan UPT:


Nama : ............................... (sebutkan)
NIP : ............................... (sebutkan)
Jabatan : Kepala Balai Besar (Balai) . . . . . . . (sebutkan)

b. Penanggung Jawab Teknis Operasional Lapangan:


Nama : .................... (sebutkan)
NIP : .................... (sebutkan)
Jabatan : Kepala Bidang/Kepala Seksi Wilayah
Balai Besar Balai Besar (Balai) . . . . (sebutkan)

2. Pelaksana Kegiatan adalah Kelompok Masyarakat Desa Binaan:


a. Kelompok Binaan
Nama Kelompok : .................... (sebutkan)
Nama Ketua Kelompok : .................... (sebutkan)
Nama Sekretaris : .................... (sebutkan)
Nama Bendahara : .................... (sebutkan)
b. Kelompok Kerja (Pokja)
Nama Ketua Pokja : .................... (sebutkan)
Nama Anggota Pokja : 1. . . . . . . . . . . . . . . . . . (sebutkan)
2. . . . . . . . . . . . . . . . . . (sebutkan)
3. . . . . . . . . . . . . . . . . . (sebutkan)
4. . . . . . . . . . . . . . . . . . (sebutkan)
5. dst. . . . . . . . . . . . . . (sebutkan)

22
Selanjutnya uraikan secara singkat tetapi jelas, tugas setiap penyelenggara
kegiatan pembinaan tersebut dalam Rencana Pembinaan.

Contoh uraian tugas penanggung jawab dan pelaksana kegiatan pembinaan


desa binaan disajikan pada Lampiran 4.

F. Rencana Pembiayaan
Bagian ini memuat estimasi pembiayaan kegiatan selama lima tahun, yaitu
besar dana setiap kegiatan, jadwal penggunaan dana, serta sumber dana.

Rencana pembiayaan kegiatan dituangkan kedalam tabel dengan contoh


format pada Lampiran 5 (untuk RPL) serta pada Lampiran 6 (untuk RKT tahun
2015) dan Lampiran 7 (untuk RKT tahun 2017).

Pembinaan desa binaan di daerah penyangga kawasan konservasi


membutuhkan dukungan pendanaan yang memadai. Oleh karenanya, selain
dianggarkan dalam APBN bidang KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, baik di Direktorat Kawasan Konservasu maupun di UPT, kegiatan
ini seyogyanya dipadukan dengan program pemberdayaan masyarakat
pemerintah daerah, sektor, dan mitra kerja, baik pengusaha maupun lembaga
swadaya masyarakat.
Selain itu, UPT harus proaktif melakukan koordinasi dengan perangkat desa
dan mengikuti musyawarah desa (MUSDES) guna memastikan bahwa
kegiatan pembinaan/pemberdayaan masyarakat desa di daerah penyangga
kawasan konservasi di wilayahnya mendapat perhatian serius para pihak
sehingga menjadi salah satu program prioritas desa yang bersangkutan.

23
BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi pemberdayaan masyarakat desa binaan di daerah


penyangga kawasan konservasi ditujukan untuk memastikan terselenggaranya
konsistensi antara kebijakan dan rencana dengan pelaksanaan dan tingkat
keberhasilan kegiatan. Dalam proses ini terdapat pekerjaan membandingkan
antara realisasi yang telah dilakukan (hingga saat monitoring dan evaluasi),
dengan target yang seharusnya terjadi menurut rencana dalam RPL atau RKT.

Monitoring dan evaluasi merupakan suatu fungsi internal dalam suatu kegiatan
atau dalam suatu organisasi. Evaluasi merupakan rangkuman hasil pengukuran
capaian kinerja secara menyeluruh selama periode tahun berjalan, atau beberapa
tahun sebelumnya. Selain menilai realisasi pelaksanaan, evaluasi juga menilai
aspek-aspek efisiensi, efektivitas, dan capaian manfaat (outcomes) yang
ditetapkan dalam Rencana Strategi (Renstra). Keseluruhan capaian kinerja
tersebut merupakan ukuran keberhasilan manajemen (UPT KSDAE) dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya, termasuk dalam kegiatan pembinaan/
pemberdayaan masyarakat desa binaan di daerah penyangga kawasan
konservasi.

A. Monitoring
Monitoring adalah pengumpulan data dan informasi yang dilakukan secara
terus menerus sepanjang kegiatan (selama siklus program, dalam hal ini lima
tahun), yang disesuaikan dengan tahapan proses dalam rencana, baik fisik,
sumber daya, maupun waktu. Data dan informasi hasil monitoring digunakan
untuk menginformasikan kemajuan kegiatan guna kepentingan pengendalian
oleh manajemen.

Kegiatan monitoring harus bisa menjawab:


Apa, Siapa, Kapan, Seberapa Banyak ?

1. Tujuan monitoring
Tujuan pokok monitoring pembinaan/pemberdayaan masyarakat desa
binaan di daerah penyangga kawasan konservasi adalah untuk:
a. Mengetahui perkembangan/tingkat kemajuan kegiatan.
b. Mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan yang sedang berjalan.
c. Membantu pekerjaan tercatat dalam jalurnya serta manajemen
mudah mendeteksi, mengetahui, dan mengoreksi kemungkinan
terjadinya penyimpangan.
d. Memberikan pembelajaran dan umpan balik secara dini berupa
tindakan-tindakan korektif bila terjadi kesalahan atau penyimpangan.

24
e. Mengetahui adakah hal-hal yang perlu disesuaikan untuk perbaikan
program (kegiatan secara keseluruhan).
f. Mencegah atau mencarikan solusi atas permasalahan yang dihadapi.
g. Menumbuhkan pengawasan melekat/pengendalian manajemen
menuju tata kelola yang baik.

2. Sasaran monitoring
Sasaran monitoring, baik di tingkat lokal maupun di tingkat manajemen
pusat, adalah:
a. Seluruh desa yang menjadi lokasi binaan UPT KSDAE.
b. Seluruh jenis kegiatan (mulai dari persiapan, perencanaan, hingga
implementasi).
c. Seluruh unsur masukan (inputs), keluaran (outputs), proses, dan
tujuan antara kegiatan, termasuk permasalahan (jika ada) dan solusi
yang dilakukan.

3. Ruang lingkup dan tahap kegiatan monitoring


a. Merancang sistem untuk mengumpulkan data dan informasi yang
berhubungan dengan indikator pembinaan/pemberdayaan yang telah
ditetapkan;
b. Mengumpulkan dan mencatat informasi progres kegiatan pembinaan.
c. Menganalisis data dan informasi yang diperoleh.
d. Menggunakan data dan informasi untuk kepentingan manajemen.

4. Metoda/mekanisme monitoring
Monitoring dapat dilakukan dengan berbagai cara, disesuaikan dengan
situasi dan kondisi. Monitoring di tingkat lapangan dapat dilakukan
dengan cara diskusi langsung secara intensif bersama para anggota
kelompok binaan, stakeholder yang terlibat, dan/atau dengan presentasi
kegiatan oleh pelaksana dan penerima manfaat.

Cara ini perlu didukung oleh data dan informasi dari hasil pengukuran,
pemotretan, dan pencatatan/pelaporan.

5. Waktu pelaksanaan dan penyeleggara monitoring


Pelaksanaan monitoring oleh tingkat manajemen lokal dilakukan secara
intensif setiap bulan, sedangkan oleh tingkat manajemen pusat dilakukan
dalam setiap pelaksanaan kegiatan yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan rancangan yang telah ditetapkan.

Selain oleh UPT dan Pusat, monitoring dimungkinkan untuk dilakukan


oleh para pihak berkewenangan. Disamping itu, kelompok dan
pendampingnya juga harus melakukan monitoring internal secara rutin
sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian pelaksanaan akan diketahui
sedini mungkin dan segera diperbaiki.

6. Acuan monitoring
Pelaksanaan monitoring mengacu pada :
a) DIPA UPT dan DIPA pusat;
b) Rencana (RPL, RKT) Pembinaan/Pemberdayaan Desa Binaan di
Daerah Penyangga Kawasan Konservasi yang bersangkutan;

25
c) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Program KSDAE Tahun 2015-2019.
d) Norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK), baik pedoman,
petunjuk teknis, prosedur kerja, dan lain-lain, misalnya Indikator
Kegiatan Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga;
e) Laporan rutin kemajuan kegiatan (bulanan, tahunan);
f) Hasil monitoring yang telah dilakukan sebelumnya (jika ada);
g) Self assessment.

7. Pencatatan hasil monitoring


Hasil monitoring adalah data dan informasi yang dikelompokkan kedalam:
a) Hasil Monitoring Output;
b) Hasil Monitoring Permasalahan;
c) Hasil Monitoring Tingkat Pencapaian Kegiatan.

Data dan informasi hasil monitoring dicatat dalam tabel dengan contoh
format tabel pada Lampiran 8 hingga Lampiran 10.

Sebagai acuan teknis lebih lanjut, “Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi
Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi” agar
digunakan sebagai pelaksanaan monitoring pembinaan desa binaan.

B. Evaluasi
Evaluasi kegiatan pembinaan desa binaan di daerah penyangga kawasan
konservasi merupakan suatu penilaian menyeluruh atas pencapaian kinerja
pembinaan desa binaan. Oleh karenanya, sasaran evaluasi lebih luas dari
pada sasaran monitoring, dan keseluruhan capaian kinerja tersebut
merupakan salah satu ukuran keberhasilan manajemen (UPT KSDAE).

Evaluasi dilakukan antara lain dengan membandingkan apa yang dihasilkan


(actual project) secara keseluruhan terhadap apa yang direncanakan,
menganalisisnya, serta menghitung tingkat capaiannya. Tingkat capaian
dinyatakan dalam ukuran kuantitatif berdasarkan indikator yang ditetapkan,
baik indikator masukan, indikator keluaran, maupun indikator manfaat.

Kegiatan evaluasi harus bisa menjawab:


Apa yang Terjadi, Bagaimana, Mengapa, Apakah Cukup Layak,
Berapa Besar Tingkat Keberhasilannya ?

1. Tujuan evaluasi
Tujuan akhir evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat capaian kinerja
atau tingkat keberhasilan pembinaan selama periode tahun berjalan atau
beberapa tahun sebelumnya, serta tingkat kontribusi kegiatan terhadap
capaian outcome yang ditetapkan dalam Rencana Strategi (Renstra).
Hasil evaluasi dapat:
− memperlihatkan rincian proses kegiatan yang telah dilakukan, apa
yang telah diselesaikan, dan bagaimana menyelesaikannya;
− secara sumatif − digunakan sebagai pembelajaran dari sebuah proyek
yang lengkap atau organisasi yang sudah lama tidak berfungsi;
26
− memastikan pertanggungjawaban para penyelenggara kegiatan (yang
diatur dalam rencana) kepada pihak-pihak yang berkewenangan;
− evaluasi keseluruhan (evaluasi akhir) juga digunakan untuk
mengetahui apakah kegiatan yang selama ini dilaksanakan perlu
dilanjutkan atau harus diberhentikan karena satu dan lain hal.

2. Sasaran evaluasi
Berdasarkan jenis kegiatan, sasaran evaluasi, baik yang dilakukan oleh
manajemen lokal maupun oleh manajemen pusat, adalah seluruh jenis
kegiatan (mulai dari perencanaan hingga pengawasan, termasuk
permasalahan (jika ada) dan langkah yang dilakukan. Namun demikian,
pelaksanaan evaluasi harus disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan
kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam rencana.

Berdasarkan jadwal pelaksanaan kegiatan, evaluasi dapat dibagi kedalam


tiga kategori, yaitu: (1) evaluasi awal, (2) evaluasi pertengahan, dan (3)
evaluasi keseluruhan atau evaluasi akhir.

a) Evaluasi awal
Dilakukan pada tahap permulaan kegiatan (tahun pertama) mulai dari
perencanaan, yaitu menilai proses penyusunan rencana lima tahun
kedepan, hingga implementasi awal kegiatan, dengan tujuan untuk
menilai tingkat fungsi dan kelayakan dokumen rencana yang
dihasilkan serta progres kegiatan awal hingga pada saat evaluasi ini.

b) Evaluasi pertengahan
Dilakukan secara berkala 2 tahun hingga 4 tahun dengan tujuan
untuk menilai kegiatan yang dilaksanakan pada tahun ke 2-3-4
periode berjalan, mencakup output atau tingkat capaian kinerja yang
telah dilaksanakan, apakah kegiatan-kegiatan tersebut berhasil
mencapai tujuan-tujuan antara yang ditetapkan.

c) Evaluasi keseluruhan atau evaluasi akhir


Dilakukan lima tahun sekali atau menjelang kegiatan pembinaan
desa binaan suatu periode tertentu (lima tahun) berakhir. Evaluasi
bertujuan menilai tingkat keberhasilan kegiatan, termasuk pengaruh
kegiatan secara keseluruhan, baik positif maupun negatif, terhadap
aspek ekonomi, sosial budaya, serta aspek lingkungan dan
kelestarian kawasan konservasi. Artinya, sasaran evaluasi akhir
mencakup unsur-unsur masukan (inputs), keluaran (outputs), proses,
tujuan, serta efisiensi, efektivitas, dan manfaat (outcomes)..

3. Metoda/mekanisme evaluasi
Pelaksanaan evaluasi dilakukan dengan berbagai metoda, disesuaikan
dengan situasi dan kondisi. Untuk evaluasi di tingkat lapangan dapat
dilakukan dengan cara diskusi langsung secara intensif bersama para
anggota kelompok binaan, stakeholder yang terlibat, dan/atau dengan
presentasi kegiatan oleh pelaksana dan penerima manfaat.

Cara ini, baik di tingkat lapangan maupun di tingkat manajemen (pusat)


dan UPT harus didukung oleh data dan informasi dari hasil pengukuran,
pemotretan, dan pencatatan/pelaporan.
27
4. Waktu pelaksanaan dan pelaksana evaluasi
Evaluasi awal dilakukan pada tahun pertama (1 tahunan), evaluasi
pertengahan sekitar 2-3-4 tahunan, sedangkan evaluasi akhir pada tahun
kelima (5 tahunan).

Evaluasi awal dilaksanakan oleh UPT KSDAE, evaluasi pertengahan (2-


3-4 tahunan) oleh UPT KSDAE dan/atau pusat cq. Ditjen KSDAE, serta
evaluasi akhir (5 tahunan) oleh UPT KSDAE dan/atau pusat, yang
pelaksanaannya dikoordinasikan oleh pusat cq. Ditjen KSDAE.

Selain UPT dan Ditjen KSDAE, pihak yang berkewenangan dimungkinkan


untuk melakukan evaluasi yang dikoordinasikan pelaksanaannya oleh
Ditjen KSDAE atau UPT yang bersangkutan, serta evaluasi internal
dilakukan oleh kelompok dan oleh fasilitator/pendamping desa binaan.

5. Acuan evaluasi
Pelaksanaan evaluasi mengacu kepada:
a. DIPA UPT dan DIPA pusat;
b. Rencana (RPL, RKT) Pembinaan/Pemberdayaan Desa Binaan di
Daerah Penyangga Kawasan Konservasi yang bersangkutan;
c. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Program KSDAE Tahun 2015-2019.
d. Landasan hukum pelaksanaan program/kegiatan, termasuk norma,
standar, prosedur, dan kriteria (NSPK), baik pedoman, petunjuk
teknis, prosedur kerja, dan lain-lain, misalnya Indikator Keberhasilan
Kegiatan Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga;
e. Laporan rutin kemajuan kegiatan (bulanan, tahunan) dan laporan
khusus kegiatan (jika ada);
f. Hasil monitoring dan/atau evaluasi kegiatan yang telah dilakukan
sebelumnya (jika ada);
g. Self assessment.

6. Pencatatan hasil evaluasi


Hasil evaluasi adalah data dan informasi yang dikelompokkan kedalam:
a) Hasil Evaluasi Output:
1) evaluasi awal;
2) evaluasi pertengahan (tahun ke- 2,3,4);
3) evaluasi akhir (evaluasi tahun ≥ke-5);
b) Hasil Evaluasi Permasalahan;
c) Hasil Evaluasi Tingkat Pencapaian IKK.

Data dan informasi hasil evaluasi dicatat dalam tabel dengan contoh
format tabel pada Lampiran 11 hingga Lampiran 15.

Sebagai acuan teknis lebih lanjut, “Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi
Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi” agar
digunakan sebagai pelaksanaan evaluasi pembinaan desa binaan.

28
BAB VII
TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBINAAN DESA BINAAN

Rencana pembinaan desa binaan di daerah penyangga kawasan konservasi


merupakan serangkaian kegiatan yang disusun dengan ketentuan sebagai berikut.

A. Hierarki Rencana
Rencana pembinaan desa binaan memiliki hierarki sebagai berikut:
1. Rencana Pembinaan Lima Tahun (RPL), memuat rencana kegiatan
selama 5 tahun.
2. Rencana Kerja Tahunan (RKT), memuat rencana kegiatan selama satu
tahun, yang merupakan jabaran tahunan dari RPL.

B. Tata Cara Penyusunan

1. Pengumpulan data dan informasi awal


Rencana pembinaan desa binaan disusun dengan menggunakan data
dan informasi awal yang dihasilkan melalui perencanaan partisipatif
(PRA) melalui forum grup diskusi (FGD). Adapun metoda perencanaan
partisipatif disajikan pada Bab III.

2. Penyusunan, penilaian, dan pengesahan rencana

a. Penyusunan
Rencana pembinaan, baik RPL maupun RKT, disusun melalui FGD
secara partisipatif dengan melibatkan antara lain:
− Kelompok masyarakat desa binaan;
− Fasilitator/pendamping desa binaan dari UPT; serta
− Aparat desa.

FGD dilakukan dalam rangka mencari masukan kegiatan yang akan


dilaksanakan. Penentuan kegiatan pembinaan, antara lain meliputi:
1) penentuan jenis kegiatan/ jenis komoditas,
2) penentuan pendamping/fasilitator,
3) penentuan pelatihan,
4) pendanaan,
5) penanggung jawab dan pelaksana setiap jenis kegiatan,
6) penjadwalan.

Penyusunan dilakukan hingga ‘konsep rencana’ selesai.

b. Penilaian
Penilaian konsep rencana pada butir 2. a. dilakukan oleh:
- Kepala UPT KSDAE yang berkewenangan, menilai tentang
kebenaran dan keselarasan rencana pembinaan desa binaan dari

29
aspek pengelolaan kawasan konservasi, sumber daya, dan aspek
teknis operasional pembinaan desa binaan di daerah penyangga
kawasan konservasi.
- Sekretaris Desa atau Aparat Desa yang ditunjuk Kepala Desa,
menilai tentang kebenaran dan keselarasan rencana dari aspek
kependudukan, administrasi pemerintahan desa, dan aspek
pembangunan desa yang bersangkutan.

Konsep Rencana yang telah lulus penilaian, ditandatangani oleh para


penilai pada kolom yang tersedia di LEMBAR PENGESAHAN.

c. Pengesahan
Konsep rencana yang sudah dinilai dan telah ditandatangani para
penilai, disahkan menjadi RPL atau RKT oleh Kepala Desa yang
berkewenangan dengan membubuhkan Nama Terang, Tandatangan,
dan Cap Desa pada LEMBAR PENGESAHAN.

C. Format dan Muatan Rencana Pembinaan


Format dan muatan (isi) pokok rencana pembinaan adalah sebagai berikut:

1. Format Rencana
Garis besar format rencana pembinaan desa binaan di daerah penyangga
kawasan konservasi disajikan pada Lampiran 16. Format terdiri dari:

a. Bagian depan (cover):


− Kop (nama dan, jika ada, logo) Kelompok Binaan
− Judul dan Tahun Kegiatan
− Identitas Kelompok Binaan

b. Bagian pembuka:
− Lembar Pengesahan
− Kata Pengantar
− Susunan Tim Penyusun
− Daftar Isi, termasuk Daftar Tabel, Daftar Gambar (jika ada), dan
Daftar Lampiran

c. Bagian isi:
Uraian mengenai masing-masing Bab (mulai Pendahuluan hingga
Penutup). Outline bagian isi sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Landasan Hukum
C. Tujuan dan Manfaat
D. Ruang Lingkup
E. Indikator Keberhasilan
F. Batasan dan Pengertian

30
BAB II. PROFIL KAWASAN KONSERVASI DAN PROFIL DESA
BINAAN
A. Profil Kawasan Konservasi
B. Profil Desa Binaan
C. Profil Kelompok Binaan

BAB III. RENCANA KEGIATAN PEMBINAAN


A. Tahun Kegiatan
B. Jenis, Volume, dan Lokasi Kegiatan
C. Pembiayaan Kegiatan (jumlah dan sumber biaya masing-
masing jenis kegiatan)
D. Penanggungjawab dan Pelaksana
E. Jadwal Kegiatan

BAB IV. PENUTUP

d. Bagian penutup:
Berisi lampiran-lampiran yang relevan dengan teks/bagian sebelumnya.

2. Muatan (Konten) Rencana


Muatan (konten) Rencana Pembinaan Desa Binaan di Daerah
Penyangga Kawasan Konservasi (masing-masing Bagian pada butir 1
diatas) adalah sebagai berikut.

a. Bagian depan (cover):


Contoh format cover untuk RPL disajikan pada Lampiran 17 dan
untuk RKT pada Lampiran 18.

b. Bagian pembuka:
Ketentuan pengisian bagian pembuka disajikan pada Lampiran 19
dengan contoh format Lembar Pengesahan untuk RPL pada
Lampiran 20 dan untuk RKT pada Lampiran 21.

c. Bagian isi:

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Landasan Hukum
C. Tujuan dan Manfaat
D. Ruang Lingkup
E. Indikator Keberhasilan
F. Batasan dan Pengertian
Uraian/penjelasan masing-masing Sub Bab (Bab I) disajikan
pada Lampiran 22.

BAB II. PROFIL KAWASAN KONSERVASI DAN PROFIL DESA


BINAAN
A. Profil Kawasan Konservasi
31
B. Profil Desa Binaan
C. Profil Kelompok Binaan
Uraian/penjelasan masing-masing Sub Bab (Bab II) disajikan
pada Lampiran 23 hingga Lampiran 25.

BAB III. RENCANA KEGIATAN PEMBINAAN


A. Tahun Kegiatan
B. Jenis, Volume, dan Lokasi Kegiatan
C. Pembiayaan Kegiatan (jumlah dan sumber biaya masing-
masing jenis kegiatan)
D. Penanggungjawab dan Pelaksana
E. Jadwal Kegiatan
Uraian/penjelasan masing-masing Sub Bab (Bab III) disajikan
pada Lampiran 26.

BAB IV. PENUTUP


Uraian/penjelasan Bab ini disajikan pada Lampiran 27.

d. Bagian penutup:
Penjelasan bagian ini disajikan pada Lampiran 28.

32
B A B V II
PENUTUP

Petunjuk teknis ini merupakan acuan penyusunan Rencana Pembinaan Desa


Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi, baik Rencana Pembinaan
Lima Tahun (RPL) maupun Rencana Kerja Tahunan (RKT).

Banyak faktor yang mempengaruhi perencanaan dan keberhasilan implementasi


kegiatan pembinaan desa binaan di daerah penyangga, baik teknis non-teknis,
internal eksternal, maupun faktor pendorong dan penghambat. Oleh karenanya,
dalam penerapan petunjuk teknis ini masih sangat mungkin dijumpai kesulitan
atau hambatan.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Kepala UPT KSDAE – disamping melakukan


sosialisasi dan koordinasi secara proaktif, agar menindaklanjuti petunjuk teknis ini
dan menjabarkan kedalam petunjuk praktis, standard operating prosedure (SOP),
atau petunjuk pelaksanaan lainnya, yang memuat penjabaran lebih rinci dan lebih
jelas bagi para perencana dan para pelaksana lapangan.

33
LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh Perencanaan Pembinaan/ Pemberdayaan Masyarakat
Secara Partisipatif

1. AWAL YANG MENENTUKAN


Perencanaan merupakan tahap awal yang penting dan menentukan
keberhasilan pemberdayaan masyarakat. Perencanaan secara partisipatif
adalah model perencanaan dari bawah (bottom up). Perencanaan dimulai
dengan diskusi tentang sumberdaya alam di sekitarnya hingga menemukan
solusi yang mudah dimengerti oleh masyarakat.

Keterlibatan masyarakat dimulai sejak identifikasi komoditas penting,


penelusuran masalah dan sumber masalah, menentukan prioritas, pemilihan
strategi dan menentukan keberhasilan pemberdayaan. Data informasi
diperoleh sangat akurat karena didapat langsung dari masyarakat yang
menjadi pelaku atau pengguna sumberdaya alam. Proses perencanaan
secara partisipatif menghasilkan strategi pemberdayaan yang legitimate
(dapat diterima masyarakat).

2. METODE PERENCANAAN
Metode perencanaan yang diadopsi dari metode Kerangka 5-S (The Five S
Framework for Site Conservation) yang dipublikasikan oleh The Nature
Conservancy tahun 2000. Untuk keperluan perencanaan pemberdayaan
masyarakat dilakukan modifikasi metode Kerangka 5-S tersebut. Mekanisme
perencanaan secara partisipatif dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

KETERANGAN
Tahap 1 : Identifikasi komoditas penting di desa
Tahap 2 : Diskusi masalah dan sumber masalah
Tahap 3 : Menentukan para pihak yang terlibat
Tahap 4 : Menentukan strategi pengembangan ekonomi
Tahap 5 : Menentukan ukuran sukses pemberdayaan

34
3. PELAKSANAAN PERENCANAAN

a. PERSIAPAN
Perencanaan secara partisipatif berlangsung selama sehari sejak jam
8.00-17.00. Proses perencanaan dipandu oleh tim yang terdiri dari 4
orang (seorang moderator, seorang asisten moderator, seorang notulen,
seorang fotografer dan seorang yang mengurus makanan dan minuman)
selama diskusi. Untuk memudahkan perekaman data diperlukan alat
peraga yang disiapkan sebelum tim turun ke desa.

Peserta diskusi yang diundang ± 40 orang dari warga desa tanpa


membedakan jenis kelamin, status sosial dan mata pencahariannya.
Peserta diskusi diutamakan warga yang dan bisa berkomunikasi dalam
bahasa Indonesia. Selama diskusi disediakan satu kali makan siang dan
dua kali rehat dengan kue/ makanan ringan dan minuman kopi/teh.
Peserta akan mendapat uang saku sebagai pengganti penghasilan yang
hilang selama sehari. Makanan dan minuman dipesan sehari sebelumnya
bersamaan dengan penyebaran undangan ke warga desa.

Diskusi dilakukan di Balai desa atau ruang kelas dengan kursi duduk
cukup untuk 40 orang dan papan tulis di bagian depan. Jika tidak ada
tempat demikian, diskusi dapat dilaksanakan di ruang terbuka di bawah
pohon rindang. Peserta dapat duduk beralas tikar, papan tulis bisa
digantikan lembaran kertas buram yang digantung pada papan kayu.

b. ALAT PERAGA YANG DIPERLUKAN

35
36
c. PRAKTEK PERENCANAAN SECARA PARTISIPATIF

(1) Memperkenalkan diri


Semua alat peraga diletakkan di bagian depan ruangan. Sebelum
memulai diskusi tim pelaksana memperkenalkan dengan peserta
diskusi. Pertama, moderator memperkenalkan diri dengan
menyebutkan nama tim dengan alamat yang jelas serta nama
anggota tim satu per satu. Kedua, moderator menyampaikan tujuan
program pemberdayaan dan menyebutkan dari mana asal dana
bantuan pemberdayaan.

Moderator tidak diperkenankan menjanjikan apa-apa karena


tugasnya hanya merencanakan kegiatan perencanaan saja.
Berikutnya peserta diberi kesempatan memperkenalkan diri. Satu per
satu peserta berdiri sambil menyebut nama, alamat dan kegiatan
sehari-harinya. Sementara itu anggota tim pelaksana yang lain
membagikan alat tulis (kertas HVS ukuran A5 dan spidol kecil) serta
makanan dan minuman teh/kopi.

Selanjutnya moderator menjelaskan bahwa diskusi akan berlangsung


sehari mulai jam 8.00-17.00. Sampaikan pada peserta bahwa mereka
akan mendapat uang penganti penghasilan yang hilang selama
mengikuti diskusi. Lalu buatlah kesepakatan dengan peserta bahwa
mereka bersedia mengikuti acara diskusi hingga selesai. Seandainya
ada yang tidak sanggup dipersilahkan meninggalkan tempat.

(2) Pelaksanaan diskusi

Tahap 1. Idenfikasi komoditas penting dan trend perkembangan


komoditas

a. Pemilihan komoditas penting


Pertanyaan moderator tentang komoditas penting yang ada di
desa ini. Mintalah agar mereka memilih satu komoditas penting di
desa dan mendiskripsikan komoditas pilihannya. Pilihan peserta
ditulis di kertas ukuran A5 lalu dikumpulkan. Selanjutnya asisten
moderator melakukan seleksi ke 40 lembar kertas yang
terkumpul dan memilih 8 komoditas yang terbanyak pemilihnya.

Tabel 1. Daftar ke 8 komoditas yang terbanyak pemilihnya.

No. KOMODITAS DISKRIPSI PEMILIH


(orang)
1
2
3
4
5
6
7
8

37
b. Trend perkembangan komoditas
Moderator membagi peserta dalam 8 kelompok sehingga
masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang. Perintahkan agar
peserta untuk merubah formasi tempat duduk agar berkelompok
dan saling berhadapan. Tugaskan agar setiap kelompok adalah
membahas 1 komoditas. Bagikan kertas warna-warni dibawah ini
pada setiap kelompok.

Gambar dibawah ini untuk memeriksa trend perkembangan dari


ke 8 komodisi pada T (saat ini); T-10 (sepuluh tahun yang lalu)
dan T+10 (sepuluh tahun yang akan datang). Warna-warni kertas
menunjukkan kondisi komoditas, warna hijau tua (sangat baik),
hijau muda (baik); kuning (sedang); dan merah (tidak baik).

SANGAT BAIK

BAIK

SEDANG

TIDAK BAIK

T-10 T T+10

Misalkan komoditas kelapa yang menjadi topik diskusi.


Moderator meminta peserta membandingkan produksi kelapa
pada saat ini (T) dengan produksi kelapa 10 tahun yang lalu (T-
10) dan menduga produksi kelapa 10 tahun mendatang (T+10).
Lalu tarik garis (trend) yang menghubungkan titik-titik yang
terpilih. Dengan cara yang sama semua komoditas diidentifikasi
trend produktivitasnya selama 20 tahun.

KELAPA

SANGAT BAIK Artinya:


Kelapa pada saat ini (T) pada kondisi
BAIK baik, 10 tahun yang lalu (T-10) sangat
baik, dan10 tahun mendatang (T+10)
SEDANG diprediksi turun menjadi sedang.
Alasan: pohon kelapa saat ini kena
TIDAK BAIK
serangan hama dan tidak ada
peremajaan sehingga produktivitas
akan turun.

T-10 T T+10

Selanjutnya moderator menjelaskan arti gambar dari semua


komoditas hasil diskusi para peserta. Informasi tentang trend
setiap komoditas akan dibahas pada tahap 2 ‘Diskusi tentang
masalah dan sumber masalah’.

38
Tahap 2. Diskusi tentang masalah & sumber masalah

a. Diskusi tentang masalah


Moderator menjelaskan setiap komoditas akan ditelusuri
masalahnya. Setiap kelompok diminta menuliskan penyebab
perubahan komoditas sebagai masalah pada kertas A5. Setiap
masalah diletakkan mengelilingi komoditas yang dibahas. Lalu
tempatkan panah hitam yang menghubungkan antara masalah
dengan komoditas. Pemilihan panah tergantung besar-kecilnya
kontribusi dari masalah tersebut. Jika masalah itu besar letakkan
panah dengan nomor no.4 atau panah nomor 1 pada masalah
kecil. Panah berwarna hitam tersebut menunjukkan bobot dari
masalah.

b. Diskusi tentang sumber masalah


Moderator meminta peserta untuk menelusuri ‘sumber masalah’
dari ‘masalah’ yang telah teridentifikasi sebelumnya. Dibawah ini
dapat dilihat hasil penelusuran ‘sumber masalah’ pada komoditas
kelapa.

Setelah peserta menyelesaikan Tahap 1 dan 2, anggota tim pelaksana


dapat merekapitulasi hasil diskusi seperti pada tabel berikut ini.
39
Tabel 2. Rekapitulasi pembobotan komoditas, masalah, dan sumber
masalah.

ANCAMAN
BO BOT

BO BOT

(a x b)
NILAI
(a)

(b)
KOMODITAS MASALAH SUMBER MASALAH

KELAPA Hasil panen turun 2 Tenaga kerja mahal 3 6


Pohon sudah tua 2 4
Kerusakan kebun
3 Serangan hama daun 3 9
kelapa
Tidak pengendalian hama 2 6
Tidak tersedia
1 3
pestisidanya
Tidak ada tanaman Kebun ditebang untuk
1 2 2
baru pemukiman
Tidak menguntungkan 1 1

dst

Tabel diatas masih belum dapat dianalisis, maka dilakukan penyusunan


data kembali dalam bentuk Matriks hubungan antara ‘komoditas dengan
‘sumber masalah’.

Tabel 3. Matriks hubungan antara sumber masalah dengan komoditas.


KOMODITI

ANCAMAN
3.----------

4.----------

5.----------

6.----------

7.----------

8. ---------
2.---------
1.Kelapa

SUMBER MASALAH

BOBOT
Tenaga kerja mahal 6
Pohon sudah tua 4
Serangan hama daun 9
Tidak pengendalian hama 6
Tidak tersedia pestisidanya 3
Kebun ditebang untuk 2
pemukiman
Tidak menguntungkan 1

BOBOT PRIORITAS KOMODITI

KETERANGAN
: Arah penjumlahan ke samping
: Arah penjumlahan ke bawah

40
Lakukan penjumlahan bobot ke arah samping dan ke bawah maka
lakukan pemilihan 3 peringkat bobot tertinggi pada kolom ‘bobot
ancaman’ dan pada baris ‘bobot prioritas Komoditas.

Tahap 3. Menentukan para pihak (stakeholder) yang terlibat


Pada tahap ini peserta dikumpulkan kembali pada posisi semula
dalam satu forum diskusi. Moderator menjelaskan hasil diskusi tahap
2 bahwa didapatkan 3 peringkat bobot ancaman teringgi dari ‘sumber
masalah’. Pada ke tiga ‘sumber masalah’ tersebut akan diselusuri
para pihak yang terlibat.

Tabel 4. Matriks hubungan antara sumber masalah dengan


komoditas.

PARA PIHAK (STAKEHOLDER) MOTIVASI

a. Pada Sumber Masalah --------------------------------------------------------------


 Sebutkan -----------------------------  Sebutkan ----------------------------
 Sebutkan -----------------------------  Sebutkan ----------------------------
 Sebutkan -----------------------------  Sebutkan ----------------------------
 Sebutkan -----------------------------  Sebutkan ----------------------------

b. Pada Sumber Masalah --------------------------------------------------------------


 Sebutkan -----------------------------  Sebutkan ----------------------------
 Sebutkan -----------------------------  Sebutkan ----------------------------
 Sebutkan -----------------------------  Sebutkan ----------------------------
 Sebutkan -----------------------------  Sebutkan ----------------------------

c. Pada Sumber Masalah --------------------------------------------------------------


 Sebutkan -----------------------------  Sebutkan ----------------------------
 Sebutkan -----------------------------  Sebutkan ----------------------------
 Sebutkan -----------------------------  Sebutkan ----------------------------
 Sebutkan -----------------------------  Sebutkan ----------------------------

 dst  dst

Tahap 4. Menentuan strategi pengembangan ekonomi

Prinsip penyusunan strategi pengembangan ekonomi diarahkan pada


penanganan ‘sumber masalah’ dan pengembangan ‘Komoditas.
Penanganan ‘sumber masalah’ terkait dengan tindakan pemulihan
sumberdaya yang harus dilakukan. Sedang pengembangan
‘Komoditas diarahkan agar masyarakat dapat memproduksi
komoditas dan menjual komoditas ke pasar.

Sebagai ilustrasi, komoditas budidaya seperti buah dan sayuran


umumnya tidak tahan lama. Kondisi infrastruktur perdesaan buruk
menyebabkan petani tidak dapat menjual ke pasar. Jika saat panen
41
tiba harga produk pertanian jatuh atau sama sekali tidak ada
harganya karena dibiarkan tertumpuk dan membusuk. Fenomena ini
mengakibatkan posisi tawar petani lemah. Jika akan mengembangkan
komoditas yang mudah busuk maka diperlukan pengolahan menjadi
produk yang tahan lama dan mudah dibawa ke pasar.

Tabel 5. Stategi Pengembangan Ekonomi Desa

STATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI DESA

1. Penanganan ‘Sumber Masalah’


PROGRAM KEGIATAN
a. -------------------------------------------- 1. -------------------------------------------------
2. -------------------------------------------------
3. -------------------------------------------------
b. -------------------------------------------- 1. -------------------------------------------------
2. -------------------------------------------------
3. -------------------------------------------------
c. -------------------------------------------- 1. -------------------------------------------------
2. -------------------------------------------------
3. -------------------------------------------------

2. Pengembangan ‘Komoditas’

PROGRAM KEGIATAN
a. -------------------------------------------- 1. -------------------------------------------------
2. -------------------------------------------------
3. -------------------------------------------------
b. -------------------------------------------- 1. -------------------------------------------------
2. -------------------------------------------------
3. -------------------------------------------------
c. -------------------------------------------- 1. -------------------------------------------------
2. -------------------------------------------------
3. -------------------------------------------------

Tahap 5. Menentukan ukuran sukses pemberdayaan

Moderator mengarahkan peserta diskusi untuk memperhatikan


Strategi Pengembangan Ekonomi Desa pada baris ‘pengembangan
Komoditas dan kolom ‘kegiatan’. Untuk mendapatkan indikator
sukses pemberdayaan pada setiap peserta diminta membayangkan
jika program-program tersebut benar-benar dilaksanakan.
Pertanyaan yang diajukan moderator: ‘Apa yang bisa dijadikan
ukuran sukses/ keberhasilan pada setiap kegiatan tersebut’?. Hasil
penelusuran disajikan pada tabel 6 berikut ini.

42
Tabel 6. Stategi Pengembangan Ekonomi Desa

KEGIATAN INDIKATOR SUKSES/ KEBERHASILAN


1) ---------------------------------------------- ------------------------------------------
2) ---------------------------------------------- ------------------------------------------
3) ---------------------------------------------- ------------------------------------------
4) ---------------------------------------------- ------------------------------------------
5) ---------------------------------------------- ------------------------------------------
6) ---------------------------------------------- --------------------------------------
7) ---------------------------------------------- --------------------------------------

dst ---------------------------------------------

Tahap 6. Menentukan ukuran sukses pemberdayaan

Diskusi memasuki tahap akhir yakni pembentukan kelompok peserta


pemberdayaan. Setiap kelompok yang terdiri dari 5 s/d 10 KK (kepala
keluarga) yang akan bersama-sama meningkatkan kesejahteraan,
mengatasi penyebab hambatan dan saling memperkuat satu sama
lain. Setiap kelompok akan melaksanakan 1 kegiatan pengembangan
‘Komoditas disesuaikan dengan dana bantuan yang tersedia. Melalui
mekanisme dana bergulir pemberdayaan akan dilanjutkan pada
kelompok berikutnya dengan kegiatan pengembangan ‘komoditas lain.

Strategi pemberdayaan yang didapat pada Tahap4 juga merupakan


rencana pemberdayaan jangka panjang (selama 4-5 tahun kedepan).
Setiap kegiatan dari program pengembangan komoditas akan
dilaksanakan oleh satu kelompok kerja sebagai angkatan I. Setelah
kegiatan pemberdayaan angkatan I berjalan 1-2 tahun, dana bantuan
akan digulirkan untuk angkatan II. Dan saterusnya hingga ke kegiatan
3, 4, 5. Setelah diskusi tahap 6 ini akan diperoleh kesepakatan kelompok-
kelompok kerja yang akan melaksanakan ke-5 dari program pengembangan
komoditas. Susunan kelompok kerja dari program pengembangan
komoditas dapat dilihat pad Tabel 7.

Tabel 1. Daftar ke 8 komoditas yang terbanyak pemilihnya.

Kegiatan Pengembangan Kelompok


Komoditas Bobot
Komoditas Kerja

a. ................... ........ ..................... ..................... ....................


b. ................... ........ ..................... ..................... ....................
c. ................... ........ ..................... ..................... ....................
d. ................... ........ ..................... ..................... ....................
e. ................... ........ ..................... ..................... ....................

43
Lampiran 2. Beberapa Contoh Jenis Kegiatan Pembinaan, Lingkup Penguatan Kapasitas masyarakat Pemberian Akses
Pemanfaatan KSA dan KPA (Referensi: PP nomor 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan KSA dan KPA)

Jenis Kegiatan Aspek / Jenis Kegiatan


No.
Pembinaan Ekologi Ekonomi Sosial
1 2 3 4 5

V 1. Pembentukkan kelompok binaan. V


2. Penguatan ketrampilan anggota
V kelompok.
3. Penguatan pengelolaan organisasi
V kelompok.
4. Gerakan penanaman lahan kritis. V V
5. Gerakan kali bersih. V V
6. Pengelolaan limbah rumah tangga. V V
7. Gerakan penanaman kayu dan
buah-buahan, V V
PENGUATAN
I. KAPASITAS : 8. Pembuatan biogas limbah ternak V
9. Pengembangan produk komoditas
pertanian.
10. Pengembangan produk komoditas
perikanan
11. Pengembangan produk komoditas
peternakan
12. Pengembangan produk komoditas
pekerbunan
13. Pengembangan produk komoditas
kehutanan

44
Lampiran 2. Sambungan .....

Jenis Kegiatan Aspek / Jenis Kegiatan


No. Pembinaan Ekologi Ekonomi Sosial
1 2 3 4 5
14. Pengembangan produk
kepariwisataan (homestay,
kuliner, souvenir, dan lain-lain)
PENGUATAN
KAPASITAS 15. Gerakan penanaman kayu dan
I.
(lanjutan) buah-buahan
16. Penguatan jejaring kelompok
dst ................................................... dst ................................................ dst ...........................................
1. Bibit untuk penangkaran/
budidaya tumbuhan alam :
(bambu, rotan, tumbuhan hias,
tumbuhan obat-obatan, dll)
2. Bibit untuk penangkaran/
budidaya satwa liar:
(burung, lebah madu, kupu-
kupu, ikan hias, reptil, dll)
AKSES 3. Pemanfaatan air dan energi air
II. PEMANFAATAN
4. Pemanfaatan HHBK (madu
KSA DAN KPA : lebah, rumput)
5. Pemandu, porter, fotografer di
obyek wisata TN/TWA
6. Pengusahaan pariwisata alam
7. Perburuan terbatas satwa tidak
V
dilindungi
dst ................................................... dst ................................................ dst ...........................................

45
Lampiran 3. Contoh Tabel Jenis Kegiatan Setiap Indikator dalam Rencana
Pembinaan Desa Binaan
(Contoh ini menggunakan IKK Program KSDAE2015-2019; dalam
RPL dan RKT gunakan IKK Desa Binaan)

Jenis Kegiatan Setiap Indikator pada IKK Pembinaan Desa Binaan di Daerah
Penyangga Kawasan CA/SM/TN/TWA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ,
Desa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , Tahun 2015-2019

No Tahun Pelaksanaan
Indikator Kegiatan
. 2015 2016 2017 2018 2019
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Indikator 1: 1) Pembentukkan/penguat-
Meningkatnya ∑ an kapasitas Kelompok V V V
anggota/kelompok Binaan
masyarakat peduli 2) Gerakan bersih
terhadap lingkungan V V
konservasi
kawasan ....................
2. Indikator 2: 3) Pengembangan proses
Meningkatnya produksi komoditas xx V V V V V
pendapatan (kelapa/ ikan lele/ dll)
kelompok yang 4) Peningkatan mutu
dibina (melalui produksi cenderamata V V
pengembangan
usaha ekonomi) ....................
3. Indikator 3: 5) Pembentukkan/penguat-
Menurunnya ∑ an Kelompok ‘Penga- V V V
orang berinteraksi man Hutan Swakarsa’
negatif dan/atau ....................
melakukan
pelanggaran terha- ....................
dap KK ....................
4. Indikator 4: 6) Pelatihan pemandu
V V
Meningkatnya wisata alam
kegiatan ekonomi 7) Pelatihan pengembang-
produktif dgn usaha an obyek dan daya tarik V
mencirikan desa wisata alam
konservasi (∑orang
berkesempatan 8) Pengelolaan limbah
ternak menjadi biogas V
kerja dan/atau
∑usaha) dst . . . . . . . . . . . . . . . . . .
......................

46
Lampiran 4. Contoh Tabel Uraian Tugas Penanggung Jawab dan Pelaksana
Kegiatan Pembinaan Desa Binaan

Uraian Tugas Pokok Penanggung Jawab dan Pelaksana Kegiatan Pembinaan


Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan CA/SM/TN/TWA . . . . . . . . . . . . . ,
Desa . . . . . . . . . Tahun . .

No. Penyelenggara Tugas Pokok Keterangan

1 2 3 4

1. Penanggung Jawab
Kegiatan (Kepala UPT)
2. Penanggung Jawab
Teknis Operasional
(Kabid/Kasi Wil. UPT)
3. Ketua Kelompok
4. Sekretaris Kelompok
5. Bendahara Kelompok
6. Pokja 1:
6. 1. Ketua Pokja 1
6. 2. Anggota Pokja 1:
1) . . . . . . . . . . . . . . .
2) . . . . . . . . . . . . . . .
3) dst . .........
7. Pokja 2:
7. 1. Ketua Pokja 1
7. 2. Anggota Pokja 1:
1) . . . . . . . . . . . . . . .
2) . . . . . . . . . . . . . . .
3) dst . .........
8. Pokja 3: dst . . . . . . . . . .

47
Lampiran 5. Contoh Tabel Rencana Fisik dan Keuangan dalam Rencana Lima Tahun (RPL) Kegiatan Pembinaan Desa Binaan

Rencana Fisik dan Keuangan Kegiatan Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi CA/SM/TN/TWA . . . . . ,
Desa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , Kelompok . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Periode Tahun 2015-2019
Rencana Fisik Rencana Keuangan (Rp)
No. Kegiatan Sumber Dana
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 Jumlah 2015 2016 2017 2018 2019 Jumlah

1. Pembentukkan/ Angkatan UPT KSDAE,


penguatan kapasitas 1 1 1 3 x x x 3x
@ 30 org Desa, Mitra
Kelompok Binaan’
2. Gerakan bersih UPT KSDAE,
Paket 1 1 2 x x 2x
lingkungan Desa, Mitra
3. Pengembangan
proses produksi UPT KSDAE,
komoditas xx (kelapa/ Paket 1 1 2 3 2 9 x x xx xxx xx 9x
Desa, Mitra
ikan lele/ dll)
4. Peningkatan mutu
UPT KSDAE,
produksi Paket 1 1 2 x x 2x
Desa, Mitra
cenderamata
5. Pembentukkan/
Penguatan Kelompok UPT KSDAE,
‘Pengaman Hutan Paket 1 1 1 3 1 x x 3x
Desa, Mitra
Swakarsa’
6. Pelatihan pemandu Angkatan UPT KSDAE,
wisata alam 1 1 2 x x 2x
@ 30 org Desa, Mitra
7. Pelatihan
pengembangan Angkatan UPT KSDAE,
obyek dan daya tarik 1 1 x 1x
@ 30 org Desa, Mitra
wisata alam
8. Pengelolaan limbah UPT KSDAE,
ternak menjadi biogas Paket 1 1 x 1x Desa, Mitra
9. ............... UPT KSDAE,
Desa, Mitra

48
Lampiran 6. Contoh Tabel Rencana Fisik dan Keuangan dalam Rencana Kerja
Tahunan (RKT) Kegiatan Pembinaan Desa Binaan

Rencana Fisik dan Keuangan Kegiatan Pembinaan Desa Binaan di Daerah


Penyangga Kawasan Konservasi CA/SM/TN/TWA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ,
Desa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , Kelompok . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Tahun 2015

Rencana Fisik Rencana Keuangan


No. Kegiatan Jumlah
Satuan Volume Uang (Rp) Sumber Dana

1 2 3 4 6 7
1. Pembentukkan/ BB (Balai) TN / KSDA .......
penguatan kapasitas X1
Angkatan ...........................................
Kelompok Binaan’ 1
@ 30 org Sumber lain . . . .
X2 (sebutkan)
2. Pengembangan BB (Balai) TN / KSDA .......
proses produksi X1 ...........................................
Paket 1
kelapa
X2 Sumber lain . . . (sebutkan)
3. Pembentukkan
Lembaga ‘Pengaman Paket 1 Z Isi seperti diatas
Hutan Swadaya’
dst. . . . . . . . . . . . . . . . ................. .............. ...................... ...........................................

Lampiran 7. Contoh Tabel Rencana Fisik dan Keuangan dalam Rencana Kerja
Tahunan (RKT) Kegiatan Pembinaan Desa Binaan

Rencana Fisik dan Keuangan Kegiatan Pembinaan Desa Binaan di Daerah


Penyangga Kawasan Konservasi CA/SM/TN/TWA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ,
Desa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , Kelompok . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Tahun 2017

Rencana Fisik Rencana Keuangan


No. Kegiatan Jumlah
Satuan Volume Uang (Rp) Sumber Dana

1 2 3 4 6 7
1. Pembentukkan/ X1 X1 UPT KSDAE (sebutkan)
Angkatan
penguatan kapasitas 1
Kelompok Binaan’ @ 30 org X2 X2 Sumber lain (sebutkan)
2. Pengembangan
proses produksi :
1) Minyak kelapa
(kletik) Paket 1 X1 Sebutkan sumbernya

2) Sayuran organik Paket 1 X2 Sebutkan sumbernya


3. Penguatan Organisasi
‘Pengaman Hutan Paket 1 Xx Sda
Swadaya’
4. Pelatihan Angkatan Sda
pengembangan 1 Xy
ODTWA @ 30 org

dst. . . . . . . . . . . . . . . . ................. .............. ...................... ...........................................

49
Lampiran 8. Contoh Tabel Hasil Monitoring Output Pembinaan Desa Binaan

Hasil Monitoring Output Kegiatan Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga


Kawasan Konservasi CA/SM/TN/TWA . . . . . . . . . . . . . . , Desa . . . . . . . . . . . . . ,
Kelompok . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , Tahun 20 . . . . per Tanggal . . . . . . . . . . .

Rencana Realisasi
No. Jenis Kegiatan Fisik Keuangan Fisik Keuangan
Satuan Volume (Rp) Volume % Rp. %
1 2 3 4 5 6 7 8 9

1.
2.
3.
dst.

Lampiran 9. Contoh Tabel Hasil Monitoring Permasalahan Pembinaan Desa


Binaan

Hasil Monitoring Permasalahan Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga


Kawasan Konservasi CA/SM/TN/TWA . . . . . . . . . . . . . . , Desa . . . . . . . . . . . . . ,
Kelompok . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , Tahun 20 . . . . per Tanggal . . . . . . . . . . .

Solusi/Penyelesaian
No. Jenis Kegiatan Masalah Yang Telah Saran Tindak
Dilakukan Lanjut
1 2 3 4 5

1.
2.
3.
dst.

Lampiran 10. Contoh Tabel Hasil Monitoring Tingkat Pencapaian Indikator


Kinerja Kegiatan Pembinaan Desa Binaan

Hasil Monitoring Tingkat Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Pembinaan


Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi CA/SM/TN/TWA . . . . . ,
Desa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , Kelompok . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ,
Tahun 20 . . . . per Tanggal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Tingkat Pencapaian
No. Indikator Jenis Kegiatan
Outputs Outcomes
1 2 3 4 5

1.
2.
3.
dst.

50
Lampiran 11. Contoh Tabel Hasil Evaluasi Awal Output Pembinaan Desa
Binaan
Hasil Evaluasi Awal (Tahun Pertama) Output Pembinaan Desa Binaan di Daerah
Penyangga Kawasan Konservasi CA/SM/TN/TWA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ,
Desa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , Kelompok . . . . . . . . . . . , Tahun 20 . . .

Rencana Realisasi
No. Jenis Kegiatan Fisik Keuangan Fisik Keuangan
Satuan Volume (Rp) Volume % Rp. %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1.
2.
3.
dst.

Lampiran 12. Contoh Tabel Hasil Evaluasi Pertengahan Output Pembinaan


Desa Binaan
Hasil Evaluasi Pertengahan (Tahun ke-2, 3, 4) Output Pembinaan Desa Binaan di
Daerah Penyangga Kawasan Konservasi CA/SM/TN/TWA . . . . . . . . . . . . . . . . . . ,
Desa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , Kelompok . . . . . . . . . . . . . , Tahun . . .

Rencana Kumulatif Realisasi Kumulatif


*) *)
2/3/4 Tahun 2/3/4 Tahun
No. Jenis Kegiatan
Fisik Keuangan Fisik Keuangan
Satuan Volume (Rp) Volume % Rp. %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1.
2.
3.
dst.

*) Pilih kumulatif tahun yang sesuai.

Lampiran 13. Contoh Tabel Hasil Evaluasi Akhir Output Pembinaan Desa Binaan
Hasil Evaluasi Akhir (evaluasi keseluruhan atau  tahun ke-5) Output Pembinaan
Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi CA/SM/TN/TWA . . . . ,
Desa . . . . . . . . . . , Kelompok . . . . . . . . . . , Periode Tahun 20 . . - 20 . .

Rencana Kumulatif
Realisasi Kumulatif 5 Tahun
5 Tahun
No. Jenis Kegiatan
Fisik Keuangan Fisik Keuangan
Satuan Volume (Rp) Volume % Rp. %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1.
2.
3.
dst.

51
Lampiran 14. Contoh Tabel Hasil Evaluasi Permasalahan Pembinaan Desa
Binaan

Permasalahan pada Kegiatan Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga


Kawasan Konservasi CA/SM/TN/TWA . . . . . . . . . . , Desa . . . . . . . . . . ,
Kelompok . . . . . . . . . . , Periode Tahun 20 . . - 20 . .

Solusi/Penyelesaian
No. Jenis Kegiatan Masalah Yang Telah Rekomendasi/Saran
Dilakukan Tindak Lanjut

1 2 3 4 5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
dst.

Lampiran 15. Contoh Tabel Hasil Evaluasi Tingkat Pencapaian Indikator Kinerja
Kegiatan (IKK) Pembinaan Desa Binaan

Hasil Evaluasi Tingkat Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Pembinaan


Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi CA/SM/TN/TWA . . . . . ,
Desa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , Kelompok . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ,
Tahun 20 . . . . (atau Periode Tahun 20 . . - 20 . .) per Tanggal . . . . . . . . . . . . . . . .

Tingkat Pencapaian
No. Indikator Jenis Kegiatan
Outputs % *) Outcomes % *)
1 2 3 4 5

*) Persentase realisasi dan ekspektasi yang ditetapkan dalam Rencana Pembinaan

52
Lampiran 16. Format Rencana Pembinaan Desa Binaan Di Daerah Penyangga
Kawasan Konservasi

Judul : RENCANA PEMBINAAN DESA BINAAN DI


DAERAH PENYANGGA KAWASAN CA/SM/
TN/TWA/ . . . . . TAHUN 2015-2019 (atau 20 . .)

BAGIAN DEPAN Identitas Kelompok Binaan :


(COVER)
Nama KELOMPOK : ...................
DESA : ...................
KECAMATAN : ...................
KABUPATEN : ...................
PROVINSI : ...................

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR
BAGIAN
PEMBUKA DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Landasan Hukum
C. Tujuan dan Manfaat
D. Ruang Lingkup
E. Indikator Keberhasilan
F. Batasan dan Pengertian

BAB II. PROFIL KAWASAN KONSERVASI DAN PROFIL


BAGIAN ISI DESA BINAAN
A. Profil Kawasan Konservasi
B. Profil Desa Binaan
C. Profil Kelompok Binaan

BAB III. RENCANA KEGIATAN PEMBINAAN DESA BINAAN DI


DAERAH PENYANGGA KAWASAN KONSERVASI
A. Tahun Kegiatan
B. Jenis, Volume, dan Lokasi Kegiatan
C. Pembiayaan Kegiatan (Jumlah dan Sumber Biaya)
D. Penanggungjawab dan Pelaksana
E. Jadwal Kegiatan

BAB IV. PENUTUP

BAGIAN LAMPIRAN
PENUTUP Memuat lampiran guna melengkapi penjelasan pada bagian-
bagian sebelumnya.

53
Lampiran 17. Format Cover RPL (Rencana Pembinaan Lima Tahun) Desa
Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi Lima Tahun

NAMA DAN LOGO KELOMPOK BINAAN

RENCANA PEMBINAAN LIMA TAHUN


DESA BINAAN DI DAERAH PENYANGGA CA/SM/TN/TWA
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . *)
PERIODE TAHUN 2015 – 2019

KELOMPOK : ......................
DESA : ......................
KECAMATAN : ......................
KABUPATEN : ......................

. . . . . . . . . . . . . , 20 . .

54
Lampiran 18. Format Cover RKT (Rencana Kerja Tahunan) Desa Binaan di
Daerah Penyangga Kawasan Konservasi Lima Tahun

NAMA DAN LOGO KELOMPOK BINAAN

RENCANA KERJA TAHUNAN PEMBINAAN


DESA BINAAN DI DAERAH PENYANGGA KAWASAN CA/SM/TN/TWA . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . *)
TAHUN 2015 – 2019

KELOMPOK : ......................
DESA : ......................
KECAMATAN : ......................
KABUPATEN : ......................

. . . . . . . . . . . . . , 20 . .

55
Lampiran 19. Ketentuan Pengisian Bagian Pembuka Rencana Pembinaan Desa
Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi

1. Lembar Pengesahan:
 pada kolom “Disusun oleh” : ditandatangani oleh Ketua Tim
Penyusun;
 pada kolom “Dinilai oleh” : ditandatangani oleh Penilai:
- Kepala UPT KSDAE yang
berkewenangan;
- Sekretaris atau Aparat Desa
yang ditunjuk Kepala Desa
yang bersangkutan;
 pada kolom “Disahkan oleh” : ditandatangani oleh Kepala Desa
Binaan yang berkewenangan.
Contoh format Lembar Pengesahan disajikan pada Lampiran 20 dan
Lampiran 21.

2. Kata Pengantar
Ditandatangani oleh kepala desa dan dicap desa yang bersangkutan.

3. Susunan Tim Penyusun


Ditulis nama Ketua dan Anggota Tim Penyusun Rencana.

4. Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, dan Daftar Lampiran


Cukup jelas.

56
Lampiran 20. Format Lembar Pengesahan RPL (Rencana Pembinaan Lima
Tahun) Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi

KOP UPT

LEMBAR PENGESAHAN

RENCANA PEMBINAAN LIMA TAHUN


DESA BINAAN DI DAERAH PENYANGGA KAWASAN CA/SM/TN/TWA . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . *)
PERIODE TAHUN 2015 – 2019

.............................., 20 ...... ......................................, 20 ......

Disusun oleh: Dinilai oleh:

Kelompok ................... 1. Kepala Balai Besar/Balai ...........

Tandatangan dan Cap

Ketua Nama
NIP

2. Sektretaris/........ Desa .................

Tandatangan dan Cap

Nama
NIP

.............................., 20 ......

Disahkan oleh:

Kepala Desa .......................

Tandatangan dan Cap

Nama
NIP

57
Lampiran 21. Format Lembar Pengesahan RKT (Rencana Kerja Tahunan) Desa
Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi

KOP UPT

LEMBAR PENGESAHAN

RENCANA KERJA TAHUNAN


PEMBINAAN DESA BINAAN DI DAERAH PENYANGGA KAWASAN
CA/SM/TN/TWA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . *)
TAHUN 20 . . .

.............................., 20 ...... ......................................, 20 ......

Disusun oleh: Dinilai oleh:

Kelompok ................... 1. Kepala Balai Besar/Balai ...........

Tandatangan dan Cap

Ketua Nama
NIP

2. Sektretaris/........ Desa .................

Tandatangan dan Cap

Nama
NIP

.............................., 20 ......

Disahkan oleh:

Kepala Desa .......................

Tandatangan dan Cap

Nama
NIP

58
Lampiran 22. Uraian/Penjelasan Bab I Pendahuluan Rencana Pembinaan Desa
Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berisi latar belakang desa, kawasan konservasi, dan kegiatan pembinaan
pemberdayaan masyarakat di desa yang bersangkutan.

B. Landasan Hukum
Memuat landasan hukum kegiatan pembinaan desa binaan daerah
penyangga kawasan konservasi, antara lain: UU No. 41 tahun 1991
tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, UU No.
6 tahun 2014 tentang Desa, UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, PP No. 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan KSA/KPA, dan lain-
lain.

C. Tujuan dan Manfaat


Berisi tujuan dan manfaat yang diperoleh oleh masyarakat, oleh para pihak,
dan oleh kawasan konservasi sekitar dengan adanya rencana dan
implementasi kegiatan pembinaan desa binaan di daerah penyangga
kawasan konservasi.

D. Ruang Lingkup
Berisi tentang ruang lingkup yang dimuat dalam rencana, penjelasan
mengenai jenis-jenis kegiatan, pembiayaan, penyelenggara
(penanggungjawab/pelaksana) kegiatan, para pihak yang terlibat, serta hal-
hal lain yang terkait dalam kegiatan pembinaan/pemberdayaan masyarakat
desa binaan di daerah penyangga kawasan konservasi selama 5 (lima)
tahun.

E. Indikator Keberhasilan
Memuat “Indikator Keberhasilan Pencapaian Tujuan Utama Desa”, sebagai
acuan dan arah pencapaian akhir Tujuan Utama Desa melalui pembinaan
desa binaan yang ditargetkan selama periode kegiatan.

Indikator dimaksud harus mengacu kepada “Indikator Keberhasilan


Pembinaan Desa di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi” yang telah
ditetapkan dalam Pedoman Pelaksanaan Pencapaian Indikator Kinerja
Kegiatan (IKK) Program KSDAE Tahun 2015-2019.

F. Batasan dan Pengertian


Berisi tentang definisi dan/atau pengertian atas kata/istilah yang ada dalam
rencana.

59
Lampiran 23. Uraian/Penjelasan Bab II Profil Kawasan Konservasi pada
Kegiatan Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga
Kawasan Konservasi

BAB II. PROFIL KAWASAN KONSERVASI DAN DESA BINAAN

A. PROFIL KAWASAN KONSERVASI

1. Identitas kawasan
Jelaskan:
 nama, status, dan luas kawasan;
 letak geografis dan administratif pemerintahan;
 data dan informasi lain yang diperlukan.

2. Sejarah kawasan
Jelaskan:
 asal mula status kawasan tersebut ditunjuk sebagai kawasan
konservasi,
 SK penunjukan dan alasan penunjukan,
 SK penetapan dan luas kawasan,
 zonasi/blok,
 perubahan luas kawasan konservasi karena penambahan atau
pengurangan,
 data dan informasi lain yang diperlukan.

3. Kondisi fisik
Jelaskan:
 letak geografis;
 batas wilayah;
 lanskap;
 tanah;
 topografi;
 iklim;
 daerah aliran sungai (DAS) / Sub DAS;
 aksesibilitas;
 kondisi perairan (untuk kawasan konservasi perairan);
 data dan informasi lain yang diperlukan.

4. Potensi biologi
Jelaskan:
 keanekaragaman hayati dan ekosistem,
 flora fauna endemik;
 flora fauna langka;
 flora fauna yang dilindungi;
 data dan informasi lain yang diperlukan.

60
Lampiran 23. Sambungan . . . . .

5. Potensi jasa lingkungan


Jelaskan:
 potensi wisata alam yang bisa dikembangkan,
 potensi dan sumber air yang berasal dari mata air dan sungai di
kawasan konservasi,
 flora dan fauna yang bisa ditangkarkan dan/atau memungkinkan
untuk dibudidayakan penduduk,
 data dan informasi lain yang diperlukan.

6. Gangguan dan kerawanan kawasan


Jelaskan:
 gangguan yang berasal dari luar yang dapat mengakibatkan
perubahan keutuhan dan fungsi kawasan seperti: perambahan,
kebakaran, pencurian flora fauna dan perdagangan ilegalnya,
konflik satwa dan manusia (karena satwa dianggap hama tanaman
dan mengganggu ternak penduduk);
 intensitas gangguan dan kerusakan kawasan akibat gangguan
tersebut;
 lokasi dan jenis kerawanan yang dapat menimbulkan bencana
alam seperti: longsor, terbakar, letusan gunung, dan lain-lain;
 data dan informasi lain yang diperlukan.

61
Lampiran 24. Uraian/Penjelasan Bab II Profil Desa Binaan pada Kegiatan
Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan
Konservasi

B. PROFIL DESA BINAAN

1. Identitas desa
Jelaskan:
 nama desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi;
 luas, batas wilayah, letak desa pada daerah penyangga;
 sebutkan nama kawasan konservasi sekitar desa ini dan sebutkan
arah serta jarak terdekat ke kawasan konservasi.

2. Sejarah desa
Jelaskan:
 asal mula desa;
 keterkaitan desa dengan kawasan konservasi sebelum dan setelah
penunjukan (misal enclave, zona/blok khusus);
 data dan informasi lain yang diperlukan.

3. Gambaran umum desa


Jelaskan:
 letak geografis, batas wilayah, lanskap, tanah, topografi, iklim;
 daerah aliran sungai (DAS) / Sub DAS;
 kondisi perairan;
 aksesibilitas;
 data dan informasi lain yang diperlukan.

4. Kependudukan
Jelaskan:
 jumlah penduduk (KK dan/atau jiwa);
 kepadatan penduduk (jiwa/km2);
 pertumbuhan dan pertambahan (demografi) penduduk,
 mobilitas penduduk,
 sosial budaya,
 tingkat pendidikan,
 data dan informasi lain yang diperlukan.

5. Kondisi pemukiman
Memuat data dan informasi tentang:
 proporsi luas pemukiman dibanding luas desa (%);
 kondisi pemukiman seperti:
o proporsi bangunan rumah permanen (%);
o poporsi rumah sederhana dengan sumber air bersih terbatas
dengan sanitasi yang buruk (%);
 lain-lain yang diperlukan.

6. Mata pencaharian
Sebutkan:
 PNS/ABRI/pegawai swasta (%);
 petani memiliki lahan (%);

62
Lampiran 24. Sambungan . . . . .

 pedagang (%);
 buruh tani (%);
 pengangguran (%);
 data dan informasi lain yang diperlukan.

7. Penghasilan anggota kelompok rata-rata /bulan *)


Memuat perhitungan mengenai penghasilan kelompok dan
penghasilan anggota kelompok rata-rata per bulan pada saat rencana
disusun.
*) Menghitung penghasilan dapat menggunakan instrumen
pendapatan yang diterbitkan Direktorat KKBHL, 2013.

8. Rata-rata luas kepemilikan lahan


Memuat data dan informasi tentang luas kepemilikan lahan:
 rata-rata penduduk desa (ha/KK);
 rata-rata setiap anggota kelompok (ha/KK).

9. Lahan budidaya
Memuat data dan informasi tentang:
 luas sawah irigasi teknis (ha);
 luas sawah tadah hujan (ha);
 luas kebun/ ladang (ha);
 luas kolam ikan (ha);
 kondisi irigasi yang ada;
 lain-lain yang diperlukan.

10. Ketersediaan layanan publik


Memuat data dan informasi tentang:
 layanan listrik (%);
 layanan pendidikan (%);
 layanan kesehatan (%);
 layanan telekomunikasi (%);
 kondisi jalan dan ketersediaan sarana transportasi;
 lain-lain yang diperlukan.

11. Potensi jasa lingkungan


Menjelaskan potensi jasa lingkungan, antara lain berupa:
 jasa air (potensi mikrohidro, air mineral);
 potensi wisata;
 geothermal/panas bumi;
 dan lain-lain.

12. Produk unggulan desa


Sebutkan apa saja potensi dan peluang produk-produk unggulan desa
selama ini, dan/atau yang bisa dikembangkan di masa datang.

63
Lampiran 24. Sambungan . . . . .

13. Ancaman/gangguan/kerawanan desa


Memuat informasi tentang potensi ancaman/gangguan/ kerawanan
desa dan/atau masyarakat desa:
 dari bencana alam, fenomena alam, banjir, longsor, gunung berapi,
dan sebagainya;
 dari perilaku satwa;
 dari aktivitas manusia;
 dan lain-lain.

14. Pembinaan/pemberdayaan masyarakat yang pernah diterima


Memuat data dan informasi tentang pemberdayaan masyarakat yang
pernah dan sedang dilakukan di desa:
 sumber/para pihak yang memberikan bantuan kegiatan
(pemberdayaan masyarakat);
 jenis/bentuk kegiatan (pemberdayaan);
 perkembangan/hasil kegiatan;
 dan lain-lain.

15. Persepsi/isu penting masyarakat dengan kawasan konservasi di


sekitar:
 Persepsi masyarakat desa terhadap pengelolaan kawasan
konservasi sekitar (sebutkan nama TN/SM/ CA/TWA-nya).
Penjelaan mengenai pandangan masyarakat terhadap
kawasan konservasi yang berada di sekitar mereka, serta
harapannya terhadap pengelolaan kawasan konservasi
tersebut.
 Persepsi masyarakat terhadap pengelola kawasan konservasi.
Penjelaan mengenai kemudahan dan kepastian
pengembangan kapasitas serta pemberian akses
pemanfaatan KSA dan KPA yang dibutuhkan masyarakat
sesuai rencana yang telah disahkan.
 Persepsi masyarakat desa terhadap kegiatan pembinaan /
pemberdayaan masyarakat.
Penjelaan tentang pandangan masyarakat terhadap
kegiatan pemberdayaan masyarakat, serta harapannya ke
depan berkaitan dengan keberadaan kawasan konservasi
di sekitar mereka.

64
Lampiran 25. Format Profil Kelompok Binaan pada Kegiatan Pembinaan Desa
Binaan di Daerah Penyangga Kawasan CA/SM/TN/ TWA/ . . . ,
Balai Besar/Balai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1. Nama dan Legalitas Kelompok


Jelaskan :
 nama kelompok sebagai kelompok binaan pada Kegiatan Pembinaan
Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservassi UPT
KSDAE;
 tanggal berdiri;
 dokumen legalitas kelompok (Akta Notaris, SK Kepala Desa, SK Kepala
UPT), sebutkan nomor dan tanggalnya.

2. Alamat Kelompok
Memuat data dan informasi tentang:
 tempat kedudukan, nama dusun, nama desa, kecamatan, kabupaten,
provinsi;
 jarak kedudukan kelompok ke kawasan konservasi.

3. Jumlah Anggota Kelompok


Memuat data dan informasi tentang:
 Jumlah anggota kelompok seluruhnya;
 Jumlah anggota yang ikut dan aktif dalam kegiatan pembinaan.

4. Mata Pencaharian Kelompok


Sebutkan mata pencaharian anggota kelompok:
 petani memiliki lahan (jiwa atau %);
 pedagang (jiwa atau %);
 buruh tani (jiwa atau %);
  pengangguran (jiwa atau %);
 lain-lain (jiwa atau %).

5. Penghasilan Kelompok Rata-Rata /Bulan *)


 penghasilan kelompok rata-rata per bulan atau rata-rata per tahun (Rp.);
 penghasilan anggota rata-rata per bulan atau rata-rata per tahun (Rp.).
*) Menghitung penghasilan dapat menggunakan instrumen
pendapatan yang diterbitkan Direktorat KKBHL, 2013.

6. Jarak Pemukiman Kelompok Binaan dengan Pasar


Sebutkan . . . . km.

65
Lampiran 25. Sambungan . . . . .

7. Program Pembinaan/Pemberdayaan yang Pernah Diperoleh Kelompok/


Anggota Kelompok
Memuat data dan informasi tentang:
 tahun kegiatan . . . ;
 lembaga instansi;
 jenis kegiatan;
 tingkat keberhasilan;
 permasalahan;
 keterangan lain.

8. Kondisi Pemukiman/Rumah
Memuat data dan informasi tentang:
 proporsi bangunan rumah permanen (%);
 poporsi rumah sederhana dengan sumber air bersih terbatas dengan
sanitasi yang buruk (%)flora-fauna endemik, langka, dan dilindungi;
 lain-lain yang diperlukan.

9. Jenis Usaha Budidaya Lahan Desa yang Diminati Kelompok dan yang
Prospektif Dikembangkan
Memuat data dan informasi tentang:
 jenis budidaya yang diminati;
 kuantitas produk budidaya yang ada sekarang;
 pemasaran produk saat ini;
 lain-lain yang diperlukan.

10. Ketergantungan Kelompok terhadap Kawasan Konservasi


Memuat data dan informasi tentang:
 bentuk, tujuan, dan banyak/jumlah pemanfaatan;
 lain-lain yang diperlukan.

11. Potensi Kawasan Konservasi yang Diminati Kelompok:


Memuat keterangan tentang:
 flora dan fauna yang diminati (sebutkan jenis serta perkiraan banyak
pemanfaatannya);
 bentuk dan tujuan pemanfaatan;
 potensi jasa wisata alam yang diminati (sebutkan bentuk dan tujuan
pemanfaatannya).

66
Lampiran 26. Uraian/Penjelasan Bab III Rencana Pembinaan Desa Binaan di
Daerah Penyangga Kawasan Konservasi

BAB III. RENCANA KEGIATAN PEMBINAAN LIMA TAHUN

A. Tahun Kegiatan
Memuat periode rencana kegiatan, yaitu lima tahun (20 . . – 20 . .).

B. Jenis, Volume, dan Lokasi Kegiatan


Berisi uraian tentang rencana:
 jenis kegiatan;
 satuan kegiatan;
 volume kegiatan; dan
 nama/letak lokasi tempat kegiatan berlangsung;

C. Pembiayaan Kegiatan (Jumlah dan Sumber Biaya)


Memuat besarnya biaya dan sumber biaya setiap kegiatan:
 besar biaya : estimasi biaya per tahun selama lima tahun;
 sumber biaya : sumber dan masing-masing besarnya untuk kegiatan
apa

D. Penanggungjawab dan Pelaksana


Memuat penyelenggara kegiatan, yaitu:
 Penanggungjawab Program (Kepala UPT);
 Penanggungjawab Operasional Lapangan (Kepala Bidang/ Kepala Seksi
Wilayah UPT);
 Pelaksana setiap kegiatan (kelompok).

E. Jadwal Kegiatan
Memuat rincian tata waktu pelaksanaan setiap kegiatan, yaitu:

 rincian tata waktu per tahun setiap kegiatan selama lima tahun.

67
Lampiran 27. Uraian/Penjelasan Bab IV Rencana Pembinaan Desa Binaan di
Daerah Penyangga Kawasan Konservasi

BAB IV. PENUTUP


Memuat beberapa kalimat penutup, termasuk diantaranya penekanan
perlunya pelaksanaan kegiatan yang taat asas, taat aturan, dan taat komitmen
seluruh penyelenggara dan para pihak guna terwujudnya kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat desa binaan di desa binaan di daerah penyangga
kawasan konservasi yang bersangkutan.

Lampiran 28. Uraian/Penjelasan Bagian Penutup Rencana Pembinaan Desa


Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi

1. Bagian Penutup (Lampiran)


Memuat lampiran-lampiran yang disebutkan dalam teks guna melengkapi
penjelasan teks tersebut.

Bagian ini melampirkan paling tidak:


Lampiran 1. Keputusan Kepala Balai Besar/Balai (UPT KSDAE) tentang
Penunjukan Desa Binaan dan Pendampingnya.
Lampiran 2. Keputusan Kepala Balai Besar/Balai (UPT KSDAE) tentang
Penunjukan Tim Penyusun Rencana Pembinaan Desa
Binaan Lima Tahun (RPL).
Lampiran 3. Profil Kelompok Binaan.
Lampiran 4. Hasil analisis pohon masalah/PRA/SWOT/metode lain yang
dipilih secara partisipatif dalam rangka pembinaan desa
binaan di daerah penyangga kawasan konservasi.
Hasil analisis berupa:
 Rumusan Masalah Utama Desa;
 Rumusan Tujuan Utama Desa; dan
 Rumusan Strategi Pencapaian Tujuan.
Lampiran 5. Hasil analisis peran para pihak (analisis stakeholder).
Lampiran 6. Indikator Keberhasilan Pembinaan Desa Binaan Lingkup
Balai Besar/Balai Taman Nasional/KSDA . . . . . . . . . . .
Lampiran 7. Peta kawasan konservasi sekitar.
Lampiran 8. Peta indikatif daerah penyangga kawasan konservasi.
Lampiran 9. Peta desa binaan.
Lampiran 10. Peta kerja pembinaan.
Lampiran 11. Matriks tahapan pelaksanaan.
Lampiran 12. Matriks monitoring output.
Lampiran 13. Matriks monitoring permasalahan.
Lampiran 14. Matriks monitoring pencapaian IKK/kegiatan.

68
Jakarta, 2015

Anda mungkin juga menyukai