Juknis Penyusunan Rencana Pembinaan Desa Binaan
Juknis Penyusunan Rencana Pembinaan Desa Binaan
Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan petunjuk teknis ini, kami
sampaikan penghargaan dan terima kasih.
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya telah dilaksanakan Pemerintah melalui pengelolaan 523 unit
kawasan konservasi. Pengelolaan kawasan konservasi harus
mempertimbangkan wilayah sekitarnya agar mendukung keberadaan
kawasan konservasi. Wilayah yang berbatasan dengan kawasan konservasi
ditetapkan sebagai daerah penyangga oleh Pemerintah dan Pemerintah
Daerah.
B. Landasan Hukum
Landasan hukum penyusunan petunjuk teknis dan pencapaian IKK Program
KSDAE Tahun 2015-2019 antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.
2. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa.
1
3. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan KSA
dan KPA.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa.
6. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2007 Tentang Hasil
Hutan Bukan Kayu.
7. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.64/Menhut-II/2013 Tentang
Pemanfaatan Air dan Energi Air di Suaka Margasatwa, Taman Nasional,
Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.
8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.18/MenLHK-II/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
9. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pendampingan Desa.
10. Keputusan Direktur Jenderal PHPA Nomor 44/Kpts/DJ-VI/1997 Tentang
Petunjuk Teknis Penyusunan Rancangan Pembinaan Daerah
Penyangga.
11. Keputusan Direktur Jenderal PHPA Nomor 49/Kpts/DJ-VI/1997 Tentang
Petunjuk Teknis Pengembangan Daerah Penyangga.
12. Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor SK 203/IV-KKBHL/2012
tentang Petunjuk Teknis Pendampingan Pemberdayaan Masyarakat
Daerah Penyangga Kawasan Konservasi.
13. Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor SK 204/IV-KKBHL/2012
Tentang Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi Pemberdayaan
Masyarakat Daerah Penyangga Kawasan Konservasi.
14. Pedoman Pelaksanaan Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
Program KSDAE Tahun 2015-2019.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup meliputi pemahaman interaksi daerah penyangga dengan
kawasan konservasi, pemilihan lokasi pemberdayaan, konsep pemberdayaan,
proses perencanaan, dan penyusunan rencana pemberdayaan di desa
binaan.
2
E. Pengertian
1. Daerah penyangga kawasan konservasi adalah wilayah yang berbatasan
dengan kawasan suaka alam dan/atau kawasan pelestarian alam, dapat
berupa kawasan hutan, yaitu hutan lindung dan hutan produksi, serta
non-kawasan hutan, yaitu hutan hak, tanah negara bebas, atau tanah
yang dibebani hak, yang berfungsi untuk menjaga keutuhan KSA
dan/atau KPA yang bersangkutan.
2. Pembinaan fungsi daerah penyangga, meliputi: (1) peningkatan
pemahaman masyarakat terhadap konservasi sumber daya hayati dan
ekosistemnya; (2) peningkatan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat
untuk meningkatkan kesejahteraannya; dan (3) peningkatan produktivitas
lahan.
3. Pembinaan desa binaan di daerah penyangga kawasan konservasi
adalah bimbingan/pendampingan berbagai kegiatan, mulai perencanaan
hingga pengawasan yang dilakukan oleh UPT Dijen KSDAE terhadap
masyarakat desa binaan dalam rangka mencapai tujuan bersama.
4. Pemberdayaan masyarakat daerah penyangga kawasan konservasi
adalah upaya meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu
maupun kelompok, dalam pengelolaan potensi sumber daya berikut
permasalahannya guna peningkatan kemandirian, kesejahteraan, dan
kualitas hidup masyarakat daerah penyangga kawasan konservasi
dengan tetap menjaga kelestarian kawasan konservasi.
5. Desa dan desa adat – atau dengan sebutan lain seperti kampung, nagari,
huta, marga, dan sebagainya – adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul adat istiadat setempat yang
diakui dalam sistem pemerintahan nasional.
6. Kawasan konservasi adalah kawasan, baik di daratan maupun di perairan,
yang memiliki ciri khas tertentu dan mempunyai fungsi pokok
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, yang
berdasarkan kondisi biogeofisiknya dikategorikan kedalam kawasan
suaka alam, kawasan pelestarian alam, atau taman buru.
7. Kawasan suaka alam, disingkat KSA, adalah kawasan dengan ciri khas
tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem
penyangga kehidupan. KSA dibagi ke dalam dua fungsi, yaitu:
a. Cagar alam, disingkat CA, adalah KSA yang karena keadaan
alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya
atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya
berlangsung secara alami.
b. Suaka margasatwa, disingkat SM, adalah KSA yang mempunyai ciri
khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang
untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap
habitatnya.
3
8. Kawasan pelestarian alam, disingkat KPA, adalah kawasan dengan ciri
khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara
lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. KPA dibagi ke dalam
tiga fungsi sebagai berikut
a. Taman nasional, disingkat TN, adalah kawasan pelestarian alam
yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi;
b. Taman wisata alam, disingkat TWA, adalah kawasan pelestarian
alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi
alam;
c. Taman hutan raya, disingkat TAHURA, adalah kawasan pelestarian
alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau
buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
9. Taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat
wisata buru atau tempat diselenggarakan perburuan secara teratur.
10. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, disingkat KSDAHE,
adalah pengelolaan sumber daya alam hayati berikut ekosistemnya yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
11. Direktorat Jenderal KSDAE, disingkat Ditjen KSDAE, adalah direktorat
jenderal yang berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam urusan
KSDAE.
12. Unit Pelaksana Teknis Ditjen KSDAE adalah unit kerja yang berada di
bawah Ditjen KSDAE, terdiri dari Balai Besar KSDA, Balai Besar Taman
Nasional, Balai KSDA, dan Balai Taman Nasional.
4
BAB II
PENENTUAN DESA BINAAN DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
SAJIKAN
Hasil penentuan desa binaan kedalam:
(1) PROFIL KAWASAN KONSERVASI, dan
(2) PROFIL DESA BINAAN
dengan format seperti pada Bab VII Bagian Isi “PROFIL KAWASAN
KONSERVASI DAN PROFIL DESA BINAAN”.
5
B. Interaksi Masyarakat Daerah Penyangga dengan Kawasan Konservasi
Keberadaan masyarakat daerah penyangga suatu kawasan konservasi
menimbulkan dampak secara langsung dan tidak langsung. Durasi interaksi
masyarakat dengan kawasan konservasi dapat diketahui dari sejarah desa
dan usia pemukiman. Sejarah desa akan menerangkan asal muasal
pemukiman sebelum atau setelah penunjukan/ penetapan kawasan
konservasi.
1. Aspek ekologi
Daerah penyangga dan kawasan konservasi berada pada suatu bentang
alam (landscape) yang terdiri dari beberapa tipe ekosistem yang saling
berinteraksi dan tergantung satu sama lain. Ada dua indikator ekologi
untuk menilai interaksi dan ketergantungan tersebut, antara lain:
− Pergerakan satwa
Kawasan konservasi yang masih utuh ditunjukkan oleh hubungan
yang stabil antara keanekaragaman hayati dan ekosistemnya
sehingga membentuk keseimbangan yang klimaks. Flora dan fauna
yang ada di dalam kawasan konservasi berinteraksi mengikuti kaidah
rantai makanan, sebagai berikut:
Keterangan
Tumbuhan (produsen) dimangsa oleh konsumen I (herbivora)
dimangsa konsumen tingkat II (omnivora dan karnivora) konsumen
III (top karnivora). Top karnivora yang tidak ada pemangsanya akan
mati dan mengalami proses penguraian (decomposer) oleh mikroba
dan fungi. Hasil pengurai tersebut di dalam tanah diserap tumbuhan.
6
tidak adanya satwa yang keluar dari kawasan konservasi untuk
mencari makan ke daerah penyangga. Sedang kawasan konservasi
yang terganggu yang ditandani hutan mulai berkurang maka akan
terjadi ketidak seimbangan rantai makanan. Kondisi seperti ini
ditunjukkan oleh serangan monyet, babi hutan dan gajah ke lahan
budidaya di sekitar kawasan konservasi. Harimau mulai memasuki
daerah penyangga untuk memangsa hewan ternak karena tidak
menemukan makanan di dalam kawasan konservasi.
− Aliran air
Kawasan konservasi yang masih utuh memiliki beberapa tipe
ekosistem yang stabil seperti: hutan primer, sungai, danau, rawa dan
mangrove yang alami. Sinar matahari dan air hujan merupakan
sumber energi bagi komponen-komponen yang ada pada suatu
ekosistem.
7
menjadi lahan kering yang mengandalkan air hujan. Produktivitas
lahan pertanian akan mengalami penurunan dari waktu ke waktu.
2. Aspek sosial
Keberadaan pemukiman di sekitar kawasan konservasi berpengaruh
terhadap kelestarian kawasan konservasi. Selama ini asumsi yang
terbangun adalah masyarakat miskin sekitar kawasan konservasi akan
memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap kawasan konservasi.
− Tingkat ketergantungan
Kemiskinan masyarakat di daerah penyangga menentukan tingkat
ketergantungan masyarakat terhadap kawasan konservasi. Mereka
akan pergi ke hutan untuk mendapatkan apa saja yang bisa dimakan
atau dijual agar bisa bertahan hidup. Jika sebagian besar masyarakat
daerah penyangga yang miskin bisa dipastikan ketergantungan
terhadap kawasan konservasi cukup tinggi.
3. Aspek ekonomi
− Distribusi komoditas
Yang dimaksud distribusi komoditas adalah upaya masyarakat desa
menjual produk budidaya. Permasalahan menjual produk yang
dihadapi masyarakat desa adalah keterbatasan sarana-prasarana
transportasi. Produk sayuran dan buah-buah hasil panen yang mudah
rusak. Umumnya hanya menumpuk dan membusuk karena tidak bisa
terjual. Kondisi yang lebih parah jika masyarakat desa terisolasi
karena berada jauh dari layanan transportasi. Kelangkaan sarana-
prasarana transportasi menyebabkan masyarakat desa terisolasi.
Uang menjadi sulit diperoleh karena tidak adanya transaksi uang
pada perekonomian desa.
− Permintaan pasar
Antara masyarakat dengan kawasan konservasi dihubungkan pula
oleh kepentingan konsumsi yang ada luar daerah penyangga.
Pencurian flora dan fauna yang dilakukan karena pemintaan pasar
yang dikenal dengan perdagangan illegal (black market) flora-fauna di
daerah lain. Acapkali permintaan pasar juga dipicu untuk memenuhi
kebutuhan industri, misalnya permintaan flora-fauna untuk bahan
baku indutri jamu, farmasi dan kosmetik.
maka SAJIKAN
Hasil identifikasi interaksi masyarakat desa dengan kawasan konservasi
kedalam:
(3) INTERAKSI MASYARAKAT DENGAN KAWASAN KONSERVASI, dan
(4) PERMASALAHAN DESA BINAAN DI DAERAH PENYANGGA
sebagai berikut:
9
(3) INTERAKSI MASYARAKAT DENGAN KAWASAN KONSERVASI
1 Persepsi masyarakat
a. Uraikan tentang persepsi/pandangan masyarakat desa terhadap
kawasan konservasi dan harapan terhadap pengelolaan
kawasan konservasi ke depan.
b. Uraikan tentang persepsi/ pandangan masyarakat desa dan
harapannya terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat.
10
BAB III
METODOLOGI PENYUSUNAN RENCANA PEMBINAAN DESA BINAAN
A. Kerangka Pendekatan
Dalam Rencana Pembinaan Desa Binaan harus disajikan ‘Kerangka
Pendekatan’ tentang cara pandang pihak pengelola kawasan konservasi
terhadap permasalahan daerah penyangga kawasan konservasi, penanganan
permasalahan, hingga diperlukannya pembinaan/pemberdayaan masyarakat.
B. Konsep Pembinaan/Pemberdayaan
Dalam Rencana juga harus disajikan ‘konsep pembinaan/pemberdayaan’
masyarakat yang akan dilaksanakan meliputi prinsip pembinaan/
pemberdayaan dan strategi pembinaan/pemberdayaan sebagai berikut :
11
2. Strategi pembinaan/pemberdayaan masyarakat
a. Menciptakan kemandirian
Capai akhir dari program pemberdayaan adalah memandirikan
masyarakat artinya memampukan dan membangun kemampuan
untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik.
Pemberdayaan masyarakat jangan menjadikan masyarakat semakin
tergantung pada berbagai pemberian (charity). Apa yang dinikmati
masyarakat harus dihasilkan dari usaha sendiri.
c. Pendekatan kelompok
Kemiskinan telah menyebabkan masyarakat kurang pengetahuan/
informasi, bertindak tidak peduli atau bersikap acuh tak acuh dan
tergantung pada bantuan/ sumbangan para dermawan. Secara
individual masyarakat akan sulit mengatasi hambatan penyebab
kemiskinan.
d. Memerlukan pendamping
Pendamping diperlukan untuk peningkatan kualitas para anggota dan
pengurus kelompok. Pendamping akan membimbing masyarakat
meningkatkan pengetahuan budidaya, penanganan pasca panen dan
menjual produk. Pendamping sebagai fasilitator, komunikator dan
dinamisator sehingga perlu mengadakan komunikasi secara intensif
dengan kelompok.
12
Tugas pendamping menyertai proses perencanaan, pembentukan
kelompok dan penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan.
Pendamping harus siap bekerja setiap waktu, menghadiri pertemuan
kelompok, mengorganisasikan program latihan, serta membantu
anggota kelompok memperoleh akses terhadap berbagai pelayanan
yang dibutuhkan.
Salah satu metode perencanaan adalah yang diadopsi dari metode Kerangka
5-S (The Five S Framework for Site Conservation) yang dipublikasikan oleh
The Nature Conservancy tahun 2000. Untuk keperluan perencanaan
pembinaan/ pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan metode di
atas seperti pada Gambar 1.
13
Mekanisme perencanaan pemberdayaan secara partisipatif, adalah: pertama,
dilakukan idenfikasi komoditas penting di desa dan sekitarnya; kedua,
dilakukan diskusi tentang masalah dan sumber masalah; ketiga, dilakukan
penentuan para pihak yang terkait/ terlibat; keempat, dilakukan penentuan
strategi; kelima, dilakukan penentuan ukuran sukses pemberdayaan; dan
keenam, pembentukan kelompok kerja pemberdayaan masyarakat.
Data dan informasi diperoleh sangat akurat karena didapat langsung dari
masyarakat yang menjadi pelaku/pengguna sumber daya alam. Proses
perencanaan secara partisipatif akan menghasilkan strategi pemberdayaan
yang legitimate (dapat diterima masyarakat).
14
BAB IV
RUMUSAN MASALAH DAN STRATEGI PENCAPAIAN
SAJIKAN
Bahasan tentang masalah desa yang mengacu dari hasil perencanaan secara
partisipatif pada Lampiran 1, dimana Komoditas dan Sumber Masalah dari
Tabel 3, Para pihak yang terlibat dari Tabel 4, Kegiatan Penanganan Sumber
Masalah dari Tabel 5.
15
SAJIKAN
Bahasan tentang pengembangan komoditas yang mengacu dari hasil
Perencanaan Pemberdayaan Secara Partisipatif pada Lampiran 1, dimana
Komoditas dari Tabel 3, Kegiatan Pengembangan Komoditas dari Tabel 5,
dan Kelompok Kerja dari Tabel 7.
Kegiatan
Kelompok Kerja
Jenis Komoditas Bobot Pengembangan
(Pokja)
Komoditas
1 2 3 4
B. Strategi Pencapaian
SAJIKAN
Strategi Pencapaian Pemberdayaan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
16
− memadukan program pemberdayaan yang diselenggarakan desa
dengan program pemberdayaan daerah penyangga kawasan
konservasi
c. Pendamping
Pendamping adalah tokoh yang paling menentukan keberhasilan
pemberdayaan; mewakili peran pemberi dana bantuan dan harus
mampu berkomunikasi secara intensif; harus selalu ada dan siap
menjawab setiap pertanyaan peserta pemberdayaan; dan menghadiri
setiap pertemuan kelompok kerja. Tugas pendamping antara lain:
− memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimiliki anggota kelompok kerja untuk dikembangkan;
− mengajarkan pembudidayaan komoditas, penanganan pasca
panen hingga menjual produk;
− mengajarkan penggunaan dana secara terbuka dan dapat
dipertanggung-jawabkan; dan
− menyampaikan pesan pemberi dana bantuan agar peserta ikut
mendukung upaya pelestarian kawasan konservasi.
2. Tahap pelaksanaan
Pembinaan/pemberdayaan masyarakat akan menggerakkan peserta dan
sumber daya alam yang ada di sekitarnya dalam proses produksi untuk
menghasilkan nilai tambah. Yang perlu diperhatikan oleh peserta kerja
dan Pendamping adalah:
− kegiatan budidaya komoditas dapat berjalan lancar karena jenis
komoditas yang telah dipilih sendiri dan disepakati bersama.
− melakukan penanganan pasca panen (jika diperlukan) agar produk
budidaya mudah dijual ke pasar.
− mengerjakan tertib administrasi dalam penggunaan dana agar dapat
dapat dipertanggung-jawabkan.
Setelah kegiatan berjalan selama ± 1 tahun atau 3 kali musim panen akan
menghasilkan keuntungan. Sebagian keuntungan akan dinikmati para
anggota dan sisanya dihimpun sebagai pemupukan modal. Peningkatan
pendapatan peserta pemberdayaan akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Dana yang dikumpulkan kembali akan digulirkan kepada
kelompok kerja angkatan berikutnya. Mekanisme penggunaan dana
bergulir akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam lingkup
yang lebih luas.
17
CATATAN
Pada tahap ini dilakukan pengukuran Indeks Pencapaian Kegiatan Ditjen
KSDAE, yakni:
1. Meningkatnya pendapatan kelompok yang dibina (peningkatan
pendapatan melalui pengembangan usaha ekonomi);
2. Meningkatnya kegiatan ekonomi produktif dengan usaha yang
mencirikan desa konservasi (jumlah orang kesempatan kerja).
CATATAN
Pada tahap ini dilakukan pengukuran Indeks Pencapaian Kegiatan Ditjen
KSDAE, yakni:
1. Meningkatnya jumlah anggota kelompok yang peduli terhadap
konservasi kawasan (jumlah anggota kelompok);
2. Menurunnya jumlah masyarakat orang yang mempunyai interaksi
negatif terhadap kawasan (jumlah orang).
18
BAB V
PROGRAM KERJA DESA BINAAN
Program kerja desa binaan merupakan langkah solusi, sekaligus alat pencapaian
“tujuan utama desa”, atas permasalahan desa seperti diuraikan pada Bab IV.
Program kerja desa terdiri dari sekumpulan rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan selama lima tahun mendatang, dan dituangkan dalam Rencana
Pembinaan Desa Binaan, baik dalam Rencana Lima Tahun (RPL) maupun
Rencana Kerja Tahunan (RKT).
A. Indikator Keberhasilan
Sebagai acuan dan arah pencapaian tujuan akhir kegiatan yang ditargetkan
selama periode tersebut, kegiatan pembinaan harus diselenggarakan secara
terarah (targetted). Oleh karena itu, Rencana Pembinaan harus memuat
“Indikator Keberhasilan Pencapaian Tujuan Utama Desa”.
B. Data Awal
Program kerja desa harus menggunakan data dan informasi yang jelas. “Data
dan informasi awal” kegiatan pembinaan desa binaan di daerah penyangga
kawasan konservasi diperoleh melalui metoda PRA (perencanaan partisipatif).
Pada tahap pertama, data dan informasi yang diperoleh dianalisis dan
digunakan sebagai “data awal” dalam penyusunan Rencana Pembinaan Desa
Binaan. Pada tahap-tahap selanjutnya, data dan informasi awal digunakan
untuk kepentingan monitoring progres kegiatan dan evaluasi keberhasilan
pencapaian IKK Program KSDAE tahun 2015-2019.
Oleh karena memiliki nilai yang sangat penting, seluruh data dan informasi
tersebut harus dipelihara dan dikelola dengan baik dalam aplikasi database
pada sistem informasi daerah penyangga kawasan konservasi (SIMDPKK).
19
C. Cakupan dan Jenis Kegiatan
Kegiatan yang direncanakan harus mengacu dan mendukung pencapaian IKK
Program KSDAE Tahun 2015-2019. Artinya, kegiatan dalam Program Kerja
Desa harus diuji terlebih dahulu agar benar-benar terarah untuk keberhasilan
pembinaan desa binaan di daerah penyangga kawasan konservasi.
Akses pemanfaatan kawasan konservasi (KSA dan KPA) diatur lebih lanjut
dalam Pasal 33 hingga Pasal 37 Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2011
tentang Pengelolaan KSA dan KPA jo Peraturan Pemerintah No. 108 Tahun
2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2011
tentang Pengelolaan KSA dan KPA, yang secara garis besar diilustrasikan
dalam gambar berikut.
Penyimpanan/penyerapan
karbon V V V V V
Gambar 3.
Matriks Pemanfaatan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2011
Catatan:
Perizinan mengenai pemanfaatan KSA dan KPA harus mengikuti Pasal 38
hingga Pasal 40 Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2011 tentang
Pengelolaan KSA dan KPA jo Peraturan Pemerintah No. 108 Tahun 2015
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan KSA dan KPA.
21
Beberapa contoh jenis kegiatan pembinaan/pemberdayaan, baik yang
mencakup penguatan kapasitas maupun pemberian akses pemanfaatan KSA
dan KPA (Pasal 33 hingga Pasal 37 PP nomor 28 tahun 2011), masing-
masing disajikan pada Lampiran 2.
22
Selanjutnya uraikan secara singkat tetapi jelas, tugas setiap penyelenggara
kegiatan pembinaan tersebut dalam Rencana Pembinaan.
F. Rencana Pembiayaan
Bagian ini memuat estimasi pembiayaan kegiatan selama lima tahun, yaitu
besar dana setiap kegiatan, jadwal penggunaan dana, serta sumber dana.
23
BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi merupakan suatu fungsi internal dalam suatu kegiatan
atau dalam suatu organisasi. Evaluasi merupakan rangkuman hasil pengukuran
capaian kinerja secara menyeluruh selama periode tahun berjalan, atau beberapa
tahun sebelumnya. Selain menilai realisasi pelaksanaan, evaluasi juga menilai
aspek-aspek efisiensi, efektivitas, dan capaian manfaat (outcomes) yang
ditetapkan dalam Rencana Strategi (Renstra). Keseluruhan capaian kinerja
tersebut merupakan ukuran keberhasilan manajemen (UPT KSDAE) dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya, termasuk dalam kegiatan pembinaan/
pemberdayaan masyarakat desa binaan di daerah penyangga kawasan
konservasi.
A. Monitoring
Monitoring adalah pengumpulan data dan informasi yang dilakukan secara
terus menerus sepanjang kegiatan (selama siklus program, dalam hal ini lima
tahun), yang disesuaikan dengan tahapan proses dalam rencana, baik fisik,
sumber daya, maupun waktu. Data dan informasi hasil monitoring digunakan
untuk menginformasikan kemajuan kegiatan guna kepentingan pengendalian
oleh manajemen.
1. Tujuan monitoring
Tujuan pokok monitoring pembinaan/pemberdayaan masyarakat desa
binaan di daerah penyangga kawasan konservasi adalah untuk:
a. Mengetahui perkembangan/tingkat kemajuan kegiatan.
b. Mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan yang sedang berjalan.
c. Membantu pekerjaan tercatat dalam jalurnya serta manajemen
mudah mendeteksi, mengetahui, dan mengoreksi kemungkinan
terjadinya penyimpangan.
d. Memberikan pembelajaran dan umpan balik secara dini berupa
tindakan-tindakan korektif bila terjadi kesalahan atau penyimpangan.
24
e. Mengetahui adakah hal-hal yang perlu disesuaikan untuk perbaikan
program (kegiatan secara keseluruhan).
f. Mencegah atau mencarikan solusi atas permasalahan yang dihadapi.
g. Menumbuhkan pengawasan melekat/pengendalian manajemen
menuju tata kelola yang baik.
2. Sasaran monitoring
Sasaran monitoring, baik di tingkat lokal maupun di tingkat manajemen
pusat, adalah:
a. Seluruh desa yang menjadi lokasi binaan UPT KSDAE.
b. Seluruh jenis kegiatan (mulai dari persiapan, perencanaan, hingga
implementasi).
c. Seluruh unsur masukan (inputs), keluaran (outputs), proses, dan
tujuan antara kegiatan, termasuk permasalahan (jika ada) dan solusi
yang dilakukan.
4. Metoda/mekanisme monitoring
Monitoring dapat dilakukan dengan berbagai cara, disesuaikan dengan
situasi dan kondisi. Monitoring di tingkat lapangan dapat dilakukan
dengan cara diskusi langsung secara intensif bersama para anggota
kelompok binaan, stakeholder yang terlibat, dan/atau dengan presentasi
kegiatan oleh pelaksana dan penerima manfaat.
Cara ini perlu didukung oleh data dan informasi dari hasil pengukuran,
pemotretan, dan pencatatan/pelaporan.
6. Acuan monitoring
Pelaksanaan monitoring mengacu pada :
a) DIPA UPT dan DIPA pusat;
b) Rencana (RPL, RKT) Pembinaan/Pemberdayaan Desa Binaan di
Daerah Penyangga Kawasan Konservasi yang bersangkutan;
25
c) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Program KSDAE Tahun 2015-2019.
d) Norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK), baik pedoman,
petunjuk teknis, prosedur kerja, dan lain-lain, misalnya Indikator
Kegiatan Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga;
e) Laporan rutin kemajuan kegiatan (bulanan, tahunan);
f) Hasil monitoring yang telah dilakukan sebelumnya (jika ada);
g) Self assessment.
Data dan informasi hasil monitoring dicatat dalam tabel dengan contoh
format tabel pada Lampiran 8 hingga Lampiran 10.
Sebagai acuan teknis lebih lanjut, “Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi
Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi” agar
digunakan sebagai pelaksanaan monitoring pembinaan desa binaan.
B. Evaluasi
Evaluasi kegiatan pembinaan desa binaan di daerah penyangga kawasan
konservasi merupakan suatu penilaian menyeluruh atas pencapaian kinerja
pembinaan desa binaan. Oleh karenanya, sasaran evaluasi lebih luas dari
pada sasaran monitoring, dan keseluruhan capaian kinerja tersebut
merupakan salah satu ukuran keberhasilan manajemen (UPT KSDAE).
1. Tujuan evaluasi
Tujuan akhir evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat capaian kinerja
atau tingkat keberhasilan pembinaan selama periode tahun berjalan atau
beberapa tahun sebelumnya, serta tingkat kontribusi kegiatan terhadap
capaian outcome yang ditetapkan dalam Rencana Strategi (Renstra).
Hasil evaluasi dapat:
− memperlihatkan rincian proses kegiatan yang telah dilakukan, apa
yang telah diselesaikan, dan bagaimana menyelesaikannya;
− secara sumatif − digunakan sebagai pembelajaran dari sebuah proyek
yang lengkap atau organisasi yang sudah lama tidak berfungsi;
26
− memastikan pertanggungjawaban para penyelenggara kegiatan (yang
diatur dalam rencana) kepada pihak-pihak yang berkewenangan;
− evaluasi keseluruhan (evaluasi akhir) juga digunakan untuk
mengetahui apakah kegiatan yang selama ini dilaksanakan perlu
dilanjutkan atau harus diberhentikan karena satu dan lain hal.
2. Sasaran evaluasi
Berdasarkan jenis kegiatan, sasaran evaluasi, baik yang dilakukan oleh
manajemen lokal maupun oleh manajemen pusat, adalah seluruh jenis
kegiatan (mulai dari perencanaan hingga pengawasan, termasuk
permasalahan (jika ada) dan langkah yang dilakukan. Namun demikian,
pelaksanaan evaluasi harus disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan
kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam rencana.
a) Evaluasi awal
Dilakukan pada tahap permulaan kegiatan (tahun pertama) mulai dari
perencanaan, yaitu menilai proses penyusunan rencana lima tahun
kedepan, hingga implementasi awal kegiatan, dengan tujuan untuk
menilai tingkat fungsi dan kelayakan dokumen rencana yang
dihasilkan serta progres kegiatan awal hingga pada saat evaluasi ini.
b) Evaluasi pertengahan
Dilakukan secara berkala 2 tahun hingga 4 tahun dengan tujuan
untuk menilai kegiatan yang dilaksanakan pada tahun ke 2-3-4
periode berjalan, mencakup output atau tingkat capaian kinerja yang
telah dilaksanakan, apakah kegiatan-kegiatan tersebut berhasil
mencapai tujuan-tujuan antara yang ditetapkan.
3. Metoda/mekanisme evaluasi
Pelaksanaan evaluasi dilakukan dengan berbagai metoda, disesuaikan
dengan situasi dan kondisi. Untuk evaluasi di tingkat lapangan dapat
dilakukan dengan cara diskusi langsung secara intensif bersama para
anggota kelompok binaan, stakeholder yang terlibat, dan/atau dengan
presentasi kegiatan oleh pelaksana dan penerima manfaat.
5. Acuan evaluasi
Pelaksanaan evaluasi mengacu kepada:
a. DIPA UPT dan DIPA pusat;
b. Rencana (RPL, RKT) Pembinaan/Pemberdayaan Desa Binaan di
Daerah Penyangga Kawasan Konservasi yang bersangkutan;
c. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Program KSDAE Tahun 2015-2019.
d. Landasan hukum pelaksanaan program/kegiatan, termasuk norma,
standar, prosedur, dan kriteria (NSPK), baik pedoman, petunjuk
teknis, prosedur kerja, dan lain-lain, misalnya Indikator Keberhasilan
Kegiatan Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga;
e. Laporan rutin kemajuan kegiatan (bulanan, tahunan) dan laporan
khusus kegiatan (jika ada);
f. Hasil monitoring dan/atau evaluasi kegiatan yang telah dilakukan
sebelumnya (jika ada);
g. Self assessment.
Data dan informasi hasil evaluasi dicatat dalam tabel dengan contoh
format tabel pada Lampiran 11 hingga Lampiran 15.
Sebagai acuan teknis lebih lanjut, “Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi
Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi” agar
digunakan sebagai pelaksanaan evaluasi pembinaan desa binaan.
28
BAB VII
TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBINAAN DESA BINAAN
A. Hierarki Rencana
Rencana pembinaan desa binaan memiliki hierarki sebagai berikut:
1. Rencana Pembinaan Lima Tahun (RPL), memuat rencana kegiatan
selama 5 tahun.
2. Rencana Kerja Tahunan (RKT), memuat rencana kegiatan selama satu
tahun, yang merupakan jabaran tahunan dari RPL.
a. Penyusunan
Rencana pembinaan, baik RPL maupun RKT, disusun melalui FGD
secara partisipatif dengan melibatkan antara lain:
− Kelompok masyarakat desa binaan;
− Fasilitator/pendamping desa binaan dari UPT; serta
− Aparat desa.
b. Penilaian
Penilaian konsep rencana pada butir 2. a. dilakukan oleh:
- Kepala UPT KSDAE yang berkewenangan, menilai tentang
kebenaran dan keselarasan rencana pembinaan desa binaan dari
29
aspek pengelolaan kawasan konservasi, sumber daya, dan aspek
teknis operasional pembinaan desa binaan di daerah penyangga
kawasan konservasi.
- Sekretaris Desa atau Aparat Desa yang ditunjuk Kepala Desa,
menilai tentang kebenaran dan keselarasan rencana dari aspek
kependudukan, administrasi pemerintahan desa, dan aspek
pembangunan desa yang bersangkutan.
c. Pengesahan
Konsep rencana yang sudah dinilai dan telah ditandatangani para
penilai, disahkan menjadi RPL atau RKT oleh Kepala Desa yang
berkewenangan dengan membubuhkan Nama Terang, Tandatangan,
dan Cap Desa pada LEMBAR PENGESAHAN.
1. Format Rencana
Garis besar format rencana pembinaan desa binaan di daerah penyangga
kawasan konservasi disajikan pada Lampiran 16. Format terdiri dari:
b. Bagian pembuka:
− Lembar Pengesahan
− Kata Pengantar
− Susunan Tim Penyusun
− Daftar Isi, termasuk Daftar Tabel, Daftar Gambar (jika ada), dan
Daftar Lampiran
c. Bagian isi:
Uraian mengenai masing-masing Bab (mulai Pendahuluan hingga
Penutup). Outline bagian isi sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Landasan Hukum
C. Tujuan dan Manfaat
D. Ruang Lingkup
E. Indikator Keberhasilan
F. Batasan dan Pengertian
30
BAB II. PROFIL KAWASAN KONSERVASI DAN PROFIL DESA
BINAAN
A. Profil Kawasan Konservasi
B. Profil Desa Binaan
C. Profil Kelompok Binaan
d. Bagian penutup:
Berisi lampiran-lampiran yang relevan dengan teks/bagian sebelumnya.
b. Bagian pembuka:
Ketentuan pengisian bagian pembuka disajikan pada Lampiran 19
dengan contoh format Lembar Pengesahan untuk RPL pada
Lampiran 20 dan untuk RKT pada Lampiran 21.
c. Bagian isi:
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Landasan Hukum
C. Tujuan dan Manfaat
D. Ruang Lingkup
E. Indikator Keberhasilan
F. Batasan dan Pengertian
Uraian/penjelasan masing-masing Sub Bab (Bab I) disajikan
pada Lampiran 22.
d. Bagian penutup:
Penjelasan bagian ini disajikan pada Lampiran 28.
32
B A B V II
PENUTUP
33
LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh Perencanaan Pembinaan/ Pemberdayaan Masyarakat
Secara Partisipatif
2. METODE PERENCANAAN
Metode perencanaan yang diadopsi dari metode Kerangka 5-S (The Five S
Framework for Site Conservation) yang dipublikasikan oleh The Nature
Conservancy tahun 2000. Untuk keperluan perencanaan pemberdayaan
masyarakat dilakukan modifikasi metode Kerangka 5-S tersebut. Mekanisme
perencanaan secara partisipatif dapat dilihat pada Gambar berikut ini.
KETERANGAN
Tahap 1 : Identifikasi komoditas penting di desa
Tahap 2 : Diskusi masalah dan sumber masalah
Tahap 3 : Menentukan para pihak yang terlibat
Tahap 4 : Menentukan strategi pengembangan ekonomi
Tahap 5 : Menentukan ukuran sukses pemberdayaan
34
3. PELAKSANAAN PERENCANAAN
a. PERSIAPAN
Perencanaan secara partisipatif berlangsung selama sehari sejak jam
8.00-17.00. Proses perencanaan dipandu oleh tim yang terdiri dari 4
orang (seorang moderator, seorang asisten moderator, seorang notulen,
seorang fotografer dan seorang yang mengurus makanan dan minuman)
selama diskusi. Untuk memudahkan perekaman data diperlukan alat
peraga yang disiapkan sebelum tim turun ke desa.
Diskusi dilakukan di Balai desa atau ruang kelas dengan kursi duduk
cukup untuk 40 orang dan papan tulis di bagian depan. Jika tidak ada
tempat demikian, diskusi dapat dilaksanakan di ruang terbuka di bawah
pohon rindang. Peserta dapat duduk beralas tikar, papan tulis bisa
digantikan lembaran kertas buram yang digantung pada papan kayu.
35
36
c. PRAKTEK PERENCANAAN SECARA PARTISIPATIF
37
b. Trend perkembangan komoditas
Moderator membagi peserta dalam 8 kelompok sehingga
masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang. Perintahkan agar
peserta untuk merubah formasi tempat duduk agar berkelompok
dan saling berhadapan. Tugaskan agar setiap kelompok adalah
membahas 1 komoditas. Bagikan kertas warna-warni dibawah ini
pada setiap kelompok.
SANGAT BAIK
BAIK
SEDANG
TIDAK BAIK
T-10 T T+10
KELAPA
T-10 T T+10
38
Tahap 2. Diskusi tentang masalah & sumber masalah
ANCAMAN
BO BOT
BO BOT
(a x b)
NILAI
(a)
(b)
KOMODITAS MASALAH SUMBER MASALAH
dst
ANCAMAN
3.----------
4.----------
5.----------
6.----------
7.----------
8. ---------
2.---------
1.Kelapa
SUMBER MASALAH
BOBOT
Tenaga kerja mahal 6
Pohon sudah tua 4
Serangan hama daun 9
Tidak pengendalian hama 6
Tidak tersedia pestisidanya 3
Kebun ditebang untuk 2
pemukiman
Tidak menguntungkan 1
KETERANGAN
: Arah penjumlahan ke samping
: Arah penjumlahan ke bawah
40
Lakukan penjumlahan bobot ke arah samping dan ke bawah maka
lakukan pemilihan 3 peringkat bobot tertinggi pada kolom ‘bobot
ancaman’ dan pada baris ‘bobot prioritas Komoditas.
dst dst
2. Pengembangan ‘Komoditas’
PROGRAM KEGIATAN
a. -------------------------------------------- 1. -------------------------------------------------
2. -------------------------------------------------
3. -------------------------------------------------
b. -------------------------------------------- 1. -------------------------------------------------
2. -------------------------------------------------
3. -------------------------------------------------
c. -------------------------------------------- 1. -------------------------------------------------
2. -------------------------------------------------
3. -------------------------------------------------
42
Tabel 6. Stategi Pengembangan Ekonomi Desa
dst ---------------------------------------------
43
Lampiran 2. Beberapa Contoh Jenis Kegiatan Pembinaan, Lingkup Penguatan Kapasitas masyarakat Pemberian Akses
Pemanfaatan KSA dan KPA (Referensi: PP nomor 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan KSA dan KPA)
44
Lampiran 2. Sambungan .....
45
Lampiran 3. Contoh Tabel Jenis Kegiatan Setiap Indikator dalam Rencana
Pembinaan Desa Binaan
(Contoh ini menggunakan IKK Program KSDAE2015-2019; dalam
RPL dan RKT gunakan IKK Desa Binaan)
Jenis Kegiatan Setiap Indikator pada IKK Pembinaan Desa Binaan di Daerah
Penyangga Kawasan CA/SM/TN/TWA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ,
Desa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , Tahun 2015-2019
No Tahun Pelaksanaan
Indikator Kegiatan
. 2015 2016 2017 2018 2019
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Indikator 1: 1) Pembentukkan/penguat-
Meningkatnya ∑ an kapasitas Kelompok V V V
anggota/kelompok Binaan
masyarakat peduli 2) Gerakan bersih
terhadap lingkungan V V
konservasi
kawasan ....................
2. Indikator 2: 3) Pengembangan proses
Meningkatnya produksi komoditas xx V V V V V
pendapatan (kelapa/ ikan lele/ dll)
kelompok yang 4) Peningkatan mutu
dibina (melalui produksi cenderamata V V
pengembangan
usaha ekonomi) ....................
3. Indikator 3: 5) Pembentukkan/penguat-
Menurunnya ∑ an Kelompok ‘Penga- V V V
orang berinteraksi man Hutan Swakarsa’
negatif dan/atau ....................
melakukan
pelanggaran terha- ....................
dap KK ....................
4. Indikator 4: 6) Pelatihan pemandu
V V
Meningkatnya wisata alam
kegiatan ekonomi 7) Pelatihan pengembang-
produktif dgn usaha an obyek dan daya tarik V
mencirikan desa wisata alam
konservasi (∑orang
berkesempatan 8) Pengelolaan limbah
ternak menjadi biogas V
kerja dan/atau
∑usaha) dst . . . . . . . . . . . . . . . . . .
......................
46
Lampiran 4. Contoh Tabel Uraian Tugas Penanggung Jawab dan Pelaksana
Kegiatan Pembinaan Desa Binaan
1 2 3 4
1. Penanggung Jawab
Kegiatan (Kepala UPT)
2. Penanggung Jawab
Teknis Operasional
(Kabid/Kasi Wil. UPT)
3. Ketua Kelompok
4. Sekretaris Kelompok
5. Bendahara Kelompok
6. Pokja 1:
6. 1. Ketua Pokja 1
6. 2. Anggota Pokja 1:
1) . . . . . . . . . . . . . . .
2) . . . . . . . . . . . . . . .
3) dst . .........
7. Pokja 2:
7. 1. Ketua Pokja 1
7. 2. Anggota Pokja 1:
1) . . . . . . . . . . . . . . .
2) . . . . . . . . . . . . . . .
3) dst . .........
8. Pokja 3: dst . . . . . . . . . .
47
Lampiran 5. Contoh Tabel Rencana Fisik dan Keuangan dalam Rencana Lima Tahun (RPL) Kegiatan Pembinaan Desa Binaan
Rencana Fisik dan Keuangan Kegiatan Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi CA/SM/TN/TWA . . . . . ,
Desa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , Kelompok . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Periode Tahun 2015-2019
Rencana Fisik Rencana Keuangan (Rp)
No. Kegiatan Sumber Dana
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 Jumlah 2015 2016 2017 2018 2019 Jumlah
48
Lampiran 6. Contoh Tabel Rencana Fisik dan Keuangan dalam Rencana Kerja
Tahunan (RKT) Kegiatan Pembinaan Desa Binaan
1 2 3 4 6 7
1. Pembentukkan/ BB (Balai) TN / KSDA .......
penguatan kapasitas X1
Angkatan ...........................................
Kelompok Binaan’ 1
@ 30 org Sumber lain . . . .
X2 (sebutkan)
2. Pengembangan BB (Balai) TN / KSDA .......
proses produksi X1 ...........................................
Paket 1
kelapa
X2 Sumber lain . . . (sebutkan)
3. Pembentukkan
Lembaga ‘Pengaman Paket 1 Z Isi seperti diatas
Hutan Swadaya’
dst. . . . . . . . . . . . . . . . ................. .............. ...................... ...........................................
Lampiran 7. Contoh Tabel Rencana Fisik dan Keuangan dalam Rencana Kerja
Tahunan (RKT) Kegiatan Pembinaan Desa Binaan
1 2 3 4 6 7
1. Pembentukkan/ X1 X1 UPT KSDAE (sebutkan)
Angkatan
penguatan kapasitas 1
Kelompok Binaan’ @ 30 org X2 X2 Sumber lain (sebutkan)
2. Pengembangan
proses produksi :
1) Minyak kelapa
(kletik) Paket 1 X1 Sebutkan sumbernya
49
Lampiran 8. Contoh Tabel Hasil Monitoring Output Pembinaan Desa Binaan
Rencana Realisasi
No. Jenis Kegiatan Fisik Keuangan Fisik Keuangan
Satuan Volume (Rp) Volume % Rp. %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1.
2.
3.
dst.
Solusi/Penyelesaian
No. Jenis Kegiatan Masalah Yang Telah Saran Tindak
Dilakukan Lanjut
1 2 3 4 5
1.
2.
3.
dst.
Tingkat Pencapaian
No. Indikator Jenis Kegiatan
Outputs Outcomes
1 2 3 4 5
1.
2.
3.
dst.
50
Lampiran 11. Contoh Tabel Hasil Evaluasi Awal Output Pembinaan Desa
Binaan
Hasil Evaluasi Awal (Tahun Pertama) Output Pembinaan Desa Binaan di Daerah
Penyangga Kawasan Konservasi CA/SM/TN/TWA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ,
Desa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , Kelompok . . . . . . . . . . . , Tahun 20 . . .
Rencana Realisasi
No. Jenis Kegiatan Fisik Keuangan Fisik Keuangan
Satuan Volume (Rp) Volume % Rp. %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1.
2.
3.
dst.
Lampiran 13. Contoh Tabel Hasil Evaluasi Akhir Output Pembinaan Desa Binaan
Hasil Evaluasi Akhir (evaluasi keseluruhan atau tahun ke-5) Output Pembinaan
Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi CA/SM/TN/TWA . . . . ,
Desa . . . . . . . . . . , Kelompok . . . . . . . . . . , Periode Tahun 20 . . - 20 . .
Rencana Kumulatif
Realisasi Kumulatif 5 Tahun
5 Tahun
No. Jenis Kegiatan
Fisik Keuangan Fisik Keuangan
Satuan Volume (Rp) Volume % Rp. %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1.
2.
3.
dst.
51
Lampiran 14. Contoh Tabel Hasil Evaluasi Permasalahan Pembinaan Desa
Binaan
Solusi/Penyelesaian
No. Jenis Kegiatan Masalah Yang Telah Rekomendasi/Saran
Dilakukan Tindak Lanjut
1 2 3 4 5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
dst.
Lampiran 15. Contoh Tabel Hasil Evaluasi Tingkat Pencapaian Indikator Kinerja
Kegiatan (IKK) Pembinaan Desa Binaan
Tingkat Pencapaian
No. Indikator Jenis Kegiatan
Outputs % *) Outcomes % *)
1 2 3 4 5
52
Lampiran 16. Format Rencana Pembinaan Desa Binaan Di Daerah Penyangga
Kawasan Konservasi
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
BAGIAN
PEMBUKA DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Landasan Hukum
C. Tujuan dan Manfaat
D. Ruang Lingkup
E. Indikator Keberhasilan
F. Batasan dan Pengertian
BAGIAN LAMPIRAN
PENUTUP Memuat lampiran guna melengkapi penjelasan pada bagian-
bagian sebelumnya.
53
Lampiran 17. Format Cover RPL (Rencana Pembinaan Lima Tahun) Desa
Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi Lima Tahun
KELOMPOK : ......................
DESA : ......................
KECAMATAN : ......................
KABUPATEN : ......................
. . . . . . . . . . . . . , 20 . .
54
Lampiran 18. Format Cover RKT (Rencana Kerja Tahunan) Desa Binaan di
Daerah Penyangga Kawasan Konservasi Lima Tahun
KELOMPOK : ......................
DESA : ......................
KECAMATAN : ......................
KABUPATEN : ......................
. . . . . . . . . . . . . , 20 . .
55
Lampiran 19. Ketentuan Pengisian Bagian Pembuka Rencana Pembinaan Desa
Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi
1. Lembar Pengesahan:
pada kolom “Disusun oleh” : ditandatangani oleh Ketua Tim
Penyusun;
pada kolom “Dinilai oleh” : ditandatangani oleh Penilai:
- Kepala UPT KSDAE yang
berkewenangan;
- Sekretaris atau Aparat Desa
yang ditunjuk Kepala Desa
yang bersangkutan;
pada kolom “Disahkan oleh” : ditandatangani oleh Kepala Desa
Binaan yang berkewenangan.
Contoh format Lembar Pengesahan disajikan pada Lampiran 20 dan
Lampiran 21.
2. Kata Pengantar
Ditandatangani oleh kepala desa dan dicap desa yang bersangkutan.
56
Lampiran 20. Format Lembar Pengesahan RPL (Rencana Pembinaan Lima
Tahun) Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi
KOP UPT
LEMBAR PENGESAHAN
Ketua Nama
NIP
Nama
NIP
.............................., 20 ......
Disahkan oleh:
Nama
NIP
57
Lampiran 21. Format Lembar Pengesahan RKT (Rencana Kerja Tahunan) Desa
Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi
KOP UPT
LEMBAR PENGESAHAN
Ketua Nama
NIP
Nama
NIP
.............................., 20 ......
Disahkan oleh:
Nama
NIP
58
Lampiran 22. Uraian/Penjelasan Bab I Pendahuluan Rencana Pembinaan Desa
Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berisi latar belakang desa, kawasan konservasi, dan kegiatan pembinaan
pemberdayaan masyarakat di desa yang bersangkutan.
B. Landasan Hukum
Memuat landasan hukum kegiatan pembinaan desa binaan daerah
penyangga kawasan konservasi, antara lain: UU No. 41 tahun 1991
tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, UU No.
6 tahun 2014 tentang Desa, UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, PP No. 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan KSA/KPA, dan lain-
lain.
D. Ruang Lingkup
Berisi tentang ruang lingkup yang dimuat dalam rencana, penjelasan
mengenai jenis-jenis kegiatan, pembiayaan, penyelenggara
(penanggungjawab/pelaksana) kegiatan, para pihak yang terlibat, serta hal-
hal lain yang terkait dalam kegiatan pembinaan/pemberdayaan masyarakat
desa binaan di daerah penyangga kawasan konservasi selama 5 (lima)
tahun.
E. Indikator Keberhasilan
Memuat “Indikator Keberhasilan Pencapaian Tujuan Utama Desa”, sebagai
acuan dan arah pencapaian akhir Tujuan Utama Desa melalui pembinaan
desa binaan yang ditargetkan selama periode kegiatan.
59
Lampiran 23. Uraian/Penjelasan Bab II Profil Kawasan Konservasi pada
Kegiatan Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga
Kawasan Konservasi
1. Identitas kawasan
Jelaskan:
nama, status, dan luas kawasan;
letak geografis dan administratif pemerintahan;
data dan informasi lain yang diperlukan.
2. Sejarah kawasan
Jelaskan:
asal mula status kawasan tersebut ditunjuk sebagai kawasan
konservasi,
SK penunjukan dan alasan penunjukan,
SK penetapan dan luas kawasan,
zonasi/blok,
perubahan luas kawasan konservasi karena penambahan atau
pengurangan,
data dan informasi lain yang diperlukan.
3. Kondisi fisik
Jelaskan:
letak geografis;
batas wilayah;
lanskap;
tanah;
topografi;
iklim;
daerah aliran sungai (DAS) / Sub DAS;
aksesibilitas;
kondisi perairan (untuk kawasan konservasi perairan);
data dan informasi lain yang diperlukan.
4. Potensi biologi
Jelaskan:
keanekaragaman hayati dan ekosistem,
flora fauna endemik;
flora fauna langka;
flora fauna yang dilindungi;
data dan informasi lain yang diperlukan.
60
Lampiran 23. Sambungan . . . . .
61
Lampiran 24. Uraian/Penjelasan Bab II Profil Desa Binaan pada Kegiatan
Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan
Konservasi
1. Identitas desa
Jelaskan:
nama desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi;
luas, batas wilayah, letak desa pada daerah penyangga;
sebutkan nama kawasan konservasi sekitar desa ini dan sebutkan
arah serta jarak terdekat ke kawasan konservasi.
2. Sejarah desa
Jelaskan:
asal mula desa;
keterkaitan desa dengan kawasan konservasi sebelum dan setelah
penunjukan (misal enclave, zona/blok khusus);
data dan informasi lain yang diperlukan.
4. Kependudukan
Jelaskan:
jumlah penduduk (KK dan/atau jiwa);
kepadatan penduduk (jiwa/km2);
pertumbuhan dan pertambahan (demografi) penduduk,
mobilitas penduduk,
sosial budaya,
tingkat pendidikan,
data dan informasi lain yang diperlukan.
5. Kondisi pemukiman
Memuat data dan informasi tentang:
proporsi luas pemukiman dibanding luas desa (%);
kondisi pemukiman seperti:
o proporsi bangunan rumah permanen (%);
o poporsi rumah sederhana dengan sumber air bersih terbatas
dengan sanitasi yang buruk (%);
lain-lain yang diperlukan.
6. Mata pencaharian
Sebutkan:
PNS/ABRI/pegawai swasta (%);
petani memiliki lahan (%);
62
Lampiran 24. Sambungan . . . . .
pedagang (%);
buruh tani (%);
pengangguran (%);
data dan informasi lain yang diperlukan.
9. Lahan budidaya
Memuat data dan informasi tentang:
luas sawah irigasi teknis (ha);
luas sawah tadah hujan (ha);
luas kebun/ ladang (ha);
luas kolam ikan (ha);
kondisi irigasi yang ada;
lain-lain yang diperlukan.
63
Lampiran 24. Sambungan . . . . .
64
Lampiran 25. Format Profil Kelompok Binaan pada Kegiatan Pembinaan Desa
Binaan di Daerah Penyangga Kawasan CA/SM/TN/ TWA/ . . . ,
Balai Besar/Balai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Alamat Kelompok
Memuat data dan informasi tentang:
tempat kedudukan, nama dusun, nama desa, kecamatan, kabupaten,
provinsi;
jarak kedudukan kelompok ke kawasan konservasi.
65
Lampiran 25. Sambungan . . . . .
8. Kondisi Pemukiman/Rumah
Memuat data dan informasi tentang:
proporsi bangunan rumah permanen (%);
poporsi rumah sederhana dengan sumber air bersih terbatas dengan
sanitasi yang buruk (%)flora-fauna endemik, langka, dan dilindungi;
lain-lain yang diperlukan.
9. Jenis Usaha Budidaya Lahan Desa yang Diminati Kelompok dan yang
Prospektif Dikembangkan
Memuat data dan informasi tentang:
jenis budidaya yang diminati;
kuantitas produk budidaya yang ada sekarang;
pemasaran produk saat ini;
lain-lain yang diperlukan.
66
Lampiran 26. Uraian/Penjelasan Bab III Rencana Pembinaan Desa Binaan di
Daerah Penyangga Kawasan Konservasi
A. Tahun Kegiatan
Memuat periode rencana kegiatan, yaitu lima tahun (20 . . – 20 . .).
E. Jadwal Kegiatan
Memuat rincian tata waktu pelaksanaan setiap kegiatan, yaitu:
rincian tata waktu per tahun setiap kegiatan selama lima tahun.
67
Lampiran 27. Uraian/Penjelasan Bab IV Rencana Pembinaan Desa Binaan di
Daerah Penyangga Kawasan Konservasi
68
Jakarta, 2015