PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 2015, Indonesia menduduki peringkat kedua yang diestimasikan sebagai
penyumbang orang dengan HIV/AIDS terbanyak di Asia Tenggara setelah India (60%)
yakni sebesar 20% atau 690.000 ODHA (WHO, 2016). Tahun 2016, Indonesia
mengalami kenaikan kejadian insiden HIV menjadi 41.250 orang yang sebelumnya
sebesar 30.935 orang pada tahun 2015 (Ditjen P2P Kemenkes RI, 2016).
Ubi jalar ungu dan yoghurt merupakan makanan yang baik untuk Penderita HIV
karena dalam ubi jalar ungu dan yoghurt mengandung antioksidan yaitu antosianin,
vitamin C, vitamin E dan Beta karoten yang sangat banyak sehingga dapat membantu
menjaga imunitas penderita HIV. (Nintami dan Rustanti, 2012). Selain itu ubi jalar ungu
juga mengandung karbohidrat yang kompleks yang mudah dicerna oleh tubuh (Ginting
et al., 2011).Adanya kandungan serat yang ada pada tepung ubi jalar ungu juga dapat
meningkatkan mutu dan kualitas produk sehingga penambahannya kedalam bahan
pangan menjadi penting.
Ampas tahu merupakan residu berserat yang diperoleh dari pengolahan susu kedelai
dan tahu yang masih mengandung 20-27% protein (Martos dan Ruperez, 2009) yang
dapat memperbarui sel – sel yang rusak. Ampas tahu sendiri dapat dijadikan sebagai
bahan baku untuk pengembangan pangan jajanan sehat.
B. Tujuan
1) Umum
Untuk mengetahui pengaruh formulasi ampas tahu, ubi jalar ungu dan yoghurt
pada snackbar sebagai intervensi penyakit HIV/AIDS di usia dewasa awal (20 tahun)
2) Khusus
a. Mengetahui karakteristik snack bar ampas tahu, ubi jalar ungu, dan yoghurt
sebagai intervensi penyakit HIV/AIDS di usia dewasa awal (20 tahun)
b. Mempelajari formulasi ampas tahu, ubi jalar ungu, dan yoghurt pada
snackbar sebagai intervensi penyakit HIV/AIDS di usia dewasa awal (20
tahun)
c. Mengetahui formulasi terbaik ampas tahu, ubi jalar ungu, dan yoghurt pada
snackbar sebagai intervensi penyakit HIV/AIDS di usia dewasa awal (20
tahun)
d. Mengetahui daya terima (organoleptik) sebagai intervensi penyakit HIV/AIDS
di usia dewasa awal (20 tahun)
C. Manfaat
1) Manfaat Keilmuan
2) Manfaat Praktisi
Daftar Pustaka
Batterham MJ. Investigasi heterogenety in studies of resting energi expediture in person with
HIV/AIDS: meta-analisis. Am J Clin Nutr 2005;81(3):702-13.
Ginting, E., J. S. Utomo., R. Yulifianti., dan M. Jusuf. 2011. Potensi ubijalar ungu sebagai
pangan fungsional. J. IPTEK Pangan 6 (1): 116- 138.
Martos IE, R. P. (2009). Indigestible Fraction of Okara from Soybean : composition, physic-
chemical Properties and In Vitro Fermentability by pure cultures of Lactobacillus
acidophilus and Bifidobacterium bifidum . J Eur Food Res Technol 228, 685 - 693.
Nintamani AL, R. (2012). Kadar Serat, Aktivitas Antioksidan, Amilosa, dan Uji Kesukaan Mie
Basah dengan Substitusi Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomiea batatas var Ayamurasaki)
Bagi Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. J Nutr Collage , 486 - 504.
Organization, W. H. (2016). Progress report on HIV in the WHO SouthEast Asia Region.
South-East Asia: WHO Library Cataloguing in Publication Data World.
Safitri, E. (2013). Pengaruh Penggunaan Tepung dan Puree Pisang Terhadap Karakteristik
Pisang Berbasis Mutu Makanan Padat Berbasis-Pisang. J-Penelitian Gizi Makanan,
127-134.
World Health Organization. (2016). Progress report on HIV in the WHO SouthEast Asia
Region. WHO Library Cataloguing in Publication Data World Health Organization
Regional Office For South-East Asia