Anda di halaman 1dari 25

TAUHID ILMU KALAM DAN AKHLAK

A. Pengertian ilmu kalam


1. Pengertian ilmu kalam secara terminologi & etimologi
Secara terminologi, ilmu kalam adalah ilmu yang membahas tentang ketuhanan
dengan nuansa pemikiran yang cenderung menggunakan logika (filsafat) yang dikaitkan
dengan dalil-dalil naqilah. Ilmu kalam juga biasa disamakan dengan theologi islam.
Seacara etimologi, ilmu kalam berasal dari kata kalam, yang berarti” kata-kata”.
Kata-kata disini dimaksudkan sebagai kata-kata(firman) Allah. Jadi ilmu kalam
merupakan ilmu yang membicarakan permasalahan kalam allah. Tetapi ada juga ahli yang
menyatakan bahwa kalam disini yang dimaksud kata-kata manusia, karena didalam ilmu
kalam ada ajang bersilat atau berdebat kata-kata antar berbagai ahlidalam
mempertahankan pendapat dan pendirian masing-masing.
Menurut ahli tata bahasa Arab, kalam adalah kata atau lafaz dengan bentuk
majemuk (ketentuan atau perjanjian). Secara teknis, kalam adalah alasan atau argumen
rasional untuk memperkuat perkataan. Secara tata bahasa, kalam merupakan kata umum
tentang perkataan, sedikit atau banyak, yang dapat digunakan untuk setiap bentuk
pembicaraan (likulli ma yatakallamu bihi); atau ekspresi suara yang berturut-turut hingga
pesan-pesan suara itu jelas maksudnya. Dalam ayat 144 surah al-A’raf, menyebut bi
kalami yang ditujukan kepada Nabi Musa AS, menurut al-Baidawi maksudnya bi kalami
iyyaka (Aku berbicara langsung kepadamu). Dalam ayat 15 surah al-Fath, kalama Allah
diartikan janji atau ketentuan Allah SWT yang harus diikuti oleh seluruh umat manusia.
2. Nama-nama lain dari ilmu kalam
Ilmu tauhid mempunyai beberapa nama dan penamaan itu muncul sesuai dengan
aspek pembahasan yang ditonjol oleh pembahas yang memberiakan nama tersebut.
Adapun selain nama terdapat beberapa nama lainnya.
a. Ilmu Tauhid
Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud allah, soal-soal
yang wajib, mustahil dan jaiz bagi allah dan Rasul-nya, serta mengupas dalil-
dalil yang mungkin sesuai dengan akal, guna membuktikan adanya zat yang
mewujudkan, kemudian juga mengupas dalil-dalil sam’iyat guna mempercayai

1
sesuatu dengan yakin. Sebab dinamai ilmu tauhid karena ilmu ini membahas
keesaan allah.
b. Ilmu Ushuluddin
Ushuluddin adalah serangkaian kata yang terdiri dari ushul dan ad-din.
Ushul adalah jama’ dari ashl yang berarti pokok atau dasar, fundamen
sedangkan ad-din artinya adalah agama. Jadi perkataan ushuluddin menurut
logatnya beratri pokok atau dasar-dasar agama. Alasan dinamai dengan ilmu
ushuluddin karenailmu ini membahas tentang prinsi-prinsip agama islam.
c. Ilmu Aqaid
Aqaid artinya simpulan – buhul, yakni kepercayaan yang tersimpul
dalam hati. Aqaid adalah jama’ dari aqidah. M. Hasby As Sidiqi menjelaskan
dalam bukunya tentang maudhu’ tahid, dia mengatakan bahwa maudhu’tauhid
adalah pokok pembicaraan ilmu tauhid yaitu aqidah yang diterangkan dalil-
dalilnya.Jadi, ini dinamakan dengan ilmu Aqaid disebabkan ilmu ini berbicara
tentang kepercayaan Islam. Syekh Thahir Al Jazairy menerangkan : “Aqidah
Islam ialah hal-hal yang diyakini oleh orang-orang Islam, artinya mereka
menetapkan atas kebenarannya “
d.  Ilmu Ma’rifah
Ma’rifah artinya adalah pengenalan atau mengenal. Dalam Islam, tentang
ilmu ketuhanan ini sering disebut dengan ilmu Ma’rifah karena ilmu ini
membahas terhadap hal-hal yang berkenaan dengan sifat-sifat-Nya yang wajib,
mustahil, dan jaiz bagi-Nya.
e. Teologi Islam
Karena teologi membicarakan zat Tuhan dari segalah aspeknya. Dan
perhatian Tuhan dengan Alam semeseta karena teologi sangat luas sifatnyat.
Teologi setiap agama bersifat luas maka bila di pautkan dengan islam (teologi
islam) pengertiannya sama dengan Ilmu Kalam di sebut pula ilmu jaddal (debat)
ilmu alqoid.

2
3. Ruang lingkup tauhid ilmu kalam

Adapun ruang lingkup pembahasan ilmu kalam mencakup beberapa hal, yaitu:

 Hal-hal yang berhubungan dengan Allah SWT.


 Hal-hal yang berhubungan denga rasul Allah sebagai penyambung ataupun
pembawa risalah kepada manusia, seperti: malaikat, nabi dan rasul dan beberapa
kitab suci.Hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan yang akan datang,
seperti adanya hari kebangkitan, siksa kubur,  surga dan neraka.

Menurut Hasan Al-Banna, ruang lingkup pembahasan ilmu kalam mencakup:

 Illahiyat, yakni kajian tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan Allah,
seperti wujud Allah, nama-nama Allah, sifat-sifat Allah, af’al Allah dls.
 Nubuwat, yakni kajian tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi
dan rasul termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah, mu’jizat, karomah
dls.
 Ruhaniyat, yakni kajian tentang segala sesuatu yang berhubungan denga alam
metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, syetan dls.
 Sam’iyat, yakni kajian tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat
sam’i (dalil naqli atau berupa Al-qur’an dan sunah) seperti alam barzakh,
akhirat, adzab kubur, surga dan neraka dls.

4. Pengertian akhlak

Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yaitu ” Al-Khulk ” yang berarti tabeat,
perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan.  Menurut istilahnya, akhlak ialah sifat yang
tertanam di dalam diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang
dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan paksaan.

Menurut istilahnya, akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam diri seorang
manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu
pemikiran dan paksaan. Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan. Akhlak
secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan
secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.

3
Akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang
berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu
Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai
yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa
mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.

Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut
harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan
baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika
timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa
banyak pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang,
sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat.

B. Dasar-dasar tauhid/ ilmu kalam dan akhlak


1. Al-quran
Sebagai dasar dan sumber ilmu kalam, Al-quran banyak menyinggung hal yang
berkaitan dengan masalah ketuhanan, diantaranya adalah:
Artinya:
“Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakan (3) dan tidak ada sesuatu yang sama
denganDia (4)”
Dan masih terdapat juga di dalam QS. Asyura :7, QS. Al furqan 59, QS. Al fath 10
dan masih banyak lagi ayat-ayat yang berkaitan dengan dzat, sifat, asma, perbuatan,
tuntunan dan hal-hal lain yang berkenaan dengan eksistensi Tuhan. Hanya saja penjelasan
rincinya tidak ditemukan.
                               
2. Hadis
Hadis Nabi SAW pun banyak membicarakan masalah-masalah yang dibahas ilmu
kalam yang dipahami sebagian ulama sebagai prediksi Nabi mengenai kemunculan
berbagai golongan dalam ilmu kalam, diantaranya adalah:
“hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. ia mengatakan bahwa Rasulullah
bersabda, “orang-orang Yahudi akan terpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan,
dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh golongan.”

C. Sejarah perkembangan dan aliran-alirannya


1. Sejarah timbulnya ilmu kalam

4
Menurut Harun Nasution, kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan
politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan utsman bin affan yang berbuntut pada
penolakan muawiyah atas kekhalifahan Ali bin abi thalib. Ketegangan tersebut
mengkristal menjadi perang Siffin yang berakhir dengan keputusan tahkim (arbitrase).
Sikap Ali menerima tipu muslihat Amr bin Al ash, utusan dari pihak Muawiyah dalam
tahkim. Kelompok yang awalnya berada dengan Ali menolak keputusan tahkim tersebut
mereka menganggap Ali telah berbuat salah atas keputusan tersebut sehingga mereka
meninggalkan barisannya, kelompok ini dikenal dengan nama khawarij, yaitu orang yang
keluar dan memisahkan diri.
Diluar pasukan yang membelot Ali, adapula yang sebagian besar tetap
mendukung Ali. Mereka inilah yang kemudian memunculkan kelompok syiah. Harun
lebih jauh melihat bahwa persoalan kalam yang pertama muncul adalaah persoalan siapa
yang kafir dan siapa yang bukan kafir. Sementara itu menurut Dr. M. Yunan yusuf
masalah ilmu kalam ini timbul berawal dari masalah politik yaitu ketika usman bin affan
wafat terbunuh dalam suatu pemberontakan . sebagai gantinya Ali dicalonkan sebagai
khalifah namun pencalonan Ali ini banyak mendapat pertentangan dari para pemuka
sahabat di Mekah. Tantangan kedua datang dari Muawiyah, gubernur Damaskus salah
seorang keluarga dekat Usman bin Affan. Ia pun tidak mau pengangkatan Ali sebagai
khalifah. Muawiyah menuntut untuk menghukum para pembunuh Usman bin Affan.
Hingga sampai terjadinya peristiwa tahkim yang membuat Muawiyah naik tahta
secara illegal. Ketika Ali membiarkan hal itu terjadi sebagian tentara Ali tidak menyetujui
hal tersebut.mereka memandang Ali telah berbuat salah dan berdosa dengan menerima
keputusan (arbitrase) itu. Akhirnya mereka menganggap Ali dan Muawiyah telah kafir.
Dan hal itu berkembang bukan lagi menjadi masalah politik namun telah menjadi masalah
teologi. Mereka inilah yang dikenal dengan kaum Khawarij.

2. Penyebab munculnya aliran-aliran

Problematika teologis di kalangan umat Islam baru muncul pada masa


pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib (656-661M) yang ditandai dengan
munculnya kelompok dari pendukung Ali yang memisahkan diri mereka karena tidak
setuju dengan sikap Ali yang menerima Tahkim dalam menyelesaikan konfliknya
dengan muawiyah bin abi Sofyan, gubernur syam, pada waktu perang siffin. Kelompok
ini selanjutnya dikenal dengan Kelompok Khawarij.

5
Lahirnya Kelompok Khawarij ini dengan berbagai pendapatnya selanjutnya,
menjadi dasar kemunculan kelompok baru  yang dikenal dengan nama Murji’ah.
lahirnya Aliran teologi inipun mengawali kemunculan berbagai Aliran-Aliran teologi
lainnya. Dan dalam perkembangannya telah banyak melahirkan berbagai Aliran teologi
yang masing-masing mempunyai latar belakang dan sejarah perkembangan yang
berbeda-beda.Berikut ini akan dibahas tentang pertumbuhan dan perkembangan Aliran
tersebut berikut pokok-pokok pikiran nya masing-masing.

D. Aliran – aliran dalam ilmu kalam


1. Aliran Khawarij.
a. Pengertian dan latar belakang timbulnya Aliran khawarij

Aliran Khawarij merupakan Aliran teologi tertua yang merupakn Aliran pertama yang
muncul dalam teologi Islam. Menurut ibnu Abi Bakar Ahmad Al-Syahrastani, bahwa
yang disebut Khawarij adalah setiap orang yang keluar dari imam yang hak dan telah di
sepakati para jema’ah, baik ia keluar pada masa sahabat khulafaur rasyidin, atau pada
masa tabi’in secara baik-baik. Menurut bahasa nama khawarij ini berasal dari kata
“kharaja” yang berarti keluar. Nama itu diberikan kepada mereka yang keluar dari
barisan Ali.  Kelompok ini juga kadang kadang menyebut dirinya Syurah yang berarti
“golongan yang mengorbankan dirinya untuk allahdi samping itu nama lain dari
khawarij ini adalah Haruriyah, istilah ini berasal dari kata harura, nama suatu tempat
dekat kufah, yang merupakan tempat mereka menumpahakn rasa penyesalannya kapada
Ali bin abi Thalib yang mau berdamai dengan  Mu’awiyah.

Kelompok khawarij ini merupakan bagian dari kelompok pendukung Ali yang
memisahkan diri, dengan beralasan ketidak setujuan mereka  terhadap sikap Ali bin abi
Thalib yang menerima tahkim (arbitrase) dalam upaya untuk menyelesaikan persilisihan
dan konfliknya dengan mu’awiyah bin abi sofyan, gubernur syam, pada waktu perang
siffin.

Latar belakang ketidak setujuan mereka itu, beralasan bahwa tahkim itu merupakan
penyelesaian masalah yang tidak di dasarkan pada  ajaran Al-Qur’an, tapi ditentukan
oleh manusia sendiri, dan orang yang tidak Memutuskan hukum dengan al-quran adalah
kafir. Dengan demikian, orang yang  melakukan tahkim dan merimanya adalah kafir.

6
Atas dasar ini, kemudian golongan yang semula mendukung Ali ini selanjutnya berbalik
menentang dan memusuhi Ali beserta tiga orang tokoh pelaku tahkim lainnya yaitu Abu
Musa Al-Asyari, Mu’awiyah bin Abi Sofyan dan Amr Bin Ash.Untuk itu mereka
berusaha keras agar dapat membunuh ke empat tokoh ini, dan menurut fakta sejarah,
hanya Ali yang berhasil terbunuh ditangan mereka.

b. Tokoh-tokoh Khawarij

Diantara tokoh-tokoh khawarij yang terpenting adalah :

1. Abdullah bin Wahab al-Rasyidi, pimpinan rombongan sewaktu mereka


berkumpul di Harura (pimpinan Khawarij pertama)
2. Urwah bin Hudair
3. Mustarid bin sa’ad
4. Hausarah al-Asadi
5. Quraib bin Maruah
6. Nafi’ bin al-azraq (pimpinan al-Azariqah)
7. Abdullah bin Basyir
8. Zubair bin Ali
9. Qathari bin Fujaah
10. Abd al-Rabih
11. Abd al Karim bin ajrad
12. Zaid bin Asfar
13. Abdullah bin ibad

2. Aliran Murji’ah
a. Pengertian dan latar belakang timbulnya aliran Murji’ah

Aliran Murji’ah ini muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat
dalam upaya kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa besar, sebagai
mana hal itu dilakukan oleh aliran khawarij. Mereka menangguhkan penilaian terhadap
orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim itu di hadapan tuhan, karena hanya
tuhanlah yang mengetahui keadaan iman seseorang. Demikian pula orang mukmin yang
melukan dosa besar masih di anggap mukmin di hadapan mereka. Orang mukmin yang
melakukan dosa besar itu dianggap tetap mengakui bahwa tiada tuhansealin allah dan

7
Nabi Muhammad sebagai Rasulnya. Dengan kata lain bahwa orang mukmin sekalipun
melakukan dosa besar masih tetap mangucapkan dua kalimat syahadat yang menjadi
dasar utama dari iman. Oleh karena itu orang tersebut masih tetap mukmin, bukan kafir.
Pandangan mereka itu terlihat pada kata murji’ah yang barasal dari kata arja-a yang
berarti menangguhkan, mengakhirkan dan memberi pengharapan.

Hal-hal yang melatarbelakangi kehadiran murji’ah antara lain adalah : 

 adanya perbedaan pendapat antara Syi’ah dan Khawarij; mengkafirkan pihak-


pihak yang ingin merebut kekuasaan ali dan mengakfirkan orang- yang terlihat
dan menyetujui tahkim dalam perang siffin.
 adanya pendapat yang menyalahkan aisyah dan kawan-kawan yang
menyebabkan terjadinya perang jamal.
 adanya pendapat yang menyalahkan orang yang ingin merebut kekuasaan
Usman bin Affan. 

b. Ajaran-ajaran Murji’ah
 Ajaran-ajaran pokok murji’ah dapat disimpulan sebagai berikut: .

 Iman Hanya membenarkan (pengakuan) di dalam Hati


 Orang islam yang melakukan dosa besar tidak dihukumkan kafir. Muslim
tersebut tetap mukmin selama ia mengakui dua kalimat syahadt.
 Hukum terhadap perbuatan manusia di tangguhkan hingga hari kiamat[11]

c. Tokoh dalam murji’ah

Dalam perkembangannya, Murji’ah mengalami berbagai perbedaan pendapat


dikalangan pengikutnya yang mendasari lahirnya aliran-aliran selanjutnya, aliran
murji’ah ini terpecah menjadi beberapa macam sekte, ada yang moderat, ada pula yang
ekstrem.

Tokoh murji’ah Moderat antara lain adalah hasan bin Muhammad bin Ali bin
Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusufdan beberapa ahli hadits, yang berpendapat,
bagaimanapun besarnya dosa seseorang, kemungkinan mendapat ampunan dari tuhan
masih ada. Sedangkan yang ekstrem antara lain ialah kelompok Jahmiyah, pengikut

8
Jaham bin Shafwan. Kelompok ini berpendapat, sekalipun seseorang menyatakan
dirinya musyrik, orang itu tidak dihukum kafir.

3. Aliran Qadariyah
a. Pengertian dan latar belakang timbulnya aliran Qadariyah

Qadariyah berakar pada qadara yang dapat berarti memutuskan dan memiliki


kekuatan atau kemampuan.Sedangkan sebagai suatu aliran dalam ilmu kalam, qadariyah
adalah nama yang dipakai untuk suatu aliran yang memberikan penekanan terhadap
kebebasan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam
paham qadariyah manusia di pandang mempunyai qudrat atau kekuatan untuk
melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa
tunduk kepada qadar dan qada Tuhan.

Mazhab qadariyah muncul sekitar tahun 70 H(689 M). Ajaran-ajaran tentang


Mazhab ini banyak memiliki persamaan dengan ajaran Mu’tazilah sehingga Aliran
Qadariyah ini sering juga disebut dengan aliran Mu’tazilah, kesamaan keduanya terletak
pada kepercayaan kedunya yang menyatakan bahwa manusia mampu mewujudkan
tindakan dan perbuatannya, dan tuhan tidak campur tangan dalam perbuatan manusia
ini, dan mereka menolak segala sesuatu terjadi karena qada dan qadar Allah SWT.

Aliran ini merupakan aliran yang suka mendahulukan akal dan pikiran dari pada
prinsip ajaran Al-Qur’an dan hadits sendiri. Al-Qur’an dan Hadits mereka tafsirkan
berdasarkan logika semata-mata. Padahal kita tahu bahwa logika itu tidak bisa
menjamin seluruh kebenaran, sebab logika itu hanya jalan pikiran yang menyerap hasil
tangkapan panca indera yang serba terbatas kemampuannya. Jadi seharusnya logika dan
akal pikiranlah yang harus tunduk kepada Al-Qura’n dan Hadits, bukan sebaliknya.
Tokoh utama Qadariyah ialah Ma’bad Al-Juhani dan Ghailan al Dimasyqi. Kedua tokoh
ini yang mempersoalkan tentang Qadar.

b. Pokok-pokok ajaran Qadariyah

Menurut Dr. Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul Islam halaman 297/298, pokok-pokok


ajaran qadariyah adalah :

9
 Orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir, dan bukanlahmukmin, tapi fasik
dan orang fasikk itu masuk neraka secara kekal.
 Allah SWT. Tidak menciptakan amal perbuatan manusia, melainkan manusia
lah yang menciptakannyadan karena itulah maka manusia akan menerima
pembalasan baik (surga) atas segala amal baiknya, dan menerima balasan buruk
(siksa Neraka) atas segala amal perbuatannya yang salah dan dosakarena itu
pula, maka Allah berhak disebut adil.
 Kaum Qadariyah mengatakan bahwa Allah itu maha esa atau satu dalam ati
bahwa Allah tidak memiliki sifat-sifat azali, seprti ilmu, Kudrat, hayat,
mendengar dan melihat yang bukan dengan zat nya sendiri. Menurut mereka
Allah SWT, itu mengetahui, berkuasa, hidup, mendengar, dan meilahat dengan
zatnya sendiri.

 Kaum Qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui mana


yang baik dan mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan agama.
Sebab, katanya segala sesuatu ada yang memiliki sifat yang menyebabkan baik
atau buruk

4. Aliran Jabariyah
a. Pengerian, dan latar belakang Kemunculan jabariyah.

Nama jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa.


Sedangkan menurut al-Syahrastani bahwa Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan
dari hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebutkepada Allah. Dan
dalam bahasa inggris disebut dengan fatalism atau predestination, yaitu paham yang
menyatakan bahwa perbuatan manusia di tentukan sejak semula oleh qada dan qadar
tuhan.

Menurut catatan sejarah, paham jabariyah ini di duga telah ada sejak sebalum
agama Islam datangke masyarakat arab. Kehidupan bangsa arab yang diliputi oleh
gurun pasir sahara telah memberikan pengaruh besar terhadap hidup mereka, dengan
keadaan yang sangat tidak bersahabat dengan mereka pada waktu itu. Hal ini kemudian
mendasari mereka untuk tidak bisa berbuat apa-apa, dan menyebankan mereka semata-
mata tunduk dan patuh kepada kehendak tuhan.

10
Munculnya mazhab ini berkaitan dengan munculnya Qadariyah. Daerah
kelahirannya pun berdekatan. Qadariyah muncul di irak, jabariyah di khurasan. Aliran
ini pada mulanya di pelopori oleh al-ja’ad bin dirham. Namun, dalam
perkembangannya. Aliran ini di sebarluaskan oleh jahm bin Shafwan. Karena itu aliran
ini terkadang disebut juga dengan Jahmiah.

b. Pokok-pokok paham jabariyah.

Selanjutnya, yang menjadi dasar yang sejajar dengan pemahaman pada aliran jabariyah
ini dijelaskan Al-Qur’an diantaranya :

Dalam surat al-saffat ayat 96 :

“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu”.

Dalam surat al Insan ayat 30, dinyatakan

“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah”.

Jaham bin Shafwan mempunyai pendirian bahwa manusia itu terpaksa, tidak
mempunyai pilihan dan kekuasaan. Manusia tidak bisa berbuat lain dari apa yang telah
di lakukannya. Allah SWT, telah mentakdirkan ats dirinya segala amal perbuatan yang
mesti di kerjakannya, dan segala perbuatan itu adalah ciptaan allah, sama seperti apa
yang dia ciptakan pada benda-benda yang tidak bernyawa. Oleh karena itu, jaham
menginterpretasikan bahwa pahala dan siksa merupakan paksaan dalam arti bahwa allah
telah mentakdirkan seseorang itu baik sekaligus memberi pahala dan allah telah
mentakdirkan seseorang itu berdosa sekaligus juga menyiksanya.

Sehingga, dalam realisasinya, orang yang termakan paham ini bisa menjadi
apatis dan beku hidupnya, tidak bisa berbuat apa-apa, selain berpangku tangan,
menunggu takdir Allah semata-mata dan berusahapun tidak. Karena mereka telah
berkeyakinan bahwa allah telah mentakdirkan segala sesuatu, dan manusia tidak bisa
mengusahakan sesuatu itu.

Disisi lain, aliran ini tetap berpendapat bahwa manusia tetap mendapat pahala
atau siksa karena perbuatan baik atau jahat yang dilakukannya. Paham bahwa perbuatan

11
yang dilakukan manusia adalah sebenarnya perbuatan tuhan tidak menafikan adanya
pahala dan siksa.

Berkenaan dengan itu perlu dipertegas bahwa Jabariyah yang di kemukakan


Jaham bin Shafwan adalah paham yang ekstrem. Sementara itu terdapat pula paham
jabariyah yang moderat, seperti yang diajarkan oleh Husain Bin Muhammad al.Najjar
dan Dirar Ibn ‘Amr.

Menurut Najjar dan Dirar, bahwa  Tuhanlah yang menciptakan perbuatan


Manusia baik perbuatan itu positif maupun negatif Tetapi dalam melakukan perbuatan
itu manusia mempunyai bagian daya yang diciptakan dalam diri manusia oleh tuhan,
mempunyai efek, sehingga manusia mampu melakukan perbuatanitu.Daya yang
diperoleh untuk mewujudkan perbuatan-perbuatan inilah yang kemudian disebut Kasb
atau acquisition.

Menurut paham ini manusia tidak hanya bagaikan wayang di gerakkan oleh dalang,
tetapi manusia dan Tuhan terdapat kerja sama dalam mewujudkan suatu perbuatan, dan
manusia tidak semata-mata di paksa dalam melaksanakan perbuatannya.

5. Aliran Mu’tazilah
a. Pengertian dan latar belakang munculnya Mu’tazilah

Perkataan Mu’tazilah berasal dari kata Í’tizal” yang artinya “memisahkan diri”,
pada mulanya nama ini di berikan oleh orang dari luar mu’tazilah karena pendirinya,
Washil bin Atha’, tidak sependapat dan memisahkan diri dari gurunya, Hasan al-Bashri.
Dalam perkembangan selanjutnya, nama ini kemudian di setujui oleh pengikut
Mu’tazilah dan di gunakan sebagai nama dari bagi aliran teologi mereka.

Aliran mu’tazilah lahir kurang lebih 120 H, pada abad permulaan kedua hijrah di
kota basyrah dan mampu bertahan sampai sekarang, namun sebenarnya, aliran ini telah
muncul pada pertengahan abad pertama hijrah yakni diisitilahkan pada para sahabat
yang memisahkan diri atau besikap netral dalam peristiwa-peristiwa politik. Yakni pada
peristiwa meletusnya perang jamal dan perang siffin, yang kemudian mendasari
sejumlah sahabat yang tidak mau terlibat dalam konflik tersebut dan memilih untuk
menjauhkan diri mereka dan memilih jalan tengah.

12
Disisi lain, yang melatarbelakangi munculnya kedua Mu’tazilah diatas tidaklah
sama dan tidak ada hubungannya karena yang pertama lahir akibat kemelut politik,
sedangkan yang kedua muncul karena didorong oleh persoalan aqidah.

Dalam perkembangannya, Mu’tazilah pimpinan Washil bin Atha’ lah yang menjadi
salah satu aliran teologi dalam islam.

b. Pokok-pokok ajaran Mu’tazilah

Ada lima prinsip pokok ajaran Mu’tazilah yang mengharuskan bagi pemeluk ajaran ini
untuk memegangnya, yan dirumuskan oleh Abu Huzail al-Allaf :

1. al Tauhid (keesaan Allah)


2. al ‘Adl (keadlilan tuhan)
3. al Wa’d wa al wa’id (janji dan ancaman)
4. al Manzilah bain al Manzilatain (posisi diantara posisi)
5. amar mauruf dan Nahi mungkar.

c. Tokoh-tokoh Mu’tazilah

Diantara para tokoh-tokoh yang berpengaruh pada Mu’tazilah yaitu:

 Washil bin Atha’


 Abu Huzail al-Allaf
 Al Nazzam
 Al-Jubba’i

6. Ahlussunah Wal- Jamaah


a. Pengertian dan para tokoh serta pemikiran-pemikiran mereka.

Ahlussunnah berarti penganut atau pengikut sunnah Nabi Muhammad SAW,


dan jemaah berarti sahabat nabi. Jadi Ahlussunnah wal jama’ah mengandung arti
“penganut Sunnah (ittikad) nabi dan para sahabat beliau.

Ahlussunnah sering juga disebut dengan Sunni dapat di bedakan menjadi 2


pengertian, yaitu khusus dan umum, Sunni dalam pengertian umum adalah lawan

13
kelompok Syiah, Dalam pengertian ini, Mu’tazilah sebagai mana juga Asy’ariyah
masuk dalam barisan Sunni. Sunni dalam pengertian khusus adalah mazhab yang berada
dalambarisan Asy’ariyah dan merupakan lawan Mu’tazilah. Aliran ini, muncul sebagai
reaksi setelah munculnya aliran Asy’ariyah dan maturidiyah, dua aliran yang menentang
ajaran-ajaran Mu’tazilah.

Tokoh utama yang juga merupakan pendiri mazhab ini adalah Abu al hasan al Asy’ari
dan Abu Mansur al Maturidi.

1. Abu al Hasan al Asy’ari

a. Pokok-pokok pemikirannya

 Sifat-sifat Tuhan. Menurutnya, Tuhan memiliki sifat sebagaiman di sebut di


dalam Alqur’an, yang di sebut sebagai sifat-sifat yang azali, Qadim, dan berdiri
diatas zat tuhan. Sifat-sifat itu bukanlah zat tuhan dan bukan pula lain dari
zatnya.
 Al-Qur’an, Manurutnya, al-Quran adalah qadim dan bukan makhluk diciptakan.
 Melihat Tuhan, menurutnya, Tuhan dapat dilihat dengan mata oleh manusia di
akhirat nanti.
 Perbuatan Manusia. Menurutnya, perbuatan manusia di ciptakan tuhan, bukan di
ciptakan oleh manusia itu sendiri.
 Antrophomorphisme
 Keadlian Tuhan, Menurutnya, tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun untuk
menentukan tempat manusia di akhirat. Sebab semua itu marupakan kehendak
mutlak tuhan sebab tuhan maha kuasa atas segalanya.
 Muslim yang berbuat dosa. Menurutnya, yang berbuat dosa dan tidak sempat
bertobat diakhir hidupnya tidaklah kafir dan tetap mukmin.

2. Abu manshur Al-Maturidi

a. Pokok-pokok pemikirannya :

 Sifat Tuhan. Pendapatnya sejalan dengan al Asy’ari

14
 Perbuatan Manusia. Menurtnya, Perbuatan manusia sebenarnya di wujudkan
oleh manusia itu sendiri, dan bukan merupakan perbuatan tuhan.
 Al Quran. Pendapatnya sejalan dengan al Asy’ari
 Kewajiban tuhan. Menurutnya, tuhan memiliki kewajiban-kewajiban tertentu.
 Muslim yang berbuat dosa. Pendapatnya sejalan dengan al Asy’ari
 Janji tuhan. Menurutnya, janji pahala dan siksa mesti terjadi, dan itu merupakan
janji tuhan yang tidak mungkin di pungkirinya.
 Antrophomorphisme.

7. Aliran Syiah
a. Pengertian dan kemunculannya Syi’ah

Secara bahasa Syi’ah berarti pengikut. Yang dimaksud dengan pengikut disini
ialah para pendukung Ali bin Abi Thalib. Secara istilah Syi’ah sering di maksudkan
pada kaum muslimin yang dalam bidang spritual dan keagamaannya selalu merujuk
pada keturuan Nabi Muhammad SAW, atau yang sebut sebagai ahl al-bait.selanjutnya,
istilah yiah ini untuk pertama kalinya di tujukan pada para pengikut ali (syi’ah ali),
pemimpin pertama ahl- al bait pada masa Nabi Muhammad SAW. Para pengikut ali
yang disebut syi’ah ini diantaranya adalah Abu Dzar al Ghiffari, Miqad bin Al aswad
dan Ammar bin Yasir. Mengenai latar belakng munculnya aliran ini, terdapat dua
pendapat, pertama menurut Abu Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada akhir dari masa
jabatan Usman bin Affankemudian tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan
Ali bin Abi Thalib, Adapun menurut Watt, Syi’ah bener-bener muncul ketika
berlangsung peperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal denganPerang siffin.
Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan ali terhadap arbitrase yang
diatwarkan Mu’awiyah, pasukan Ali di ceritakan terpecah menjadi dua, satu kelompok
mendukung sikap Ali –kelak  di sebut Syi’ah dan kelompok lain menolak sikap Ali,
kelak di sebut Khawarij.

b. Pokok-Pokok Pikiran Syi’ah

Kaum Syi’ah memiliki lima prinsip utama yang wajib di percayai oleh penganutnya.
Kelima prinsip itu adalah :

15
 al Tauhid

Kaum Syi’ah mengimani sepenuhnya bahwa allah itu ada, Maha esa, tunggal, tempat
bergantung, segala makhluk, tidak beranak, tidak diperanakkan, dan tidak ada seorang
pun yang menyamainya. Dan juga mereka mempercayai adanya sifat-sifat Allah.

 al ‘adl

Kaum Syi’ah mempunyai keyakinan bahwa Allah Maha Adil. Allah tidak melakukan
perbuatan zhalim dan perbuatan buruk, ia tidak melakukan perbuatan buruk karena ia
melarang keburukan, mencela kezaliman dan orang yang berbuat zalim.

 al Nubuwwah
Kepercayaan Syi’ah terhadap para Nabi-nabi juga tidak berbeda dengan
keyakinan umat muslim yang lain. Menurut mereka, Allah mengutussejumlah
nabi dan rasul ke muka bumi untnk membimbing umat manusia.
 al imamah

Menurut Syi’ah, Imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama dan dunia
sekaligus, ia pengganti rasul dalam memelihara Syari’at, melaksanakan Hudud, dan
mewujudkan kebaikan dan ketentraman umat.

 al ma’ad

Ma’ad berarti tempat kembali (hari akhirat), kaum Syi’ah sangat percaya sepenuhnya
akan adanya hari akhirat, bahwa hari akhirat itu pasti terjadi.

8. Aliran Salafiyah
a. Pengertian dan latar belakang munculnya Salafiyah

Secara bahasa salafiyah berasal dari kata salaf yang berarti terdahulu, yang
dimaksud terdahulu disini adalah orang-orang terdahulu yang semasa Rasul SAW, para
sahabat, para tabi’in, dan tabitt tabi’in. sedangakan salafiyah berarti orang-orang yang
mengikuti salaf.

16
Istilah salaf mulai dikenal dan muncul beberapa abad abad sesudah Rasul SAW wafat,
yaitu sejak ada orang atau golongan yang tidak puas memahami al Qur’an dan hadits
tanpa ta’wil, terutama untuk menjelaskan maksud-maksud tersirat dari ayat-ayat al-
Qur’an  sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang tidak layak bagi Allah SWT.

Orang yang termasuk dalam kategori salaf adalah orang yang hidup sebelum tahun 300
hijriah, orang yang hidup sesudah tahun 300 H termasuk dalam kategori khalaf.

b. Tokoh-tokoh ulama salaf dan perkembangan Aliran salafiyah.

Tokoh terkenal ulama salaf adalah Ahmad bin Hambal. Nama lengkapnya,
Ahmad, bin Muhammad bin Hambal, beliau juga di kenal sebgai pendiri dan tokoh
mazhab Hambali. Tokoh salafiyah yang terkenal lainnya adalah Taqiyuddin Abu al
Abbas Ahmad bin Abdul Halim bin Abd al salam bin Abdullah bin Muhammad bin
Taimiyah al Hambali, atau yang lebih di kenal dengan nama Ibnu Taimiyah. Beliau
merupakan seorang teolog dan ahli Hukum yang banyak menghasilkan karya
tulis.beliau juga ahli di bidang tafsir dan hadist.

Dalam perkembangannya, ajaran yang bermula pada Imam Ahmad bin Hanbal
ini, selanjutnya di kembangkan oleh Ibnu Taimiyah, kemudian di suburkan oleh Imam
Muhammad bin Abdul Wahab.dan akhirnya berkembang di dunia Islam secara
Spodaris. Pada abad ke 20 M gerakan ini muncul dengan dimensi baru. Tokoh-tokohnya
adalah Jamaluddin al Afgani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.

Salafiyah baru al afgani ini terdiri dari 3 komponen pokok yakni :

1. Keyakinan bahwa kemajuan dan kejayaan umat Islam hanya mungkin di


wujudkan jika mereka kembali kepada ajaran Islam yang masih murni dan
kembali pada ajaran Islam yang masih murni, dan meneladani pokok hidup
sahabat Nabi. Komponen pertama ini merupakan satu unsur yang di miliki oleh
salfiyah sebelumnya.
2. perlwanan terhadap kolonialisme dan mominasi barat, baik politik, ekonomi,
maupun kebudayaan.
3. pengakuan terhadap keunggulan barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi.

17
Al Afgani dapat di katakan sebagai penganut salafiyah modern karena dalam
rumusan pahamnya  yang banyak meletakkan unsur-unsur moderenismesebagai mana
terlihat pada komponen 2 dan 3 diatas.

Syekh Muhammad Abduh adalah murid Al afgani dan Muhammad Rasyid


Ridaha adalah murid dari Muhammad Abduh, meskipun dalam beberapa hal antara
dengan guru berbeda dalam banyak hal mereka sama.

9. Aliran Asy’ariyah
a. Pengertian

Asy`ariyah adalah sebuah paham akidah yang dinisbatkan kepada Abul Hasan


Al Asy`ariy. Nama lengkapnya ialah Abul Hasan Ali bin Isma’il bin Abi Basyar Ishaq
bin Salim bin Ismail bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah Amir bin Abi
Musa Al Asy’ari. Kelompok Asy’ariyah menisbahkan pada namanya sehingga dengan
demikian ia menjadi pendiri madzhab Asy’ariyah.
Abu Hasan Al Asya’ari dilahirkan pada tahun 260 H/874 M di Bashrah dan
meninggal dunia di Baghdad pada tahun 324 H/936 M. Ia berguru kepada Abu Ishaq Al
Marwazi, seorang fakih madzhab Syafi’i di Masjid Al Manshur, Baghdad. Ia belajar
ilmu kalam dari Al Jubba’i, seorang ketua Muktazilah di Bashrah.
Al Asy’ari yang semula berpaham Muktazilah akhirnya berpindah menjadi Ahli
Sunnah. Sebab yang ditunjukkan oleh sebagian sumber lama bahwa Abul Hasan telah
mengalami kemelut jiwa dan akal yang berakhir dengan keputusan untuk keluar dari
Muktazilah. Sumber lain menyebutkan bahwa sebabnya ialah perdebatan antara dirinya
dengan Al Jubba’i seputar masalah ash-shalah dan ashlah (kemaslahatan).
Setelah itu, Abul Hasan memposisikan dirinya sebagai pembela keyakinan-
keyakinan salaf dan menjelaskan sikap-sikap mereka. Pada fase ini, karya-karyanya
menunjukkan pada pendirian barunya. Dalam kitab Al Ibanah, ia menjelaskan bahwa ia
berpegang pada madzhab Ahmad bin Hambal. Abul Hasan menjelaskan bahwa ia
menolak pemikirian Muktazilah, Qadariyah, Jahmiyah, Rafidhah, dan Murjiah. Dalam
beragama ia berpegang pada Al Qur’an, Sunnah Nabi, dan apa yang diriwayatkan dari
para shahabat, tabi’in, serta imam ahli hadits.
Munculnya kelompok Asy’ariyah ini tidak lepas dari ketidakpuasan sekaligus
kritik terhadap paham Muktazilah yang berkembang pada saat itu. Kesalahan dasar

18
Muktazilah di mata Al Asy'ari adalah bahwa mereka begitu mempertahankan hubungan
Tuhan-manusia, bahwa kekuasaan dan kehendak Tuhan dikompromikan.
Akidah ini menyebar luas pada zaman wazir Nizhamul Muluk pada dinasti bani Saljuk
dan seolah menjadi akidah resmi negara.
Paham Asy’ariyah semakin berkembang lagi pada masa keemasan madrasah An
Nidzamiyah, baik yang ada di Baghdad maupun di kota Naisabur. Madrasah
Nizhamiyah yang di Baghdad adalah universitas terbesar di dunia. Didukung oleh para
petinggi negeri itu seperti Al Mahdi bin Tumirat dan Nuruddin Mahmud Zanki serta
sultan Shalahuddin Al Ayyubi. Pandangan Asy’ariyah juga didukung  fuqaha mazhab
Asy Syafi'i dan mazhab Al Malikiyah periode akhir-akhir. Sehingga wajar sekali bila
dikatakan bahwa akidah Asy'ariyah ini adalah akidah yang paling populer dan tersebar
di seluruh dunia.
Diantara tokoh aliran Asy’ariyah adalah, Abu Hasan Al Asy’ary, Imam Ghazali
(450-505 H/ 1058-1111M), Imam Fakhrurrazi (544-606H/ 1150-1210), Abu Ishaq Al
Isfirayini (w 418/1027), Abu Bakar Al Baqilani (328-402 H/950-1013 M), dan Abu
Ishaq Asy Syirazi (293-476 H/ 1003-1083 M.

10. Aliran Maturidiyah

lahir di Samarkand, pertengahan kedua dari abad IX M. pendirinya adalah Abu


Manshur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Almaturidi, di daerah Maturid
Samarqand, untuk melawan mazhab Mu’tazilah. Abu manshur Maturidi (wafat 333 H)
menganut mazhab Abu Hanifah dalam masalah fikih. Oleh sebab itu, kebanyakan
pengikutnya juga bermazhab hanafi. Riwayatnya tidak banyak diketahui. Ia sebagai
pengikiut Abu Hanifah sehingga faham teologinya memiliki banyak persamaan dengan
paham-paham yang di pegang Abu Hanifah. System pemikiran Aliran Maturidiyah,
termasuk golongan teologi ahlu sunnah.

Untuk mengetahui system pemikiran Al-Maturidi, kita tidak bisa meninggalkan


pemikiran Asy’ari dan Aliran Mu’tazilah, karena ia tak lepas dari suasana
zamannya. Maturidiyah dengan Asy’ariyah sering sama dalam pemikirannya, karena
kesamaan lawan yang dihadapinya yaitu Aliran Mu’tazilah. Namun tetap terdapat
perbedaan diantara keduanya. Jadi tujuan lahirnya Aliran Maturidiyah adalah sebagai
reaksi terhadap Aliran mu’tazilah yang di anggap tidak sesuai dengan kaidah yang
benar menurut akal dan syara’.

19
a. Tokoh-tokohnya

Salah satu tokoh penting dari Aliran Maturidiyah ini ialah al-Bazdawi, yang


nama lengkapnya adalah Abu al-Yusr Muhammad al-Bazdawi. Ia dilahirkan pada tahun
421 H, namun orang tidak mengetahuinya secara pasti, di mana ia dilahirkan. Kakek
Bazdawi adalah murid Maturidi, dan Bazdawi mmepelajari ajaran-ajaran Maturidi daru
orang tuanya, tidak di ketahui secara pasti di kota mana-mana saja Bazdawi bermukim,
kecuali di sebutkan bahwa ia berada di Bukhara pada tahun tahun 478 H/1085 M, dan
menjadi qhadi di Samarkand pada tahun 481 H/1088 M, kemudian wafat di Bukhara
pada Tahun 493 H/1099 M.  dengan demikian dapat di duga bahwa Bazdawi
menghabiskan bagian dari masa hidupnya di Bukhara. Ia dalah tokoh ulama yang dalam
bidang fiqh brmazhab hanafi. Karyanya yang terknal adalah kitab Ushul al-Din. Al-
Bazdawi sndiri mempunyai banyak murid, dan salah seorang daripadanya ialah Najm
al-Din Muhammad al-Nasafi. Ia adalah pengarang buku al-‘aqaid al-nasafiah.

E. Macam-macam Akhlak
1. Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah adalah akhlak terpuji atau baik. Akhlak ini bisa juga disebut dengan
sebutan akhlakul karimah yaitu akhlak yang pada dasarnya ada pada diri manusia.
Fithrah manusia sendiri pada dasarnya adalah makhluk yang baik. Namun, karena
terpengaruh dengan sekeliling maka perkembangan sifat manusia sendiri itu akan
berubah

a. Jujur
Jujur adalah tindakan atau tingkah laku yang paling di sukai seseorang namun
sangat susah untuk dilakukan karena orang yang selalu jujur sudah pasti mempunyai
dorongan atau niat baik dengan tujuan tidak ingin dirinya dan orang lain merasa
rugi.

Jujur sendiri sangat sulit kalau tidak di terapkan sejak dari dini karena tanpa kebiasaan
sifat jujur harus selalu di tegakkan, oleh karena itu jujur termasuk ke dalam golongan
akhlak Mahmudah atau akhlak terpuji.

b. Rendah Hati
Kata rendah hati mungkin tidak asing di telinga Rendah hati adalah sifat
dari seseorang yaang bisa menempatkan dirinya sederajat atau lebih rendah

20
dengan orang lain atau tidak merasa paling baik atau paling tinggi di antara
orang lain. Kerendahan hati sangat diperlukan seseorang karena dari rasa rendah
hati ini seseorang bisa dilihat dari indikator tingginya kecerdasan. Rendah hati
termasuk aakhak terpuji karena seseorang yang selalu rendah hati akan
memandang sama semua orang tanpa memandang apapun.

c. Murah hati
Murah hati adalah sikap suka memberi kepada sesama manusia tanpa
mempunyai keinginan untuk mendapatkan balasan atau imbalan dari orang yang di
beri.

d. Sabar
Sabar adalah sikap menahan sesuatu yang menimpa dirinya atau bisa juga
dikatakan menahan hawa nafsu.

e. Qana’ah

Qana’ah adalah perasaan yang selalu merasa cukup atas pemberian allah.

f. Husnudzon

Husnudzon adalah senantiasa berprasangka baik.

g. Syukur

Adalah senantiasa memuji allah SWT atas semua nikmat yang diberikan
kepadanya, besar atau kecil.

h. Zuhud

Artinya adalah tidak menggantungkan diri kepada makhluk lain selain kepada
allah SWT

i. Mujahadah An-nafs

Artinya senantiasa memuji allah swt atas semua nikmat yang diberikan
kepadanya, besar atau kecil.

21
j. Tawakkal

Menyerahkan segala sesuatu kepada allah SWT

2. Akhlak Madzmummah
Akhlak Madzmummah adalah akhlak tercela atau perilaku yang buruk baik
secara pebuatan, perkataan dan sebagainya yang mana akan mendatangkan
kemadhorotan untuk dirinya sendiri dan orang lain yang dapat menggoyahkan iman
seseoran tersebut.

a. Riya’
Riya’ adalah melakukan suatu perbuatan baik namun dengan niat untuk
dilihat orang atau agar orang yang melihat memuji apa yang diperbuat. Atau bisa
dikatakan Riya’ adalah pamer dengan perbuatan baiknya.

b. Sum’ah
Sum’ah adalah sikap seseorang yang membicarakan perbuatan baiknya yang
awal mulanya orang yang sum’ah melakukan dengan cara sembunyi-sembunyi atau
tidak ada yang lihat namun orang tersebut membicarakan ke orang lain agar dapat
pujian, kedudukan atau penghargaan dari orang lain. Akhlak seperti ini sangat tidak
di perbolehkan dalam ajaran agama islam karena termasuk akhlak yang buruk.

c. Ujub
Ujub adalah sifat seseorang yang mengagumi dirinya sendiri karena merasa
kalau dirinya mempunyai kelebihan dibandingkan dengan orang lain. Sifat Ujub
termasuk akhlak yang tidak baik karena perilaku seperti ini akan mengarah ke
kehancuran.

d. Takabur

Takabur merupakan perilaku yang sangat di benci Allah. Perilaku yang satu
ini adalah contoh perilaku akhlak yang buruk karena orang yang mempunyai sifat
ini orang tersebut terlalu membanggakan dirinya sendir dan menganggap orang lain
lebih rendah atau lebih kecil dari dirinya.

22
e. Tamak

Tamak adalah rakus atau bisa dikatakan tamak adalah terlalu cintanya
kepada dunia (harta) atau terlalu berlebihan dalam melakukan sesuatu tanpa
memperdulikan hukum yang berlaku dalam ajaran islam.

f. Fitnah

Fitnah adalah penisbatan atau tuduhan kepada seseorang tanpa adanya bukti,
dimana sebenarnya orang yang dituduh tidak pernah melakukan apa yang di
tuduhkan.

g. Mubadzir

Artinya adalah menghambur-hamburkan, menyia-nyiakan.

h. Ghibah

Adalah senantiasa menyebarkan aib orang lain atau bahkan hal-hal baik dari
orang lain namun orang tersebut tidak ridha.

i. Munafik

Artinya adalah seseorang yang menyembunyikan kejahatan atau kekafiran.

j. Dendam

Artinya adalah menyimpan amarah dalam hati dan berkeinginan keras untuk
membalas.

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak


1. Faktor keluarga
Setelah manusia lahir maka akan terlihat dengan jelas fungsi keluarga dalam
pendidikan yaitu memberikan pengalaman kepada anak baik melalui penglihatan atau
pembinaan menuju terbentuknya tingkah laku yang diinginkan oleh orang tua. Dengan
demikian orang tua (keluarga) merupakan pusat kehidupan rohani sebagai penyebab
perkenalan dengan alam luar tentang sikap, cara berbuat, serta pemikirannya di hari
kemudian. Dengan kata lain, keluarga yang melaksanakan pendidikan akan
memberikan pengaruh yang besar dalam pembentukan akhlak.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan Salah satu faktor yang turut menentukan kelakuan seseorang atau
suatu masyarakat adalah lingkungan (milleu). Milleu adalah suatu yang melingkupi
suatu tubuh yang hidup.30 Misalnya lingkungan alam mampu

23
mematahkan/mematangkan pertumbuhan bakat yang dibawa oleh seseorang ;
lingkungan pergaulan mampu mempengaruhi pikiran, sifat, dan tingkah laku.
3. Faktor pendidikan
Sekolah adalah lingkungan pendidikan kedua setelah pendidikan keluarga
dimana dapat mempengaruhi akhlak anak. Sebagaimana dikatakan oleh Mahmud
Yunus sebagai berikut ; “Kewajiban sekolah adalah melaksanakan pendidikan yang
tidak dapat dilaksanakan di rumah tangga, pengalaman anakanak dijadikan dasar
pelajaran sekolah, kelakuan anak-anak yang kurang baik diperbaiki, tabiat-tabiatnya
yang salah dibetulkan, perangai yang kasar diperhalus, tingkah laku yang tidak
senonoh diperbaiki dan begitulah seterunya.36 Di dalam sekolah berlangsung
beberapa bentuk dasar dari kelangsungan pendidikan. Pada umumnya yaitu
pembentukan sikap-sikap dan kebiasaan, dari kecakapankecakapan pada umumnya,
belajar bekerja sama dengan kawan sekelompok melaksanakan tuntunan-tuntunan dan
contoh yang baik, dan belajar menahan diri dari kepentingan orang lain.
4. Faktor turunan

Ahmad Amin mengatakan bahwa perpindahan sifatsifat tertentu dari orang


tua kepada keturunannya, maka disebut al- Waratsah atau warisan sifat-sifat.31
Warisan sifat orang tua terhadap keturunanya, ada yang sifatnya langsung dan tidak
langsung. Artinya, langsung terhadap anaknya dan tidak langsung terhadap anaknya,
misalnya terhadap cucunya. Sebagai contoh, ayahnya adalah seorang pahlawan,
belum tentu anaknya seorang pemberani bagaikan pahlawan, bisa saja sifat itu turun
kepada cucunya

24
DAFTAR PUSTAKA

Asmuni, Yusran, Ilmu Tauhid,  Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 1996

Nata, Abuddin, Ilmu kalam, Filsafat, dan tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 1995

Rozak, Abdul, dkk . Ilmu kalam. Bandung:CV. Pustaka setia,2006.

Zainuddin, H, Ilmu Tauhid, Jakarta:PT Rineka Cipta, 1992

Mustofa H. 1997. Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia


Nata, Abuddin. 2010 .Akhlak Tasawuf. Jakarta : Rajawali Pers

25

Anda mungkin juga menyukai