“Dan tidaklah beriman kebanyakan dari mereka kepada Allah melainkan mereka telah
melakukan perbuatan syirik (menyekutukan Allah).” [Q.S. Yusuf: 106]
e. Akhlak
Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak adalah berupa al-Quran dan
Sunnah Nabi Muhammad Saw. Dalam hubungan ini Rosulullah Saw, bersabda:“Orang
mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya. Dan sebaik-baik
diantara kamu ialah yang paling baik kepada istrinya”
3. Perkembangan aliran-aliran tauhid
Dengan adanya perbedaan pendapat tersebut berakibat munculnya golongan-golongan
dalam Islam diantaranya :
1. Khawarij
Khawarij adalah golongan yang memisahkan diri dari golongan yang mengikuti Ali bin Abi
Tholib. Golongan ini berpendapat bahwa orang Islam yang berbuat dosa besar dan belum sempat
taubat ketika masih hidup maka dianggap kafir.
2. Syi’ah
Adalah golongan yang setia terhadap Ali bin Abi Tholib. Mereka berpendapat bahwa yang
berhak menggantikan nabi adalah Ahlul Bait. Diantara tokohnya adalah Zaid bin Ali dan Ja’far
bin Shodik.
3. Murji’ah
Selain khowarij dan syi’ah, pada masa ini juga muncul aliran lain yang memilih bersikap
diam dan tidak mau memvonis siapakah yang salah antara golongan khawarij, syi’ah dan
mu’awiyah. Mereka berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tetap mu’min selama masih
beriman pada Allah Swt. Dan Rasul-Nya. Adapun pertanggungjawaban dosa orang tersebut
ditunda penyelesaiannya di akhirat kelak, Allah sendiri yang akan menentukannya.
Dalam masalah hakikat iman, kaum murji’ah meyakini bahwa seseorang yang dalam
hatinya percaya kepada Allah Swt. Tetapi secara lahir menyembah berhala atau memeluk agama
Yahudi, Nasrani atau yang lainnya, ia akan tetap akan diperlakukan sebagai orang mu’min oleh
Allah Swt. Dia akan mendapat ampunan atas perbuatan lahirnya dan akan dimasukkan ke dalam
surga.
4. Jabariyah
Golongan ini menyatakan bahwa, perbuatan manusia pada hakikatnya serba dipaksa
(majbur). Manusia tidak mempunyai kebebasan memilih dan berbuat, karena perbuatan manusia
sepenuhnya diatur oleh Allah.Orang yang pertama kali mengenal faham ini adalah Ja’ad bin
Dirham.
5. Qodariyah
Aliran ini merupakan kebalikan dari paham jabariyah. Aliran qodariyah berpendapat bahwa,
manusia mempunyai kekuasaan penuh atas perbuatannya. Pendiri aliran ini adalah Ma’bahah al-
Junahi.Mereka berkeyakinan bahwa segala perbuatan manusia diciptakan oleh manusia itu
sendiri. Allah tidak mempunyai hubungan dengan apa yang dilakukan oleh manusia sebelum
perbuatan itu dikerjakan. Tapi nilai yang telah dikerjakan, maka pekerjaan tersebut baru
diketahui dan mendapat penilaian dari Allah.
6. Asy’ariyah
Golongan ini disebut juga dengan sebutan ahli sunah wal jama’ah. Aliran ini mempunyai
tujuh prinsip pokok :
a) Allah swt mempunyai sifat diluar zat-Nya dan bukan dzat Tuhan itu sendiri.
b) Al-Qur’an adalah kalam Allah dan bukan makhluk, maka Al-Qur’an bersifat qodim.
c) Allah swt. Dapat dilihat di akhirat kelak dengan mata kepala manusia secara langsung, bagi
mereka yang diizinkan.
d) Perbuatan manusia telah diciptakan oleh Allah, meskipun dalam diri manusia juga terdapat
potensi yang bisa digunakan manusia untuk menggerakkan hati dan badan dalam berbuat dan
berusaha.Namun potensi tersebut bersifat terbatas dan tidak efektif.
e) Manusia hanya wajib meyakini adanya Allah dan tidak wajib mengetahui hakikat Allah.
f) Dosa seseorang tidak dianggap bisa mengkufurkan seseorang, selama muslim tersebut masih
iman, hanya saja dikategorikan sebagai mu’min yang durhaka, mengenai keputusan ada di
tangan Allah.
g) Allah adalah pencipta seluruh alam raya ini, karena itu Allah mempunyai kehendak mutlak
untuk melakukan apa saja terhadap ciptaannya
4. Akhlak terpuji atau akhlakul mahmudah yaitu golongan akhlak yang seharusnya dimiliki
oleh seorang muslim. Akhlakul mahmudah meliputi sifat sabar, juju, rendah hati, dermawan,
sopan, gigih, rela berkorban, adil, bijaksa, lembut dan santun, tawakal, dan masih banyak
lagi.
Akhlak tercela atau akhlakul mazmumah yaitu golongan akhlak atau tindakan buruk
yang harus dihindari oleh setiap manusia. Akhlak mazmumah ini harus dijauhi karena dapat
mendatangkan mudharat bagi diri sendiri maupun orang lain
َ ُوا أَ ْنفF
3. َانF ُك ْم إِنَّ هللاَ َكFس ٍ َرFَ ا َرةً عَنْ تFيآ ُّي َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا الَ تَأْ ُكلُ ْوا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِا ْلبَا ِط ِل إِالَّ أَنْ تَ ُك ْونَ تِ َج
ْ ُض ِم ْن ُك ْم َوالَ تَ ْقتُل
29 :النساء- .بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh diri kamu sekalian,
sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa’: 29)
ِ َض َر َر َوال
4. رواه أحمد وابن ماجة- .ض َرا َر َ َسلَّ َم ق
َ َضى أَنْ ال َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو ُ ت أَنَّ َر
َ ِس ْو َل هللا َ عَنْ عُبا َ َدةَ ا ْب ِن
ِ صا ِم
“Dari Ubadah bin Shamit; bahwasanya Rasulullah saw menetapkan tidak boleh berbuat
kemudharatan dan tidak boleh pula membalas kemudharatan”. (HR. Ahmad dan Ibnu
Majah)
Dalam kaidah fiqhiyah juga disebutkan;
َّ اَل
5. ض َر ُر يُـ َزا ُل
“Kemudharatan harus dihilangkan”