KOMNAS PEREMPUAN
Disusun Oleh:
Komnas Perempuan adalah salah satu lembaga negara yang bersifat independen.
Adapun tugas dari Komnas Perempuan sesuai Pasal 4 Perpres Nomor 65 Tahun 2005 adalah:
a. Menyebarluaskan pemahaman atas segala bentuk kekerasan terhadap
perempuan indonesia dan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan serta
penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan;
b. Melaksanakan pengkajian dan penelitian terhadap berbagai peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta berbagai instrumen internasional yang
relevan bagi perlindungan hak-hak asasi manusia perempuan;
c. Melaksanakan pemantauan, termasuk pencarian fakta dan pendokumentasian
tentang segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan pelanggaran hak asasi
manusia perempuan serta penyebarluasan hasil
d. Pemantauan kepada publik dan pengambilan langkah-langkah yang mendorong
pertanggungjawaban dan penanganan;
e. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah, lembaga legislatif dan
yudikatif serta organisasi-organisasi masyarakat guna mendorong penyusunan
dan pengesahan kerangka hukum dan kebijakan yang mendukung upaya-upaya
pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan
indonesia serta perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak-hak asasi manusia
perempuan;
f. Mengembangkan kerja sama regional dan intemasional guna meningkatkan
upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap
perempuan indonesia serta perlindungan, penegakan dan pemajuan hak-hak
asasi manusia perempuan.
Mengacu pada mandat Perpres Nomor 65 th. 2005 maupun Rencana Strategis
Komnas Perempuan 2007-2009, kelima subkomisi serta perangkat kelembagaan lainnya
Kesekjenan, Dewan Kelembagaan, Gugus Kerja dan Panitia Ad Hoc) telah melaksanakan
program & kegiatan yang mencakup enam (6) area atau isu utama, yaitu: (1) Pemantauan &
pelaporan HAM perempuan; (2) Penguatan penegak hukum & mekanisme HAM nasional; (3)
Negara, agama dan HAM perempuan; (4) Mekanisme HAM internasional; (5) Peningkatan
partisipasi masyarakat; dan (6) Kelembagaan.
Pemantau dan pelapor tentang pelanggaran HAM berbasis gender dan kondisi
pemenuhan hak perempuan korban;
Pusat pengetahuan (resource center) tentang hak asasi perempuan;
Pemicu perubahan serta perumusan kebijakan;
Negosiator dan mediator antara pemerintah dengan komunitas korban dan
komunitas pejuang hak asasi perempuan, dengan menitikberatkan pada pemenuhan
tanggung jawab negara pada penegakan hak asasi manusia dan pada pemulihan hak-
hak korban;
Fasilitator pengembangan dan penguatan jaringan di tingkat lokal, nasional, regional
dan internasional untuk kepentingan pencegahan, peningkatan kapasitas
penanganan dan penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan. 1
Pasal 7
(1) Tindak pidana kontrol seksual sebagaimana pasal 5 ayat (2) huruf b adalah tindakan
yang dilakukan dengan paksaan, ancaman kekerasan, atau tanpa kesepakatan dengan
tujuan melakukan pembatasan, pengurangan, penghilangan dan atau pengambilalihan
hak mengambil keputusan yang terbaik atas diri, tubuh dan seksualitas seseorang agar
melakukan atau berbuat atau tidak berbuat.
1
https://komnasperempuan.go.id/profil
http://www.bphn.go.id/data/documents/05pr065.pdf
(2) Kontrol Seksual sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) meliputi: a. Pemaksaan
menggunakan atau tidak menggunakan busana tertentu; b. Pemaksaan kehamilan; c.
Pemaksaan aborsi; d. Pemaksaan sterilisasi; dan e. Pemaksaan perkawinan.
…..
Frasa kontrol seksual pada pasal 5 ayat (2) huruf b yang dikategorikan kekerasan
seksual artinya mendorong setiap orang untuk bebas memilih aktivitas seksual tanpa ada
kontrol dari pihak lain. Pihak yang melakukan kontrol seksual justru bisa dipidanakan.
Artinya, orang tua tidak boleh melarang anak lajangnya melakukan hubungan seks bebas
karena bisa terkategori kontrol sosial. Aktivitas LGBT juga terlindungi dengan frasa ini.
Kebebasan seksual ini makin nampak pada pasal 7 ayat (1) yaitu adanya hak
mengambil keputusan yang terbaik atas diri, tubuh dan seksualitas seseorang agar
melakukan atau berbuat atau tidak berbuat. Artinya kebebasan seksual harus dilindungi.
Termasuk ketika memilih seks bebas, kumpul kebo, zina dan seks menyimpang semisal
LGBT.
Lebih jauh lagi, pada pasal 7 ayat (2) dinyatakan bahwa Kontrol Seksual sebagaimana
yang dimaksud dalam ayat (1) meliputi: a. Pemaksaan menggunakan atau tidak
menggunakan busana tertentu; Maka orang tua tidak boleh mendisiplinkan anaknya
berhijab untuk menutup aurat. Karena termasuk kontrol seksual dalam hal busana.
Sebagai contoh, seorang laki-laki tidak harus berpakaian laki-laki, namun boleh
berpakaian perempuan. Demikian juga sebaliknya. Perempuan boleh berpakaian laki-laki.
Karena melarangnya termasuk kontrol seksual. Para perempuan juga berhak berbaju seksi
dan minim, karena itu dianggap hak yang dilindungi undang-undang.
Baru dua pasal yang dibahas, namun sudah banyak melanggar aturan-aturan Islam
karena kerancuan dan pemilihan diksi yang kacau. Boleh jadi juga ini adalah salah satu
shadow agenda di Indonesia guna “mengambil alih” Indonesia dari dalam.
G. Kesimpulan
Komnas Perempuan adalah lembaga negara yang memiliki visi untuk
memperjuangkan hak-hak perempuan Indonesia. Komnas Perempuan hadir demi mengatasi
permasalahan-permasalahan yang dialami oleh perempuan Indonesia. Dalam landasan
kerangka kerja serta tugas dan wewenang, Komnas Perempuan sudah memiliki pijakan yang
kuat untuk memajukan Indonesia dari perspektif perempuan. Namun yang namanya
organisasi cetusan manusia, tentunya tak luput dari kekurangan. Invasi pemikiran barat
(feminisme) pun turut hadir dalam organisasi ini.