Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PEMBAHASAN

KOMNAS PEREMPUAN

Disusun Oleh:

Muhammad Dzifii Hasibuan


Muhammad Irfan Wahyudi
Muhammad Dzaky Abdurrosyid
Putri Rahmawati

SMA Abdurrab Islamic School


Pekanbaru
2021
A. Pengertian Komnas Perempuan
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan atau
Komnas Perempuan adalah lembaga negara independen di Indonesia yang dibentuk sebagai
mekanisme nasional untuk menghapuskan Kekerasan terhadap Perempuan. didirikan pada
1998 sebagai sebuah lembaga nasional independen untuk melindungi hak-hak perempuan,
termasuk mencegah dan mengurangi kekerasan terhadap perempuan.

B. Fungsi Komnas Perempuan


Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan dan penegakan hak-hak asasi manusia perempuan di Indonesia;
Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan dan perlindungan hak-hak asasi perempuan.

C. Sejarah Komnas Perempuan


Pasca Kerusuhan Mei 1998, setelah audiensi antara Presiden dan Masyarakat Anti
Kekerasan terhadap Perempuan, Presiden Habibie meminta usulan dari Saparinah Sadli
mengenai tindak lanjut kasus perkosaan sistemik yang terjadi. Saparinah Sadli, memberikan
usulan kepada Presiden Habibie untuk membentuk Komisi Nasional yang bergerak dalam isu
perempuan di Indonesia. Usulan ini juga didasarkan pada pemikiran bahwa kepentingan
perempuan harus disuarakan dan dibunyikan, tidak hanya sekedar dititipkan kepada
lembaga yang bisa jadi berbeda ideologi dengan gerakan perempuan. Tawaran awal dari
Presiden adalah sebuah komisi yang diberi nama “Komisi Nasional Perlindungan Wanita”
dan ditempatkan di bawah naungan Menteri Negara Urusan Wanita. Tawaran ini ditolak
dengan tegas oleh para aktivis perempuan, termasuk tawaran agar Ibu Negara duduk dalam
jajaran kepengurusan Komisi baru tersebut. Hingga akhirnya disepakati nama Komisi
Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan yang secara eksplisit menunjukkan penolakan
terhadap kekerasan terhadap perempuan, sekaligus dinyatakan sebagai lembaga yang cara
kerjanya bersifat mandiri dan independen. Legitimasi hukum termaktub dalam Keputusan
Presiden Nomor 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan yang disingkat dengan Komnas Perempuan.
D. Landasan Kerangka Kerja Komnas Perempuan:
1. Konstitusi, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW)
3. Undang-Undang No. 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Menentang
Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam atau tidak Manusiawi
(CAT)
4. Deklarasi Internasional tentang Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan, serta
kebijakan-kebijakan lainnya tentang hak asasi manusia.
5. Kerpres No. 181 Tahun 1998 tentang Pembentukan Komisi Nasional Anti Kekerasan
terhadap Perempuan atau Komnas Perempuan yang diubah dengan Perpres Nomor
65 Tahun 2005.

Pembentukan Komnas Perempuan berdasarkan Pasal 1 Perpres Nomor 65 Tahun


2005 adalah, “Dalam rangka pencegahan dan penanggulangan masalah kekerasan terhadap
perempuan serta penghapusan segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan terhadap
perempuan”. Adapun tujuan dari Komnas Perempuan sesuai Pasal 2 adalah untuk:
a. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan segala bentuk
kekerasan terhadap perempuan dan penegakan hak-hak asasi manusia
perempuan di indonesia;
b. Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan dan perlindungan hak-hak asasi manusiaperempuan.

Komnas Perempuan adalah salah satu lembaga negara yang bersifat independen.
Adapun tugas dari Komnas Perempuan sesuai Pasal 4 Perpres Nomor 65 Tahun 2005 adalah:
a. Menyebarluaskan pemahaman atas segala bentuk kekerasan terhadap
perempuan indonesia dan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan serta
penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan;
b. Melaksanakan pengkajian dan penelitian terhadap berbagai peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta berbagai instrumen internasional yang
relevan bagi perlindungan hak-hak asasi manusia perempuan;
c. Melaksanakan pemantauan, termasuk pencarian fakta dan pendokumentasian
tentang segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan pelanggaran hak asasi
manusia perempuan serta penyebarluasan hasil
d. Pemantauan kepada publik dan pengambilan langkah-langkah yang mendorong
pertanggungjawaban dan penanganan;
e. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah, lembaga legislatif dan
yudikatif serta organisasi-organisasi masyarakat guna mendorong penyusunan
dan pengesahan kerangka hukum dan kebijakan yang mendukung upaya-upaya
pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan
indonesia serta perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak-hak asasi manusia
perempuan;
f. Mengembangkan kerja sama regional dan intemasional guna meningkatkan
upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap
perempuan indonesia serta perlindungan, penegakan dan pemajuan hak-hak
asasi manusia perempuan.

Mengacu pada mandat Perpres Nomor 65 th. 2005 maupun Rencana Strategis
Komnas Perempuan 2007-2009, kelima subkomisi serta perangkat kelembagaan lainnya
Kesekjenan, Dewan Kelembagaan, Gugus Kerja dan Panitia Ad Hoc) telah melaksanakan
program & kegiatan yang mencakup enam (6) area atau isu utama, yaitu: (1) Pemantauan &
pelaporan HAM perempuan; (2) Penguatan penegak hukum & mekanisme HAM nasional; (3)
Negara, agama dan HAM perempuan; (4) Mekanisme HAM internasional; (5) Peningkatan
partisipasi masyarakat; dan (6) Kelembagaan.

E. Tugas dan Wewenang Komnas Perempuan


Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan adalah lembaga negara yang
independen untuk penegakan hak asasi manusia perempuan Indonesia. Komnas Perempuan
dibentuk melalui Keputusan Presiden No. 181 Tahun 1998, pada tanggal 9 Oktober 1998,
yang diperkuat dengan Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005.
Komnas Perempuan lahir dari tuntutan masyarakat sipil, terutama kaum perempuan,
kepada pemerintah untuk mewujudkan tanggung jawab negara dalam menanggapi dan
menangani persoalan kekerasan terhadap perempuan. Tuntutan tersebut berakar pada
tragedi kekerasan seksual yang terutama dialami oleh perempuan etnis Tionghoa dalam
kerusuhan Mei 1998 di berbagai kota besar di Indonesia.
Komnas Perempuan tumbuh menjadi salah satu Lembaga Nasional Hak Asasi
Manusia (LNHAM), sesuai dengan kriteria-kriteria umum yang dikembangkan dalam The
Paris Principles. Kiprah aktif Komnas Perempuan menjadikan lembaga ini contoh berbagai
pihak dalam mengembangkan dan meneguhkan mekanisme HAM untuk pemajuan upaya
penghapusan kekerasan terhadap perempuan baik di tingkat lokal, nasional, kawasan,
maupun internasional berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun
2005 Tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

Tujuan dan Asas Komnas Perempuan


Pasal 2
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan bertujuan :
A. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan dan penegakan hak-hak asasi manusia perempuan di indonesia;
B. Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap
perempuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia perempuan.

Tugas Komnas Perempuan


Pasal 4
Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Komisi Nasional Anti
Kekerasan Terhadap Perempuan mempunyai tugas dan wewenang:
1. Menyebarluaskan pemahaman atas segala bentuk kekerasan terhadap perempuan
Indonesia dan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan, serta penghapusan
segala bentuk kekerasan terhadap perempuan;
2. Melaksanakan pengkajian dan penelitian terhadap berbagai peraturan perundang-
undangan yang berlaku, serta berbagai instrumen internasional yang relevan bagi
perlindungan hak-hak asasi perempuan;
3. Melaksanakan pemantauan, termasuk pencarian fakta dan pendokumentasian
kekerasan terhadap perempuan dan pelanggaran HAM perempuan, serta
penyebarluasan hasil pemantauan kepada publik dan pengambilan langkah-langkah
yang mendorong pertanggungjawaban dan penanganan;
4. Memberi saran dan pertimbangan kepada pemerintah, lembaga legislatif, dan
yudikatif, serta organisasi-organisasi masyarakat guna mendorong penyusunan dan
pengesahan kerangka hukum dan kebijakan yang mendukung upaya-upaya
pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan,
serta perlindungan HAM penegakan dan pemajuan hak-hak asasi perempuan
5. Mengembangkan kerja sama regional dan internasional guna meningkatkan upaya-
upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap
perempuan Indonesia, serta perlindungan, penegakan dan pemajuan hak-hak asasi
perempuan.

PERAN KOMNAS PEREMPUAN:

 Pemantau dan pelapor tentang pelanggaran HAM berbasis gender dan kondisi
pemenuhan hak perempuan korban;
 Pusat pengetahuan (resource center) tentang hak asasi perempuan;
 Pemicu perubahan serta perumusan kebijakan;
 Negosiator dan mediator antara pemerintah dengan komunitas korban dan
komunitas pejuang hak asasi perempuan, dengan menitikberatkan pada pemenuhan
tanggung jawab negara pada penegakan hak asasi manusia dan pada pemulihan hak-
hak korban;
 Fasilitator pengembangan dan penguatan jaringan di tingkat lokal, nasional, regional
dan internasional untuk kepentingan pencegahan, peningkatan kapasitas
penanganan dan penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan. 1

F. Contoh Studi Kasus yang Menyimpang dari Ajaran Islam


RUU-PKS

Beberapa tahun lalu Indonesia dihebohkan dengan rancangan undang-undang yang


membahas perihal kekerasan seksual. RUU ini didukung penuh --salah satunya-- oleh
Komnas Perempuan. Sekilas memang RUU ini sangatlah menjawab kerasahan perempuan
saat ini mengenai kekerasan seksual. Namun, RUU yang tadinya hendak disahkan kini
dibatalkan karena adanya kontradiktif yang terjadi. Pasalnya, beberapa poin dari RUU
tersebut terlihat rancu dan menimbulkan dualisme makna.

Berikut beberapa pasal yang kontroversial dalam RUU-PKS:


Pasal 5
(1) Setiap orang dilarang melakukan kekerasan seksual dalam segala bentuknya.
(2) Bentuk Kekerasan seksual sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) meliputi; a.
Pelecehan seksual, b. Kontrol seksual , c. Perkosaan, d. Eksploitasi seksual, e. Penyiksaan
seksual, dan f. Perlakuan atau penghukuman lain tidak manusiawi yang menjadikan
tubuh, seksualitas dan/atau organ reproduksi sebagai sasaran
…..

Pasal 7
(1) Tindak pidana kontrol seksual sebagaimana pasal 5 ayat (2) huruf b adalah tindakan
yang dilakukan dengan paksaan, ancaman kekerasan, atau tanpa kesepakatan dengan
tujuan melakukan pembatasan, pengurangan, penghilangan dan atau pengambilalihan
hak mengambil keputusan yang terbaik atas diri, tubuh dan seksualitas seseorang agar
melakukan atau berbuat atau tidak berbuat.
1
https://komnasperempuan.go.id/profil

http://www.bphn.go.id/data/documents/05pr065.pdf
(2) Kontrol Seksual sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) meliputi: a. Pemaksaan
menggunakan atau tidak menggunakan busana tertentu; b. Pemaksaan kehamilan; c.
Pemaksaan aborsi; d. Pemaksaan sterilisasi; dan e. Pemaksaan perkawinan.
…..
Frasa kontrol seksual pada pasal 5 ayat (2) huruf b yang dikategorikan kekerasan
seksual artinya mendorong setiap orang untuk bebas memilih aktivitas seksual tanpa ada
kontrol dari pihak lain. Pihak yang melakukan kontrol seksual justru bisa dipidanakan.
Artinya, orang tua tidak boleh melarang anak lajangnya melakukan hubungan seks bebas
karena bisa terkategori kontrol sosial. Aktivitas LGBT juga terlindungi dengan frasa ini.
Kebebasan seksual ini makin nampak pada pasal 7 ayat (1) yaitu adanya hak
mengambil keputusan yang terbaik atas diri, tubuh dan seksualitas seseorang agar
melakukan atau berbuat atau tidak berbuat. Artinya kebebasan seksual harus dilindungi.
Termasuk ketika memilih seks bebas, kumpul kebo, zina dan seks menyimpang semisal
LGBT.
Lebih jauh lagi, pada pasal 7 ayat (2) dinyatakan bahwa Kontrol Seksual sebagaimana
yang dimaksud dalam ayat (1) meliputi: a. Pemaksaan menggunakan atau tidak
menggunakan busana tertentu; Maka orang tua tidak boleh mendisiplinkan anaknya
berhijab untuk menutup aurat. Karena termasuk kontrol seksual dalam hal busana.
Sebagai contoh, seorang laki-laki tidak harus berpakaian laki-laki, namun boleh
berpakaian perempuan. Demikian juga sebaliknya. Perempuan boleh berpakaian laki-laki.
Karena melarangnya termasuk kontrol seksual. Para perempuan juga berhak berbaju seksi
dan minim, karena itu dianggap hak yang dilindungi undang-undang.
Baru dua pasal yang dibahas, namun sudah banyak melanggar aturan-aturan Islam
karena kerancuan dan pemilihan diksi yang kacau. Boleh jadi juga ini adalah salah satu
shadow agenda di Indonesia guna “mengambil alih” Indonesia dari dalam.

G. Kesimpulan
Komnas Perempuan adalah lembaga negara yang memiliki visi untuk
memperjuangkan hak-hak perempuan Indonesia. Komnas Perempuan hadir demi mengatasi
permasalahan-permasalahan yang dialami oleh perempuan Indonesia. Dalam landasan
kerangka kerja serta tugas dan wewenang, Komnas Perempuan sudah memiliki pijakan yang
kuat untuk memajukan Indonesia dari perspektif perempuan. Namun yang namanya
organisasi cetusan manusia, tentunya tak luput dari kekurangan. Invasi pemikiran barat
(feminisme) pun turut hadir dalam organisasi ini.

Anda mungkin juga menyukai