Anda di halaman 1dari 11

Proses klor-alkali merupakan proses elektrolisis yang berperan penting dalam industri

manufaktur.Proses tersebut menghasilkan produk berupa gas H2, gas Cl2, dan NaOH (dimana sumber
ion klorida yang digunakan adalah NaCl). Dengan kata lain, proses klor-alkali disebut juga dengan
proses elektrolisis larutan natrium klorida.

Sejarah Perkembangan Industri Klor-Alkali


Soda kaustik pada mulanya dibuat melalui
kaustisasi soda (abu) LeBlanc secara tumpak
dengan gamping:
Na2CO3 + Ca(OH)2 2NaOH+ CaCO3
Produksi soda kaustik dengan cara
elektrolitik sudah dikenal pada abad kedelapan
belas, tetapi baru pada tahun 1890 soda kaustik
diproduksi dengan cara ini untuk keperluan
industri. Tetapi, pada tahun 1940, produksi soda
kaustik elektrolitik sudah melewati soda kaustik-
gamping dan pada tahun 1962, soda kaustik-
gamping sudah hampir tidak dibuat lagi. Pada
gambar berikut digambarkan jalur penggunaan
soda kaustik.
Figure 1. Diagram Industri Klor-Alkali

Kimiawan Swedia Karl Wilhelm Scheele


menemukan klorin pada tahun 1774 dan membuatnya dalam bentuk unsur melalui reaksi asam klorida
dengan pirolusit, suatu mineral yang mengandung MnO2 dengan reaksi berikut.
4 HCl(aq) + MnO2(s)  Cl2(g) + MnCl2(aq) + 2 H2O(l)
Scheele tidak menyadari bahwa gas kuning kehijauan yang dihasilkannya adalah unsur dan hal
ini terus berlangsung sampai Humphry Davy mengidentifikasinya pada 1811 dan menamainya (dari
kata Yunani chloros, berarti hijau).Sementara itu, Berthollet dan de Saussure telah mendeskripsikan
sifat pemutih dari klorin pada tahun 1786. Namun demikian, klorin kurang memuaskan dalam
beberapa hal zat ini akan merusak pakaian. Kimiawan Skotlandia Charles Tennant membuat kemajuan
penting pada tahun 1799 ketika ia mematenkan material yang disebutnya serbuk pemutih yang dibuat
dengan menjenuhkan kapur mati dengan klorin seperti reaksi berikut.
Ca(OH)2(s) + Cl2(g)  CaCl(OCl)(s) + H2O(l)
Dengan demikian, paten pertama mengenai penggunaan klor di industri diterbitkan pada tahun
1799 (seperempat abad setelah penemuannya) yaitu sebagai pemutih tersebut.
Selama hampir satu abad sesudah penemuan klorin pada tahun 1774, metode utama untuk
membuat klorin untuk zat pemutih masih merupakan proses reaksi asli yang pernah digunakan oleh
Scheele. Ini merupakan metode yang sangat boros, sebab sebagian mangan dan sebagian klorin hilang
sebagai MnCl2. Menjelang pertengahan abad ke-19, asam klorida (produk samping yang berbahaya
dari proses Leblanc) sudah banyak digunakan dalam manufaktur pemutih dan diperlukan metode untuk
mengoksidasinya yang lebih hemat.
Antara tahun 1868 dan 1874, kimiawan dan industriawan Inggris, Henry Deacon
mengembangkan suatu proses untuk mengonversi asam klorida gas menjadi klorin dengan katalis
tembaga klorida di mana kesetimbangan reaksinya tidak memuaskan.
1
2 HCl (g )+ O 2 ↔ Cl2 + H 2 O(g )
2 (g ) (g)

Proses lain adalah proses Weldon, yaitu HCl dioksidasi dengan mangan dioksida yang mahal.
Pengembangan peralatan listrik arus searah berkapasitas besar menjelang akhir abad kesembilan belas
menyebabkan proses kaustisasi ini menjadi kuno dan pada pertengahan abad kedua puluh, lebih dari
99% klor yang digunakan di dunia diproduksi dari proses elektrolitik.

Bahan Baku Industri Klor-Alkali


Bahan baku utama dalam industri klor alkali adalah sebagai berikut.
 Larutan garam (brine, 20-25% NaCl)
 Air
 Na2CO3
 Listrik
Bahan baku samping dalam industri klor alkali adalah sebagai berikut.
 Asam sulfat (H2SO4)
 Merkuri (Hg)

Karakteristik Bahan dan Produk dari Induatri Klor-Alkali


Karakteristik Bahan Baku
Karakteristik bahan baku dalam industri klor-alkali adalah sebagai berikut.
Nama Rumus Berat molekul Titik lebur, Titik didih, Densitas Kapasitas
bahan molekul (gr/mol) 1 atm 1 atm (gr/ml) panas
Natrium 1413 ⁰C 1,13 1,8063
NaCl 58,45 800,4⁰C
Klorida cal/mol ⁰C
4184
18,0153
Air H2O 0⁰C 100 ⁰C 0.998 cal/mol ⁰C

Karakteristik Bahan Baku Samping


Nama Rumus Berat molekul Titik lebur, Titik didih, Densitas Kapasitas
bahan molekul (gr/mol) 1 atm 1 atm (gr/ml) panas
Asam
H2SO4 98,08 1,84
Sulfat
27.983
Raksa Hg 200.59 234.32 K 629.88 K 13.534 J·mol−1·K−1

Karakteristik Produk
Nama Rumus Berat molekul Titik lebur, Titik didih, Densitas Kapasitas
bahan molekul (gr/mol) 1 atm 1 atm (gr/ml) panas
Natrium
NaOH 40 318 °C 1390 °C 2,1
hidroksida
33,949
Klor Cl2 71 171,6  K 239,11 K 3,2
J·mol−1·K−1
28,836
Hidrogen H2 1,00794 14,01  K 20,28  K 0,08988
J·mol−1·K−1
Proses Industri Klor-Alkali
Proses elektrolisis adalah salah satu cara untuk membuat soda kaustik dan klor, yang masih
banyak dipergunakan di industri. Elektrolisis larutan garam menghasilkan klor pada anode dan
hidrogen bersama natrium hidroksida pada katode. Jika klor dan natrium hidroksida yang diinginkan
sebagai produk akhir, Rancangan sel harus dibuat sedemikian rupa sehingga kedua bahan tersebut
tidak bercampur.
Dewasa ini, ada berbagai rancangan yang cerdik untuk mengatasi masalah tersebut.Tetapi, ada
tiga jenis rancangan sel yang paling banyak digunakan di industri, yaitu sebagai berikut.
 Sel diafragma(1890)
 Sel merkuri (1892)
 Sel membran (1970)
Sebelum dimasukkan ke dalam sel elektrolisis, air garam terlebih dahulu harus melalui proses
pemurnian karena mengandung pengotor seperti senyawa-senyawa kalsium, besi, dan magnesium.
Pemisahan pengotor dapat dilakukan dengan menggunakan resin penukar ion. Akan tetapi, proses ini
memerlukan biaya yang besar untuk pembelian dan regenerasi resin. Oleh karena itu digunakan
senyawa kimia yaitu Na2CO3 yang lebih murah. Pada sel membran dilakukan pengolahan tambahan
dengan fosfat.
Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut.
1. Pengendapan
Tahap awal dari pemurnian air garam adalah pengendapan kalsium dan ion magnesium
sebagai kalsium karbonat (CaCO3) dan magnesium hidroksida (Mg(OH)2) dengan
menggunakan natrium karbonat dan natrium hidroksida. Logam (besi, titanium,
molibdenum, nikel, kromium, vanadium, tungsten) juga dapat diendapkan sebagai
hidroksida.
2. Penyaringan
Pengotor yang berupa endapan dihilangkan dengan sedimentasi, filtrasi, atau kombinasi
dari keduanya. Air garam murni harus mengandung idealnya [Ullmann, 1996]:
Ca: <2 mg/l ; Mg: <1 mg/l ; SO4: <5 g/l

Proses Elektrolisis dengan Sel Diafragma


Pada tahun 1890-an, suatu proses baru untuk produksi soda kaustik dan klorin dikembangkan
dan penggunaanya berkembang dengan cepat, yaitu pembuatan natrium hidroksida dan klorin dari
larutan garam secara elektrolisis. Soda kaustik dan klorin dapat bereaksi membentuk natrium
hipoklorit (NaClO), dengan reaksi lebih lanjut untuk menghasilkan natrium klorat (NaClO 3) pada
temperatur operasi diatas 400C. Untuk mencegah hal tersebut, maka ruang katode dan anode
dipisahkan menggunakan sekat yang disebut diafragma, sehingga sel ini dinamakan sel diafragma
(Gambar 2.1). Teknik utama untuk elektrolisis di Amerika Serikati adalah sel diafragma.
Sel diafragma juga menjaga bercampurnya gas hidrogen dan gas klor, karena kedua gas tersebut
dapat menyebabkan terjadinya ledakan apabila bercampur. Sel diafragma terbuat dari suatu selaput
berpori yang dapat dilalui ion-ion, namun tetap dapat menahan percampuran produk.
Sel diafragma yang lama menggunakan anode grafit dan katode berupa kotak baja dengan sisi
yang berpori. Apabila digunakan elektrode grafit, maka akan terjadi reaksi berikut.
C(s) + 4 OH-(aq)  CO2(g) + 2 H2O(l) + 4e-
Dengan demikian, anoda harus diganti secara rutin.
Diafragma terbuat dari bahan yang mempunyai sifat permeabilitas, seperti asbes atau
fluorocarbon yang ditempatkan pada selaput berpori. Awalnya, diafragma yang digunakan terbuat dari
asbes. Diafragma itu kemudian tersumbat karena pemakaian ini akan terlihat dari penurunan voltase.
Diafragma itu harus diganti secara berkala. Sel yang menggunakan anode yang terbuat dari titanium
yang dilapisi platinum, ruthenium, iridium jarang menyebabkan diafragma tersumbat sehingga sel
dapat beroperasi selama 12-24 bulan tanpa pergantian diafragma. Pada pertengahan tahun 1980-an,
dikembangkan diafragma yang bebas dari asbes, yaitu polimer fluorocarbon, terutama PTFE
(politetrafluoroetilena).
Diharapkan bahwa diafragma yang dikembangkan tersebut dapat memperpanjang umur
pemakaian diafragma dan dapat mengatasi keberatan para pencinta lingkungan mengenai adanya
kemungkinan asbes yang masuk ke lingkungan.
Pada elektrolisis dengan menggunakan sel
diafragma, arus DC dialirkan melalui sel agar
elektrolisa larutan natrium klorida dan arahnya dari
anoda ke katoda, yang berlawanan arah dengan
aliran elektron.
Reaksi terutama yang terjadi pada anodenya
ialah
2Cl-(aq)Cl2(g) + 2e- Eooks = - 1,36
V
2 H2O(l) O2(g) + 4H+(aq) + 4e- Eooks = - 1,23 V
Dan reaksi di katodenya ialah
Figure 2. Sel Diafragma 2 H2O (l) + 2e-H2(g) + 2OH- (aq) Eored = - 0,83
V
+ - o
2Na (aq) + 2e  2Na (s) E red = - 2,71 V

Dari harga potensial reduksi di atas, reaksi keseluruhan yang terjadi di katode dan anode:
Oksidasi : 2 Cl- (aq)→ Cl2 (g) + 2 e- Eooks = 1,36 V
Reduksi : 2 H2O (l) + 2 e-→H2 (g) + 2 OH- (aq) Eored = - 0,83 V
2 NaCl(aq) + 2 H2O(aq) H2(g)+ Cl2(g) + 2 NaOH(aq) Eosel = 2,19 V

Diagram Alir Pada sel diafragma, hasil dari ruangan


katode merupakan suatu campuran, yaitu
A
Elektrolisis Sel Ga 10 -12% NaOH dan 14-16% NaCl (aq).
Diafragma Penjenuh
i ra
Garam yang Larutan dari ruangan katode dipekatkan
an Airbelum
rPengend m murni dengan penguapan air agar konsentrasi
Garam
apan
Filtr Re
NaOH bertambah dan pemurnian NaOH
dilakukan dengan pengkristalan NaCl (p).
asi sid Hasil akhir dalam proses klor –alkali
G
Larut Elektr Gu tersebut adalah 50% NaOH (aq) dengan
Pem
an Pendin as Pend sekitar 1% NaCl berupa pengotoran. Cl 2
a Pen
ekat
olisis Peng
ingin (g) dapat mengandung sekitar 1,5% O2 (g)
r kausti ginan
H Cl
Pen
ding
an Penc
ering
an disebabkan proses oksidasi. Hidrogen
a k
yim
inan 2 2 Peng
airan
an
m Na uapa
pana Figure 3. diagram alir sel diafragma Klor
O
n n
H

dapat bereaksi langsung dengan klorin menghasilkan hidrogen klorida gas dengan kemurnian tinggi.
Selain itu, hidrogen dapat direaksikan dengan nitrogen menghasilkan ammonia.
Proses Elektrolisis dengan Sel Merkuri
Suatu proses elektrolisis dalam industri klor-alkali yang menghasilkan NaOH (aq) dengan
kemurnian yang lebih tinggi dibandingkan dengan sel diafragma adalah sel merkuri. Dalam elektrosis
tersebut, anodenya terbuat dari grafit atau titanium, tetapi katodenya adalah kolam aliran raksa
(merkuri). Katode merkuri mempunyai overpotensial yang lebih tinggi untuk mereduksi H 2O menjadi
OH- dan H2. Reduksi yang terjadi adalah Na+(aq) menjadi Na(l) yang larut dalam merkuri membentuk
suatu amalgam (paduan raksa natrium) berupa 0,5% Na. Ion Cl- yang berasal dari larutan garam NaCl
mengalami oksidasi di anoda menghasilkan gas Cl2.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :


Katode : 2Na+(aq) + 2e-2Na(l) (dalam Hg)
Anode : 2Cl-(aq) Cl2(g)+ 2e-
NaHg masuk ke dalam denuder. Denuder
adalah bejana berbentuk silindris diisi dengan
bola-bola grafit diimpregnasi dengan logam
transisi (seperti Fe atau Ni). Di dalam denuder
ditambahkan air, kemudian natrium almagam
mengalami hidrolisis. Reaksinya adalah sebagai
berikut :
2Na(l) (Hg) + 2H2O  H2(g) + 2NaOH (aq) +
Figure 4. sel raksa Hg(l)

Hg(l) yang dihasilkan kemudian dikembalikan lagi ke dalam sel elektrolisis.


Bila untuk proses tersebut digunakan air dalam jumlah yang tepat, maka hasilnya ialah NaOH 50%
dengan kandungan garam yang sangat rendah (30 ppm).

Diagram Alir A
ga
Elektrolisis Sel
Penjenu i
ra Air garam
Merkuri Pengend
han Air r Zat
yang belum
m Filtrasi Res
pengenda
Filt apan
Garam murni
Pendingi pidu
rasian Elektrolis
oliA A nan H
t i is
m Sel g Pendin
Larut Pengurai Penger
an Pend Merkuri
al ginan
kaust r an
Pendingin ingan
Kompr
ingin
Pembua ga
ik Peny
an
Amalga
m an
Pembuan esi
ngan
impa
merkuri m gan C
N H
merkuri
nan l
a 2
O 2

H
Figure 5. Diagram alir elektrolisi sel merkuri
Proses Elektrolisis dengan Sel Membran

Dalam sel membran tersebut, ruang anoda dan ruang katoda dipisahkan oleh suatu membran
yang dapat dilalui oleh kation (ion positif) atau disebut juga membran penukar kation. Membran
penukar kation tersebut memiliki peranan penting yaitu menjadi media yang memungkinkan terjadinya
perpindahan ion-ion natrium (Na+) dari ruang anoda ke
ruang katoda. Namun, membran tersebut mencegah
mengalirnya ion Cl- ke ruang katoda dan mencegah
sebagian besar ion OH- ke ruang anoda sehingga soda
kostik yang dihasilkan tidak bercampur dengan larutan
garam.
Sel membran beroperasi dengan menggunakan
larutan garam yang lebih pekat dan menghasilkan
produk yang lebih murni dan lebih pekat (28% NaOH
yang mengandung 50 ppm NaCl; dan produk dengan
40% NaOH pun akhir-akhir ini dikabarkan ada). Larutan
garam natrium klorida jenuh yang mengandung ion-ion
Na+ and Cl– dialirkan ke dalam ruang anoda, sedangkan
Figure 6. sel membran pada ruang katoda diisi air murni. Suatu arus searah
(DC) kemudian dialirkan melalui sel tersebut.

Pada anoda, ion-ion klorida (Cl ) dalam larutan garam (NaCl) mengalami oksidasi menjadi gas
klorin (Cl2), sedangkan pada katoda ion-ion hydrogen (H+) dalam air mengalami reduksi menjadi gas
hydrogen (H2).
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Katode : 2 H+  +  2 e–     H2 (g)
Anode : 2Cl- Cl2+ 2e-
Selanjutnya, ion-ion natrium (Na+) yang berpindah dari anoda ke katoda bereaksi dengan ion-ion
hidroksida (OH–) menghasilkan soda api (NaOH) dengan konsentrasi 32-35%. Untuk mencapai
konsentrasi soda api 50%, larutan kaustik yang diproduksi harus dipekatkan dengan penguapan
(terkonsentrasi di vaporizer).
Reaksi elektrolisis larutan garam (NaCl) secara keseluruhan dapat dituliskan sebagai berikut:
2NaCl + 2H2O  2NaOH + Cl2 + H2
Karena gas klorin (Cl2) bersifat korosif, anoda harus dibuat dari logam yang tidak reaktif seperti
titanium, sementara katoda dapat dibuat dari nikel.
Diagram Alir
a
Elektrolisis Sel
Penjenuha gar
i
Membran Pengendap
n air amGaram
Zat
r yang belum
garam
an
Filtrasi pengend
resi
murni
Pemurnian ap
du
dengan
Sel
H membranC
Elektrolisi
Pendingin La Pendi
pertukaran
Pendin 2 sl
Pengering
an
ru
ngina
ginan ion ta Peme
H an 2
Kompresi
n n
katan
Pendi
Pencairan ka ngina
2 Penyi
Penguapan us n
mpan
N
Klo tik
rin aan
O
H
Figure 7. Diagram alir elektrolisi sel membran

Adapun konversi kimia dalam industri klor alkali adalah sebagai berikut.
 Evaporasi dan Pemisahan Garam
Pada sel diafragma, dihasilkan 11% NaOH dan 15% NaCl. Untuk pengiriman, larutan tersebut
perlu dipekatkan terlebih dahulu di dalam evaporator efek berganda yang tabung-tabungnya
terbuat dari nikel. Sebagian besar garam itu terkristalisasi ke luar dan dapat dipisahkan untuk
kemudian didaur-ulangkan. Hasil akhir dari proses klor-alkali ini adalah 50% NaOH (aq) dengan
sekitar 1% NaCl berupa pengotor. Bila kandungan NaCl sebesar 1% tidak menjadi masalah,
larutan 50% ini dapat langsung dikirim sebagai produk dengan kepekatan komersial standar.
Sel membran menghasilkan kaustik yang jauh lebih pekat dibandingkan sel diafragma (28%-
40%), sedangkan kandungan klornya sedikit sehingga produk ini tidak banyak memerlukan
evaporasi dan perlakuan lain. Demikian pula untuk sel merkuri, tidak diperlukan evaporasi untuk
membuat produk dengan konsentrasi 50%.
Dalam proses sel merkuri, kaustik soda 50% yang diperoleh langsung dari dekomposer/denuder
biasanya dipompa ke menara pendingin, kemudian menuju sistem pembuangan merkuri dan
kemudian menuju ke bagian penyimpanan akhir. Dalam beberapa kasus kaustik dipanaskan
sebelum filtrasi. Metode yang paling umum untuk menghilangkan merkuri dari soda kaustik
adalah pelat (atau daun) filter dengan precoat karbon. Dalam kondisi normal, merkuri-sel kaustik
soda (NaOH sebagai 100%) mengandung 20-100 ppm natrium klorida dan 40-60 ¼ g Hg / kg
NaOH.
 Evaporasi Akhir
Kaustik 50% yamg sudah didinginkan dan diendapkan atau kaustik yang telah dimurnikan
secara khusus dapat dipekatkan dengan menggunakan evaporator akhir efek-tunggal agar
menjadi NaOH 70 sampai 75% dengan menggunakan uap bertekanan 500 sampai 600 kPa.
Kaustik yang sangat pekat ini harus ditangani dengan pipa yang dipanasi dengan pipa uap agar
tidak mengalami pembekuan.Larutan itu lalu diteruskan ke periuk penyelesaian.
 Penyelesaian Kaustik dalam Periuk
Walaupun penyelesaian kaustik 50% itu dulu dilakukan di dalam periuk-periuk besi tuang
dengan menggunakan pemanasan langsung, efisiensi kalornya cukup rendah sehingga dewasa ini
cara ini dilakukan hanya untuk kaustik 70 sampai 75% saja. Suhu akhirnya adalah 500 0C sampai
6000C dan ini menguapkan airnya sampai kira-kira 1% yang tertinggal. Periuk-periuk besi ini
sekarang digantikan dengan evaporator. Cara ini juga untuk konsentrasi di atas 50%. Kaustik
anhidro yang panas itu diolah dengan belerang agar kandungan besinya mengendap dan keluar.
Produk ini dipompakan dengan pompa sentrifugal yang menyalurkan bahan meleleh itu ke dalam
drum-drum baja yang dapat menampung 320 kg atau ke dalam mesin penyerpih.
 Pemurnian kaustik secara Khusus
Pengotor yang tidak dikehendaki dalam kaustik 50% adalah besi klorida, NaCl, dan NaClO3.
Penyingkiran besi-besi biasanya dilakukan dengan mengolah kaustik itu dengan 1% berat serbuk
kalsium karbonat dan menyaring campuran yang dihasilkan. Klorida dan klorat dikeluarkan
dengan meneteskan kaustik 50% itu ke dalam kolom larutan ammonia 50%. Pengolahan ini
menghasilkan kaustik yang hampir bebas sama sekali dari klorida dan klorat seperti yang
dihasilkan dari proses raksa.(Figure 8).

Figure 8. Skema Konversi Kimia pada Industri Klor-Alkali

 Pendinginan Klor
Klor panas yang keluar dari anoda mengandung banyak uap air. Gas ini terlebih dahulu
didinginkan di menara pendingin agar sebagian besar uap ini dapat mengembun.
 Pengeringan Klor
Setelah didinginkan, gas klor dikeringkan dengan asam sulfat di dalam menara pembasuh.
Sampai pada menara asam sulfat ini, klor basah itu harus ditangani dengan menggunakan bahan
yang tahan, seperti poliester, polivinil klorida, dan lain-lain.
 Pemampatan dan Pencairan Klor
Klor kering dikompresi sampai tekanan 240 kPa atau kadang-kadang bahkan 550 kPa. Untuk
tekanan yang agak rendah, kompresor yang biasa digunakan adalah kompresor putar dengan
torak zat cair dan terbuat dari besi, dan menggunakan asam sulfat sebagai cairan perapat. Untuk
tekanan dan kapasitas yang lebih besar, biasanya digunakan kompresor sentrifugal atau
kompresor bolak-balik tanpa pelumasan. Kompresor bolak-balik biasanya menggunakan cincin
torak dan salut torak dari karbon, sedangkan bagian-bagian lainnya terbuat dari besi cor. Kalor
kompresi ditarik keluar dan gasnya mengembun. Klor cair itu disimpan di dalam silinder-silinder
kecil, silinder satu ton, pipa atau kereta tangki 50 t yang dikirimkan ke konsumen besar. Gas sisa
atau “gas tiup” (blow gas) yang selalu terdapat pada proses ini terdiri dari campuran seimbang
antara klor dan udara.
 Pendinginan hidrogen
Gas hidrogen didinginkan di menara pendingin agar sebagian besar uap air dapat mengembun.
Dalam proses sel merkuri, hidrogen harus diperlakukan/diolah lagi untuk menghilangkan
merkuri. Pendingin primer pada suhu kamar dilakukan pada electrolyser, memungkinkan uap
merkuri mengembun ke dalam sirkuit merkuri utama. Pendinginan lebih lanjut terjadi pada tahap
berikutnya menggunakan penukar panas besar dan kondensat dikirim untuk diperoleh merkuri
kembali.

Perbedaan Antara Ketiga Macam Sel Elektrolisis


Merkuri Diafragma Membran
Kualitas dari soda Tinggi, hanya Mengandung 1.0 – Tinggi, hanya
kaustik mengandung <30 ppm 1.5% berat NaCl mengandung <50 ppm
NaCl NaCl
Konsentrasi soda 50 % 12 % 33%
kaustik
Bahan baku air garam Beberapa pemurnian Beberapa pemurnian Air garam yang
diperlukan, tetapi diperlukan, tetapi digunakan harus
tergantung pada tergantung pada dengan kemurnian
kemurnian garam kemurnian garam atau yang tinggi agar
atau air garam yang air garam yang tidak mempengaruhi
digunakan digunakan kinerja membran
Energi listrik yang sekitar 3100 Sekitar 2700 2200-2500
digunakan(kWh/ton)
Tingkat pencemaran Tinggi Tinggi Rendah
lingkungan

Keunggulan dan Kelemahan dalam Industri Klor Alkali


Keunggulan dan kelemahan dalam industri klor-alkali adalah sebagai berikut.
Proses Kelebihan Kelemahan
Sel Beroperasi pada tegangan yang lebih rendah Diafragma Asbes dapat menyebabkan
Diafragma dibandingkan selmerkuri. pencemaran lingkungan. Asbes merupakan
Dapat beroperasi dengan air garam kurang bahan beracun, menyebabkan kanker paru-
murni daripada yang dibutuhkan oleh paru dan asbestosis, dan tumor ganas pada
selmembran paru-paru.

Sel Merkuri Produk NaOH pekat dengan kemurnian Membutuhkan energy listrik yang tinggi
tinggi dibandingkan dengan sel diafragma dan
pencemaran Lingkungan kasus minamata
disease.
Sel Proses membrane tidak menggunakan bahan Air garam memasuki sel membran harus
Membran yang sangat beracun seperti merkuri dan dengan kemurnian sangat tinggi sehingga
asbes. sering membutuhkan langkah pemurnian
Pengunaan listrik yang lebih hemat mahal tambahan sebelum elektrolisis.
dibandingkan 2 proses lainnya.

Kapasitas Industri Klor-Alkali


Produsen Klorin Di Indonesia
Nama Perusahaan Kapasitas (ton / tahun)
PT. Industri Soda Indonesia, Waru 4.500
PT. Kertas Basuki Rahmat, Banyuwangi 2.390
PT. TrisanaChlor Alkali, Probolinggo 14.000
PT. Dong Jiu Indonesia, Serang 6.000
PT. Asahimas Subentra Chemical, Cilegon 20.000
PT. Indochlor Prakasa Industri, Serang 100.000

Produsen Soda Kaustik Di Indonesia


Nama Perusahaan Lokasi Kapasitas (ton/tahun)
Padatan
PT Asahimas Subentra Chemicals Cilegon 285.000
PT Sulfindo Adiusaha Serang 215.000
Cair
PT Industri Soda Indonesia Sidoarjo 12.000
PT Soda Sumatera Medan 6.400
PT Indah Kiat Pulp and Paper Riau 10.000
PT Kertas Letjes Probolinggo 9.000
PT Tjiwi Kimia Sidoarjo 7.200
PT Kertas Basuki Rachmat Banyuwangi 6.850
PT Kertas Padalarang Padalarang 750
PT Pakerin Mojokerto 15.000
PT Suparma Surabaya 1.800
PT Miwon Indonesia Gresik 12.000
PT Sasa Fermentasi Sidoarjo 3.600
[Sumber : CIC Indochemical No. 300, 2000]

Manfaat Produk
Produk Manfaat
Soda kaustik (NaOH) Industri pulp dan kertas 
Industri tekstil
Industri sabun dan deterjen
Industrimigas
Industri kimialainnya
Klorin Desinfektan air
Obat-obatan
Bahan baku ekstraksi indutri logam
Bahan pengisi batu baterai
Pupuk tanaman
Bahan pemutih
Bahan baku pembuatan meron. 
Bahan pematri (solder).
Hidrogen Bahan pembangkit kalor
Bahan pembangkit tenaga bantuan listrik
Berperan dalam proses pemurnian minyak
Berperan dalam bahan pendeteksi kebocoran gas
Zat pendingin rotor dalam generator listrik

Anda mungkin juga menyukai