Kata Pengantar
Kata Pengantar
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan referat tentang “Entropion Involutional”
sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Referat ini dibuat sebagai salah
satu syarat dalam mengikuti proses belajar di jenjang program profesi kedokteran
stase Mata.
Banyak pihak yang berkontribusi dalam penyusunan referat ini, oleh karena
itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada dr. H. E. Iskandar, Sp.M (K)
yang telah bersedia membimbing. Juga penulis ingin mengucapkan banyak
terimakasih kepada teman-teman yang telah mendukung hingga akhir
penyelesaian referat ini.
Akhir kata, penulis menyadari betapa jauhnya referat ini dari kesempurnaan
yang diharapkan, oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak sangat
diharapkan demi membantu menjadikan referat ini menjadi lebih baik.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
2.1. Anatomi Kelopak Mata....................................................................................2
2.2. Involutional Entropion.....................................................................................8
2.2.1. Definisi.......................................................................................................8
2.2.2. Epidemiologi.............................................................................................8
2.2.3. Etiologi......................................................................................................9
2.2.4. Patofisiologi...............................................................................................9
2.2.5. Diagnosis.................................................................................................10
2.2.6. Diagnosis Banding..................................................................................10
2.2.7. Tatalaksana.............................................................................................11
2.2.8. Prognosis.................................................................................................17
BAB III...........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
menyempitkan fisura palpebra. Bagian spesifik dari otot ini juga
berkonstitusi pada pompa lakrimal.5
3
superior dan posterior tendon. Secara lateral, otot preseptal membentuk
lateral palpebra raphe.5
Bagian orbital dari otot orbicularis muncul dari lengan anterior
mefial canthal tendon, procesus orbital dari os frontalis, dan procesus
frontalis dari os maxilla di depan anterior lacrimal crest. Serabutnya
membentuk elips yang berlanjut dan berinsersi tepat di bawah titik
originnya. Dekat dengan margo palpebra, suatu bundel striated muscle,
muscle of Riolan, terletak lebih posterior daripada bagian utama dari
orbicularis dan membentuk garis abu-abu. Otot Riolan dapat
memainkan peran dalam discharge glandula meibomian, berkedip, dan
posisi bulu mata.5
Septum Orbita
Septum orbital, jaringan fibrous tipis dan berlapis-lapis, muncul
dari periosteum melalui rima orbita superior dan inferior pada arcus
marginalis. Pada kelopak mata atas, septum orbital bersatu dengan
levator aponeurosis 2-5 mm di atas batas tarsal superior pada non asian.
Pada kelopak mata bawah, septum orbita bersatu dengan fascia
capsulopalpebra pada atau tepat dibawah batas tarsal inferior. Complex
capsulopalpebra orbital septum yang bersatu, bersama dengan sedikit
kontribusi dari otot polos tarsal inferior, berinsersi pada permukaan
posterior dan anterior tarsal juga batas bawah tarsus yang runcing.
Sebagai hasil dari penuaan, septum di kelopak mata atas dan bawah
dapat menjadi cukup lemah. Penipisan septum dan laksitas otot
orbicularis berkontribusi pada herniasi anterior lemak orbita pada mata
yang menua.5
Lemak Orbita
Lemak orbita terletak di belakang septum orbita dan di depan
levator aponeurosis (kelopak mata atas) atau capsulopalpebral fascia
(kelopak mata bawah). Pada kelopak mata atas ada 2 kantong lemak:
nasal dan central. Pada kelopak mata bawah, ada 3 kantung lemak:
nasal, central dan temporal. Kantung ini dikelilingi lapisan fibrous tipis
yang merupakan lanjutan ke depan dari sistem orbitoseptal. Bantalan
lemak sentral orbita adalah area penting baik pada operasi kelopak mata
elektif dan lid laceration repairkarena terletak tepat di belakang septum
orbita dan di depan levator aponeurosis.5
Otot Retraksi
4
Retraktor kelopak mata atas adalah otot levator dengan
aponeurosisnya dan otot tarsal superior (Műller muscle). Pada kelopak
mata bawah, retraktor adalah fascia capsulopalpebral dan otot tarsal
inferior.5
Retraktor Kelopak Mata Atas
Otot levator berorigin pada apeks orbit, muncul dari periorbita
dari lesser wing os sphenoid, tepat di atas annulus Zinn. Bagian
muskuar dari levator diperkirakan sepanjang 40 mm; aponeurosis
memiliki panjang 14-20 mm.ligamentum transversum superior
(Whitnall ligament) adalah suatu serabut kecil elastis sekitar otot
levatorterletak di area transisi dari otot levator sampai aponeurosis
levator.5
5
aponeurosis. Akan tetapi, tanduk levator aponeurosis terletal lebih
inferior dan lebih mengarah ke canthi. Lateral horn berinserso ke lateral
orbital tubercle; medial horn berinsersi ke posterior lacrimal crest.
Lateral horn dari levator aponeurosis sangat kuat, dan membagi
glandula lacrimal menjadi orbital dan lobus palpebral, menempel kuat
ke tubercle orbita. Medial horn dari aponeurosis lebih lembut dan
membentuk tempelan jaringan ikat lunak ke posterior aspek medial
canthal tendon dan ke posterior lacrimal crest.5
Seiring berlanjutnya levator aponeurosis ke arah tarsus, dia
terbagi menjadi anterior dan posterior portion dengan jarak bervariasi
diatas batas tarsal superior. Bagian anterior terdiri dari seikat
aponeurosis yang berinsersi ke septa antara otot kulit pretarsal
orbicularis. Penempelan halus ini bertanggung jawab untuk aposisi
dekat kulit pretarsal dan otot orbicularis ke tarsus yang mendasari.
Lekukan kelopak mata atas dibentuk oleh perlengketan yang lebih
superior dari ini dan oleh kontraksi dari kompleks levator yang
mendasari. Lipatan kelopak mata atas dibentuk oleh kulit, lemak dan
superior orbicularis muscle yang bergantung pada lekukan.5
Otot levator diinervasi oleh divisi superior dari CN III, yang juga
membantu otot rectus superior. Superior division palsy, yang
menyebabkan ptosis dan penurunan upgaze, mengimplikasikan suatu
disrupsi CN III.5
Bagian posterior levator aponeurosis berinsersi kuat ke
permukaan anterior dari setengah bawah tarsus. Terutama lebih kuat
pada sekitar 3 mm di atas margin kelopak mata dan hanya sangan
longgar berikatan pada 2-3 mm superior dari tarsus.disinsertion,
dehiscence, atau rarefaction dari aponeurosis setelah operasi ocular atau
akibat inflamasi intraocular, trauma kelopak mata, atau penuaan dapat
menimbulkan ptosis.5
Otot Műller berorigin pada permukaan bawah levator aponeurosis
sekitar pada level ligamen Whitnall, 12-14 mm di atas margin tarsal.
Otot polos yang terinervasi simpathetically ini memanjang ke bawah
untuk berinsersi sepanjang margin tarsal superior kelopak mata atas.
Otot ini menyediakan sekitar 2 mm elevasi dari kelopak mata atas; jika
hal ini terganggu (seperti pada Horner syndrome), ptosis ringan terjadi.
Otot Műller dengan kuat menempel pada konjungtiva yang berdekatan
pada posterior, terutama tepat di atas batas tarsal superior. Arcade arteri
6
periferal dapat ditemukan diantara levator aponeurosis dan otot Műller,
tepat di atas batas tarsal superior. Arcade vaskular ini berguna sebagai
landmark operasi penting untuk mengidentifikasi otot Műller.5
Retraktor Kelopak Mata Bawah
Fascia capsulopalpebra pada kelopak mata bawah analog dengan
levator aponeurosis pada kelopak mata atas. Fascia ini berorigo sebagai
kepala capsulopalpebra dari penempelan pada serabut otot terminal
musculus rectus inferior. Kepala capsulopalpebra terbagi seiring
memutari musculus obliqus inferior dan bersatu dengan lapisan
musculus obliqus inferior. Pada bagian anterior musculus obliqus
inferior, 2 bagian dari kepala capsulopalpebra bergabung membentuk
ligamentum suspensori Lockwood. Fascia capsulopalpebra memanjang
pada anterior pada titik ini, mengirim untaian ke fornix konjungtiva
inferior. Fascia capsulopalpebra berinsersi ke batas tarsal inferior, tepat
setelah bersatu dengan septum orbita.5
Otot tarsal inferior pada kelopak mata bawah beranalog dengan
otot Műller. Otot tarsal inferior yang berkembang tidak baik berjalan
posterior ke fascia capsulopalpebra. Serabut otot polos paling banyak di
area fornix inferior.5
Tarsus
Tarsus adalah lempengan jaringan ikat yang kuat dan kaku yang
berperan sebagai support struktural dari kelopak mata. Lempeng tarsal
kelopak mata atas berukuran 10-12 mm secara vertical pada tengah
kelopak mata; ukuran maksimum tarsal kelopak mata bawah adalah 4
mm. Lempeng tarsal memiliki perlekatan yang kaku ke periosteum
melalui tendon canthal secara medial dan lateral. Lempeng tarsal dapat
lepas secara horizontal seiring bertambah umur sebagai akibat dari
peregangan dari tendon pembantu pada medial dan lateral. Kedua
lempeng tarsal biasanya memiliki tebal 1 mm dan lancip pada ujung
medial dan lateral seiring mendekati tendon canthal. Berlokasi di tarsus,
glandula meibomian adalah glandula sebaceous holocrine.5
7
Gambar 4. Tarsus5
Konjungtiva
Konjungtiva terdiri dari epitel squamous nonkeratinizing. Dia
membentuk lapisan posterior kelopak mata dan mengandung sel goblet
penghasil musin dan aksesori glandula lacrimal Wolfring dan Krause.
Glandula lacrimal aksesori dapat ditemukan pada jaringan
subkonjungtiva terutama pada kelopak mata atas dan bawah. Glandula
Wolfring ditemukan terutama sepanjang batas tarsal nonmarginal, dan
glandula krause ditemukan pada fornis.5
8
Involutional Entropion diakibatkan oleh adanya regenerasi jaringan elastis
pada kelopak mata terkait-umur yang menyebabkan laksitas horizontal pada
kelopak mata.1 Biasanya muncul pada kelopak mata bawah.5
2.2.2. Epidemiologi
Entropion dapat ditemukan pada seluruh kelompok umur, dan lebih sering
pada wanita, ini mungkin disebabkan lempeng tarsal pada wanita rata-rata lebih
kecil dibandingkan pada pria.4 Involutional entropion merupakan entropion yang
paling banyak ditemukan dari semua jenis entropion yang ada. Prevalensi dari
involutional entropion kelopak mata bawah telah dilaporkan sebesar 2,1% pada
populasi lanjut usia (1,9% pada laki-laki dan 2,4% pada perempuan).2
2.2.3. Etiologi
Penyebab terjadinya involutional entropion adalah sebagai berikut:3
- Dissosiasi lamella (pergerakan ke atas otot preseptal)
- Kelemahan retraktor kelopak mata bawah
- Kelemahan kelopak horizontal (horizontal lid laxity)
- Menekuknya lempeng tarsal
2.2.4. Patofisiologi
Perubahan-perubahan penuaan pada kelopak mata sama baik pada entropion
maupun ektropion. Kelemahan jaringan menyebabkan disosiasi lamela atau
bergesernya lamella anterior diatas lamella posterior. Pada entropion, lamella
anterior dan otot preseptal orbicularis bergeser ke atas. Hal ini adalah penyebab
mendasar involutional entropion. Pada entropion dan ectropion retraktor kelopak
mata bawah menjadi lemah dan tidak dapat mengatur batas inferior lempeng
tarsal. Pada ectropion mereka dapat menjadi lepas dari posisi, menyebabkan
kelopak membelok keluar seperti rak dan menyebabkan konjungtiva menjadi
edematus. Pada entropion dan ektropion, otot orbicularis dengan tendon canthal
medial dan lateral menjadi lemas dan tarsus bisa jadi renggang, menyebabkan
peningkatan laksitas kelopak horizontal. Hal ini dapat diperparah oleh
enophthalmus bola mata. Perubahan-perubahan sekunder muncul pada tarsus
dimana pada entropion menjadi tipis dan menekuk.3
Perubahan penuaan utama yang membutuhkan koreksi pada baik entropion
dan ektropion dapat diringkas sebagai berikut:3
- Disodiasi lamella
- Kelemahan retraktor kelopak
9
- Horizontal lid laxity
10
memperjelas rotasi ke dalam dari margin kelopak mata bawah. Perubahan-
perubahan involutional dari jaringan lunak orbita juga dapat berkontribusi dalam
involutional entropion dengan mengurangi bantuan posterior kelopak mata
bawah.5
2.2.7. Tatalaksana
Prosedur untuk memperbaiki involusional entropion kelopak mata bawah
jatuh pada 3 grup: tindakan sementara, prosedur-prosedur pengencangan
horizontal, dan perbaikan retraktor. Terkadang kombinasi prosedur dibutuhkan.
Trichiasis dapat membutuhkan penanganan spesifik, antara bersamaan dengan
perbaikan entropion atau tersendiri, jika bulu mata masih tetap salah arah setelah
margin kelopak mata diposisikan dengan baik.5
Tindakan sementara untuk intervensi akut
Lubrikasi dan perban lensa kontak dapat digunakan untuk melindungi
kornea dari abrasi mekanis bulu mata. Teknik sutura (Sutura quickert) terkadang
membantu sebagai tindakan sementara pada involutional entropion; tetapi, ketika
digunakan sebagai intervensi sendiri, teknik ini dikaitkan dengan angka rekurensi
yang tinggi. Pengencangan horizontal kelopak mata pada canthus lateral, seperti
pada operasi strip tarsal lateral, menstabilisasi kelopak mata dan sering
mengkoreksi entropion.5
Perbaikan Retraktor Kelopak Mata bawah
Prosedur sutura quickert, suatu prosedur cepat tapi biasanya sementara
dengan tujuan memasukkan kembali retraktor, dapat dikombinasikan dengan
teknik pemendekan horizontal untuk meningkatkan angka kesuksesan dan durasi
perbaikan. Eksplorasi langsung dan perbaikan defek kelopak mata bawah melalui
insisi kulit atau pendekatan transkonjungtiva dapat dilakukan untuk menstabilisasi
batas inferior tarsus. Operasi reinsersi retraktor biasanya dikombinasikan dengan
pengencangan lateral canthal kelopak mata. Saat reinsersi retraktor dilakukan
menggunakan insisi melalui kulit dan otot orbicularis pada atau dekat batas
11
inferior tarsal, skar insisional membantu mencegah override orbicularis
postoperasi. Sedikit dari otot orbicularis preseptal juga dapat di singkirkan pada
pasien terpilih yang memiliki override dalam jumlah yang besar. Reinsersi
retraktor kelopak mata dan modifikasi orbicularis bersamaan dengan operasi
lateral tarsal strip mengoreksi keketiga faktor etiologi dari involutional entropion.5
Manajemen involusional entropion berdasarkan etiologi:3
- Disodiasi lamella (pergerakan ke atas otot presptal
Penanganan: membuat jaringan scar pemisah antara otot preseptal dan
pretarsal dengan sutura transverse atau transverse lid split dll.
- Kelemahan retraktor kelopak mata bawah
Penanganan: memperketat retraktor dengan everting sutura, plication
atau memperpendek retraktor kelopak mata bawah
- Horizontal lid laxity
Penanganan: memperpendek kelopak mata dan/atau tendon canthal
- Penekukan lempeng tarsal
Penanganan: everting sutura untuk mentransfer tarikan retraktor kelopak
mata bawah untuk menekukkan margin kelopak mata.
Sutura
Prinsip: sutura dapat digunakan untuk mengoreksi disosiasi lamella baik itu
sebagai (1) transverse suture untuk mencegah pergerakan ke atas otot preseptal
atau sebagai (2) everting suture untuk mengencangkan retraktor kelopak mata
bawah dan mengeversi margin kelopak.3
Indikasi: Penyembuhan sementara (hingga 18 bulan atau lebih) dengan
prosedur yang cepat, mudah dan dapat diulangi yang dapat dilakukan di samping
tempat tidur seperti pada pasien geriatri, setelah operasi okular, menunggu koreksi
definitif entropion dll. Gunakan transverse suture jika entropion terutama muncul
ketika pasien dengan paksa menutup kelopak dan ada elemen spasme. Everting
suture biasanya digunakan sebagai bagian dari prosedur entropion lain.3
Metode: lewati tiga sutura absorbable double-armed 4 ‘0’ melalui kelopak
dari konjungtiva ke kulit di 2/3 lateral kelopak mata. Dengan transvere suture
mulai tepat dari bawah tarsus, tarik kulit preseptal ke arah bawah dan buat tiap
jarum muncul melalui kulit sekitar 2 mm jaraknya dan tepat di atas level dimana
mereka masuk konjungtiva. Everting suture sama tetapi mulai lebih bawah pada
fornix dan muncul lebih dekat ke bulu mata. Ikat sutura kencang dan buang
setelah 2-3 minggu.3
12
Komplikasi: rekurensi akan muncul tetapi sutura dapat menjadi prosedur
sementara yang berguna. Operasi yang lebih permanen bertujuan untuk
mengoreksi lebih pada faktor etiologinya.3
13
lewat melalui lempeng tarsal dan otot pretarsal, dan muncul melalui kulit 1 – 2
mm di bwah garis bulu mata.
7. tutup kulit dengan sutura kontinu atau interrupted.
8. Ikat sutura double-armed di bawah cukum tegangan hanya untuk
mengeversi margin kelopak. Mulai dengan lateral suture dan hindari pungtal
ektropion saat medial suture diikat.]
9. lepaskan sutur kulit setelah hari ke-5. Everting suture harus dilepaskan
pada 10-14 hari atau lebih dini jika ada overkoreksi yang jelas.
Komplikasi: rekurensi biasanya karena adanya satu atau lebih lid laxity dari
apa yang tampak preoperatif. Hal ini dapat dikoreksi dengan mengencangkan
kelopak mata secara horizontal.3
Overkoreksi dapat disebabkan oleh mengencangkan everting suture
berlebihan. Hal ini dapat dikoreksi dengan pelepasan jahitan dini. Jika overkoreksi
menetap, kelopak mata harus dioperasi ulang dan lamella didisosiasikan sebelum
kelopak direkonstitusi dengan sutura everting yang kurang agresif.3
14
mengoreksi kelebihan kelemahan kelopak dan mencegah kelopak berbelok ke luar
atau ke dalam.3
Indikasi: penyembuhan jangka panjang (lebih dari 18 bulan) entropion
dengan kelebihan kelemahan horizontal kelopak dinilai dengan menaring kelopak
menjauhi bola mata.3
Metode: 3
1. Buat insisi vertikal melalui kelopak mata dari margin kelopak hingga
batas bawah lempeng tarsal, mulai 5 mm dari lateral canthus.
2. Buat insisi horizontal ketebalan penuh kelopak mata dari margin kelopak
hingga punctum inferior pada medial. Jaga gunting tetap horizontal agar
memotong kulit dan konjungtiva pada level yang sama.
3. Buan insisi yang sama pada lateral yang tetap horizontal dan tidak
mengikuti kontur margin kelopak.
4. Identifikasi retraktor kelopak dan letakkan 3 sutura absorbable double-
armed long acting 4 “0” melaluinya dan konjungtiva, mulai sekitar 2mm di bawah
transeksi.
5. Overlap 2 flap kelopak mata untuk menilai panjang reseksi kelopak yang
diperlukan untuk kompensasi kelebihan kelemahan horizontal. Potong sebanyak
ini pada medial flap.
Catatan: jika eksisi jaringan sebanyak ini menggantikan kebanyakan
punctum bawah, tendon canthal medial harus disusun dahulu untuk
menstabilkannya. Kelebihan dari horizontal laxity kemudian dinilai ulang dan
kelopak mata dipotong seperti sebelumnya.
6. Jahit kedua plap kelopak mata seperti pada perbaikan kelopak normal.
7. Lewati sutura absorbable double-armed long acting 4 ‘0’ di depan
lempeng tarsal, dan di belakang otot pretarsal, dan munculkan melalui kulit 1-2
mm dibawah garis bulu mata. Kemudian lanjutkan sama seperti tahap 6 prosedur
transverse lid split dan everting suture.
8. Jika ada kelebihan kulit dan otot dibawah transeksi kelopak horizontal
kulit dapat dirusak, ditarik ke lateral seperti untuk blefaroplasti, dan kelebihan
kulit di potong sebagai base-up segitiga lateral.
9. Singkirkan jahitan kulit pada 5 hari tapi tinggalkan margin kelopak dan
everting suture selama 10 hari.
Komplikasi: rekurensi biasanya disebabkan kegagalan untuk memperpendek
retraktor kelopak bawah secara adekuat dan dapat dikoreksi dengan prosedur
lipatan retraktor.3
15
Overkoreksi disebabkan dan ditangani dalam jalan yang sama seperti yang
dijelaskan pada ‘transverse lid split dan everting suture’.3
16
7. Observasi efek. Margin kelopak harus pada posisi normal dan harus
bergerak normal pada pandangan atas dan bawah. Jika ada underkoreksi ganti
sutura mengambil lebih bawah, proksimal gigitan retraktor dan jika ada
overkoreksi ganti dengan dengan mengambil lebih tinggi dekat tarsus.
8. saat koreksi yang memuaskan didapatkan, lepaskan ikatan slipknot dan
taruh 2-4 suture yang sama , 1-2 medial dan 1-2 lateral dari sentral suture ini.
Catatan: a. Suture ini bisa diakhiri dengan slipknot yang dapat
direnggangkan atau dikencangkan dan diikat 4-24 jam setelah operasi jika
dibutuhkan. Sutura yang dapat disesuaikan ini pada dasarnya berguna pada
entropion rekuren jika sulit untuk menaruh kelopak dengan pasti pada saat
operasi. B. Kelebihan kulit dan otot orbicularis dapat dipotong dari tepi bawah
insisi kulit jika dibutuhkan.
9. jika kelopak mata lemah, kencangkan.
10. penutupan kulit didukung dengan sutura interupted 6’0’ yang
diidentifikasi dengan warna yang berbeda. Ini ditaruh diantara sutura retraktor
yang berlipat. Hal ini membuat plicating suture dapat disingkirkan dini jika
mereka menyebabkan overkoreksi.
11. Jahitan kulit dapat disingkirkan hari ke 7 dan sutura berlipat pada 14
hari.
Komplikasi: overkoreksi. Renggangkan atau singkirkan plicating suture
Underkoreksi. Kencangkan sutura jika memang dapat dikencangkan atau
ulangi operasi3
Rekurensi. Nilai kemungkinan penyebab dan reoperasi dengan tujuan
mengoreksi.3
2.2.8. Prognosis
Pada umumnya, entropion memiliki prognosis baik apabila didiagnosis lebih
dini dan ditatalaksana dengan tepat.4
17
BAB III
KESIMPULAN
Entropion dapat ditemukan pada seluruh kelompok umur, dan lebih sering
pada wanita, ini mungkin disebabkan lempek tarsal pada wanita rata-rata lebih
kecil dibandingkan pada pria.4
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Ang C. L., Chee S. P., Jap A., Tan D., Wong T. Y., 2005. Clinical
Ophthalmology An Asian Perspective. Saunders Elsevier: Singapore.
2. Boboridis K. G., Bunce C., 2011. Interventions for Involutional Lover Lid
Entropion. Cochrane Library. Issue 12. Art. No.:CD002221.
3. Collin J. R. O., 2006. A Manual of Systematic Eyelid Surgery Third
Edition. Elsevier: London.
4. Reiza Y., 2018. Diagnosis dan Tatalaksana Entropion. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. CDK-261/Vol.45(2): 151-155.
5. Cantor L. B., Rapuano C. J., Cioffi G. A., 2014. Basic and Clinical
Science Course Orbit, Eyelids, and Lacrimal System Section 7 2014-2015.
American Academy of Ophthalmology.
19