Oleh
Akhmad Miftahul Huda
NIM 122310101061
Kasus abortus
Ny K. Umur 41 tahun, Ny K memngatakan telat 2 bulan, HPHT 11 maret
2015, mengeluarkan darah dari vagina pada hari senin dan selasa pagi, tes urin
hari ini, hamil(+), dan merupakan kehamilan ke 2. Ny. K mengetakan darah
bercampur dengan gumpalan-gumpalan darah, merasa mulas, dan pusing. Saat
dilakukan pemeriksaan didapatkan data keadaan umum Ny K. TD ; 130/90, Nadi :
74 x/menit, RR: 22 x/menit, S : 360 c. Konjungtiva merah muda palp Ball (+).
Pengeluaran pervagina blood (+), VT :1 ujung jari(+), ekstremitas oedem (-).
Teori kasus
Pengertian Abortus
Pengguguran kandungan atau aborsi atau abortus adalah berakhirnya
kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan
penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badannya
telah mencapai lebih daripada 500 gram atau umur kehamilan lebih daripada
20 minggu (Sastrawinata, 2005).
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang
terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat
badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang
dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka
abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai
berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu (Prawirohardjo S, 2009).
Etiologi
Menurut Prawirohardjo S (2009) penyebab abortus antara lain adalah :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat juga disebut factor ovovetral.
Faktor ovovetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan
janin dan kelainan pada plasenta. Kelainan hasil konsepsi dapat
menyebabkan kematian janin atau cacat.kelainan berat biasanya
3
bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,
fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
6
2.1 Pathway
System transfer
plasenta belum efisien
Kelainan pertumbuhan
Penyakit kronik Factor ibu: anemia berat, infeksi
hasil konsepsi
toxoplasmosis, diabetes
Kelainan plasenta
Uterus berkontraksi
Nyeri akut
Abortus Ansietas
Hasil konsepsi masih Hasil konsepsi masih Pengeluaran sebagian Semua hasil konsepsi
di dalam uterus tanpa di dalam uterus disertai hasil konsepsi dikeluarkan
dilatasi serviks dilatasi serviks
Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang
akibat kontraksi uterus.
Jenis-Jenis Abortus
1. Abortus Provokatus : Disengaja, digugurkan.
a. Abortus Provokatus artifisial atau abortus therapeutic : Pengguran
kehamilan biasanya menggunakan alat-alat dengan alasan, bahwa
kehamilan membahayakan bagi ibunya sebelum usia kandungan 28
minggu.
b. Abortus provocatus criminalis : Pengguran kehamilan tanpa adanya
alasan medis yang sah dan dilarang oleh hukum.
2. Abortus Spontan : Terjadi dengan sendirinya, keguguran. Biasanya
abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel
sperma.
Jenis abortus berdasarkan gejalanya dapat dibagi menjadi 8, yaitu:
a. Abortus Iminens. Ditandai dengan perdarahan pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu, ibu mungkin mengalami mulas atau tidak sama
sekali. Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi atau janin masih berada di
dalam, dan tidak disertai pembukaan (dilatasi serviks)
b. Abortus Insipiens. Terjadi perdarahan pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu dan disertai mulas yang sering dan kuat. Pada abortus jenis
ini terjadi pembukaan atau dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih di
dalam rahim.
c. Abortus Inkomplet. Terjadi pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
usia kehamilan kurang dari 20 minggu, sementara sebagian masih
9
Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah
mati
2. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
3. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion Data
laboratorium tes urine, hemoglobin dan hematokrit, menghitung trombosit
4. kultur darah dan urine
5. Pemeriksaan Ginekologi:
a. Inspeksi vulva
1) Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
2) Adakah disertai bekuan darah
3) Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
4) Adakah tercium bau busuk dari vulva
b. Pemeriksaan dalam speculum
1) Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
2) Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
3) Apakah tampak jaringan keluar ostium
4) Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
c. Pemeriksaan dalam/ Colok vagina
1) Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
2) Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
3) Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia
kehamilan
4) Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
5) Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa
6) Adakah terasa tumor atau tidak
7) Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak
11
Penatalaksanaan
1. Abortus iminens.
a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang
mekanik berkurang.
b. Periksa denyut nadi dan suhu badan 2 kali sehari bila pasien tidak
panas dan tiap 4 jam bila pasien panas.
c. Tes kehamilan dapat dilakukan, bila hasil negatif mungkin jaringan
sudah mati.
d. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens
belum pada persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak
menyetujuinya, dan mereka yang menyetujui bahwa harus ditentukan
dahulu adanya kekurangan hormone progesteron. Apabila difikirkan
bahwa sebagian besar abortus didahului oleh kematian hasil konsepsi
dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyak factor, maka
pemberian hormon progesteron memang tidak banyak manfaatnya.
e. Pemeriksaan ultrasonografi penting di lakukan untuk menentukan
apakah masih janin hidup.
f. Berikan obat penenang, biasanya Fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan
preprat hematinik misalnya, sulfas ferosus 600-1000 mg.
g. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
h. Membersihkan vulva minimal 2 kali sehari dengan cairan antiseptik.
2. Abortus insipiens.
a. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan
tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin.
b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai
perdarahan, ditangani dengan penosongan uterus memakai kuret
vacum atau cunam abortus disusul kerokan memakai kuret tajam.
Suntikan ergometrin 0,5 mg IM.
c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU
dalam dekstrose 5%, 500ml dimulai 8 per menit dan naikan sesuai
kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
12
6. Abortus serfikalis
Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan
untuk mengeluarkan hasi konsepsi dari kanalis servikalis.
7. Abortus habitualis
penangannya terdiri atas; memperbaiki keadaan umum, pemberian
makanan yang sempurna, anjuran istirahat sangat banyak, larangan koitus
dan olah raga, terapi dengan hormone progesteron, vitamin, hormone
tiroid dan lainnya mungkin mempunyai pengaruh psikologis karena
penderita mendapat kesan bahwa ia diobati.
8. Abortus infeksiosus (Septik)
a. Kepada penderita dengan abortus infeksiosus yang telah mengalami
banyak perdarahan hendaknya diberikan infuse dan tranfusi darah.
b. Pasien segera diberi antibiotika
c. Kuretase dilakukan dalam 6 jam dan penanganan demikian dapat
dipertanggungjawabkan karena pengeluaran sisa-sisa abortus
mencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan yang nekrotis.
Yang bertindak sebagai medium pembiakan bagi jasad renik.
Pemberian antibiotika diteruskan sampai febris tidak ada lagi selama
2 hari atau ditukar bila tidak ada perubahan dalam 2 hari.
d. Pada abortus septic diperlukan pemberian antibiotika dalam dosis
yang lebih tinggi.
Komplikasi
Ada pun komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu :
1. Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu
ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus
ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing.
Oleh sebab itu, letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama
pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak boleh digunakan
tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan
tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih
14
6. Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl
hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga
peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala
konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau
hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan pada
pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah, dan diare.
16
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
No. RM : 209599
Nama : Ny. K
Umur : 41 tahun
Alamat : Curah Jeru
Tanggal : 26 Mei 2015
Tanggal MRS/Jam : 26 mei 2015/16.35 WIB
2. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan
3. Riwayat Kesehatan, terdiri dari:
a. Kesehatan sekarang
Pasien datang ke rumah sakit dengan sendiri. Pasien mengatakan
datang ke RS karena perdarahan vagian tadi malam (senin, 25 Mei
2015) dan tadi pagi (selasa, 26 Mei 2015) dan ini kehamilan kedua.
Perdarahan bercampur gumpalan-gumpalan darah, mulas (+), pusing
(+)
b. Kesehatan masa lalu
Bidan pasien dan pasien mengatakan bahwa kehamilan ini kehamilan
ke 2. Pasien pernah mengalami keguguran.
4. Riwayat Antenatal
Pasien mengatakan sudah melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 6
kali ke bidan.
5. Riwayat Pembedahan
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami proses pembedahan dalam
persalinan.
6. Riwayat penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit menurun, menular, dan
menahun.
17
c. Inspeksi
Wajah tidak pucat, konjungtiva merah muda, tidak ada perdarahan
pervagina, ada oedem.
d. Palpasi
Dilakukan vagina toucher dengan hasil buka 3 cm.
Leopold I : ball (+)
Leopold II :
Leopold III :
Leopold IV :
Perkusi
e. Auskultasi
DJJ:
13. Pemeriksaan psikososial
a. Respon dan persepsi keluarga
tidak terkaji
b. Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
tidak terkaji
2 S: Intoleransi aktivitas
Perdarahan
· Biasanya pasien
merasa lemas Anemia
O:
· Biasanya nadi lemah
Kelemahan
(50 x/menit) dan pasien
terlihat pucat
Intoleransi aktivitas
3 S: Nyeri
Keguguran janin
· pasien mengeluh
nyeri diperut dan
pasien merintih kesakitan Rangsangan pada
O: uterus
P = Aborsi
Q = Severe pain Prostaglandin
R = Abdomen
S = (skala ± 8)
T = Current Dilatasi serviks
Nyeri
4 S: Cemas
Keguguran janin
· px biasanya
mengatakan
Terganggunya
ketakutan tidak bisa
psikologis ibu
memberi keturunan
O:
Kecemasan
· px akan terlihat
gelisah dan akralnya
dingin
20
C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko syok hemorrhagic b.d
perdarahan
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan,
penurunan sirkulasi
3. Nyeri b.d kerusakan jaringan
intrauteri
4. Cemas b.d kurang pengetahuan
21
D. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Resiko syok Tidak terjadi devisit Mandiri :
hemorrhagic b.d volume cairan, 1. Kaji Airway, Breathing, and 1. Sebagai pertolongan pertama pada
Perdarahan seimbang antara Circulation keadaan syok
intake dan output 2. Posisikan pasien trendelenburg, 2. Mencegah gangguan perfusi
baik jumlah maupun yaitu posisi telentang biasa dengan serebral dan untuk auto ransfuse
kualitas kaki sedikit tinggi 30 derajat
3. Monitor kondisi TTV tiap 2
jam 3. Pengeluaran cairan pervaginal
4. Monitor input dan output cairan sebagai akibat abortus memiliki
karekteristik bervariasi
Kolaborasi : 4. Jumlah cairan ditentukan dari
1. Berikan sejumlah cairan jumlah kebutuhan harian ditambah
pengganti harian(NaCl 0.9%, RL, dengan jumlah cairan yang hilang
Dekstran), plasma dan transfusi pervaginal
darah
2. Evaluasi status hemodinamika 1. Tranfusi mungkin diperlukan pada
kondisi perdarahan massif
22
sangat diperlukan
5. Menilai kondisi umum klien
3 Nyeri b.d Kerusakan Klien dapat Mandiri :
jaringan intrauteri beradaptasi dengan 1. Monitor kondisi nyeri yang 1. Pengukuran nilai ambang nyeri
nyeri yang dialami dialami klien dapat dilakukan dengan skala maupun
2. Ajarkan teknik relaksasi tarik deskripsi
nafas dalam
2. Meningkatkan koping klien dalam
Edukasi: melakukan guidance mengatasi nyeri
2. Jelaskan nyeri yang diderita
klien dan penyebabnya
3. Mengurangi onset terjadinya nyeri
Kolaborasi : dapat dilakukan dengan pemberian
3. Kolaborasi pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam
analgetika spectrum luas/spesifik
4 Cemas b.d kurang Tidak terjadi Mandiri :
pengetahuan kecemasan, 1. Monitor tingkat pengetahuan/ 1. Ketidaktahuan dapat menjadi dasar
pengetahuan klien persepsi klien dan keluarga terhadap peningkatan rasa cemas
dan keluarga penyakit.
24
Kolaborasi :
3. Mengkolaborasikan pemberian analgetika
Cemas b.d kurang Mandiri : S: Pasien mengatakan masih khawatir
pengetahuan 1. Memonitor tingkat pengetahuan/ persepsi klien dan dengan proses persalinan
keluarga terhadap penyakit. O: pasien terlihat tegang
27
Edukasi :
1. Menjalaskan aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan
keluarga
28
DAFTAR PUSTAKA
Ralph c, benson (2009) buku saku obstetri dan ginekologi edisi 9. Egc: jakarta
Sastrawinata, s. 2005. Obstetri patologi ilmu kesehatan reproduksi. 2nd ed. Egc :
Jakarta