Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk mata
kuliah PKL pada Semester V Program Studi Teknik Mesin, Departemen Teknik
Mesin.
Oleh:
NIM: 181211004
NIM: 181211009
Oleh :
Nim : 181211004
Nim : 181211009
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini telah diterima, dan disahkan pada
Pembimbing I : Pembimbing II :
Drs. Parno Raharjo, M.Pd., M.Sc., Ph.D. Dr. Budi Triyono, S.S.T., M.T.
Mengetahui :
i
PEMBUATAN BAHAN AJAR PERAWATAN MEKANIK
ASSEMBLY DAN DISSASSEMBLY TRANSMISI RODA GIGI
DI POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Oleh:
NIM: 181211004
NIM: 181211009
Menyetujui
Bandung,
Pembimbing
……………………….
NIP.
Reviewer
ii
PERNYATAAN PENULIS
Dengan ini menyatakan bahwa laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul
Pembuatan Bahan Ajar Perawatan Mekanik Assembly Dan Dissassembly
Transmisi Roda Gigi laporan yang bebas dari unsur tindakan plagiarism, dan sesuai
dengan ketentuan tata tulis yang berlaku. Apabila dikemudian hari ditemukan
adanya unsur plagiarism, maka hasil penilaian dari Praktik Kerja Lapangan ini
dicabut dan bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Kerja Praktik ini.
Laporan Kerja Praktik ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan untuk mata kuliah Kerja Praktik pada semester V Program Studi D-III
Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bandung.
1. Kedua orang tua yang telah mendukung penulis, baik secara moril maupun materil.
2. Dr. Syarief Hidayat,Dipl.Ing., MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Negeri Bandung.
3. Prasetyo, S.T., M.Eng. selaku Ketua Program Studi D-III Teknik Mesin Politeknik
Negeri Bandung.
4. Adri maldi Subardjah, B.Eng.(Hons).MSc selaku Ketua Panitia Kerja Praktik
2020.
5. Bapak muksin yang sudah membantu dalam pengurusan untuk masuk kerja
praktik.
6. Pembimbing kerja praktik Polban yang selalu memberikan arahan dalam
pembimbingan serta laporan.
7. Seluruh dosen dan staf Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bandung.Bandung,
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
4.3 Urutan Pelepasan .................................................................................... 42
4.4 Pelepasan ................................................................................................ 42
4.4.1 Pelepasan House Bearing............................................................... 43
4.4.2 Pelepasan Shaft................................................................................ 44
4.4.3 Pelepasan Bantalan......................................................................... 45
4.4.4 Pelepasan Poros Roda Gigi Transmisi ............................................ 46
4.4.5 Pemeriksaan kondisi........................................................................ 47
4.4.6 Perakitan roda gigi pada shaft ......................................................... 48
4.4.7 Perakitan pada kedua bearing ......................................................... 49
4.4.8 Peletakkan shaft pada posisi semula ............................................... 50
4.4.9 Pengencangan house bearing .......................................................... 51
4.4.10 Menentukan panjang sumbu dan diameter kedua poros ................. 52
Contoh Perhitungan: ..............................................................................................56
1. Pertanyaan yang berkenaan dengan bearing. .................................. 57
2. Pertanyaan yang berkenaan dengan baut ........................................ 57
3. Pertanyaan yang berkenaan dengan roda gigi beserta bushing/taper
lock 57
4. Pertanyaan yang berhubungan dengan instalasi roda gigi .............. 58
BAB V....................................................................................................................61
KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................................61
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 61
5.2 Saran ....................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................62
LAMPIRAN ...........................................................................................................63
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar IV.3.4 Pelepasan Poros Roda Gigi…………………………...24
Gambar IV.3.6 Peletakkan posisi Tapper Lock dengan bantuan peluncur dan
palu……………………………………………………………………25
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini ialah berisikan tentang latar belakang yang mana
cakupannya mengenai praktik kerja lapangan secara online dan isian singkat
mengenai roda gigi, lalu tujuan yang cakupannya mengenai kegiatan praktik kerja
lapangan dimana penulis membutuhkan data-data dan juga terdapat ruang lingkup
yang mencakup topic utama praktik kerja lapangan beserta penjelasan rinci kembali
dari sistematika laporan.
Roda gigi merupakan komponen mesin yang berfungsi meneruskan daya dari
poros penggerak ke poros yang akan digerakkan. Guna mentransmisikan daya besar
dan putaran yang tepat tidak dilakukan dengan roda gesek. Untuk ini kedua roda
tersebut harus dibuat bergigi pada kelilingnya sehingga penerusan daya dilakukan
oleh gigi-gigi kedua roda yang saling berkait. Roda bergigi semacam ini, yang
dapat berbentuk silinder atau kerucut, disebut roda gigi.
Salah satu capaian pada praktik ini difokuskan untuk perawatan mekanik pada
pemasangan dan pelepasan transmisi roda gigi yang berada di Lab Fluida Thermal
di Politeknik Negeri Bandung yang bertepatan di Jl. Gegerkalong Hilir, Ciwaruga,
Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Yang mulanya
bernama Politeknik Institut Teknologi Bandung pada tahun 1982. Yang terdiri 8
laboratorium pada prodi Teknik Mesin D3 dan salah satunya pada penempatan
praktik kali ini di laboratorium Metrologi, Fluida dan Thermal. Dengan adanya
wabah covid-19 menjadikan pada praktik kerja lapangan dilaksanakan secara online
dan penulis melakukan kegiatan praktik kerja lapangan dengan membuat sebuah
modul bahan ajar virtual perakitan dan pemasangan pada transmisi roda gigi. Dan
dalam pembuatan bahan ajar kali ini terapat dua buah poros dan dua buah roda gigi
pada kesempatan kali ini penulis hanya mempraktikan pada satu poros saja yang
1
meliputi bearing house 1.1 dan bearing house 1.2 fungsi dari pada bearing house
itu sendiri ialah sebagai pelindung pada bantalan didalamnya dan transmisi roda
gigi tersebut berfungsi sebagai penggerak mekanik satu roda gigi dengan roda gigi
lainnya.
1.2 Tujuan
2
1.4 Sistematika Laporan
BAB I PENDAHULUAN
Bab Pendahuluan berisikan latar belakang, tujuan, ruang lingkup
bahasan, dan sistematika laporan.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Sejarah
5
Politeknik ITB memulai penerimaan mahasiswa baru pada tahun akademik
1982/1983 yang pendiriannya diresmikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
bersama-sama dengan Politeknik USU Medan, Politeknik UNSRI Palembang,
Politeknik UI Jakarta, Politeknik UNDIP Semarang, dan Politeknik UNIBRAW
Malang pada tanggal 4 oktober 1985.
Pada tahun 1987 pendidikan ahli teknik computer yang berada dalam lingkungan
ITB dialihkan ke Politeknik ITB dan menjadi jurusan Teknik Komputer. Pada tahun
yang sama Politeknik ITB membuka jurusan baru bernama Teknik Kimia.
Paada tahun 1991 melalui surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
NO. 0313/O/1991 tentang penataan Politeknik dalam lingkungan Universitas dan
Institut Negeri. Politeknik ITB memiliki tujuh jurusan, yaitu Jurusan Teknik Mesin,
Teknik Sipil, teknik Elektro, Teknik Kimia, Teknik KOmputer, Akuntansi, dan
Administrasi Niaga.
Pada tahun 1997 Politeknik ITB mandiri berpisah dari ITB secara passing out
menjadi Politeknik Negeri Bandung melalui surat keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan NO. 085/O/1997.
Pada tahun 1998 status POliteknik Negeri Bandung ditetapkan melalui surat
keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 085/O/1998 dengan
penambahan jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara. Pada tahun 2006 dibuka
jurusan baru, yaitu jurusan bahasa Inggris.
Luasa kampus 205125 m², terdiri dari Luas laboratorium 10824,95 m² (70 buah
laboratorium), ruang kuliah 8936 m² (92 buah ruang kelas), ruang dosen 2877 m²,
perumahan 39450 m², dan luas ruang asrama 3100 m². fasilitas pusat pelayanan
antara lain Bank (BNI 46, BRI, dan BTN) masjid, kantor pos, wartel, warnet,
koperasi, poliklinik, asrama mahasiswa, kantin, dan pujasera.
6
2.1.2 Visi dan Misi
Visi
1. Menjadi institusi yang unggul dan terdepan dalam pendidikan vokasi yang
inovatif dan adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
terapan
Misi
7
2.3 Struktur Organisasi Perusahaan
1. Direktur
2. Senat
8
3. Wakil Direktur
Terdpat empat wakil direktur yang dibagi berdasarkan tugas dan fungsi yang
berbeda, yaitu:
4. Dewan Penyantun
7. Jurusan
9
8. Jabatan Fungsional Dosen
Politekni Negeri Bandung juga memiliki fasilitas pendukung bagi para mahasiswa
maupun seluruh tenaga pekerja yang ada di Politeknik Negeri Bandung
diantaranya:
2. Bank BRI.
3. ATM BNI.
4. ATM BRI.
5. ATM BTN.
9. Asrama
10
18. Jumlah studio 8 buah
11
Berikut ini merupakan struktur organisasi yang ada didalam jurusan teknik
mesin Politeknik Negeri Bandung.
KKetua
KKetua Program Studi KKepala Laboratorium
Kelompok Bidang Keahlian
Ka Prodi DIII Teknik Mesin Ka . Lab. Pemesinan Ka . KBK Produksi
Prasetyo, ST., M.Eng. Musyafak, ST., M.Eng. Undiana Bambang, SST., M.Eng.
Ka Prodi DIII Teknik Aeronotika Ka . Lab . Fabrikasi Ka . KBK Disain & Konstruksi
Moch. Luthfi, Dipl.ing,., MT S. Ninien H. ,SST., M.Eng. Drs Adi Pamungkas, M.Eng.
Ka Prodi DIV Teknik Ka . Lab . CNC Ka . KBK Material
Perancangan Konstruksi Mesin Waluyo, MB,, SST., M.Eng. Drs. Slamet Sucipto., MT
Heri Widiantoro, ST, M.Eng Ka . Lab . Metrologi Industri Ka . KBK Fluida Termal
Ka Prodi DIV Proses Manufaktur Drs. Refrizal, ST., M.T Dr. Ir. Haryadi, MT.
Aris Suryadi, ST, MT. Ka . Lab . CAD/CAE Ka . KBK Aircraft System
Tria Ma;rif Arief, SST., MT. Nur Rachmat, Dipl.Ing, MSc.
Ka . Lab . Bahan & Metalurgi Ka . KBK Fisika Terbang
Drs, Abdul Karim, M.Eng. Dr. Lenny Iryani, MT
Ka . Lab . Fluida Termal dan
Otomotif
Ir. Ali Mahmudi, M.Eng.
Ka . Lab. Pneumatik Hidrolik garis tanggung jawab
dan Mekatronika garis koordinasi
Adri Maldi S., MSc
Ka . Lab. Aircraft Power Plant
Radi Suradi K, Dipl. Ing, M.Eng.
Ka . Lab. Aerodinamika
Dr. Maria Fransiska S, MT
Ka . Lab. Pengelasan
Ir. Sutrimo,, M.Eng.
12
Gambar seluruh dosen,staff dan teknisi yang ada di jurusan teknik mesin
Politeknik Negeri bandung.
13
2.6 Profil Laboratorium Fluida Termal dan Otomotif
Dalam menjalankan sebuah tugas atau kegiatan diperlukan sebuah tata tertib dan
aturan yang dapat mengendalikan system pengerjaan di suatu tempat:
1. Melaksanakan K3
2. Menjaga keandalan fasilitas laboratorium
3. Menyusun jadwal kegiatan praktikum serta kebutuhan lainnya
4. Mengkoordinasikan kegiatan praktikum bagi dosen dan mahasiswa.
5. Mengawasi dan mengatur kelancaran pelaksanaan praktikum
14
6. Mengatur dan mengarahkan penugasan teknisi di Laboratorium
7. Mengusulkan kebutuhan peralatan dan bahan praktikum
8. Menfalsitasi dosen dan mahasiswa dalam melakukan kegiatan penelitian dan
tugas akhir
9. .Menfalsitasi dosen dan mahasiswa dalam melakukan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat
10. Melakukan evalauasi dan pelaporan
Dalam pembelajaran terkait dengan materi Praktik Kerja Lapangan dalam bidang
pratikum maupun teori mengandung pembelajaran sebagai berikut:
Sebagai berikut adalah beberapa fasilitas laboratorium Fluida dan otomotif yang
disediakan:
15
2. Bidang Mesin Fluida
3. Bidang Otomotif
16
4. Bidang Perawatan Mekanik Dasar
a) toolset
b) mulimeter
c) digital
d) anemometer
e) tang
f) ampere
g) timbangan digital
h) mistar baja
i) jangka sorong
j) micrometer
17
k) dial indicator
l) spirit level
m) tachometer mekanik
n) tachometer digital
o) termometer digital
p) Fluke
18
BAB III
Landasan Teori
Jika dari dua buah roda berbentuk silinder atau kerucut yang saling
bersinggungan pada kelilingnya salah satu diputar maka yang lain akan ikut
berputar. Alat yang menggunakan cara kerja semacam ini untuk mentransmisikan
daya disebut roda gesek. Cara ini cukup baik untuk meneruskan daya kecil dengan
putaran yang tidak terlalu tepat. Guna mentransmisikan daya yang besar dan
putaran yang tepat tidak dapat dilakukan dengan roda gesek. Untuk ini kedua roda
gigi tersebut harus dibuat bergigi pada kelilingnya sehingga penerusan daya
dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang saling terkait, yang dapat berbentuk
silinder atau kerucut disebut roda gigi.
Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang
tepat. Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan
oleh gigi-gigi kedua roda yang saling berkait. Roda gigi sering digunakan karena
dapat meneruskan putaran dan daya yang lebih bervariasi dan lebih kompak
daripada menggunakan alat transmisi yang lainnya, selain itu roda gigi juga
memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan alat transmisi lainnya,
yaitu:
a. Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang besar.
b. Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana.
c. Kemampuan menerima beban lebih tinggi.
d. Efisiensi pemindahan dayanya tinggi karena faktor terjadinya slip sangat kecil.
e. Kecepatan transmisi rodagigi dapat ditentukan sehingga dapat digunakan
dengan pengukuran yang kecil dan daya yang besar.
Roda gigi harus mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara dua poros.
Di samping itu terdapat pula roda gigi yang perbandingan kecepatan sudutnya dapat
bervariasi. Ada pula roda gigi dengan putaran yang terputus-putus.Dalam teori,
19
roda gigi pada umumnya dianggap sebagai benda kaku yang hampir tidak
mengalami perubahan bentuk dalam jangka waktu lama.
Menurut letak poros, arah putaran dan bentuk jalur gigi, roda gigi
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :
Adalah roda gigi di mana giginya berjajar pada dua bidang silinder (jarak bagi
lingkaran), kedua bidang tersebut bersinggungan dan yang satu menggelinding
pada yang lain dengan sumbu yang tetap sejajar.
20
a. Roda Gigi Lurus
Roda gigi lurus merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur gigi yang sejajar
poros. Pembuatannya paling mudah, tetapi menghasilkan gaya aksial sehingga
cocok dipilih untuk gaya keliling besar. Roda gigi lurus memiliki sifat bising pada
putaran tinggi. Dapat di lihat pada Gambar III.1.
Roda gigi miring mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada jarak bagi
lingkar. Pada roda gigi miring, jumlah pasangan gigi saling membuat perbandingan
kontak yang lebih besar dari pada roda gigi lurus, sehingga pemindahan putaran
dapat berlangsung dengan halus, sangat cocok untuk mentransmisikan putaran
tinggi dan beban besar.
21
Roda gigi miring memerlukan kotak roda gigi yang lebih kokoh, karena jalur
gigi yang berbentuk ulir tersebut menimbulkan gaya reaksi yang sejajar dengan
poros, seperti yang terlihat pada Gambar III.2.
Roda gigi miring ganda mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada
jarak bagi lingkar yang lebih luas dari pada gigi lurus. Roda gigi ini dapat
memindahkan perbandingan reduksi, kecepatan keliling dan daya yang besar, tetapi
pembuatannya agak sukar, seperti terlihat pada Gambar III.3.
22
d. Roda Gigi Dalam.
Roda gigi dalam dipakai jika diinginkan alat transmisi dengan ukuran kecil,
dengan perbandingan reduksi besar karena pinyon terletak di dalam roda gigi. Baik
untuk mentransmisikan putaran dengan ruduksi yang besar, seperti pada Gambar
III.4.
Pasangan antara batang bergigi dan pinion di gunakan untuk merubah gerakan
putaran menjadi gerak lurus atau sebaliknya gerak lurus menjadi gerak putar, seperti
pada Gambar III.5.
23
2 Roda Gigi Dengan Sumbu Berpotongan.
Bentuk dasarnya adalah dua buah kerucut dengan puncak gabungan yang
saling menyinggung menuru sebuah garis lurus.
Roda gigi kerucut lurus dengan gigi lurus adalah yang paling banyak di buat
dan paling sering digunakan tetapi sangat berisik karena perbandingan kontaknya
yang kecil. Konstruksi tidak memungkinkan pemasangan bantalan pada kedua
ujung poros – porosnya, seperti pada Gambar III.6.
24
b. Roda Gigi Kerucut Spiral.
Roda gigi kerucut spiral mempunyai perbandingan kontak yang lebih besar
dari pada roda gigi kerucut lurus, sehingga dapat meneruskan putaran tinggi dan
beban besar. Sudut poros roda gigi kerucut spiral biasanya di buat 90 Derajat,
seperti pada Gambar III.7.
Roda gigi permukaan cocok untuk memindahkan daya besar, namun berisik
pada putaran tinggi karena perbandingan kontaknya yang kecil, lihat Gambar III.8.
25
3 Roda Gigi Poros Bersilang.
Bentuk dasarnya ialah dua buah silinder atau kerucut yang letak porosnya
saling bersilangan satu sama lain.
Roda gigi miring silang mempunyai perbandingan bidang kontak yang besar
sehingga cocok mentransmisikan putaran tinggi, lihat pada Gambar III.9
26
b. Roda Gigi Cacing Silindris.
27
c. Roda Gigi Cacing Globoid.
28
d. Roda Gigi Hipoid.
Roda gigi hipoid mempunyai jalur gigi yang berbentuk spiral pada bidang
kerucut yang sumbunya bersilang dan pemindahan daya pada permukaan gigi
berlangsung secara meluncur dan menggelinding, lihat pada Gambar III.12.
29
3.2 Nama – Nama Bagian Roda Gigi.
Nama – nama bagian roda gigi dapat dilihat pada Gambar 2.6 di bawah ini,
sedangkan ukuran gigi dinyatakan dengan “ Jarak Bagi Lingkar “, jarak sepanjang
lingkaran jarak bagi antara profil dua gigi yang berdekatan.
Jika jarak lingkaran bagi dinyatakan dengan d (mm), dan jumlah gigi z, maka jarak
bagi lingkar t (mm) dapat ditulis sebagai berikut
Jadi, jarak bagi lingkar adalah keliling lingkaran jarak bagi dibagi dengan jumlah
gigi.
Dengan demikian ukuran gigi dapat ditentukan dari besarnya jarak bagi lingkar
tersebut. Namun, karena jarak bagi lingkar selalu mengandung faktor Π,
pemakaianya sebagai ukuran gigi kurang praktis. Untuk mengatasi hal ini, diambil
ukuran yang di sebut “modul“ dengan lambang m, di mana :
𝑑
𝑚=
𝑧
Dengan cara ini, maka dapat ditentukan sebagai bilangan bulat atau
bilangan pecahan yang lebih praktis. Maka modul dapat menjadi ukuran
gigi.
30
Keterangan gambar :
1. Lingkaran jarak bagi (Pitch circle) yaitu lingkaran imajiner yang dapat
memberikan gerakan yang sama seperti roda gigi sebenarnya.
2. Tinggi Kepala (Addendum) yaitu jarak radial gigi dari lingkaran jarak bagi ke
puncak kepala.
3. Tinggi kaki (Dedendum) yaitu jarak radial gigi dari lingkaran jarak bagi ke dasar
kaki.
5. Lingkaran kaki (Dedendum circle) yaitu gambaran lingkaran yang melalui dasar
kaki dan sepusat dengan lingkaran jarak bagi.
6. Lebar gigi (Tooth space) yaitu sela antara dua gigi yang saling berdekatan.
7. Tebal gigi (Tooth thickness) yaitu lebar gigi antara dua sisi gigi yang berdekatan.
8. Sisi kepala (Face of the tooth) yaitu permukaan gigi di atas lingkaran jarak bagi.
9. Sisi kaki (Flank of the tooth) yaitu permukaan gigi di bawah lingkaran jarak bagi.
10. Lebar gigi (Face width) yaitu lebar gigi pada roda gigi secara paralel pada
sumbunya.
31
Gambar III.14 jenis - jenis roda gigi
3.3 Rumus yang digunakan untuk perhitungan roda gigi lurus yaitu :
Speed ratio : i = n1 / n2 = d2 / d1 = z2 / z1
32
b. Jumlah roda gigi
𝐷
𝑍=𝑚
Di mana :
Dk = (Z + 2) m
Di mana :
Dg = Z m cos
Di mana :
33
e. Kecepatan keliling
𝜋×𝐷×𝑛
𝑉=
60 × 1000
Di mana:
34
BAB IV
Shaft 2
Shaft 1
Gear
Bearing House
35
6 Dudukan Pencekam 1 buah
7 Palu plastik 1 buah
8 Jangka sorong 150 mm (1 buah)
9 Kawat Tembaga D 1,2 mm 1 gulung
10 Ragum 1 buah
11 Filler Gauge 1 buah
12 Kuas 1 buah
13 Cat 1 buah
housing (N/mm2)
Standart kekencangan baut pada bearing
87,2
housing (Nm)
3 Bearing 1.1
36
Bearing code FOO 1211 K
Double row self
Bearing type aligning
ball bearing
Bearing outer diameter (mm) 100
Bearing hole diameter (mm) 55
Bearing thickness (mm) 21
Standard radial clearance (μm) 27-47
Actual radial clearance (μm) 30
4 Adaptor sleeve 1.1
Adaptor sleeve code H311
Adaptor sleeve outer diameter (mm) 55
Adaptor sleeve length (mm) 37
37
5 Lock nut 1.1
Lock nut code KM11
Lock nut outer diameter (mm) 75
Lock nut hole diameter (mm) 55
Lock nut thickness (mm) 12,5
Thread type (metric or withworth) Metric
Thread pitch (mm or gpi) 2 mm
7 Bearing housing 1.2
Bearing housing code SN 511
Bearing housing high (bottom to centre)
70
(mm)
Hole diameter (mm) 52
Bearing housing thickness (mm) 96
Diameter baut pada bearing housing (mm) 12
Pitch ulir baut pada bearing housing (mm) 1,5
Kode bahan baut pada bearing housing JH 8.8
Kekuatan tarik maksimum baut pada bearing
880
housing (N/mm2)
Standart kekencangan baut pada bearing
87,2
housing (Nm)
8 Bearing 1.2
Bearing code FOO 1211 K
Double row self aligning
Bearing type
ball bearing
Bearing outer diameter (mm) 100
Bearing hole diameter (mm) 55
38
Bearing thickness (mm) 21
Standard radial clearance (μm) 27-47
Actual radial clearance (μm) 30
9 Adaptor sleeve 1.2
Adaptor sleeve code H311
Adaptor sleeve outer diameter (mm) 55
Adaptor sleeve length (mm) 45
10 Lock nut 1.2
Lock nut code KM11
Lock nut outer diameter (mm) 75
Lock nut hole diameter (mm) 55
Lock nut thickness (mm) 12,5
Thread type (metric or withworth) Metric
Thread pitch (mm or gpi) 2
39
4.2 Peralatan
Pada pelaksanaan pelepasan dan perakitan pada transmisi roda gigi tentu hal
yang terpenting ialah peralatan yang mendukung pada komponen yang ada pada
transmisi roda gigi. Oleh karena itu perlu dipersiapkan alat tool yang digunakan
1. Jangka Sorong
2. Palu
3. Kunci L
4. Kunci Pas
5. Tabung Peluncur
6. Tinol
7. Silinder Pen
8. Dudukan Poros
9. Hook Spinner
10. Adaptor Sleeve
40
Gambar IV.2 Foto alat-alat praktikum
1. Tidak fokus karena tubuh tidak fit sehingga menyebabkan keteledoran seperti
miskom dengan anggota lainnya
2. Kekuatan pada fisik lemah karena kegiatannya berat seperti pengangkatan alat
Maupun benda kerja yang sedang di uji
41
Dan hal lain yang perlu diperhatikan ialah pada penggunakan jas lab dan safety
shoes karena merupakan standar keselamatan kegiatan selama praktikum
berlangsung.
Pada praktik kali ini terdapat komponen bearing house, shaft dan roda gigi.
Berikut urutan pelepasan
1. Membuka 2 buah baut M 8.8 dengan kunci no.19 pada bearing house
2. Membuka 2 buah baut dengan kunci no. 24 dimana baut tersebut merupakan
pengunci pada posisi geser atau titik pada bearing house
3. Sebaliknya lakukan poin 1 dan 2 pada bearing house titik lainnya
4. Mengangkat shaft dengan menaruhnya pada dudukan shaft
5. Gunakan plat untuk mencegah kelecetan pada shaft dan kunci pada ragum
6. Melepaskan bantalan atau bearing menggunakan hook spinner
7. Memberi momen pukulan menggunakan palu pada posisi safe dari bantalan
8. Membuka poros pada transmisi roda gigi dengan menggunakan kunci L dengan
ukuran 4
9. Pukul bagian safe pada dinding roda gigi lakukan dengan momen dorongan
yang tidak terlalu kencang
10. Menaruh bantalan dan roda gigi pada meja operasi guna inspeksi pada
kelayakan bearing maupun pembersihan dan pengukuran pada roda gigi
4.4 Pelepasan
Pada praktik kali ini difokuskan pada pelepasan dan perakitan transmisi
roda gigi tetapi perlu diperhatikan hal-hal sekitar sebelum melakukan proses
pelepasan pada transmisi roda gigi.
42
4.4.1 Pelepasan House Bearing
Pada pelepasan House Bearing ini diperlukan kunci ring yang berukuran
19mm untuk membuka baut pada house bearing yang mana baut ini berukuran M
8.8 dengan kode SN511 yang mana titik bearing yang terletak di atas. Sedangkan
untuk membuka baut di titik kaki/dibawah menggunakan kunci ring 24mm.
Lakukan hal yang sama pada sisi satunya. Bearing yang digunakan adalah 2 buah
jenis double row self aligning ball bearing dengan kode FOO1211K dan 2 buah
jenis double spherical roller bearing dengan kode RHP22211 EK.
43
4.4.2 Pelepasan Shaft
Pelepasan shaft ini cukup mudah karena hanya tinggal diangkat saja ketika
kita sudah melepas house bearing maka tidak ada lagi beban yang menahan shaft,
akan tetapi dibutuhkan 2 orang untuk mengangkat shaft agar lebih mudah untuk
diangkat dan dipindah. Shaft ini mempunyai diameter sebesar 50mm dan
panjangnya 460mm serta panjang poros sumbu 310mm.
44
4.4.3 Pelepasan Bantalan
45
4.4.4 Pelepasan Poros Roda Gigi Transmisi
Membuka atau melepas baut pada poros roda gigi transmisi menggunakan
kunci L dengan diameter 4 setelah itu diberi momen pukulan pada posisi aman di
dinding roda gigi dengan momen yang tidak teralu kencang maka poros akan
melonggar dan dapat dilepas. Setelah dilepas taruh roda gigi dan bantalan yang tadi
di meja untuk dilakukan inspeksi dalam hal kelayakan, pengukuran maupun
kebersihan.
46
4.4.5 Pemeriksaan kondisi
47
4.4.6 Perakitan roda gigi pada shaft
48
Gambar IV.3.6 Peletakkan posisi Tapper Lock dengan bantuan peluncur dan palu
49
Gambar IV.3.7 Penguncian Tapper Lock pada Bearing menggunakan Hook
Spinner
Pada proses kali ini harus sangat hati-hati dalam melakukan pemindahan
dari ragum lakukanlah dengan dua orang karena masa dari shaft cukup berat,
selanjutnya ialah peletakkan posisi shaft disini ada cara lain yang lebih efektif ialah
pada proses sebelumnya pada pemasangan bearing jangan telalu melakukan
penguncian yang terlalu berlebih dimaksudkan ialah pada tahap ini pengondisian
jarak bantalan pada house bearing bisa lebih mudah dalam menyesuaikannya
sehingga jika terjadi posisi yang belum sesuai dapat kembali repairing kembali
pada ragum. Karena itu merupan salah satu trick teknik yang lebih efektif dalam
penyesuaian letak posisi karena jika melakukan dengan pengukuran sebelumnya
masih bisa terjadi loss position bisa disebabkan oleh benturan dan hal lainnya yang
menyebabkan pergeseran posisi pada bearing.
50
Gambar IV.3.8 Perakitan Shaft pada kondisi semula
Pastikan pada tahap ini harus sudah dipastikan posisi bantalan sudah sesuai
pada peletakkannya begitupun dengan bantalan yang diposisi lainnya juga, pertama
yang dilakukan ialah tutup bantalan dengan penutup yang sudah dilepas
sebelumnya penutup yang dimaksud ialah house bearing. Dan alat-alat yang
digunakan pada tahap ini adalah:
Pasangkan bearing house dan letakkan pada posisi yang benar agar pada proses
pengencangan pada baut bisa masuk atau pas. Untuk hal pertama dalam proses
pengencangan ialah pada baut M 6.6 yang dimaksud ialah memiliki tekanan torsi
sebesar 660 N/mm2, terdapat dua buah baut gunakan kunci pas berukuran 19 pada
tahap ini dan selanjutnya adalah pengencangan pada bagian pergeseran house
bearing gunakan kunci pas berukuran 19 tetapi penulis disini menganjurkan untuk
menggunakan kunci momen atau ratchet berukuran 24. Setelah semuanya
terpasang lakukan pembersihan pada shaft, roda gigi, dan house bearing agar
kondisi bebas dari noda atau debu.
51
Gambar IV.3.9 Penguncian House Bearing
Pada tahap ini gunakan jangka sorong khusus yang jangkauan panjangnya
luas, pada pajang sumbu poros mendapatkan panjang bernilai 31cm atau 310mm,
lalu pada bagian diameter setiap poros ialah 50mm. lalu untuk menentukan
backlashnya ialah
Backlash = 310mm-50mm
Backlash = 260 mm
52
A. Kelas kelonggaran = 4
B. Jarak sumbu dari |hingga = 200-400
C. Kelonggaran sisi dengan modul = 5 (minimal 4.0-maksimal 6.5)
D. Clearance m 50 (minimal 270-maksimal 540)
53
Gambar IV.3.10 Menentukan Diameter Shaft
54
Tabel Clearance
55
Contoh Perhitungan:
Data kontruksi
56
9 Roda gigi lurus pada poros 2 70-M5
Pertanyaan
a. Nama bantalan dan bentuk lubangnya pada bearing housing pada poros 1.
b. Radial standard clearance bearing (μm) pada bearing housing pada poros 1.
c. Nama bantalan dan bentuk lubangnya pada bearing housing pada poros 2.
d. Radial standard clearance bearing (μm) pada bearing housing pada poros 2.
a. Bahan baut.
a. Jumlah gigi, modul, diameter pitch roda gigi (mm), diameter ujung terbesar
pada taperlock/bushing (mm) , panjang taperlock/bushing (mm) dan diameter
lubang taperlock/bushing (mm) pada poros 1.
b. Jumlah gigi, modul, diameter pitch roda gigi (mm), diameter ujung terbesar
pada taperlock/bushing (mm), panjang taperlock/bushing (mm) dan diameter
lubang taperlock/bushing (mm) pada poros 2.
57
4. Pertanyaan yang berhubungan dengan instalasi roda gigi
a. Jarak sumbu antara roda gigi pada poros 1 dan poros 2 (mm)
1. a. Nama bantalan Poros 1 Double rows spherical roller bearing Bentuk lubang
Konus
b. Radial standard clearance bearing (μm) pada bearing housing pada poros1 55-
75μm
c. Nama bantalan Poros 2 Double rows self aligning ball bearing Bentuk lubang
Konus
d.Radial standard clearance bearing (μm) pada bearing housing pada poros 27-47
μm
2.
58
3. a. Road gigi lurus pada poros 35-M5, Bushing pada puli pada poros 2517-50
-Modul= 5
dp1= m . z = 5 x 35 = 175 mm
b. Roda gigi lurus pada poros 70-M5, Bushing pada puli pada poros 2517-50
- Dp2 = m . z = 5 x 70 = 350 mm
59
Dik : - z1= 35 gigi
- z2 =70 gigi
- dp1 =175 mm
- dp2= 350 mm
-Kelas 4
-Modul = 5
= 0,27mm-0,54mm (tabel)
60
BAB V
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada saat kerja praktik yang dilakukan di lab otomotik
politeknik negeri bandung ialah penulis dapat terjun langsung dan mempelajari
secara fisik pada transmisi roda gigi menjadikan tambahan wawasan karena
langsung pada tempat praktik sehingga penulis bisa memahami secara langsung dan
juga dapat belajar pembuatan modul dan kreativitas dalam pembuatan video bahan
ajar. Dan untuk hasil praktikum ialah:
Backlash = 260 mm
A. Kelas kelonggaran = 4
B. Jarak sumbu dari |hingga = 200-400
C. Kelonggaran sisi dengan modul= 5 (minimal 4.0-maksimal 6.5)
D. Clearance m 50 (minimal 270-maksimal 540)
5.2 Saran
Setelah kegiatan praktik dan penyusunan laporan, penulis menyarankan untuk bisa
dilakukan kerja praktik secara offline karena mempengaruhi ilmu maupun
pengalaman pada penulis karena tidak terjun langsung pada lapangan, oleh sebab
itu kegiatan praktik online sebaiknya bisa didiskusikan dan dipertimbangkan
Kembali
61
DAFTAR PUSTAKA
62
LAMPIRAN
63
Lampiran 2. Video Bahan Ajar
64
Lampiran 3. Praktek Assembly Dan Disassembly