Program Studi Pendidikan Biologi S2, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.
ABSTRAK
Sintesis protein merupakan suatu proses biologis yang sangat penting dan tidak terlepas dari
kehidupan suatu makhluk hidup. Hal ini karena protein merupakan unsur utama dalam tubuh
makhluk hidup. Dari sudut pandang lain, filsafat berupaya memahami, mendalami, mencari
serta memberikan argumen dan alasan yang tepat sebagai solusi dari permasalahan yang
berkaitan dengan konsep dan prinsip pada sintesis protein. Ontologi dari sintesis protein
pada hakikatnya merupakan suatu proses pembentukan atau penyusunan protein yang terjadi
di dalam sel dengan menggunakan informasi genetik berupa gen. Epistemologi dari sintesis
protein yakni bagaimana proses sintesis protein terbentuk. Aksiologi dari sintesis srotein
merupakan suatu ilmu yang membicarakan betapa pentingnya pengetahuan mengenai
sintesis protein dan fungsi sintesis protein bagi kemaslahatan manusia.
Kata Kunci: Tinjauan Filsafati, Konsep Sintesis Protein, Prinsip Sintesis Protein
PENDAHULUAN
Kehidupan manusia seringkali dihadapkan pada persoalan-persoalan yang
membutuhkan pemahaman terhadap makna dari setiap peristiwa. Manusia menggunakan
beberapa pendekatan dalam menghayati setiap peristiwa dalam kehidupannya. Pendekatan
tersebut digunakan untuk memahami, mengolah, dan menghayati peristiwa-peristiwa yang
ada di dunia beserta isinya. Filsafat, ilmu pengetahuan, seni, dan agama adalah bagian dari
pendekatan-pendekatan yang digunakan oleh manusia. (Mudhofir, 2010).
Sebagai ilmu pengetahuan, biologi yang objek kajiannya mengenai makhuk hidup. Ilmu
biologi tidak berdiri sendiri melainkan erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan lain.
Selain itu, besar peranan biologi bila dikaitkan dengan kebutuhan manusia. Salah satu
contohnya Protein.
Protein memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia dan juga makhluk hidup
lain. Hal ini karena protein merupakan unsur utama dalam tubuh makhluk hidup. Pada
sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar kedua setelah air.
Sebagian besar proses atau reaksi yang terjadi pada tubuh manusia menggunakan enzim,
dimana enzim merupakan protein. Proses dasar atau awal pembuatan enzim berasal dari
proses sintesis protein. Sintesis protein berlangsung didalam sel makhluk hidup dengan
melibatkan banyak “pihak” didalamnya, salahsatunya dikendalikan oleh materi genetik
berupa gen pada DNA.
Untuk mengkaji tentang konsep dan prinsip- prinsip dalam proses sintesis protein
secara koheren diperlukan suatu cara berpikir melalui filsafat. Filsafat merupakan proses
berpikir, merenung dan menghayati mengenai segala sesuatu kenyataan yang ada (Komar,
2006). Studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan
dijabarkan dalam konsep yang mendasar. Filsafat mengutarakan masalah secara persis,
mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu
dalah hal ini konsep dan prinsip pada sintesis protein.
Kajian ini bermaksud mengangkat materi mengenai sintesis protein yang ditinjau dari
ilmu filsafat. Tinjauan filsafat yang dimaksud meliputi ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Berdasarkan ruang lingkup kajian sebagaimana dikemukakan pada pendahuluan diatas, maka
tinjauan filsafat sintesis protein pada makalah ini diarahkan untuk menjawab permasalahan
tentang: (a) apa konsep dan prinsip sintesis protein (ontologi), (b) bagaimana konsep dan
prinsip sintesis protein (epistemologi) dan (c) apa nilai-nilai yang bermanfaat dari
mempelajari konsep dan prinsip sintesis protein (aksiologi).
PEMBAHASAN
Tinjauan Ontologis Konsep dan Prinsip Sintesis Protein
Ontologi dari suatu ilmu merupakan hakekat pengetahuan yang menjadikan asumsi
dasar suatu kebenaran bidang ilmu tertentu. Dharmawan (2007) mendefinisikan ontologi
sebagai studi tentang konsep realitas yang dijelaskan oleh suatu disiplin ilmu. Ontologi dari
sintesis protein merupakan pengetahuan tentang bagaimana protein dalam sel makhluk hidup
dibentuk. Sintesis protein pada hakikatnya merupakan suatu proses pembentukan atau
penyusunan protein yang terjadi di dalam sel dengan menggunakan informasi genetik berupa
gen. Gen merupakan bagian dari DNA dan merupakan urutan nukleotida tertentu yang dapat
mengkode suatu asam amino tertentu hingga akhirnya membentuk senyawa kompleks berupa
protein tertentu.
Proses penyusunan protein ini sangatlah penting mengingat peran protein untuk
kehidupan sangatlah besar. Protein merupakan unsur kedua terbesar yang dibutuhkan setelah
cairan yang ada pada tubuh manusia, protein ada di setiap sel dan jaringan. Hampir semua
aktivitas yang berkaitan dengan fungsi dalam makhluk hidup bergantung pada protein.
Protein menyusun lebih dari 50% massa kering sebagian besar sel dan protein teramat
penting bagi hampir semua hal yang dilakukan oleh suatu organisme (Campbell & Reece,
2010). Protein melakukan pekerjaan paling banyak di dalam sel. Fungsi protein antara lain
untuk perlindungan terhadap infeksi, katalis reaksi metabolik, dukungan dan kekuatan
mekanik, dimana semua fungsi tersebut adalah essensial untuk kehidupan sel (Azhar, 2016).
Protein ini bekerjasama dengan unsur-unsur molekul lain untuk memastikan sistem kerja
tubuh berjalan dengan semestinya.
Protein atau polipeptida yang disintesis merupakan suatu polimer yang tersusun atas
monomer berupa asam amino. Campbell & Reece (2010) menyebutkan bahwa meskipun
protein beranekaragam, semuanya merupakan polimer yang tersusun atas set yang sama yaitu
terdiri dari 20 jenis asam amino. Masing-masing dari monomer asam amino ini akan
terangkai menjadi polimer melalui ikatan peptida. Setiap polipeptida memiliki jumlah dan
urutan rantai asam amino yang berbeda, sehingga setiap sel mampu membuat banyak polimer
dengan beragam sekuens. Hal tersebut menunjukan bahwa polipeptida bersifat spesifik. Asam
amino yang terbentuk ditentukan oleh adanya gen pada DNA sebagai pengkodenya. Jika
terjadi kesalahan urutan dikarenakan kelainan atau gangguan pada informasi genetik dalam
hal ini terjadi mutasi, maka ini akan berdampak pula pada pembentukan protein yang tidak
semestinya. Sehingga jelaslah bahwa gen sebagai unit pengendali pewarisan sifat ini turut
berperan penting dalam proses sintesis protein di dalam sel.
DAFTAR RUJUKAN
Antikainen N.M. & Martin S.F. (2005). Altering protein specificity: techniques and
applications. Bioorg. Med. Chem, 13(8), 2701-2716.
Abdullah, Mudhofir. (2010). Al-Quran dan Konservasi Lingkungan. Jakarta: Dian rakyat.
Azhar, M. (2016). Biomolekul Sel: Karbohidrat, Protein, dan Enzim. Padang: UNP Press
Beck, M. dkk. (2011). The quantitative proteome of human cell line. Mol. Syst. Biol, 7,549
Berg, J.M., Tymoczko, J.L., & Stryer, L. (2002). Biochemistry. New York:W.H. Freeman
Campbell, N.A. & Reece, J.B. (2010). Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga..
Crick, F.H.C. (1958). The Biological Replication of Macromolecules. Symp. Soc. Exp. Biol.,
12,138-163.
Dharmawan, A.H. (2007). Dinamika sosio-ekologi pedesaan: Perspektif dan pertautan
keilmuan ekologi manusia, sosiologi lingkungan dan ekologi politik. Solodarity: Jurnal
Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia, 1(1), 1-40.
Glenn L.M. (2004). Ethical issues in genetic engineering and transgenics. [Online] Diakses
dari http://www. actionbioscience. org/biotech/glenn. html.
Ilesnami O.O. (2010). Pathological basis of symptoms and crises in sickle cell disorder:
implications for counseling and psychotherapy. Hematol. Rep., 2(1).
Jalaluddin & Idi, A. (2007). Filsafat Pendidikan. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Komar, Oong. (2006). Filsafat Pendidikan Nonformal. Bandung: CV. Pustaka Setia
Mehdi A.M. dkk. 2014. Predicting the dynamics of protein abundance. Mol. Cell. Proteom.,
13, 1330-1340.
Santoso, Lucia, M., & Didi, J.S. (2016). Biologi Molekuler Sel. Jakarta: Salemba Teknika.
Yuwono, W. (2007). Biologi Molekular. Jakarta: Erlangga