Anda di halaman 1dari 12

TINJAUAN FILSAFATI (ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN

AKSIOLOGI) KONSEP DAN PRINSIP SINTESIS PROTEIN

Aldi Slamet Riyaldi, Gusni N As-Syiba, Iffah D Haniefa, Purnamaulida Pratiwi,


Rahmawati, Shinta Dwi Kurnia, dan Trisna Dewi.

Program Studi Pendidikan Biologi S2, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.

ABSTRAK
Sintesis protein merupakan suatu proses biologis yang sangat penting dan tidak terlepas dari
kehidupan suatu makhluk hidup. Hal ini karena protein merupakan unsur utama dalam tubuh
makhluk hidup. Dari sudut pandang lain, filsafat berupaya memahami, mendalami, mencari
serta memberikan argumen dan alasan yang tepat sebagai solusi dari permasalahan yang
berkaitan dengan konsep dan prinsip pada sintesis protein. Ontologi dari sintesis protein
pada hakikatnya merupakan suatu proses pembentukan atau penyusunan protein yang terjadi
di dalam sel dengan menggunakan informasi genetik berupa gen. Epistemologi dari sintesis
protein yakni bagaimana proses sintesis protein terbentuk. Aksiologi dari sintesis srotein
merupakan suatu ilmu yang membicarakan betapa pentingnya pengetahuan mengenai
sintesis protein dan fungsi sintesis protein bagi kemaslahatan manusia.
Kata Kunci: Tinjauan Filsafati, Konsep Sintesis Protein, Prinsip Sintesis Protein

PENDAHULUAN
Kehidupan manusia seringkali dihadapkan pada persoalan-persoalan yang
membutuhkan pemahaman terhadap makna dari setiap peristiwa. Manusia menggunakan
beberapa pendekatan dalam menghayati setiap peristiwa dalam kehidupannya. Pendekatan
tersebut digunakan untuk memahami, mengolah, dan menghayati peristiwa-peristiwa yang
ada di dunia beserta isinya. Filsafat, ilmu pengetahuan, seni, dan agama adalah bagian dari
pendekatan-pendekatan yang digunakan oleh manusia. (Mudhofir, 2010).
Sebagai ilmu pengetahuan, biologi yang objek kajiannya mengenai makhuk hidup. Ilmu
biologi tidak berdiri sendiri melainkan erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan lain.
Selain itu, besar peranan biologi bila dikaitkan dengan kebutuhan manusia. Salah satu
contohnya Protein.
Protein memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia dan juga makhluk hidup
lain. Hal ini karena protein merupakan unsur utama dalam tubuh makhluk hidup. Pada
sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar kedua setelah air.
Sebagian besar proses atau reaksi yang terjadi pada tubuh manusia menggunakan enzim,
dimana enzim merupakan protein. Proses dasar atau awal pembuatan enzim berasal dari
proses sintesis protein. Sintesis protein berlangsung didalam sel makhluk hidup dengan
melibatkan banyak “pihak” didalamnya, salahsatunya dikendalikan oleh materi genetik
berupa gen pada DNA.
Untuk mengkaji tentang konsep dan prinsip- prinsip dalam proses sintesis protein
secara koheren diperlukan suatu cara berpikir melalui filsafat. Filsafat merupakan proses
berpikir, merenung dan menghayati mengenai segala sesuatu kenyataan yang ada (Komar,
2006). Studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan
dijabarkan dalam konsep yang mendasar. Filsafat mengutarakan masalah secara persis,
mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu
dalah hal ini konsep dan prinsip pada sintesis protein.
Kajian ini bermaksud mengangkat materi mengenai sintesis protein yang ditinjau dari
ilmu filsafat. Tinjauan filsafat yang dimaksud meliputi ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Berdasarkan ruang lingkup kajian sebagaimana dikemukakan pada pendahuluan diatas, maka
tinjauan filsafat sintesis protein pada makalah ini diarahkan untuk menjawab permasalahan
tentang: (a) apa konsep dan prinsip sintesis protein (ontologi), (b) bagaimana konsep dan
prinsip sintesis protein (epistemologi) dan (c) apa nilai-nilai yang bermanfaat dari
mempelajari konsep dan prinsip sintesis protein (aksiologi).

PEMBAHASAN
Tinjauan Ontologis Konsep dan Prinsip Sintesis Protein
Ontologi dari suatu ilmu merupakan hakekat pengetahuan yang menjadikan asumsi
dasar suatu kebenaran bidang ilmu tertentu. Dharmawan (2007) mendefinisikan ontologi
sebagai studi tentang konsep realitas yang dijelaskan oleh suatu disiplin ilmu. Ontologi dari
sintesis protein merupakan pengetahuan tentang bagaimana protein dalam sel makhluk hidup
dibentuk. Sintesis protein pada hakikatnya merupakan suatu proses pembentukan atau
penyusunan protein yang terjadi di dalam sel dengan menggunakan informasi genetik berupa
gen. Gen merupakan bagian dari DNA dan merupakan urutan nukleotida tertentu yang dapat
mengkode suatu asam amino tertentu hingga akhirnya membentuk senyawa kompleks berupa
protein tertentu.
Proses penyusunan protein ini sangatlah penting mengingat peran protein untuk
kehidupan sangatlah besar. Protein merupakan unsur kedua terbesar yang dibutuhkan setelah
cairan yang ada pada tubuh manusia, protein ada di setiap sel dan jaringan. Hampir semua
aktivitas yang berkaitan dengan fungsi dalam makhluk hidup bergantung pada protein.
Protein menyusun lebih dari 50% massa kering sebagian besar sel dan protein teramat
penting bagi hampir semua hal yang dilakukan oleh suatu organisme (Campbell & Reece,
2010). Protein melakukan pekerjaan paling banyak di dalam sel. Fungsi protein antara lain
untuk perlindungan terhadap infeksi, katalis reaksi metabolik, dukungan dan kekuatan
mekanik, dimana semua fungsi tersebut adalah essensial untuk kehidupan sel (Azhar, 2016).
Protein ini bekerjasama dengan unsur-unsur molekul lain untuk memastikan sistem kerja
tubuh berjalan dengan semestinya.
Protein atau polipeptida yang disintesis merupakan suatu polimer yang tersusun atas
monomer berupa asam amino. Campbell & Reece (2010) menyebutkan bahwa meskipun
protein beranekaragam, semuanya merupakan polimer yang tersusun atas set yang sama yaitu
terdiri dari 20 jenis asam amino. Masing-masing dari monomer asam amino ini akan
terangkai menjadi polimer melalui ikatan peptida. Setiap polipeptida memiliki jumlah dan
urutan rantai asam amino yang berbeda, sehingga setiap sel mampu membuat banyak polimer
dengan beragam sekuens. Hal tersebut menunjukan bahwa polipeptida bersifat spesifik. Asam
amino yang terbentuk ditentukan oleh adanya gen pada DNA sebagai pengkodenya. Jika
terjadi kesalahan urutan dikarenakan kelainan atau gangguan pada informasi genetik dalam
hal ini terjadi mutasi, maka ini akan berdampak pula pada pembentukan protein yang tidak
semestinya. Sehingga jelaslah bahwa gen sebagai unit pengendali pewarisan sifat ini turut
berperan penting dalam proses sintesis protein di dalam sel.

Tinjauan Epistemologis Konsep dan Prinsip Sintesis Protein


Jika didefinisikan secara epistemologi, kita bisa memaknai dengan sebuah pertanyaan,
bagaimana proses sintesis protein itu terjadi? Sintesis protein merupakan sebuah proses
pencetakan senyawa protein yang berlangsung di dalam sel. Seperti kita ketahui bahwa
protein memiliki sifat enzim. Hal ini akan menjadikan protein sebagai pengendali dan juga
pembunuh karakter dari suatu makhluk hidup yang dijelaskan dalam gambar 1.
Gambar 1. Tahapan sintesis protein
Sintesis protein merupakan suatu proses pembentukan protein yang melibatkan DNA
sebagai sumber materi genetika pengkode asam amino yang diolah menjadi rantai polipeptida
(Gambar 1). DNA terdapat di dalam nukleus, namun untuk melakukan proses sintesis
proteinnya dilakukan oleh ribosom dan RNA bertindak sebagai perantara agar sintesis
protein dapat berlangsung. Hubungan antara DNA dan RNA dalam menurunkan sifat,
struktur dan aktifitas sel terangkum dalam dogma sentral. Konsep ini dapat diartikan sebagai
“Sumber dari segala informasi”.
DNA  Replikasi  DNA  Transkripsi  RNA Translasi Protein
Konsep di atas menjelaskan bahwa kunci utama dari sebuah proses sintesis protein
adalah DNA, yang merupakan materi genetik dari sel yang mampu memproduksi diri sendiri
melalui proses replikasi. Setelah proses replikasi, DNA juga mampu mengawasi
pembentukan RNA melalui proses transkripsi dan pembentukan protein dengan melalui
proses translasi. Proses sintesis protein ini dibagi menjadi dua tahapan utama yaitu transkripsi
dan translasi (Gambar 2).
Gambar 2. Skema tahapan sintesis protein
Transkripsi
Transkripsi adalah proses penyalinan kode genetik pada DNA menjadi mRNA / RNAd.
DNA dapat dijadikan sebagai cetakan untuk merakit sekuens nukleotida RNA komplementer.
Untuk gen pengkode protein, RNA yang dihasilkan merupakan transkrip akurat dari instruksi
pembentukan protein yang didukung oleh gen. RNA yang telah ditranskrip bisa dikirimkan
dalam banyak salinan, tipe RNA ini disebut sebagai RNA duta (messenger RNA/mRNA)
karena mengandung pesan genetik dari DNA ke mekanisme proses sintesis protein sel. Tahap
transkripsi dibagi dalam tiga tahapan; yaitu inisiasi, elongasi dan terminasi (Gambar 3).

Gambar 3. Skema Tahapan Transkripsi


Tahap inisiasi dimulai dengan terikatnya RNA polimerase pada daerah promoter yang
merupakan bagian dari DNA. Kumpulan antara promoter, RNA polimerase dan faktor
transkripsi ini disebut sebagai kompleks inisiasi transkripsi. RNA polimerase mengikatkan
diri pada rantai DNA dengan tujuan untuk memisahkan untai ganda. RNA polimerase
tersebut membaca satu rantai DNA dengan arah 3’ 5’. Transkripsi untai RNA dimulai
dengan arah 5’  3’ karena RNA polimerase hanya dapat bekerja pada arah 5’ - 3’ (Gambar
4).
Pada tahap elongasi, rantai ganda DNA terbuka, kemudian RNA polimerase akan
menyusun untai nukleotida RNA dengan arah 5’  3’ membentuk mRNA. Pada tahap ini
RNA akan mengalami pemanjangan seiring dengan pembentukan pasangan basa nitrogen
DNA (Gambar 4). Penyusunan untai mRNA akan berakhir pada daerah terminator, yakni
urutan DNA yang berfungsi menghentikan transkripsi. Setelah transkripsi selesai (Gambar 4),
rantai DNA akan menyatu kembali seperti semula dan RNA polimerase akan segera terlepas
dari DNA. Pada tahapan ini akan terbentuk mRNA/RNAd yang baru. Dengan demikian, pada
rantai tunggal mRNA terdapat beberapa urutan basa nitrogen yang merupakan komplemen
(pasangan) dari pesan genetik (urutan basa nitrogen) DNA. Setiap tiga macam urutan basa
nitrogen pada nukleotida mRNA hasil transkripsi ini disebut sebagai triplet atau kodon.

Gambar 4. Skema Tahapan Transkripsi


Translasi
Agen utama dalam proses sintesis protein adalah mRNA, tRNA, ribosom dan asam
amino. Setiap asam amino yang diangkut oleh tRNA kemudian ditambahkan ke rantai
polipeptida yang sedang dibentuk. Pembentukan tersebut ditentukan oleh triplet kodon
mRNA yang berpasangan dengan antikodon pada tRNA. Proses translasi terjadi di sitoplasma
yang dibagi dalam tiga fase yaitu fase inisiasi, elongasi (pemanjangan) dan final (terminasi).
Translasi diawali dengan proses inisiasi, dimana ribosom sub unit kecil berikatan pada
mRNA/RNAd dibagian kodon start yaitu AUG. Setiap asam amino dibawa
menuju ribosom oleh tRNA yang bersifat spesifik. Asam amino akan berikatan dengan
tRNA yang memiliki urutan basa nitrogen komplemen dengan kodon yang mengkodenya.
Pada tahapan elongasi (pemanjangan), ribosom sub unit besar memiliki tiga ruangan
yang disebut situs E, P dan A. tRNA inisiator selalu langsung menduduki P-site. Triplet
kodon kedua akan menentukan jenis asam amino kedua yang akan datang dibawa oleh tRNA
kedua dan menduduki A- site, selanjutnya ikatan peptida pertama terbentuk. Mekanisme ini
berlanjut terus sampai A-site ribosom menemui triplet kodon berhenti (UAA, UAG, UGA)
dan menghasilkan rantai asam amino
Tahap terminasi transkripsi akan terjadi apabila ribosom mencapai kodon stop. Faktor
pelepas (protein tertentu) akan berikatan pada stop kodon di situs A-site memicu
polipeptida di P-site terlepas (Gambar 5). Rantai polipeptida (protein) yang baru dibentuk
dilepaskan dari ribosom. Lalu ribosom berdisosiasi kembali menjadi sub unit besar dan sub
unit kecil. Faktor pelepas (protein tertentu)dan tRNA yang membawa asam amino yang
terakhir juga dibebaskan. Dengan demikian, maka selesailah proses translasi. Polipeptida
yang dihasilkan dari transkripsi dan translasi, kemudian akan diproses menjadi sebuah protein
tertentu.

Gambar 5. Proses terminasi translasi

Tinjauan Aksiologis Konsep dan Prinsip Sintesis Protein


Aksiologi adalah bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value). Nilai dan implikasi
aksiologi di dalam pendidikan ialah pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua
nilai (nilai tindakan moral, nilai ekspresi keindahan dan nilai kehidupan sosio-politik) di
dalam kehidupan manusia dan membinanya ke dalam kepribadian anak (Syam dalam
Jalaludin & Idi, 2007). Aksiologi yaitu ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu yang
mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan. Aksiologi dari Sintesis
Protein merupakan suatu ilmu yang membicarakan betapa pentingnya pengetahuan mengenai
Sintesis Protein dan Fungsi Sintesis Protein bagi kemaslahatan manusia. Adapun tujuan dari
suatu sintesis protein adalah untuk membentuk protein yang bisa dimanfaatkan oleh tubuh
dan protein merupakan suatu komponen penting yang menyusun tubuh makhluk hidup.
Sintesis Protein bagi Ilmu Pengetahuan
Sintesis Protein merupakan inti dari proses biologi. Pentingnya peran sintesis protein
tidak dapat terlepas dari dogma sentral biologi yang merupakan dasar dari ilmu biologi
molekular. Dogma sentral biologi menjelaskan bagaimana proses pembacaan materi genetik
menjadi protein (DNA → RNA → Protein). Protein yang dibentuk dalam sel menjadi
penentu dari struktur dan fungsi dari setiap sel. Penentuan struktur protein dimulai dari
sekuens asam amino yang membentuk protein. Instruksi pembentukan protein dengan
sekuens asam amino yang tepat diberikan oleh DNA yang membawa gen penentu
karakeristik makhluk hidup (Crick, 1958).
Hal-hal tersebut yang menjadikan pentingnya mengetahui proses bagaimana
terbentuknya protein. Sebagai penentu dari struktur dan fungsi dari setiap sel dalam
organisme, protein memiliki peran utama dalam berbagai proses metabolisme dan penentu
karakteristik organisme yang menjadi subjek dari berbagai cabang-cabang ilmu biologi.
Sintesis Protein bagi kemaslahatan manusia
Beberapa hal yang menjadikan pentingnya mengetahui proses pembentukan protein
bagi kemaslahatan manusia, yakni :
a. Protein pembentuk sel
Identifikasi dan penentuan konsentrasi molekul pembentuk sel sangat penting karena
kemajuan sistem, sel serta struktur biologis dari suatu orgnisme sangat bergantung pada
kuantitas protein selular. Tinggi atau rendahnya kelimpahan protein dalam suatu sel
menentukan fungsi biologis dari sel tersebut. Contohnya, kelimpahan protein dalam sel
menentukan konsumsi energi dari suatu sel serta koneksi dan interaksi suatu sel dengan sel
lainnya. (Beck et al., 2011)Namun secara teknis, menghitung kelimpahan protein
merupakan proses yang sangat kompleks. Seringkali kelimpahan protein diidentifikasi
melalui level ekspresi mRNA dalam proses sintesis protein. (Mehdi et al., 2014).
b. Protein sebagai enzim
Enzim merupakan protein yang berperan sebagai biokatalis. Biokatalis berfungsi untuk
mempercepat proses kimia. Hampir semua proses metabolis dalam sel membutuhkan
enzim agar semua prosesnya berjalan cepat dan mampu menunjang kelangsungan hidup
organisme. (Berg et al., 2002).
c. Sintesis Protein dalam Patologi
Sintesis protein sangat berperan dalam menelusuri sebab akibat dari suatu penyakit.
Berbagai penyakit dapat disebabkan oleh mutasi gen. Mutasi gen dapat menyebabkan
perubahan pada sekuens asam amino pembentuk protein. Sekuens asam amino sangat
berpengaruh pada struktur primer protein yang tentunya juga akan mempengaruhi fungsi
protein tersebut. Salah satu contoh penyakit yang disebabkan oleh mutasi gen adalah
Sickle Cell disease dimana mutasi gen mempengaruhi pembentukan hemoglobin, protein
pengikat oksigen dalam sel darah merah dan menyebabkan sel tersebut memiliki bentuk
yang abnormal (Ilesanmi, 2010).
d. Sintesis Protein dalam Protein Engineering
Dengan mengetahui proses sintesis dari suatu protein, melalui teknologi industri terkini,
protein tersebut dapat dikembangkan dan disintesis secara buatan, baik melalui desain
protein rasional maupun melalui proses in vitro. Berbagai teknik telah dikembangkan
untuk diaplikasikan dalam berbagai industri. Contoh diantaranya adalah sintesis enzim
dalam industri biofuelatau food-processing. (Antikainen & Martin, 2005).
Sintesis Protein bagi Tinjauan Etik
Sintesis Protein sangat rekat kaitannya dengan ekspresi genom karena protein sendiri
merupakan salah satu hasil dari ekspresi genom sehingga ketika topik mengenai tinjauan etik
dari sintesis protein diangkat sudah pasti akan berkaitan dengan tinjauan etik dari rekayasa
genetik.
Rekayasa genetik mencakup isolasi gen; modifikasi gen sehingga gen dapat ditransfer
dan berfungsi dalam organisme lain baik dari spesies lain (transgenik) atau dari spesies yang
sama (cisgenik); menghapus gen; hingga memastikan kesuksesan dari kombinasi baru dari
rekayasa genetik tersebut. Rekayasa genetik menggunakan berbagai alat dan teknik
bioteknologi dan bioengineering untuk memodifikasi ekspresi gen dari suatu organisme.
Berbagai teknik dikembangkan dan diaplikasikan untuk meningkatkan taraf hidup manusia,
baik itu dari segi kesehatan, gaya hidup, hingga untuk kepentingan pengetahuan.
Berikut merupakan beberapa contoh penting dari aplikasi rekayasa genetik:
a. Penggunaan teknik transgenik untuk mengembangkan vaksin-vaksin baru, seperti pada
vaksi non-Hodgkin’s lymphoma dimana DNA dari fragmen tumor manusia dimasukkan
pada tanaman tembakau.
b. Peningkatkan kualiatas bahan pangan seperti kentang tinggi protein atau nasi dengan
kandungan vitamin A (golden rice).
c. Konservasi spesies terancam seperti yang dilakukan pada pohon American Chestnut yang
di repopulasi dengan hibrid Chinese-American Chestnut yang secara spesifik dimodifikasi
dengan gen resisten terhadap jamur Chestnut Blight.
Teknik transgenik serta rekayasa genetik secara keseluruhan juga memunculkan
berbagai pertimbangan etik dari segi sosial baik secara ekstrinsik maupun intrinsik. Berikut
merupakan beberapa pertimbangan etik yang muncul dari rekayasa genetik:
a. Individu dengan karakteristik baru yang muncul dari hasil rekayasa genetik pada spesies
tertentu sehingga memisahkan individu tersebut dari spesies aslinya (menjadi spesies
baru). Kekhawatiran akan spesies baru tersebut menjadi spesies invasive bagi spesies
aslinya.
b. Siapa yang memiliki akses terhadap teknologi tersebut dan seberapa sakral produk hasil
dari teknologi tersebut, seperti perkembangan dan inovasi di bidang medis. Isu pematenan
terhadap genom dan protein hasil rekayasa genetika.
c. Resiko kesehatan pada GMO serta konsumsi dari GMO.
d. Resiko eksploitasi pada pendonor gen maupun resipien.
e. Bottle-neck effect dari genom-genom baru hasil rekayasa genetik.
Contoh di atas hanyalah beberapa dari berbagai tinjauan etik yang patut
dipertimbangkan dari rekayasa genetik. Perlu dilakukan tinjauan lebih jauh terkait seberapa
besar efek yang akan dihasilkan dari modifikasi suatu gen dan seberapa jauh rekayasa
tersebut dapat dilakukan tanpa melewati batasan-batasan moral (Glenn 2004).

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Ontologi dari sintesis protein merupakan pengetahuan tentang bagaimana protein dalam
sel makhluk hidup dibentuk. Sintesis protein pada hakikatnya merupakan suatu proses
pembentukan atau penyusunan protein yang terjadi di dalam sel dengan menggunakan
informasi genetik berupa gen. Epistemologi dari sintesis protein yakni bagaimana proses
sintesis protein terbentuk. Sintesis protein merupakan suatu proses pembentukan protein
yang melibatkan DNA sebagai sumber materi genetika pengkode asam amino yang diolah
menjadi rantai polipeptida. DNA terdapat di dalam nukleus, namun untuk melakukan proses
sintesis proteinnya dilakukan oleh ribosom dan RNA bertindak sebagai perantara agar
sintesis protein dapat berlangsung. Kunci utama dari sebuah proses sintesis protein adalah
DNA, yang merupakan materi genetik dari sel yang mampu memproduksi diri sendiri melalui
proses replikasi. Setelah proses replikasi, DNA juga mampu mengawasi pembentukan RNA
melalui proses transkripsi dan pembentukan protein dengan melalui proses translasi.
Aksiologi dari Sintesis Protein merupakan suatu ilmu yang membicarakan betapa pentingnya
pengetahuan mengenai Sintesis Protein dan Fungsi Sintesis Protein bagi kemaslahatan
manusia.
Saran
Sintesis protein sebagai dasar dari ilmu biologi molekuler memiliki peran penting
perkembangan cabang-cabang ilmu lainnya. Oleh karena itu studi terkait sintesis protein
perlu untuk terus dikupas dan diteliti. Bersamaan dengan itu, perlu adanya tinjauan lebih jauh
terkait seberapa besar efek yang akan dihasilkan dari modifikasi suatu gen dan seberapa jauh
rekayasa tersebut dapat dilakukan tanpa melewati batasan-batasan moral.

DAFTAR RUJUKAN
Antikainen N.M. & Martin S.F. (2005). Altering protein specificity: techniques and
applications. Bioorg. Med. Chem, 13(8), 2701-2716.
Abdullah, Mudhofir. (2010). Al-Quran dan Konservasi Lingkungan. Jakarta: Dian rakyat.
Azhar, M. (2016). Biomolekul Sel: Karbohidrat, Protein, dan Enzim. Padang: UNP Press
Beck, M. dkk. (2011). The quantitative proteome of human cell line. Mol. Syst. Biol, 7,549
Berg, J.M., Tymoczko, J.L., & Stryer, L. (2002). Biochemistry. New York:W.H. Freeman
Campbell, N.A. & Reece, J.B. (2010). Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga..
Crick, F.H.C. (1958). The Biological Replication of Macromolecules. Symp. Soc. Exp. Biol.,
12,138-163.
Dharmawan, A.H. (2007). Dinamika sosio-ekologi pedesaan: Perspektif dan pertautan
keilmuan ekologi manusia, sosiologi lingkungan dan ekologi politik. Solodarity: Jurnal
Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia, 1(1), 1-40.
Glenn L.M. (2004). Ethical issues in genetic engineering and transgenics. [Online] Diakses
dari http://www. actionbioscience. org/biotech/glenn. html.
Ilesnami O.O. (2010). Pathological basis of symptoms and crises in sickle cell disorder:
implications for counseling and psychotherapy. Hematol. Rep., 2(1).
Jalaluddin & Idi, A. (2007). Filsafat Pendidikan. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Komar, Oong. (2006). Filsafat Pendidikan Nonformal. Bandung: CV. Pustaka Setia
Mehdi A.M. dkk. 2014. Predicting the dynamics of protein abundance. Mol. Cell. Proteom.,
13, 1330-1340.
Santoso, Lucia, M., & Didi, J.S. (2016). Biologi Molekuler Sel. Jakarta: Salemba Teknika.
Yuwono, W. (2007). Biologi Molekular. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai