Makalah Kelompok 7 IKA
Makalah Kelompok 7 IKA
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
2. MARYAM DJIBU
3. RAHMAWATY S. MALANUWA
4. TIYARA YASIN
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pertolongan pertama yaitu pemberian pertolongan segera kepada
penderita sakit atau cedera/kecelakaan yang memerlukan penanganan
medis dasar. Pengertian P3K (Pertolongan pertama pada kecelakaan)
adalah bantuan yang dilakukan dengan cepat dan tepat sebelum korban
dibawa ke rujukan, sedangkan pertolongan pertama (PP adalah
pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau
cedera/kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar, yaitu
suatu tindakan perawatan yang didasarkan pada kaidah ilmu kedokteran
yang dapat dimiliki oleh orang awam khusus yang dilatih memberikan
pertolongan pertama (Maisarah, 2020).
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan merupakan usaha
pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera di tempat kerja
dengan penanganan medis dasar. Medis dasar adalah tindakan
perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh awam
atau awam yang terlatih secara khusus. Batasannya adalah sesuai
dengan sertifikat yang dimiliki oleh Pelaku Pertolongan Pertama (First
Aider). First Aider tidak dapat menggantikan tenaga medis, tetap hanya
memberikan pertolongan awal terhadap korban yang sakit atau cedera.
Tujuan P3K yaitu Mencegah cidera bertambah parah, Menunjang
upaya penyembuhan. Prinsip yang harus ditanamkan pada petugas P3K
dalam melaksanakan tugas menurut Margareta (2012), Cecep (2014)
adalah sikap tenang (tidak panik), tindakan yang harus dilakukan tidak
tergesagesa, perhatikan si korban, lakukan tindakan secara hati-hati,
perhatikan pernapasan si korban, korban kecelakaan atau bahaya,
apapun perlu perhatian tentang pernapasan si korban, misalnya napas
tersengal-sengal, napas terganggu, atau pernapasan terhenti, hentikan
pendarahan, Hentikan pendarahan apabila terjadi, karena apabila tidak
segera dilakukan akan menimbulkan kematian, mengamankan korban,
korban harus diamankan dari bahaya/kejadian yang akan timbul lagi,
misalnya di jalan raya dan di sungai, lakukan penyelamatan di tempat,
sebelum di bawa ke dokter, korban harus ditolong di tempat yang aman,
lakukan tindakan penyelamatan dengan cepat, tepat, dan hati-hati,
perhatikan pertolongan secara cepat dan tepat pada diri si korban, yang
membahayakan tubuh korban.
Dalam melakukan tindakan PPPK, pihak penolong perlu memiliki
alat dan bahan yang digunakan untuk menangani luka yang dialami oleh
korban dengan sesegera mungkin.Biasanya alat dan bahan ini
diletakkan di dalam kotak yang disebut kotak PPPK. Kotak ini berukuran
tidak terlalu besar.Sehingga bisa dianggap cukup cocok untuk dibawa
dalam perjalanan. Karena di manapun dan kapanpun manusia tidak tahu
kecelakaan yang akan menimpanya. PPPK bisa dilakukan oleh orang
awam sekali pun, sebelum ditangani langsung oleh ahli.
Penyebab terjadinya kecelakaan yang membahayakan manusia
salah satunya adalah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).Setiap jenis
bahan ini memberikan dampak yang berbeda pada korbannya. Meski
demikian, tentu selemah-lemahnya dampak yang diakibatkan akan
menyebabkan rasa tidak nyaman pada korban. Sehingga sebisa
mungkin manusia dihindarkan dari penyebab kecelakaan, termasuk dari
apa yang tergolong dalam B3. B3 memang dapat merugikan berbagai
pihak, namun dengan pengolahan yang tepat, tentu B3 tidak akan
merugikan. Dengan kata lain, B3 tidak semata-mata selalu menimbulkan
akibat buruk, tetapi B3 dapat diolah, bahkan dimanipulasi agar tidak
berbahaya, atau malah dapat menguntungkan bagi kehidupan manusia.
Manusia harus pandaipandai mengelola lingkungan dan dirinya sendiri
untuk menjaga kesehatan dan keselamatan banyak pihak (Novita dkk,
2018).
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
kecelakaan anak yang keracunan?
2. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
kecelakaan anak yang luka bakar?
3. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
anak yang kecelakaan lalu lintas?
4. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
kecelakaan anak yang tenggelam?
5. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
kecelakaan anak yang kemasukan benda asing (Tersedak)?
6. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
kecelakaan anak yang gigitan binatang berbisa?
C. Tujuan
1. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
kecelakaan anak yang keracunan?
2. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
kecelakaan anak yang luka bakar?
3. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
anak yang kecelakaan lalu lintas?
4. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
kecelakaan anak yang tenggelam?
5. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
kecelakaan anak yang kemasukan benda asing (Tersedak)?
6. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
kecelakaan anak yang gigitan binatang berbisa?
D. Manfaat
Dapat memberikan pengetahuan tentang tindakan pertolongan pertama
yang diantaranya yaitu tindakan pertolongan pertama yang dilakukan
pada kecelakaan anak yang keracunan, luka bakar, kecelakaan lalu
lintas, tenggelam, kemasukan benda asing (tersedak), dan gigitan
binatang berbisa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KERACUNAN
Racun adalah bahan yang jika tertelan, terhirup, teresap ke
dalam kulit (misalnya, dari tanaman), atau tersuntikan (misalnya, dari
sengatan serangga), bisa menyebabkan penyakit, kerusakan, dan
kadang-kadang kematian. Sering kali, kontak dengan jumlah yang
sedikit saja bias menimbulkan akibat yang serius.
Keracunan adalah salah satu kasus darurat yang paling sering
terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun. Dan hampir selalu
terjadi di rumah. Bagian terbesar dari kasus ini adalah menelan
racun. Untungnya, kasus menelan racun ini sudah menurun selama
dua decade terakhir karena semakin membaiknya kemasan produk
juga semakin banyaknya pusat-pusat pengendali keracunan.
Namun, keracunan masih menjadi alasan utama dari perawatan
darurat di rumah-rumah sakit. Untuk setiap kematian karena
keracunan pada anak-anak di bawah 5 tahun, terdapat 80.000
sampai 90.000 anak yang menerima perawatan darurat dan 20.000
anak yang perlu dirawat di rumah sakit. Untungnya, dari kasus
keracunan berhasil dirawat.
1. Penanganan dan Pencegahan Keracunan Makanan
a. Penanganan Keracunana Makanan
Penanganan utama untuk kejadian keracunan makanan
adalah dengan cara mengganti cairan tubuh yang keluar
(karena muntah atau diare) baik dengan minuman ataupun
cairan infus. Bila perlu, penderita dapat dirawat di rumah sakit.
Hal ini tergantung dari beratnya dehidrasi yang dialami, respon
terhadap terapi & kemampuan untuk meminum cairan tanpa
muntah.
Berikut adalah beberapa hal yang dilakukan untuk
menangani kasus keracunan makanan:
1) Pemberian obat anti muntah & diare.
2) Bila terjadi demam dapat juga diberikan obat penurun
panas.
3) Antibiotika jarang diberikan untuk kasus keracunan
makanan. Karena pada beberapa kasus, pemberian
antibiotika dapat memperburuk keadaan. Hanya pada
kasus tertentu yang spesifik, antibiotika diberikan untuk
memperpendek waktu penyembuhan.
4) Bila mengalami keracunan makanan karena jamur atau
bahan kimia tertentu (pestisida). Penanganan yang lebih
cepat harus segera diberikan, termasuk diantaranya
pemberian cairan infus, tindakan darurat untuk
menyelamatkan nyawa ataupun pemberian penangkal
racunnya seperti misalnya karbon aktif. Karena kasus
keracunan tersebut sangat serius, sebaiknya penderita
langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
perawatan yang tepat.
b. Pencegahan Keracunan Makanan
Ada enam langkah mencegah keracunan makanan
diantaranya yaitu:
1) Pemilihan bahan makanan,
2) Penyimpanan makanan mentah,
3) Pengolahan bahan makanan,
4) Penyimpanan makanan jadi,
5) Pengangkutan,
6) Penyajian makanan kaya serat, terlalu banyak gula, pedas,
minuman kafein dan soda.
Selain itu cara-cara menghindari dan mencegah
keracunan dari beberapa bahan makanan sebagai berikut
B. Luka Bakar
Luka bakar tidak hanya dapat menimbulkan kematian, akan
tetapi juga dapat menimbulkan morbiditas dengan angka yang cukup
tinggi. Berdasarkan fenomena yang masih banyak ditemukan di
masyarakat bahwa masih terdapat beberapa perilaku masyarakat
yang kurang tepat dalam memberikan pertolongan pertama pada luka
bakar.
Luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat global.
Hal ini disebabkan karena tingginya angka mortalitas dan morbiditas
luka bakar, khususnya pada negara dengan pendapatan rendah-
menengah, dimana lebih dari 95% angka kejadian luka bakar
menyebabkan kematian (mortalitas). Bagaimanapun juga, kematian
bukanlah satu-satunya akibat dari luka bakar. Banyak penderita luka
bakar yang akhirnya mengalami kecacatan (morbiditas), hal ini tak
jarang menimbulkan stigma dan penolakan masyarakat.
Pada tahun 2014, World Health Organization (WHO)
memperkirakan bahwa terdapat 265.000 kematian yang terjadi setiap
tahunnya di seluruh dunia akibat luka bakar. Di India, lebih dari satu
juta orang menderita luka bakar sedangberat per tahun. Di
Bangladesh, Columbia, Mesir, dan Pakistan, 17% anak dengan luka
bakar menderita kecacatan sementara dan 18% menderita kecacatan
permanen. Sedangkan di Nepal, luka bakar merupakan penyebab
kedua cedera tertinggi, dengan 5% kecacatan. Menurut data
American Burn Association (2015), di Amerika Serikat terdapat
486.000 kasus luka bakar yang menerima penanganan medis,
40.000 diantaranya harus dirawat di rumah sakit. Selain itu, sebanyak
3.240 kematian terjadi setiap tahunnya akibat luka bakar. Penyebab
terbanyak terjadinya luka bakar adalah karena trauma akibat
kecelakaan kebakaran, kecelakaan kendaraan, terhirup asap, kontak
dengan listrik, zat kimia, dan benda panas. Di Indonesia, prevalensi
luka bakar pada tahun 2013 adalah sebesar 0.7% dan telah
mengalami penurunan sebesar 1.5% dibandingkan pada tahun 2008
(2.2%). Provinsi dengan prevalensi tertinggi adalah Papua (2.0%)
dan Bangka Belitung (1.4%).
Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan
terhadap paparan yang berasal dari sumber panas, listrik, zat kimia,
dan radiasi. Hal ini akan menimbulkan gejala berupa nyeri,
pembengkakan, dan terbentuknya lepuhan. Semua luka bakar
(kecuali luka bakar ringan atau luka bakar derajat I) dapat
menimbulkan komplikasi berupa shock, dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit, infeksi sekunder, dan lain-lain.
Permasalahan yang dialami oleh penderita luka bakar, selain
komplikasi, adalah proses penyembuhan luka bakar yang lama.
Proses penyembuhan luka dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase
inflamasi, proliferasi, dan maturasi. Pertama, fase inflamasi yang
berlangsung sejak terjadinya luka hingga 3-4 hari. Pada fase ini
terjadi perubahan vaskuler dan proliferasi seluler. Daerah luka
mengalami agregasi trombosit dan mengeluarkan serotonin, serta
mulai timbul epitelisasi. Kedua, fase proliferasi yang berlangsung
sejak berakhirnya fase inflamasi hingga hari ke-21. Pada fase
inflamasi, terjadi proliferasi fibroblas, angiogenesis, dan proses
epitelisasi. Ketiga, fase maturasi, terjadi sejak hari ke-21 hingga 1-2
tahun dimana terjadi proses pematangan kolagen, penurunan
aktivitas seluler dan vaskuler. Bentuk akhir dari fase ini berupa
jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri
atau gatal.
Epitelisasi merupakan proses yang penting pada saat
penyembuhan luka bakar karena epitel melindungi tubuh dari
paparan lingkungan. Selain itu, epitel juga berguna dalam melindungi
tubuh dari invasi bakteri, trauma, dan kehilangan cairan. Semakin
cepat proses reepitelisasi epidermis, maka semakin cepat proses
penyembuhan luka. Oleh karena itu, diperlukan suatu terapi yang
dapat digunakan untuk mempercepat proses reepitelisasi epidermis
pada luka bakar.
Luka bakar tidak hanya dapat menimbulkan kematian, akan
tetapi juga dapat menimbulkan morbiditas dengan angka yang cukup
tinggi. Berdasarkan fenomena yang masih banyak ditemukan di
masyarakat bahwa masih terdapat beberapa perilaku masyarakat
yang kurang tepat dalam memberikan pertolongan pertama pada luka
bakar. Hal inilah yang perlu untuk disikapi oleh tenaga kesehatan,
untuk dapat memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat
terkait upaya-upaya pertolongan pertama yang dapat diberikan pada
kejadian luka bakar. Hasil kegiatan ini membawa dampak baik pada
partisipan, yaitu meningkatnya pengetahuan tentang pertolongan
pertama pada luka kabar, yang efek jangka panjang yang diharapkan
adalah angka kejadian luka kabar dan komplikasinya yang semakin
berkurang di masyarakat (Atikah dkk, 2020).
B. Saran
Sebagai mahasiswi kebidanan, kita harus dapat menguasai,
memahami, dan mampu menjelaskan Pertolongan pertama yaitu
pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau
cedera/kecelakaan pada anak. demi lancarnya tugas yang akan
dilaksanakan. Begitu pula para pembaca dapat Pertolongan pertama
yaitu pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau
cedera/kecelakaan pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
Ida Suryati, Aldo Yuliano, Puti Bundo. 2018. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Dan Sikap Masyarakat Dengan Penanganan Awal Gigitan Binatang.Vol. 1
No. 1.Prosiding Seminar Kesehatan Perintis.