Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN

PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN III


(POSKO 2 PENGUNGSIAN DESA NGATABARU KECAMATAN SIGI
BIROMARU
KABUPATEN SIGI
PROVINSI SULAWESI TENGAH)

Dilaporkan kepada pengelola PBL PSIKM FKM UNTAD


Sebagai Syarat Kelulusan

KELOMPOK XIII:
ARDIANSYAH N 201 16 022
PUTRI YULIANINGSIH N 201 16 091
DITHA SAFITRI EVEREST UMAR N 201 16 134
JANICE F. DANGKA N 201 16 149
NURAFNI N 201 16 185
RENATA GITA CAHYANI SESE N 201 16 195
TRAVENIA FIOLIKA N 201 16 069
NUR SYARIFAH N 201 16 073
MEGA PUSPITA N 201 16 061
YUNITA GUGU N 201 16 220
DESICAWATI YUNI P N 201 16 110

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan III (PBL III) ini telah dikonsultasikan
dengan pembimbing lapangan dan dinyatakan sah telah memenuhi syarat
sebagaimana tertera dalam panduan PBL III

Palu, Juni 2019

Pembimbing Lapangan Koordinator Posko

Firmansyah, S.KM., M.Kes Ardiansyah

Mengetahui,
Pengelola PBL III Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Tadulako

Nurhaya S. Patui, S.KM., M.PH


NIDN. 0012108804

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga allah curah
limpahkan kepada jungjunan kami Baginda tercinta Rasululah SAW.
Laporan ini merupakan Laporan Akhir Pelaksanaan Pengalaman Belajar
Lapangan III di posko pengungsian. Penyusun menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Untuk itu, saran dan sumbangan ide
yang bersifat membangun dan dapat meningkatkan mutu laporan ini di masa yang
akan datang. Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah banyak membantu dan kepada narasumber yang telah memberikan
pengetahuannya kepada penyusun.
Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah
diberikan kepada tim penyusun serta selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita
semua dan semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pembaca, Amin.

Palu, 20 Juni 2019


Penyusun

Kelompok 13

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................... 3
C. Manfaat ............................................................................................. 4
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI
A. Keadaan Geografis dan Demografis ................................................. 5
B. Keadaan Sosial Ekonomi ................................................................. 5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil .................................................................................................. 6
B. Pembahasan ....................................................................................... 11
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 17
B. Saran....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distribusi Pengeluaran Pembiayaan Intervensi Sebelum Pembagian


Leaflet dan Setelah Penyuluhan di Posko 2 Pengungsian Kelurahan Petobo
Kecamatan Sigi Biromaru ............................................................................... 6

Tabel 3.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Sebelum Penyuluhan dan


Setelah Penyuluhan di Posko 2 Pengungsian Kelurahan Petobo Kecamatan Sigi
Biromaru .................................................................................................. 6

Tabel 3.3 Distribusi Pengeluaran Pembiayaan Intervensi Sebelum Pembagian


Leaflet dan Setelah Penyuluhan di Posko 2 Pengungsian Kelurahan Petobo
Kecamatan Sigi Biromaru .......................................................................... 7

Tabel 3.4 Distribusi Pengeluaran Pembiayaan Intervensi Sebelum Penyuluhan


dan Setelah Penyuluhan di Posko 2 Pengungsian Ngatabaru .......................... 8

Tabel 3.5 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Sebelum Penyuluhan dan


Setelah Penyuluhan di Posko 2 Pengungsian Kelurahan Petobo Kecamatan Sigi
Biromaru ................................................................................................. 9

Tabel 3.6 Distribusi Pengeluaran Pembiayaan Intervensi Sebelum Pembagian


Leaflet dan Setelah Penyuluhan di Posko 2 Pengungsian Kelurahan Petobo
Kecamatan Sigi Biromaru ......................................................................... 9

Tabel 3.7 Distribusi Pengeluaran Pembiayaan Intervensi Sebelum Pembagian


Leaflet dan Setelah Penyuluhan di Posko 2 Pengungsian Kelurahan Petobo
Kecamatan Sigi Biromaru ......................................................................... 10

Tabel 3.8 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Sebelum Penyuluhan dan


Setelah Penyuluhan di Posko 2 Pengungsian Kelurahan Petobo Kecamatan Sigi
Biromaru ................................................................................................. 10

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sulawesi merupakan wilayah pertemuan tiga lempeng, yaitu Ind-
Australia, Eurasia, dan Filipina. Kondisi tersebut menyebabkannya sangat
rawan terhadap bencana gempa bumi tektonik. Lempeng Lautan Indo-
Australia bergerak ke utara dengan kecepatan sekitar 50 – 70 mm/tahun dan
menunjam di bawah palung laut dalam Sumatra – Jawa sampai ke barat Pulau
Timor di NTT (Bock drr., 2003).
Salah satu sesar aktif di Sulawesi adalah sesar Palu Koro yang
memanjang kurang lebih 240 km dari utara (Kota Palu) ke selatan (Malili)
hingga Teluk Bone. Sesar ini merupakan sesar sinistral aktif dengan
kecepatan pergeseran sekitar 25 - 30 mm/tahun (Kaharuddin drr., 2011).
Bencana menimbulkan dampak terhadap menurunnya kualitas hidup
penduduk, termasuk kesehatan. Salah satu permasalahan yang dihadapi
setelah terjadi bencana adalah pelayanan kesehatan terhadap korban bencana.
Untuk penanganan kesehatan korban bencana, berbagai piranti legal
(peraturan, standar) telah dikeluarkan. Salah satunya adalah peraturan yang
menyebutkan peran penting Puskesmas dalam penanggulangan bencana
(Departemen Kesehatan RI, 2007; Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Departemen Kesehatan, 2006 Pusat Penanggulangan Masalah
Kesehatan Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan, 2001).
Bencana alam yang disertai dengan pengungsian seringkali
menimbulkan dampak terhadap kesehatan masyarakat yang menjadi korban,
terlebih mereka yang termasuk dalam kelompok rentan. Permasalahan
kesehatan akibat bencana beragam, termasuk meningkatnya potensi kejadian
penyakit menular maupun penyakit tidak menular, permasalahan kesehatan
lingkungan dan sanitasi serta kesehatan reproduksi perempuan dan pasangan.
Kondisi dapat menjadi lebih buruk antara lain dikarenakan pemberian
pelayanan kesehatan pada kondisi bencana sering tidak memadai.

1
Lingkungan itu sendiri terbagi atas 2 bagian, yakni 1 Lingkungan
fisik, yaitu berupa alat misalnya keadaan tanah. 2 Lingkungan sosial, yaitu
merupakan lingkungan masyarakat dimana lingkungan ini adanya interaksi
individu yang satu dengan yang lain. Keadaan masyarakat akan memberi
pengaruh tertentu kepada individu. (Abd. Rahman Shaleh, op.cit., h.265-266)
Menurut Gerungan sikap dapat pula diklasifikasikan menjadi sikap
individu dan sikap sosial. Sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan
yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek sosial, dan biasanya
dinyatakan oleh sekelompok orang atau masyarakat. Sedang sikap individu,
adalah sikap yang dimiliki dan dinyatakan oleh seseorang.
Sikap adalah salah satu istilah bidang psikologi yang berhubungan
dengan persepsi dan tingkah laku. Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut
attitude. Attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu
kecenderungan untuk bereaksi terhadap suatu perangsang atau situasi yang
dihadapi. Menurut kamus bahasa Indonesia oleh W.J.S. Poerwodarminto
pengertian sikap adalah perbuatan yang didasari oleh keyakinan berdasarkan
norma-norma yang ada di masyarakat dan biasanya norma agama. Namun
demikian perbuatan yang akan dilakukan manusia biasanya tergantung apa
permasalahannya serta benar-benar berdasarkan keyakinan atau
kepercayaannya masing-masing. (Yayat Suharyat).
Ellis mengemukakan bahwa sikap melibatkan beberapa pengetahuan
tentang sesuatu. Namun aspek yang esensial dalam sikap adalah adanya
perasaan atau emosi, kecenderungan terhadap perbuatan yang berhubungan
dengan pengetahuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Ellis, sikap
melibatkan pengetahuan tentang sesuatu termasuk situasi. Situasi di sini dapat
digambarkan sebagai suatu objek yang pada akhirnya akan mempengaruhi
perasaan atau emosi dan kemudian memungkinkan munculnya reaksi atau
respons atau kecenderungan untuk berbuat. Dalam beberapa hal, sikap adalah
penentu yang paling penting dalam tingkah laku manusia. Sebagai reaksi
maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif yaitu senang (like) dan
tidak senang (dislike) untuk melaksanakan atau menjauhinya. Dengan

2
demikian pengetahuan tentang sesuatu adalah awal yang mempengaruhi suatu
sikap yang mungkin mengarah kepada suatu perbuatan.
Kejadian pasca bencana yang terjadi di sulawesi tengah khsusunya
di pengungsian petobo ngatabaru sigi biromaru membuat banyak masalah
kesehatan yang terjadi sehingga di lakukan intervensi baik fisik maupun non
fisik untuk mengatasi masalah kesehatan dengan melakukan beberapa
program kesehatan hal tersebutlah yang melatar belakangi dilakukannya PBL
III sebagai bahan evaluasi untuk melihat keberhasilan program yang telah di
laksanakan. Berikut kami tuangkan dalam laporan PBL III sebagai berikut.
B. Tujuan PBL III
Adapun tujuan dari Pengalaman Belajar Lapangan III adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Menerapkan ilmu kesehatan masyarakat melalui proses belajar
lapangan (PBL) dan memahami konsep evaluasi yang sesuai dengan
interfensi atau program yang di lakukan pada saat PBL II berbasis
penanggulangan pasca bencana melalui teori dan praktik yang telah
diperoleh di bangku perkuliahan serta mendapatkan kemampuan
professional kesehatan masyarakat dimana kemampuan tersebut
merupakan kemampuan spesifik yang harus dimiliki oleh seorang Sarjana
Kesehatan Masyarakat.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan Praktek Belajar Lapangan III diharapkan :
a. Mahasiswa mampu menyusun dan melaksanakan evaluasi berdasarkan
hasil interfensi yang ada di Lokasi Pengungsian.
b. Mahasiswa mampu mengukur penyusunan parameter keberhasilan
program yang di lakukan di lokasi pengungsian.
c. Mahasiswa mampu berkomunikasi secara efektif bersama dengan
masyarakat.
d. Mahasiswa mampu malakukan sosialisasi dengan konsep
pemberdayaan dan mewujudkan perilaku sehat di masyarakat.

3
C. Manfaat PBL III
Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan Pengalaman Belajar
Lapangan II adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Bagi Pemerintah Setempat
Membantu pemerintah dalam menentukan kebijakan terhadap
program yang perlu di laksanakan untuk peningkatan derajat kesehatan
masyarakat khususnya di Lingkungan Posko Pengungsian Ngatabaru,
Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
2. Manfaat Bagi Masyarakat Setempat
Mengetahui kebutuhan mereka sendiri dengan melihat program
interfensi yang telah di buat dan mampu menentukan masalah kesehatan
yang ada di lingkungannya serta melakukan konsep hidup sehat sehingga
mereka mampu meningkatkan derajat kesehatannya secara mandiri.
3. Manfaat Bagi Mahasiswa
Kegiatan PBL ini diharapkan :
a. Diharapkan Mahasiswa mampu menyusun dan melaksanakan evaluasi
berdasarkan hasil interfensi yang ada di Lokasi Pengungsian.
b. Diharapkan Mahasiswa mampu mengukur penyusunan parameter
keberhasilan program yang di lakukan di lokasi pengungsian.
c. Diharapkan Mahasiswa mampu berkomunikasi secara efektif bersama
dengan masyarakat.
d. Diharapkan Mahasiswa mampu malakukan sosialisasi dengan konsep
pemberdayaan dan mewujudkan perilaku sehat di masyarakat.

4
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI
A. Keadaan Geografis Dan Demografi
1. Keadaan Geografis
Lokasi pengamatan mengambil di tempat Huntara Petobo,
berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Birobuli Utara
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sigi
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Birobuli Selatan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sigi
2. Keadaan Demografi
Huntara Petobo BUMN merupakan salah satu huntara dari 4
huntara yang disediakan oleh NGO (Non-Government Organization) dan
pemerintah yang terletak di Jalan Kebun Sari Kawatuna Palu Selatan
dengan luas wilayah kurang lebih 10.000 m2. Huntara Petobo BUMN
terdiri dari 36 huntara dengan jumlah penduduk didapatkan 1.383 jiwa
dan mempunyai 403 KK. Mayoritas masyarakat Huntara Petobo BUMN
bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan wiraswasta.
3. Fasilitas Umum yang Tersedia
Fasilitas umum yang tersedia di Pengungsian Petobo terdiri dari
Kantor Kelurahan, sarana ibadah yaitu Masjid. Pengungsian Petobo
hanya memiliki saranan ibadah Masjid karena mayoritas penduduk
beragaman Islam. Untuk sarana pedidikan, Pengungsia Petobo hanya
memiliki Sekolah Dasar (SD). Sarana pelayanan yang ada di
pengungsian Petobo yaitu Puskesmas.
B. Keadaan Sosial Ekonomi
Huntara Petobo dipimpin oleh seorang koordinator huntara yang dipilih
langsung oleh masyarakat setempat. Penduduk di Huntara Petobo umumnya
bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan wiraswasta. Masyarakat di Huntara
Petobo kondisi ekonominya masih tergolong kurang mampu dikarenakan
pasca bencana gempa dan likuifaksi yang menghabiskan harta benda mereka.

5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Evaluasi Intervensi Fisik
a. Pembagian Leaflet MPASI kepada Ibu hamil dan Ibu yang
mempunyai balita umur 6 bulan sampai 2 tahun
Tabel 3.1 Distribusi Pengeluaran Pembiayaan Intervensi Sebelum
Pembagian Leaflet dan Setelah Penyuluhan di Posko 2 Pengungsian
Kelurahan Petobo Kecamatan Sigi Biromaru.

Target Realisasi
Intervensi Sasaran Biaya Peserta Biaya
(Orang) (Orang)
Pembagian
Leaflet MPASI 6 - 6 -

Intervensi fisik berupa pembagian leaflet kepada ibu hamil dan ibu
yang mempunyai balita umur 6 bulan sampai 2 tahun dimana leaflet di
bagikan kepada 2 orang ibu hail dan 4 orang ibu balita umur 6 bulan
sampai 2 tahun posko 2 Kelurahhan Petobo Kecamatan Sigi Biromaru.

Tabel 3.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Sebelum


Penyuluhan dan Setelah Penyuluhan di Posko 2 Pengungsian
Kelurahan Petobo Kecamatan Sigi Biromaru.

Tingkat Pre-test Pos-test


Pengetahuan N n
MPASI
Pengetahuan 1 4
Tinggi
Pengetahuan 5 -
Kurang
Total 6 4
Hasil analisis dari tabel 2 di ketahui terjadi pengurangan jumlah
responden karena 2 responden sudah berpindah tempat tinggal dari

6
posko pengungsian ke kampung halaman masing-masing. Hasil
evaluasi yang dilakukan kepada ke 4 responden yaitu pengetahuan ibu
mengenai MPASI mengalami peningkatan dan leaflet masih
tersimpan di masing-masing huntara.
b. Pembuatan Tempat Sampah Percontohan
Pada saat pengalaman belajar lapangan ke 2 intervensi yang di
lakukan untuk pengelolaan sampah berupa intervensi fisik seperti
penyuluhan tentang jenis-jenis sampah dan cara pengelolaannya
kemudian non fisik, seperti pembuatan tempat sampah percontohan.
c. Pembagian Leaflet Cuci Tangan Pakai Sabun
Tabel 3.3 Distribusi Pengeluaran Pembiayaan Intervensi Sebelum
Pembagian Leaflet dan Setelah Penyuluhan di Posko 2 Pengungsian
Kelurahan Petobo Kecamatan Sigi Biromaru.

Target REALISASI
Intervensi Peserta Peserta
Frekuensi Biaya Frekuensi Biaya
(Orang) (Orang)
Pembagian 100 % 20 40.000 100 % 27 -
leaflet
Intervensi fisik berupa pembagian Leaflet cuci tangan pakai sabun
dilakukan pada saat PBL II sebanyak 1 kali dimana pembagian ini
dilakukan di Posko 2 pengungsian Ngatabaru Kecamatan Sigi Biromaru
dimana leaflet yang diberikan pada anak-anak dengan kisaran umur 9
tahun sampai 10 tahun. Pembagian leaflet ini dilakukan agar anak-anak
tertarik untuk membaca dan mempelajari cara cuci tangan yang baik dan
benar sehingga dapat meniningkatkan pengetahuan. Hasil evaluasi yang
dilakukan dengan cara wawancara pada partisipan yaitu anak-anak
diketahui bahwa leaflet yang telah dibagikan telah hilang (sudah tidak
memiliki).
2. Evaluasi Intervensi Non-fisik
a. Evaluasi Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun

7
Tabel 3.4 Distribusi Pengeluaran Pembiayaan Intervensi Sebelum
Penyuluhan dan Setelah Penyuluhan di Posko 2 Pengungsian
Ngatabaru

Target REALISASI
Intervensi Peserta Peserta
Frekuensi Biaya Frekuensi Biaya
(Orang) (Orang)
Penyuluhan 100 % 20 40.000 100 % 27 -
cuci tangan
pakai sabun
Intervensi non fisik berupa penyuluhan cuci tangan pakai sabun
dilakukan pada saat PBL II sebanyak 1 kali dimana penyuluhan ini
dilakukan di Penyuluhan cuci tangan pakai sabun. Penyuluhan ini
dilakukan dengan membuat games, praktek dan tanya jawab mengenai
cuci tangan pakai sabun yang baik dan benar.
Hasil evaluasi yang dilakukan dengan cara wawancara pada
partisipan yaitu anak-anak diketahui bahwa penyuluhan yang telah
diberikan pada saat PBL II sebagian besar mereka masih bisa
mempraktekkan cara cuci tangan pakai sabun yang baik dan benar serta
pertayaan yang kami ajukan kepada anak-anak, beberapa masih bisa
dijawab dengan benar.
b. Evaluasi Penyuluhan Kesehatan mengenai Penyakit Diare
Intervensi Non Fisik yang dilakukan untuk penyakit diare pada saat
melakukan Pengalaman Belajar Lapangan ke 2 yakni berupa
Penyuluhan sebelum melakukan penyuluhan, terlebih dahulu
menjalankan preetest untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
masyarakat pengungsian posko 2. Tujuan dilakukannya penyuluhan
tersebut dengan harapan masyarakat yang mengikuti penyuluhan dapat
mengetahui pentingnya menjaga kesehatan dan terhidar dari bahaya
penyakit diare, selain itu diharapkan masyarakat yang mengikuti
kegiatan penyuluhan tersebut juga dapat membagi pengetahuan yang
didapatkan kepada masyarakat pengungsi posko 2.

8
Tabel 3.5 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Sebelum
Penyuluhan dan Setelah Penyuluhan di Posko 2 Pengungsian
Kelurahan Petobo Kecamatan Sigi Biromaru
Penyaki Responden Responden yang Responden yang
t menjawab benar menjawab salah
Diare 30 23 7
Setelah melakukan Evaluasi dengan menjalankan Post Test hasil
yang didapatkan bahwa pengetahuan masyarakat pengungsian posko 2
mengalami peningkatan dimana hasil Post test yang didapatkan adalah
dari 30 responden 23 responden dapat menjawab soal dengan baik .
c. Evaluasi Penyuluhan Kesehatan mengenai Air Bersih
Tabel 3.6 Distribusi Pengeluaran Pembiayaan Intervensi Sebelum
Pembagian Leaflet dan Setelah Penyuluhan di Posko 2 Pengungsian
Kelurahan Petobo Kecamatan Sigi Biromaru.

Target Realisasi
Intervensi Peserta Peserta
Frekuensi Biaya Frekuensi Biaya
(orang) (Orang)
Penyuluhan 100 % 50 Rp. 200.000 60% 30 Rp.100.000
air bersih
Evaluasi hasil intervensi yang dilakukan pada PBL II yaitu
terdapat peningkatan pengetahuan pada masyarakat pengungsian setelah
penyuluhan. Berdasarkan observasi kembali terkait air bersih untuk
melihat sikap masyarakat ternyata masyarakat pengungsian sudah
menerapkannya dikehidupan sehari-hari, terlihat dari setiap rumah
memiliki tempat penyimpanan air atau wadah yang tertutup dengan
kondisi air yang bersih. Hal ini dapat dikatakan bahwa masyarakat
posko 2 mempunyai pengetahuan tinggi terkait air bersih.

d. Penyuluhan Kesehatan mengenai Sampah

9
Tabel 3.7 Distribusi Pengeluaran Pembiayaan Intervensi Sebelum
Pembagian Leaflet dan Setelah Penyuluhan di Posko 2 Pengungsian
Kelurahan Petobo Kecamatan Sigi Biromaru.

Intervensi Target Realisasi

Frekuensi Peserta Biaya Frekuensi Peserta Biaya


(Orang) (Orang)
Sampah
100% 50 100.00 - 30
0

Intervensi non fisik berupa penyuluhan sampah penyuluhan yang


di lakukan ke masyarakat mengenai pengelolaan sampah yang baik dan
benar sehingga masyarakat dapat membedakan sampah organik,
anorgank, dan B3. Penyuluhan sampah di lakukan pada PBL II
sebanyak 1 kali dan di lakukan menggunakan pre tes dan post tes.

Tabel 3.8 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Sebelum


Penyuluhan dan Setelah Penyuluhan di Posko 2 Pengungsian
Kelurahan Petobo Kecamatan Sigi Biromaru
Intervens Responden Responden yang Responden yang
i menjawab benar menjawab salah
Sampah 30 12 18
Hasil analisis dari Tabel 1 diketahui terjadi peningkatan jumlah
responden Setelah melakukan Evaluasi dengan menjalankan Post Test
hasil yang didapatkan bahwa pengetahuan masyarakat pengungsian
posko 2 tidak mengalami peningkatan dimana hasil post test yang
didapatkan adalah dari 30 responden hanya 12 responden dapat
menjawab soal dengan baik dan 18 responden yang menjawab soal
dengan salah.

10
B. Pembahasan
1. Evaluasi Intervensi Fisik
a. Pembagian Leaflet MPASI kepada Ibu hamil dan Ibu yang
mempunyai balita umur 6 bulan sampai 2 tahun
Hasil yang diperoleh dari postesst didapatkan yaitu 4 responden
dapat menjawab dengan baik dan 2 diantaranya tidak diberikan post test
karena sudah berpindah tempat tinggal ke kampong halaman masing-
masing. Dari hasil evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil dari
pemberian leaflet yang dilakukan berhasil karena terjadi peningkatan
pengetahuan responden mengenai MPASI. Hal ini sesuai dengan
literatur (Ramadhanti, Adespin, & Julianti, 2019) bahwa salah satu
faktor yang sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan adalah
dengan metode penyampaian informasi yang disesuaikan dengan
kebutuhan sasaran dengan menggunakan media edukasi kesehatan yang
tepat.
Media edukasi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk
menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh
komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik (televisi, radio,
komputer dan sebagainya) sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
dan merubah perilaku ibu terhadap kesehatan.
b. Pembuatan Tempat Sampah Percontohan
Pada saat pengalaman belajar lapangan ke 2 intervensi yang di
lakukan untuk pengelolaan sampah berupa intervensi fisik seperti
pembuatan tempat sampah percontohan dengan pembagiannya yaitu
tempat sampah organik, an-organik dan B3.
Dari hasil observasi yang kami lakukan terhadap tempat sampah
yang telah kami buatkan bagi masyarakat di pengungsian posko 2
petobo pada saat PBL 2 yang lalu, hal yang cukup mengecewakan
terjadi. Karena dari dua set tempat sampah percontohan yang telah kami
buatkan, tidak ada lagi yang terlihat jejaknya pada saat ini, baik dari
kayu yang menjadi rangka tempat tong sampahnya yang telah dicat

11
warna hijau, maupun dari tiga tong sampahnya sendiri yang masing-
masing berwarna merah untuk sampah B3, kuning untuk an-organik
dan hijau untuk organik. Besar dugaan kami bahwa tempat sampah
percontohan tersebut mungkin saja masih digunakan sebagai tempat
sampah di kediaman warga masing-masing, namun mereka tidak lagi
menggunakannya untuk memisahkan sampah, akan tetapi hanyalah
sebagai tempat sampah biasa dimana semua sampahnya bercampur
aduk, hal ini mungkin saja mereka anggap lebih berguna bagi mereka.
Adapun beberapa faktor penyebab pemisahan sampah tidak dapat
terlaksana dengan baik dikarenakan melibatkan peran banyak pihak,
yang apabila ada salah satu pihak bermasalah maka akan berdampak
pada pihak yang lain. Pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam
proses pemisahan sampah adalah Pemerintah Daerah sebagai pihak
pengelola persampahan dan pihak masyarakat sebagai penghasil
sampah. Pemerintah Daerah bertugas untuk menjamin terselenggaranya
pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan.
Pemerintah Daerah berwenang memberikan kebijakan mengenai
pengelolaan sampah sekaligus ikut serta dalam pengelolaan dan
pengawasannya, seperti melaksanakan pengelolaan sampah serta
memfasilitasi sarana dan prasarana pengelolaan sampah, dan melakukan
koordinasi antar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), masyarakat
dan dunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.
Dari pihak masyarakat, kurangnya kesadaran dan kepedulian
masyarakat untuk mengelola sampah sebagai upaya mewujudkan
kesuksesan pengelolaan sampah yang terpadu sehingga dapat
mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dan dampak negatif
sampah terhadap lingkungan sekitarnya (Yulia, 2016).
c. Pembagian Leaflet Cuci Tangan Pakai Sabun
Pemberian leaflet Cuci Tangan Pake Sabun (CTPS) dilakukan
untuk meningkatkan pengetahuan anak-anak terkait CTPS di
Pengungsian Ngatabaru Posko 2. Evaluasi yang dilakukan dengan cara

12
wawancara didapatkan hasil bahwa partisipan yaitu anak-anak sudah
tidak menyimpang leaflet yang dibagikan pada saat PBL 2. Hal ini
dikarenakan leaflet dijadikan mainan dan juga telah hilang. Berdasarkan
literatur (Norviatin & Adiguna, 2017) menyatakan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang besar terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan
perilaku responden yang diberi perlakuan leaflet.
2. Evaluasi Intervensi Non-fisik
a. Evaluasi Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun
Penyuluhan Cuci Tangan Pake Sabun (CTPS) dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan anak-anak terkait CTPS di Pengungsian
Ngatabaru Posko 2. Evaluasi penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS) dilakukan dengan melakukan wawancara pada partisipan yaitu
anak-anak.
Secara keseluruhan, dari semua partisipan yang diberikan
pertayaan sebagian besar dapat menjawab dengan benar dan juga masih
mengingat cara cuci tangan pakai sabun dengan baik dan benar karena
mereka mudah mengingat CTPS melalui media seperti lagu, praktek
dan juga games. Hal ini sejalan dengan (Dewi, 2018) yang
menyatakan bahwa bahwa edukasi gizi melalui permainan berpengaruh
secara signifikan terhadap peningkatan pengetahuan di SMP Negeri 12
Palu. Selain itu, pernyataan diatas sejalan dengan (Dewi, 2018) yang
menyatakan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
perubahan tindakan siswa mencuci tangan pakai sabun di SDN 20
Dadok Tunggul Hitam dan di SDN 23 Pasir Sebelah. Hasil uji stastistik
Mann-Whitney menunjukkan perbedaan bermakna antara pemberian
pendidikan kesehatan dengan multimedia pembelajaran dan metode
demonstrasi
b. Evaluasi Penyuluhan Kesehatan mengenai Penyakit Diare
Evaluasi dari intervensi penyakit diare yang dilakukan dengan
menjalankan post test dan wawancara singkat dengan masyarakat
pengungsian posko 2 petobo. Dimana post test diberikan kepada 30

13
orang masyarakat pengungsian posko 2 dengan metode rundom
sampling dimana yang menjadi responden tidak diberikan syarat untuk
menjadi responden.
Hasil yang didapatkan dari post test yang dilakukan didapatkan
hasil dari 30 responden, 23 responden dapat menjawab dengan baik
sedangkan 7 diantaranya hanya mampu menjawab beberapa pertanyaan
yang terdapat di post test yang dibagikan. Selain itu, juga dilakukan
wawancara singkat dengan beberapa masyarakat yang lain yang tidak
mengikuti penyuluhan pada saat PBL 2, diketahui bahwa hampir semua
masyarakat yang diwawancara mengetahui secara umum tentang diare
mulai dari ciri-ciri diare dan cara menghindari penyakit diare. Dari hasil
evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil dari penyuluhan yang
dilakukan berhasil karena sudah mencapau tujuan dari melakukan
penyuluhan tersebut yakni untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai penyakit diare. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ernawati (2012) menunjukan bahwa terdapat perbedaan
bermakna mengenai pengetahuan tentang diare sebelum dan sesudah
dilakukan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan, diskusi dan
stimulasi.
c. Evaluasi Penyuluhan Kesehatan mengenai Air Bersih
Penyuluhan air bersih yang dilakukan pada posko 2 pengungsian
Ngatabaru dengan Tujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai pengolahan maupun ciri-ciri air bersih. Evaluasi penyuluhan
atau sosialisasi air bersih dilakukan dengan membagikan kuesioner
berupa post test kepada masyarkat yang mengikuti penyuluhan.
Adapun hasil yang didapatkan dari hasil kuesioner berupa post
test yaitu didapatkan bahwa terjadi perubahan yang signifikan sebelum
dan sesudah penyuluhan. Penyuluhan tersebut berjumlah 30 responden.
25 responden menajawab dengan benar sedangkan 5 orang lainnya
hanyak mampu menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan. Hal-hal
yang disampaiakan pada saat sosialisasi seperti tempat penyimpanan air

14
yang baik dan benar, karakteristik air yang baik seperti tidak berbau,
tidak berasa, tidak berwarna. Juga cara pengolahan air yang aman untuk
di konsumsi serta kebutuhan air dalam tubuh. Karena berdasarkan hasil
kuesioner pre test pada saat PBL 2 didapatkan bahwa pengetahuan
masyarakat masih sangat kurang. Setelah dilakukan sosialisasi
pengetahuan masyarakat meningkat akan tetapi peningkatan
pengetahuan masyarakat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.
Masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah kurang menyerap
informasi serta dalam mempraktekannya masih kurang, berbeda dengan
masyarakat yang tingkat pendidikannya tinggi dalam penyerapan
informasi dan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari lebih
tinggi juga. Hal ini sesuai dengan literature (Bayah and Banten 2011)
bahwa Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir dan daya
cerna seseorang terhadap informasi yang diterima. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula informasi yang dapat
diserap dan tingginya informasi yang diserap mempengaruhi tingkat
pengetahuannya, demikian juga sebaliknya. Orang yang berpendidikan
tinggi lebih besar kepeduliannya terhadap masalah kesehatan dan
peningkatan pendidikan akan meningkatkan partisipasi warga dalam
menjaga kesehatan.
d. Penyuluhan Kesehatan mengenai Sampah
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
masyarakat tentang pemisahan sampah sangat rendah, yaitu 12
responden yang mempunyai pengetahuan tentang pemisahan sampah
dan menjawab dengan benar.
Evaluasi dari intervensi tentang pengetahuan jenis-jenis sampah
yang dilakukan dengan menjalankan post test dan wawancara singkat
dengan masyarakat pengungsian posko 2 petobo. Dimana post test
diberikan kepada 30 orang masyarakat pengungsian posko 2 dengan
metode random sampling dimana yang menjadi responden tidak
diberikan syarat untuk menjadi responden.

15
Hasil yang didapatkan dari post test yang dilakukan didapatkan
hasil dari 30 responden, 12 responden dapat menjawab dengan baik
sedangkan 18 diantaranya hanya mampu menjawab beberapa
pertanyaan yang terdapat di post test yang dibagikan. Selain itu, juga
dilakukan wawancara singkat dengan beberapa masyarakat yang lain
yang tidak mengikuti penyuluhan pada saat PBL 2, diketahui bahwa
hampir semua masyarakat yang diwawancara kurang mengetahui secara
umum tentang sampah mulai dari jenis-jenis sampah dan cara
memisahkannya. Dari hasil evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa
hasil dari penyuluhan yang dilakukan tidak berhasil karena tidak
mencapai tujuan dari melakukan penyuluhan tersebut yakni untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai jenis-jenis sampah.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizal
(2011) dalam jurnal analisis pengolahan sampah, yaitu membangun
kesadaran masyarakat tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Perlu kerja sama dari semua pihak, baik masyarakat, pemerintah
maupun pihak ketiga sebagai pendukung. Diperlukan waktu yang cukup
lama untuk membangun kesadaran itu. Diperlukan pula contoh dan
teladan yang positif serta konsistensi dari pihak pengambil kebijakan di
suatu wilayah tertentu. Kegiatan sosialisasi secara langsung tentang
pengelolaan sampah dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam hal
pengelolaan persampahan (Dubey, 2014).

BAB IV

16
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Evaluasi intervensi fisik yang dilakukan di pengungsian Ngatabaru
(Petobo) Posko 2 yaitu evaluasi tempat sampah prcontohan, pembagian
leaflet MPASI dan CTPS. Dari hasil evaluasi tempat sampah percontohan
didapatkan hasil bahw tempat sampah yang telah dibuat sudah dibuat
sudah tidak ada dan tidak ada masyarakat belum memisahkan yang telah
dibuang. Dari hasil evaluasi pembagian Leaflet MPASI terjadi
peningkatan pengetahuan sedangkan pembagian leaflet CTPS tidak terjadi
peningkatan pengetahuan karena leaflet yang dibagikan dijadikan
maianan anak-anak.
2. Evaluasi intervensi non fisik yang dilakukan di pengungsian Ngatabaru
(Petobo) Posko 2 yaitu Penyuluhan tentang CTPS, penyakit diare, air
bersih dan sampah. Dari evaluasi penyuluhan CTPS didapatkan hasil
yaitu sebagian besar partisipan mengetahui cara cuci tangan pakai sabun
dengan baik dan benar hal ini dikarenakan pemberian penyuluhan melalui
lagu, praktek dan games mudah dipahami. Dari evaluasi penyuluhan
penyakit diare dinyatakan berhasil karena sebagian besar masyarkat di
posko 2 masih mengingat ciri-ciri diare dan cara menghindari penyakit
diare. Dari evaluasi penyuluhan tentang air bersih didpatkan hasil yaitu
terjadi peningkatan pengatahuan. Dari evaluasi penyuluhan tempat
sampah dinyatakan tidak berhasil karena tidak mencapai tujuan dari
melakukan penyuluhan tersebut yakni untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai jenis-jenis sampah.
B. Saran
Dengan adanya evaluasi intervensi yang dilakukan diharapkan adanya
perbaikan dari pihak masyarkat dan juga pemerintah. Diharapkan kepada
pemerintah desa harus mendukung penuh terhadap semua kegiatan-kegiatan
yang masuk di tempat pengungsian baik kegiatan yang berhubungan dengan
kesehatan maupun tidak berhubungan dengan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

17
Bayah, D I Kecamatan, and Provinsi Banten. 2011. “The Effect of Health
Education to Community Knowledge and Aedes Aegypti Density in Bayah
Subdistrict , Banten Province MASYARAKAT DAN KEPADATAN Aedes
Aegypti Abstrak.” (April): 1–6.
Bock, Y.,drr., 2003, Crustal motion in Indonesia from Global Positioning System
measurements, Journal of Geophysical Research, Vol. 108, No. B8, 2367.
Departemen Kesehatan (Depkes ). 2001 Standar minimal penanggulangan
masalah kesehatan akibat bencana dan penanganan pengungsi. Jakarta:
Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan - Sekretariat Jenderal Depkes.
Depkes. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Rl Nomor 145/Menkes/SK/1/2007
tentang Pedoman.
Dewi, N. U., Diah Ayu Hartini,Yusma Indah Jayadi & Abd. Rahman2 (2018).
PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MELALUI PERMAINAN. Jurnal
Kesehatan Tadulako. 4(1), 29–34.

Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Depkes. 2006. Pedoman


Puskesmas dalam Penanggulangan Bencana. Jakarta: Depkes.
Dubey, R., Zhou, J., Wang, Y., Thompson, P. M., & Ye, J. (2014). Analysis of
sampling techniques for imbalanced. An N=648 ADNI Study. NeuroImage,
87, 220–241.

Ellis, Robert S..Educational Psychology: a Problem Approach. NewYork:d. Van


Nostrard Co.
Ernawati, 2012, Pengaruh pendidikan kesehatan tentang peningkatan pengetahuan
tentang diare pada anak jalanan di semarang, Universitas Diponegoro.
Howard H., Kendler, Basic Psychology (Philipines: Benyamin/Cummings, 1974).
Gagne, Robert M., dan Leslie J. Briggs, Principles ofInstructional Design (New
York: Holt, Rinehart and Winston, Inc, 1974).
Gerungan WA., Psikologi Sosial (Bandung: Refika Aditama, 2000).
Kaharuddin, M.S., Hutagalung, R. dan Nurhamdan, 2011. Perkembangan
Tektonik dan Implikasinya Terhadap Potensi Gempa dan Tsunami di
Kawasan Pulau Sulawesi, Proceeding JCM Makassar 2011, 1-10,

18
Makassar: The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and
Exhibition, 26-29 September 2011.
Ramadhanti, C. A., Adespin, D. A., & Julianti, H. P. (2019). Perbandingan
penggunaan metode penyuluhan dengan dan tanpa media leaflet terhadap
pengetahuan dan sikap ibu tentang tumbuh kembang balita. Jkd, 8(1), 99–
120.

Natsir, M. F. (2018). Pengaruh Penyuluhan CTPS Tehadap Peningkatan


Pengetahuan Siswa SDN 169 Bonto Parang Kabupaten Jeneponto. Jurnal
Nasional Ilmu Kesehatan (JNIK), 1, 1-9.
Norviatin, D., & Adiguna, T. Y. (2017). Pengaruh Penyuluhan dan Pemberian
Leaflet terhadap Peningkatan Pengetahuan, Perilaku, dan Sikap Ibu Tentang
Diare pada Balita di Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka. Tunas
Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan, 3(4), 40–45. Retrieved from
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/tumed/article/view/287
Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan. Jakarta: Depkes.
Yayat Suharyat., Dosen Fakultas Agama Islam – UNISMA Bekasi.
Yulia dkk, D. I. K. (2016). SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN SAMPAH
TERPADU Abstrak, 12(1).

19
L
A
M
P
I
R
A
N

20
ABSENSI
PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN II
KELOMPOK 13 POSKO 2 NGATABARU KEC. SIGI BIROMARU KAB. SIGI

WAKTU PELAKSANAAN
No NAMA / STAMBUK JUNI KET
1 2 3 4 5 6 7
1 Ardiansyah (N20116022) √ √ √ √ √ √ √
2 Putri Yulianingsih (N20116091) √ √ √ √ √ √ √
3 Ditha Safitri E Umar (N20116134) √ √ √ √ √ √ √
4 Janice F Dangka (N20116149) √ √ √ √ √ √ √
5 Nurafni (N20116185) √ √ √ √ √ √ √
6 Renata Gita Cahyani S (N20116195) √ √ √ √ √ √ √
7 Travenia Fiolika (N20116069) √ √ √ √ √ √ √
8 Nur Syarifah (N20116073) √ √ √ √ √ √ √
9 Mega Puspita (N20116061) √ √ √ √ √ √ √
10 Yunita Gugu (N20116220) √ √ √ √ √ √ √
11 Desicawati Yuni P (N20116110) √ √ √ √ √ √ √
MENGETAHUI

PEMBIMBING LAPANGAN TIME SCHEDULE KORDINATOR POSKO


PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN II
KELOMPOK 13 POSKO 2 NGATABARU KEC. SIGI BIROMARU KAB. SIGI
Firmansyah S.KM.,M. KesJENIS WAKTU PELAKSANAAN Ardiansyah
KET
No JUNI
KEGIATAN
17 18 19 20 21 22
1 Pelepasan

21
2 Penerimaan

3 Observasi

4 Evaluasi Hygiene

5 Evaluasi Gizi

6 Evaluasi Health

7 Evaluasi Sanitation
Evaluasi Water
8

9 Pembuatan Laporan

10 Penarikan
MENGETAHUI
PEMBIMBING LAPANGAN KORDINATOR POSKO

Firmansyah S.KM.,M. Kes Ardiansyah

22
23
DOKUMENTASI

Evaluasi Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun

Evaluasi Penyuluhan MPASI

Evaluasi Penyuluhan Air Bersih

24

Anda mungkin juga menyukai