DISUSUN OLEH :
Tema:
“Psikoedukasi Menumbuhkan Motivasi Belajar melalui Peran
Orang tua Wali Murid Di SDN Setiadarma 03”
Oleh
Achmad Ridwansyah
NPM: 201710515089
Dosen Pembimbing :
Bapak Erik Saut H Hutahaean,S.Psi. M.Si
NIDN : 0324087902
ii
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatka Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat serta
hidayahnya sehingga pada kesempatan kali ini penulis telah menyusun modul denga tema
“Psikoedukasi Menumbuhkan Motivasi Belajar melalui Peran Orang tua Wali Murid Di SDN
Setiadarma 03 “ sebagai bagian dari administrasi kegiatan Kulian Kerja Nyata Mandiri di SDN
Setiadram 03 Desa Setiadarma Kec Tambun Selatan Kab Bekasi.
Modul Psikoedukasi ini di susun guna memberikan pengetahuan serta pemahaman kepada orang
tua wali murid mengenai apa itu proses belajar dan bagamana meningkatkan motivasi Belajar siswa
dimasa Pandemi Covid-19, mengingat sejak terjadinya pandemi Covid-19 yang mulai mewabah di
Indonesia memberikan dampak yang luar biasa bagi kehidupan manusia, dampak tersebut
mengakibatkan perubahan secara signifikan hampir di semua aspek kehidupan, , tak terkecuali dunia
pendidikan, yang mengalami perubahan didalam proses pembelajaran.
Pembelajaran yang awalnya terjadi di sekolah kemudaan berpindah menjadi pembelajaran dari
rumah atau pembelajaran jarak jauh, perubahan terjadi untuk mencegah penularan Virus Covid-19
yang semakin mewabah di Indonesia, khususnya di Kabupaten Bekasi.
Maka dari itu penulis berharap modul psekoedukasi ini dapat meberikan pemahaman dan
pengetahuan baru kepada orang tua wali murid SDN Setiadarma 03, agar proses pembelajaran tetap
berlangsung secara optimal.
Achmad Ridwansyah
a
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Orang tua walimurid SDN Setiadarma 03 di harapkan dapat memahami mengenai proses
belajar anak dengan baik, fase fase pembelajaran, modalitas belajar anak yang sesuai, dan juga
memahami cara memotivasi anak didalam proses belajar dari rumah
1.2 DESKRIPSI
Modul ini di beri judul “Psikoedukasi Menumbuhkan Motivasi Belajar melalui Peran
Orang tua Wali Murid Di SDN Setiadarma 03”, Modul ini merupakan serangkaian
administrasi kegiatan Kuliah Kerja Nyata Mandiri yang disusun guna memenuhi prasyarat
kelulusan Matakuliah KKNM/Magang kerja yang nantimya menjadi matakuliah prasyarat
untuk pelaksanaan Skripsi,
Diharapkan setelah membaca dan memahami modul ini orang tua walimurid SDN
Setiadarma 03 dapat memiliki pengetahuan yang baik mengenai proses pembelajaran yang
baik selama belajar dari rumah, memahami tentang modalitas belajar yang di miliki setiap
anak dan dapat memotivasi anak dalam belajar, sehingga dapat mendampingi anak secara
optimal selama pembelajaran dari rumah.
1.3 WAKTU
Waktu yang di perlukan untuk kegiatan KKNM ini ialah 120 jam, yang dimana 15 jam
digunakan untuk penyampaian materi kepada peserta kegiatan
1.4 PRASYARAT
Orang tua walimurid di harapkan memiliki kemapuan membaca dan memahami, dapat
mampu menggunakan Smartphone dan aplikasi chat Whastapp yang nanti di gunakan sebagai
media kemunikans selama kegiana KKNM berlangsung, sehingga orang tua dapat memahami
isi dari modul yag akan di sampaikan.
1
1.5 PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mempelajari modul secara
benar:
a. Aktif dalam grup whastapp dan mengikuti setiap rangkaian kegiatan
b. Mendownlod dan membaca modul secara utuh untuk mendapat
pemahaman yang baik
c. Mendengarkan dan menyimak pemaparan materi yang akan di
sampaikan oleh narasumber
Tujuan akhir dari penulisan modul ini di harapkan orang tua dapat memiliki
pemahaman mengenai cara membimbing anaknya untuk belajar dengan baik selama belajar
dari rumah serta dapat memberikan perhatian kepada anak-anaknya ketika belajar, dan juga
dapat memahami kemapuan belajar yang berbeda dan dapat meberikan dukungan kepada anak
selama belajar dari rumah.
2
BAB II
PEMBELAJARAN
2.1.1 Tujuan
Mampu mengetahui dan memahami menegenai Definisi belajar, prinsip belajar dan
penerapan prisnsip belajara serta menerapkannaya kepada para siswa.
Dalam perspektif psikologis, belajar adalah suatu proses perubahan, yaitu perubahan
dalam perilaku sebagai hasil dari proses interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Belajar juga berarti suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Nurjan, 2016)
Menurut Hamalik,(Nurjan, 2016) belajar mengandung makna terjadinya suatu
perubahan dari persepsi atau penggambaran mengenai sesuatu, dan juga perilaku individu
tersebut, termasuk dalam perilaku individu yang berubah menjadi lebih baik, misalnya
perubahan perilaku anak yang lebih baik ketika memahami tentang tata karma dan sopan
santun. Hilgard dan Brower (dalam Nurjan, 2016)menyatakan bahwa belajar adalah perubahan
dalam perbuatan melalui kegiatan, praktik, dan pengalaman. Sedangkan Sardiman menyatakan
bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian
aktifitas seperti dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain
sebagainya(Nurjan, 2016).
Barlow menyatakan bahwa belajar adalah proses adaptasi atau penyesuaian tingkah
laku yang berlangsung secara progresif/berkembang terus-menerus. Di dalam Dictionary of
Psychology disebutkan bahwa belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku yang terjadi
secara terus menerus dan menetap sebagai hasil dari latihan serta pengalaman yang pernah di
lalui (Nurjan, 2016).
Berdasarkan berbagai definisi yang telah diutarakan di atas, secara umum belajar dapat
dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang cenderung menetap
sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya yang melibatkan
3
proses kognitif atau berfikir. Sehubungan dengan pengertian ini perlu diuraikan sekali lagi
bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan fisik, keadaan mabuk,
lelah, dan jenuh tidak termasuk sebagai proses belajar(Nurjan, 2016).
/
Menurut Kompri (Emda, 2018) Belajar merupakan bagian dari ilmu pendidikan yang
berkaitan dengan tujuan dan merupakan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit
(Nampak) maupun implisit (tersembunyi). Untuk menangkap isi dan makna dari belajar, maka
dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah berikut:
1. Kognitif, ialah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan, penalaran atau
pikiran yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
evaluasi.
2. Afektif, ialah kemampuan yang berkaitan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang
berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi,
penilaian sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.
3. Psikomotorik, ialah kemampuan yang berkaitan dengan keterampilan jasmani
terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan kompleks, penyesuaian
pola gerakan dan kreativitas.
Ada tujuh prinsip belajar yang perlu diperhatikan (Nurjan, 2016), yaitu:
a. Adanya Perhatian dan motivasi terkait dengan minat/keinginan
b. Aktif secara fisik dan psikologis dalam kegiatan belajar
c. Keterlibatan langsung (berpengaIaman) dialami sendiri oleh siswa/siswi, seperti:
mengamati, menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, bertanggung jawab
terhadap hasilnya (keterlibatan fisik dan mental-emosional)
d. Dilakukan secara berulang
e. Tantangan seperti bahan belajar yang menantang dan inklusif gender membuat
siswa/siswi bergairah untuk mengatasinya
f. Adanya umpan balik dan penguatan dalam belajar; dan
g. Perbedaan individual misalnya: karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifat yang
berbeda karena perbedaan-perbedaan rasial dan gender.
Penerapan Prinsip Belajar bagi Siswa (Nurjan, 2016) :
4
a. Perhatian dan Motivasi
1).Menumbuhkan perhatian terhadap isi pelajaran yakni bisa berupa suara,
warna,bentuk, dan gerak yang dapat di tangkap melalui alat indra seperti mata dan
telinga
2).Meningkatkan minat anak yang dapat mempengaruni motivasi dengan cara
mendengarkan penjelasan guru;
3).Membangkitkan motivasi belajar dengan menentukan tujuan belajar dan target
tugas belajar.
b. Bersikap aktif seperti mengerjakan tugas, mencatat, mencari sumber informasi,
menganalisis hasil percobaan, dan menandai halhal penting;
c. Keterlibatan langsung, seperti berdiskusi, dan membuat kesimpulan;
d. Pengulangan dengan cara mengerjakan latihan-latihan, dan menjawab pertanyaan;
e. Tantangan dengan melakukan eksperimen, bertanya, dan menyelesaikan tugas
terbimbing;
f. timbal balik dan penguatan seperti menerima nilai hasil ujian, dan mendapat
teguran/hadiah;
g. Perbedaan Individual seperti menyusun jadwal belajar.
h. Implikasi pada GSI adalah siswa/siswi atas perbedaan sosial dapat terintegrasi pada
prinsip belajar bagi siswa/siswi.
2.1.4 RANGKUMAN
secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang cenderung menetap sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan sekitarnya yang melibatkan proses kognitif atau berfikir.
2.1.5 TUGAS
Observasi anak ketika sedang belajar dengan memperhatikan :
1. Perhatian anak terhadap isi materi pelajaran , apakah anak memperhatiakn kata-
katanya? Atau warna dari gambarnya ? Atau maksud dari pelajarannya?
2. Memberikan arahan anak mengenai tujuan ia belajar, apa yang harus ia cita-
citakan dan ia gapai!
3. Memebrikan dukungan secara aktif selama anak belajar, baik dalam memahami
pelajaran maupun mengerjakan tugas
5
2.2 FASE-FASE BELAJAR
2.2.1 Tujuan
Mampu mengetahui dan memahami menegenai fase-fase di dalam belajar serta
menerapkannaya kepada para siswa.
Ada beberapa fase atau kejadian dalam belajar sebagaimana dijelaskan berikut (Nurjan, 2016):
Fase Motivasi
Siswa harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan, bahwa belajar akan memperoleh
hadiah. Misalnya, siswa-siswa dapat mengharapkan bahwa ilmu akan meberika kecerdasan
kepada mereka, dan akan berguna bagi mereka, atau dapat menolong mereka untuk
mendapatkan nilai ujian yang lebih baik.
Fase Pengenalan (apprehending phase)
Siswa harus fokus pada bagian-bagian yang inti dan memahami maksud dari suatu materi
pelajaran ketika sedang belajar. Misalnya, siswa hal-hal yang sesuai tentang apa yang
dikatakan guru, atau tentang pemahaman yang penring dalam buku teks. Orangtua dapat
memfokuskan perhatian terhadap informasi yang penting, misalnya dengan berkata:
"Dengarkan kedua kata yang ibu katakan “bertelur dan beranak”, apakah ada perbedaannya."
Bahan bahan tertulis dapat juga dilakukan dengan cara menggarisbawahi kata, atau kalimat
tertentu, atau dengan memberikan garis besarnya untuk setiap bab dengan menggunakan
stabilo.
Fase Perolehan (acquiation phase)
Bila siswa mampu fokus dan memperhatikan materi pelajaran yang sesuai, maka ia telah siap
untuk menerima pelajaran. karena informasi tidak langsung disimpan dalam memori. Informasi
itu diubah menjadi informasi yang dapat di pahami yang dihubungkan dengan informasi yang
telah ada dalam ingatan siswa. Siswa dapat membentuk gambaran gambaran dari informasi itu,
atau mengaitkan antara informasi baru dan informasi lama. dengan membiarkan para siswa
melihat benda-benda, atau dengan menunjukkan hubungan-hubungan antara informasi baru
dan pengetahuan sebelumnya. Seperti informasi sebelumnya tentang mobil yang dapat
berjalan, dengan informasi baru bahwa mobil berjalan dengan 4 roda yang di gerakan oleh
6
mesin
Fase Retensi
Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka-pendek ke memori
jangka-panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali/ menghapal terus menerus
(rehesrsat), praktek lapangan (practice, atau lain-lainnya.
Fase Pemanggilan (recall)
Mungkin saja siswa dapat melupakan inforamasi yang ada di dalam ingatan jangka panjang.
Jadi bagian penting dalam belajar ialah belajar memperoleh kembali inforamsi yang telah kita
pelajari, untuk memanggil (recall) informasi yang telah dipelajari sebelumnya. Hubungan
dengan informasi ditolong oleh organisasi: materi yang diatur dengan baik dengan
pengelompokan menjadi kategori-kategori atau konsep-konsep lebih mudah dipanggil
daripada materi yang disajikan tidak teratur. Pemanggilan juga dapat ditolong dengan
memperhatikan kaitan-kaitan antara konsep-konsep, khususnya antara informasi baru dan
pengetahuan sebelumnya.
Fase Generalisasi
Biasanya informasi itu kurang dipahami jika tidak dapat diterapkan di luar konteks di mana
informasi itu dipelajari. Jadi, generalisasi atau mengaitan pengetahuan pada situasi-situasi baru
merupakan fase kritis dalam belajar. Mengaitkan informasi di lakukan dengan meminta para
siswa untuk menggunakan informasi dalam keadaan baru, misalnya meminta para siswa
menggunakan keterampilan-keterampilan berhitung baru untuk memecahkan masalah-
masalah nyata seperti mengukur luas rumah. Setelah mempelajari pemuaian zat, mereka dapat
menjelaskan mengapa botol yang berisi penuh dengan air dan tertutup, menjadi retak di dalam
lemari es.
Fase Penampilan
Para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui penampilan yang
tampak (overt behavior).Misalnya setelah mempelajari bagaimana menggunakan mikroskop
dalam pelajaran biologi, para siswa dapat mengamati bagaimana bentuk sel dan
menggambarkan sel itu; setelah mempelajari struktur kalimat dalam bahasa, mereka dapat
menyusun kalimat yang benar.
Fase Umpan Balik
Para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka, yang menunjukkan
apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan. Umpan balik ini dapat
memberikan reinforcemen pada mereka untuk penampilan yang berhasil. Dari sejumlah fase-
7
fase belajar tersebut akan lebih bermakna jika memperhatikan pula perbedaan dan kesamaan
kemajuan siswa/siswi yang disebabkan konstruksi sosial sehingga guru akan mengambil
langkah-langkah bijak dalam mengantisipasi hambatan belajar siswa/siswi.
.
2.2.3 RANGKUMAN
Dalam proses belajar terdapat bebebrapa fase yang harus di lalui oleh setiap siswa,
diantaranat ialah, fase motivasi, fase pengenalan, fase Perolehan,, Fase Retensi, Fase
Pemanggilan, Fase Generalisasi, Fase Penampilan, Fase umpan balik
2.2.4 TUGAS
Observasi anak ketika sedang belajar dengan memperhatikan :
1. Perhatian ketika sedang membaca pelajaran, apakah ita menangkap materi
yang di baca?
2. Minta lah kepada anak untuk menceritakan kembali apa yang dibaca, dan
tanyakan apakah anak memahamnya?
3. Bimbing anak untuk mepelanari materi lebih dari sekali supaya nak mengingat
pelajaran yang ia dapatkan
4. Beri apresiasi kepada anak setiap kali anak belajar seperti berkata “ibu bangga
deh sama kamu, kamu pasti bisa, kalo ada yang sulit nanti tanya kakak atau ibu,
atau kamu baca bukunya ya….”
5. Dilarang untuk membentak anak ketika anak salah dalam memahami pelajaran,
arahkan dengan penuh kasih sayang, dan lihat letak kesalahannya, karena bisa
jadi anak kurang memahami isi dari pelajarnanya
8
2.3 MOTIVASI BELAJAR
2.3.1 TUJUAN
Mampu mengetahui dan memahami mengenai motivasi belajar yang perlu di
tingkatkan, dan memahami dasar dari motivasi belajar
Motivasi ecara etimologis berasal dari kata motiv yang memiliki arti dorongan,
kehendak, alasan atau kemauan. Maka, Motivasi adalah dorongan-dorongan yang
membangkitkan dan mengarahkan perilaku seseorang. Motivasi bukanlah tingkah laku,
melainkan kondisi dalam diri seseorang yang komplek, dan tidak dapat diamati secara
langsung, akan tetapi mempengaruhi tingkah laku. (Nurjan, 2016)
Motivasi adalah suatu proses yang menggerakkan motif menjadi sebuah perilaku atau
tindakan yang bertujuan untuk memuaskan atau mencapai tujuan tertentu. Sedangkan motif
adalah setiap kondisi atau keadaan pada diri seseorang yang siap untuk memulai, melakukan,
dan melanjutkan sebuah perilaku (Nurjan, 2016)
Dalam proses belajar individu memerlukan suatu dorongan dalam melakukan proses
pembelajaran, bila dikaitkan dengan proses belajar, motivasi belajar dapat diartikan sebuah
dorongan yang mengarahkan individu di dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk
mencapai keberhasilan dalam belajar, (Emda, 2018) sehingga dorongan-dorongan tersebut
dapat memberika suatu perubahan dalam perilaku individu baik secara kognitif, afektif maupun
psikomotorik yang cenderung menetap.
Para ahli psikologi berusa mengkelompokan atau menggolong-golongkan motif yang
ada dalam diri manusia kedalam beberapa golongan menurut pendapatnya masing-masing.
Oleh karena itu hingga saat ini terdapat berbagai cara dalam mengklasifikasikan motif manusia.
Ada yang mengklasifikasikan motif berdasar pada reaksi seseorang terhadap stimulus yang
datang ada yang mendasarkan pada asalusul tingkah laku, ada pula yang berdasarkan pada
tingkat kesadaran orang bertingkahlaku, disamping dasar-dasar lainnya. (Nurjan, 2016):
1. Klasifikasi/jenis-jenis motivasi itu antara lain:
Motivasi belajar merupakan hal yang penting bagi proses pembelajaran, dimana
kualitas pembelajaran dapat di tentukan dari motivasi siswa dalam belajar, karena siswa yang
memiliki motivasi belajar yang tinggi terdorong untuk belajar dengan giat dan berusaha
mencapai tujuan belajar (Emda, 2018).
Menurut Kompri (dalam Emda, 2018) motivasi belajar merupakan sisi kejiwaan yang
mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan
psikologis siswa. Beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi dalam belajar yaitu:
1. Cita-cita dan harapan siswa dimasa depan. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar
siswa baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik.
2. Kemampuan Siswa, Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuaan
dan kecakapan dalam pencapaiannya.
3. Kondisi Siswa, Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani. Seorang
siswa yang sedang sakit akan menggangu perhatian dalam belajar.
4. Kondisi Lingkungan Siswa. Lingkungan siswa dapat berupa lingkungan alam,
lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan bermasyarakat
11
2.3.4 UPAYA MEMBANGKITKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
12
.
2.3.5 RANGKUMAN
Dalam proses belajar terdapat bebebrapa jenis motivasi yang dapat medorong siswa
di dalam proses belajar, motivasi itu dia natara lain, motivasi instrisnsik dan ekstrinsik,
motivasi tunggal dan bergabung, motivasi mendekat dna menjauh, motivasi, dan motivasi
sadar serta tidak sadar
2.3.6 TUGAS
Observasi anak ketika sedang belajar dengan memperhatikan :
1. Perhatian apa yang menjadi dorongan anak untuk belajar? Apakah
keinginannya sendri , atau karna disuruh?
2. Perhatikan keinginan anak, adakah cita cita yang ingin ia capai? Jika ada
cobalah untuk mengaitkan kesungguhan belajar dengan cita-citanya, cita-cita
tanpa kesungguhan sulit untuk di capai
3. Jika anak malas dalam belajar, cobalah memberbaiki tempat belajar anak,
berikan tempat yang lebih sejuk dan ternag, berikan hadiah kecil berupa pujian
kepada anak jiga mengalami kelmajuan meskipun sedikit demi sedikit, namun
hindari berbohong kepada anak
4. Lihatlah hasil belajar anak , dan beri masukan jika ada kesalahan tanpa
merendahkan, tetapi beri tahu kesalahannya dana pa yang harus di perbaiki
13
2.4 MODALITAS BELAJAR
2.4.1 Tujuan
Mampu mengetahui dan memahami menegenai modalitas yang dimiliki oleh setiap
siswa dan memahami ciri-ciri modalitas belajar anak.
Modalitas belajar adalah cara seseorang dalam menyerap informasi melalui alat indra
yang dimilikinya. Cara tercepat bagi otak untuk menyerap informasi, berinteraksi, dan
berkomunikasi. Modalitas belajar ini digunakan untuk memanfaatkan gaya belajar siswa,
karena pemanfaatan gaya belajar siswa yang tepat berpengaruh kuat terhadap keberhasilan
proses belajar siswa. Pada umumnya setiap orang memiliki akses ketiga modalitas (visual-
auditorial-kinestetik) tetapi hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas belajar
yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, pemrosesan, dan komunikasi. Orang tidak
hanya cenderung pada satu modalitas tertentu yang memberi mereka bakat dan kekurangan
alami tertentu (Fitria, 2018)
Modalitas belajar terdiri dari tiga macam, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Tiap-
tiap modalitas belajar memiliki ciri-ciri khusus sehingga dapat dipakai sebagai pertimbangan
dalam menentukan strategi dalam mengajar (Fitria, 2018).
Kemampuan daya tangkap setiap orang terhadap ilmu dalam materi pelajaran sangat
dipengaruhi oleh modalitas belajar setiap siswa. Dengan mengetahui modalitas belajar maka
juga harus mengenali karakteristik peserta didik tersebut. Modalitas belajar setiap peserta didik
tersebut adalah visual, auditori, dan kinestetik. Langkah awal dalam melakukan pembelajaran
adalah dengan cara mengenal modalitas belajar setiap peserta didik. Ada tiga modalitas belajar
seseorang, yaitu “modalitas visual, auditori atau kinestetik (Fitria, 2018).
Seseorang agar bisa mengetahui kecenderungan pada modalitas atau modalitas belajar
yang mana, ada satu cara sederhana, adalah dengan cara mendengarkan petunjuk-petunjuk
dalam pembicaraan anda, seperti pada ungkapan dibawah:
”Tampaknya ini sesuai dengan saya”
“ Kedengerannya itu cocok untukku”
“ Hal itu mengingatkan pada suatu”
14
2.4.3 Memahami Tiga Modalitas Belajar Peserta didik
15
2. Modalitas Belajar Auditorial
Lirikan kekiri/kekanan mendatar, bila berbicara sedang-sedang saja. Siswa yang
bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya),
untuk itu maka orangtua sebaiknya harus memperlihatkan anaknya hingga ke alat
pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan
menggunakan diskusi dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat
mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan
berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang
minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperti biasanya dapat menghafal
lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset (Fitria, 2018).
Ciri-ciri modalitas belajar auditorial
a. Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri
b. Penampilan rapi
c. Mudah terganggu olehkeributan
d. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang
dilihat
e. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
f. Menggerakkan bibir mereka dan mengungkapkan tulisan di buku ketika membaca
g. Biasanya ia pembicara yang fasih
h. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
i. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
j. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visual
k. Berbicara dalam irama yang terpola
l. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara.4
16
3. Modalitas Belajar Kinestetik
Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya
belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit
untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi
sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan(Fitria,
2018).
Ciri-ciri modalitas belajar kinestetik
a. Berbicara perlahan
b. Penampilan rapi
c. Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
d. Belajar melalui memanipulasi dan praktek
e. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
f. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
g. Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita.
h. Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat
membaca.
i. Menyukai permainan yang menyibukkan.
j. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di
tempat itu.
k. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka menggunakan kata-kata
yang mengandung aksi.
Seringkali orang merasa minder akan kecerdasan yang mereka miliki. Setiap orang itu
cerdas hanya cara belajar mereka yang berbeda-beda. Dan terkadang orang sering salah cara
memilih belajar mereka. Misalnya saja seseorang yang cerdas dalam bidang visual
makahendaknya ia memilih cara belajar dengan melihat gambar-gambar karena itu akan
membantunya dalam hal belajar(Fitria, 2018).
Karena jika ia kemampuannya dengan cara visual kemudian menggunakan cara
auditory maka anak akan kesulitan untuk memahaminya. Seperti halnya ketika kita membaca
sebuah buku dari awal hingga akhir namun kita tak memahami bacaan tersebut sama sekali.
Maka yang ada semua sia-sia buang waktu dan takada gunanya. Oleh karena itu pahamilah
sejak sekarang tentang anak anda. Jika anda sudah menemukannya nya maka anak anda akan
menjadi orang yang cerdas tanpa harus malu jika bertemu dengan anak orang lain yang
menurut orang-orang sekitar kita hebat, cerdas dan lain sebagainya.
17
2.4.4 RANGKUMAN
Dalam diri setiap siswa terdapat modiltas yang telah diberikan oleh Tuhan, yakni
kemampuan bawaan dalam menyerap informasi melalui alat indra, modalitas belajar terdiri
dari tiga macam yaitu: visual, auditorial, dan kinsetetik.
Semua orang memiliki ke tiga modalitas tersebut, namun tiap orang memiliki
kecenderungan terhadap salah satu modalitas yang menjadi andalan setiap individu, maka
temukan lah modalitas tersebut dan mulai membimbing anak untuk belajar dengan modalitas
yang dimilikinya.
2.4.5 TUGAS
Observasi anak ketika sedang belajar dengan memperhatikan :
1. Perhatian ketika sedang membaca, anak membaca dengan bersuara ?
2. Perhatikan apakah anak mudah terpengaruh oleh keributan?
3. Perhatikan apakah anak suka bercarita atau menulis ?
4. Perhatikan cara berbicara anak, cepat ataukah lambat?
5. Lebih menyukai musik atau seni?
18
BAB III
EVALUASI
Form Pre Test dan Post Test
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas, sesuai dengan pemahaman anda..!
4. Didalam belajar, fase apa yang membuat anak bisa mengingat pelajaran?
6. Ketika anak belajar karena takut kepada orang tua , termasuk jenis motif apa ?
9. Seorang anak perlu melihat secara langsung cara mengerjakan suatu tugas , modalitas
19
3.2 KUNCI JAWABAN
20
BAB IV
PENUTUP
21
DAFTAR PUSTAKA
22