Anda di halaman 1dari 11

BP : 1610311019

KELOMPOK : 8B

TUTORIAL MINGGU 3 HARI 1

STEP 1 : TERMINOLOGI

1. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berorientasi kepada komunitas dengan titik berat kepada keluarga, tidak hanya
memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit
keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu secara aktif
mengunjungi penderita ataupun keluarganya (Ikatan Dokter Indonesia, 1982)

2. Kejang menurut American Epilepsy Society adalah manifestasi (wujud) klinis dari
suatu sinkronisasi (hubungan) berlebih dan abnormal sekumpulan neuron kortikal.

3. Alloanamnesis yaitu kegiatan wawancara secara tidak langsung atau dilakukan


wawancara/tanya jawab pada keluarga pasien atau yang mengetahui tentang pasien.
Allo-anamnesis dilakukan karena pasien belum dewasa (anak-anak yang belum dapat
mengemukakan pendapat terhadap apa yang dirasakan), pasien dalam keadaan tidak
sadar karena sesuatu pasien tidak dapat berkomunikasi dan pasien dalam keadaan
gangguan jiwa

4. Tidak sadar (koma) adalah gangguan kesadaran yang berat, pasien tampak tidur
dalam tanpa dapat dibangunkan dan tidak ada reaksi terhadap berbagai rangsangan.

5. Sadar menurut Zeman (2001) menjelaskan arti pokok kesadaran, yaitu kesadaran
sebagai kondisi bangun/terjaga. Kesadaran secara umum disamakan dengan kondisi
bangun serta implikasi keadaan bangun. Implikasi keadaan bangun akan meliputi
kemampuan mempersepsi, berinteraksi, serta berkomunikasi dengan lingkungan
maupun dengan orang lain secara terpadu

6. Obat menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009, obat adalah bahan
atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi, untuk manusia

7. Riwayat penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang perjalanan


waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan
dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau
kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik (CDC,
2010)

8. Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu dihipotalamus (Sodikin, 2012)

9. Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam IDAI)

10. Susah diatur (hiperaktif) menurut Tin Suharmini (2005: 7) mengungkapkan bahwa
istilah hiperaktivitas berasal dari dua kata, yaitu hyper berarti banyak, di atas, tinggi
dan activity berarti keadaan yang selalu bergerak, mengadakan eksplorasi serta respon
terhadap rangsangan dari luar
11. Anak belum mandiri, kemandirian (independence) adalah suatu kondisi dimana
seseorang tidak bergantung kepada orang lain dalam menentukan keputusan dan
adanya sikap percaya diri (Chaplin 2011)

12. Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2010) adalah suatu perubahan pada fungsi
jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan hambatan dalam melaksanakan peran sosial.

Gangguan jiwa atau gangguan mental ialah sindrom atau pola perilaku, atau
psikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan secara khas berkaitan
dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment / disability) di
dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Sebagai tambahan bahwa
disfungsi itu adalah disfungsi dari segi perilaku, psikologik, biologik, dan gangguan
itu tidak semata-mata terletak dalam hubungan antara orang itu dengan masyarakat
(PPDGJ-III, 2003)

13. Obat Haloperidol merupakan suatu antipsikotik tipikal bekerja dengan memblokir
reseptor dopamin postsinaptik dan terdapat dalam sediaan oral, injeksi intravena, dan
intramuskular. Antipsikotik generasi pertama mencakup kelompok phenotiazines,
butyrophenones, thioxanthenes, dibenzoxazepines, dihydrondoles, dan
diphenylbutylpiperidines. Haloperidol adalah termasuk golongan butyrophenones
bersama dengan droperidol dan spiperone

14. Rumah sakit jiwa menurut surat keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia
No. 031/Birhub/1972 tentang renefal adalah : ”Suatu komplek atau rumah atau
ruangan yang dipergunakan untuk menampung dan merawat orang sakit; kamar-
kamar orang sakit yang berada dalam suatu perumahan khusus dimana Rumah Sakit
Jiwa termasuk kedalam Rumah Sakit Khusus (kelas E), karena melayani pasien yang
menderita penyakit yang lebih dikhususkan, seperti penyakit jiwa

15. Sakit merupakan gangguan dalam fungsi normal individu sebagai tatalitas,
termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya
(Pemons 1972)

16. Gelisah merupakan kondisi kecemasan yg berlebihan, ketakutan, menarik diri sbg
bentuk patologi psikologis dan dapat mempengaruhi secara psikologis & fisik,
mengurangi kemampuan belajar, menyimak, duduk dg tenang (Bellini 2004)
17. Tidak mau tidur (insomnia) didefinisikan sebagai suatu persepsi dimana seseorang
merasa tidak cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun orang
tersebut sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang cukup, sehingga mengakibatkan
perasaan yang tidak bugar sewaktu atau setelah terbangun dari tidur. Sebenarnya
insomnia bukan merupakan suatu penyakit. Terkadang insomnia hanya merupakan
manifestasi dari suatu kondisi fisik seperti kelelahan yang menumpuk karena
kurangnya tidur dalam jangka lama atau gejala dari ketidakseimbangan emosional
yang sedang dialami seseorang.(Buysse Daniel J., M.D et al. Insomnia: the Journal of
Lifelong Learning in Psychiatry)

18. Halusinasi adalah persepsi seseorang terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
nyata dimana seseorang menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa adanya
ransangan dari luar (Direja 2011)

19. Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta
dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misalnya”saya adalah nabi yang
menciptakan biji mata manusia”) atau bisa pula “tidak aneh” (hanya sangat tidak
mungkin, contoh masyarakat di surga selalu menyertai saya kemanapun saya pergi”)
dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk
mengoreksinya (Purba dkk, 2008)

20. Putus obat adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sindrom dari efek
yang disebabkan oleh penghentian pemberian obat. Hal ini merupakan hasil dari
perubahan keseimbangan (neuro) fisiologis yang disebabkan oleh kehadiran obat

21. Mengamuk (tantrum) adalah suatu ledakan emosi kuat sekali, disertai rasa marah,
serangan agresif, menangis, menjeritjerit, menghentak-hentakkan kedua kaki dan
tangan ke lantai atau tanah (Chaplin, 1981)

STEP 2 : RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa terjadi kejang berulang pada Nasti 13 tahun?

2. Mengapa Nasti bisa sadar dan tidak sadar di antara serangan kejangnya?
3. Bagaimana hubungan antara tidak teratur minum obat dengan kondisi Nasti
sekarang?

4. Apa kemungkinan obat yang dikonsumsi oleh Nasti?

5. Mengapa kejang demam pada Nasti hanya terjadi pada usia 2 tahun sedangkan pada
usia 4 tahun tidak ada lagi?

6. Bagaimana hubungan antara sikap Nasti yang dikeluhkan ibunya dengan kejang
berulang yang sering terjadi pada Nasti?

7. Apakah terdapat hubungan antara sikap Nasti sekarang dengan kondisi Doni?

8. Mengapa Doni diberikan obat Haloperidol dari RSJ?

9. Mengapa Doni selalu memaksakan kehendak dan menyalahkan orang lain sebelum
ia sakit?

10. Mengapa dapat muncul gejala jika Doni putus pengobatan?

STEP 3 : BRAINSTORMING

1) Kerusakan atau perubahan di dalam otak diketahui sebagai penyebab pada sebagian
kecil kasus epilepsi. Namun pada sebagian besar kasus yang pernah terjadi, penyebab
masih belum diketahui secara pasti. Di dalam otak manusia terdapat neuron atau sel-
sel saraf yang merupakan bagian dari sistem saraf. Tiap sel saraf saling
berkomunikasi dengan menggunakan impuls listrik. Pada kasus epilepsi, kejang
terjadi ketika impuls listrik tersebut dihasilkan secara berlebihan sehingga
menyebabkan perilaku atau gerakan tubuh yang tidak terkendali

Epilepsi idiopatik (disebut juga sebagai epilepsi primer) merupakan jenis epilepsi
yang penyebabnya tidak diketahui. Sejumlah ahli menduga bahwa kondisi ini
disebabkan oleh faktor genetik (keturunan). Sedangkan epilepsi simptomatik (disebut
juga epilepsi sekunder) merupakan jenis epilepsi yang penyebabnya bisa diketahui.
Sejumlah faktor, seperti luka berat di kepala, tumor otak, dan stroke diduga bisa
menyebabkan epilepsi sekunder.
Ketua Yayasan Epilepsi Indonesia yang juga spesialis saraf pada RSU Bunda Jakarta,
dr Irawati Hawari Sp S, mengatakan, tidak semua kejang itu epilepsi. Kejang bisa
juga terjadi karena penyebab lain, seperti gula darah yang sangat rendah atau karena
rendahnya kalsium. Namun demikian, menurutnya, anak dengan riwayat kejang
demam berisiko untuk menjadi epilepsi lebih besar daripada anak yang tidak pernah
kejang demam. Tetapi perlu dicatat, pada epilepsi kondisi kejang tidak mengalami
demam dan catatan laboratorium normal.

Epilepsi, kata dia, merupakan salah satu penyakit neurologi menahun yang dapat
mengenai siapa saja tanpa batasan usia, jenis kelamin, maupun sosial-ekonomi.
Angka kejadian epilepsi tergolong tinggi, terutama di negara berkembang. Di
Indonesia, dari 237,6 juta penduduknya, diperkirakan jumlah penyandang epilepsi
sekitar 1,1 juta jiwa - 8,8 juta jiwa. Sedangkan, insiden sekitar 50-70 kasus per 100
ribu penduduk.

Epilepsi adalah kejang berulang 2 kali atau lebih tanpa penyebab. Sebelum kejang
anak masih  beraktifitas seperti biasa, setelah kejang anak juga kembali beraktifitas
seperti biasa. 

Pada serangan epilepsi, terjadi aktivtas listrik abnormal di otak. Manifestasi serangan
yang ditimbulkan bisa berupa kejang-kejang atau bentuk lain, seperti perubahan
tingkah laku, perubahan kesadaran, dan perubahan lain yang hilang timbul (baik
terasa atau terlihat). "Gejala serangan atau bangkitan epilepsi berbeda-beda,
tergantung pada fungsi otak mana yang terganggu," paparnya.

Gangguan listrik di otak tersebut disebabkan, antara lain, oleh kerusakan jaringan,
misalnya, tumor otak, cedera kepala lantaran kecelakaan atau benturan, atau karena
infeksi otak (meningitis, encephalitis). Selain itu, juga bisa karena gangguan
pembuluh darah otak (stroke), kelainan genetik, atau karena pemakaian obat
terlarang.  Penyebabnya juga bisa terjadi karena faktor pada saat dalam kandungan
dan pada proses kelahiran. Namun, menurut Irawati, sekitar 30 persen tidak diketahui
penyebabnya

2) Status epileptikus didefinisikan sebagai kejang berkelanjutan yang berlangsung


lebih dari 30 menit secara terus menerus, atau terjadinya kejang dua kali atau lebih
tanpa pemulihan kesadaran sepenuhnya. Kejang yang berlangsung lebih dari 5 menit
juga perlu dianggap sebagai status epileptikus.

Pada orang dengan riwayat epilepsi, kondisi ini seringkali disebabkan oleh perubahan
obat antiepilepsi, berikut dosis atau pun jenis obat yang digunakan. Selain itu, kondisi
lain yang dapat menyebabkan kondisi gawat ini, antara lain stroke, hipoksia, cedera
kepala berat, tumor otak, kanker, kelainan elektrolit, infeksi otak, racun atau  obat-
obatan seperti kokain, teofilin, dan gejala putus alkohol.

Gejala pada status epileptikus sulit dikategorikan karena terdapat berbagai tipe
kejang. Gejala yang muncul pada setiap penderita epilepsi juga berbeda-beda. Namun,
melalui pemantauan gelombang listrik otak dengan EEG, maka secara umum gejala
yang dapat muncul pada status epileptikus dibagi menjadi dua, yaitu tipe konvulsif
dan non-konvulsif.

Adapun gejala yang ditimbulkan oleh status epileptikus tipe non-konvulsif atau
sensorik di antaranya mengalami parestesia atau kelainan sensasi pada satu sisi tubuh,
adanya perubahan daya penglihatan, mengalami penglihatan kabur atau adanya
halusinasi warna, adanya halusinasi pada indera pengecap dan penciuman, adanya
sensasi tidak nyaman yang tidak dapat dijelaskan pada bagian perut.

Status epileptikus tipe konvulsif atau motorik dapat menimbulkan gejalaseperti terjadi
penurunan kesadaran, otot kaku di seluruh atau sebagian tubuh, kejang otot di
sebagian atau seluruh tubuh, rahang kaku, pipi atau lidah tergigit, henti napas
mendadak, dan kulit berwarna kebiruan. Sebelum kejang muncul, penderita epilepsi
dapat mengalami gejala sensorik seperti pada status epileptikus tipe non-konvulsif.
Kondisi ini disebut aura.
3) saat pasien teratur minum obat, maka fokus kejang pada otak sudah diinhibisi
sehingga tidak bisa menyebarkan aktivitas listrik yang berlebihan ke bagian otak lain
sehingga kejang tidak terjadi. Namun, saat obat tidak teratur dikonsumsi atau sampai
putus obat, akibatnya fokus kejang yang sebelumnya sudah diinhibisi dapat tereksitasi
dengan aktivitas listrik yang lebih tinggi dari sebelumnya. Semakin tinggi aktivitas
listrik akan menyebabkan kejang terjadi pada waktu yang lama dan akan terjadi
kerusakan pada neuron otak. Akibat kerusakan pada neuron otak, akan terjadi
penurunan kesadaran antara bangkitan kejang yang dinamakan status epileptikus

4) Obat generasi pertama

1.Golongan barbital Contoh : 1)Fenobarbital 2)Mefobarbital 3)Piramidon Obat


ini bekerja dengan cara: 1)Memperkuat efek GABA ( Gamma-aminobutiric acid )
sehingga mencegah terjadinya konvulsi/kejang 2)Mencegah timbulnya pelepasan
muatan listrik yg abnormal dalam SSP 3)Untuk grand mal

2.Golongan hidantoin Contoh : Fenitoin Obat utama untuk semua jenis epilepsi
Obat ini bekerja dengan cara: 1)Menghambat neurotransmiter penyebab epilepsi
( aspartam dan glutamat ) 2)Memblokir saluran( channels) Na, K dan Ca yg berperan
penting pada timbul & banyaknya muatan listrik 3)Menghindari menjalarnya
hiperaktivitas muatan listrik pada neuron otak

3.Golongan suksinimid Contoh : Etosuksimid,meuksimid Obat ini bekerja


dengan cara: 1)Memblokir saluran( channels) Na, K dan Ca yg berperan penting pada
timbul & banyaknya muatan listrik

4.Golongan benzodiazepin contoh: diazepam

5.Golongan lain : asam Valproat Untuk epilepsi umum, kurang efektif untuk
psikomotor Obat ini bekerja dengan cara: 1) Memperkuat efek GABA ( Gamma-
aminobutiric acid ) sehingga mencegah terjadinya konvulsi/kejang 2) Meningkatnya
kadar asam gama amino butirat ( GABA ) dalam otak 
Obat generasi kedua 1.Gabapentin, Vigabatrin, Lamotrigin, Pregabalin,
Topiramat,Felbamat Obat ini bekerja dengan cara: Memblokir saluran( channels)
Na, K dan Ca yg berperan penting pada timbul & banyaknya muatan listrik

5) Penyebab kejang demam adalah demam yang terjadi secara mendadak. Demam
dapat disebabkan infeksi bakteri atau virus, misalnya infeksi saluran napas atas. Tidak
diketahui secara pasti mengapa demam dapat menyebabkan kejang pada satu anak
dan tidak pada anak lainnya, namun diduga ada faktor genetik yang berperan. Setiap
anak juga memiliki suhu ambang kejang yang berbeda: ada yang kejang pada suhu 38
derajat Celsius, ada pula yang baru mengalami kejang pada suhu 40 derajat Celsius.

Pada keadaan demam terjadi peningkatan reaksi kimia tubuh. Dengan demikian,
reaksi oksidasi lebih cepat terjadi dan oksigen lebih cepat habis sehingga terjadi
hipoksia. Akibatnya, transpor aktif yang memerlukan ATP terganggu sehingga Na
intrasel dan K ekstrasel akan meningkat. Akibat Na yang masuk berlebihan sehingga
terjadi depolarisasi dan melepaskan muatan listrik dalam jumlah banyak. Hal inilah
yang menyebabkan terjadi kejang

6) Kejang dapat menyebabkan gangguan pada otak mulai dari gangguan nutrisi ke
otak, gangguan suplai oksigen ke otak, dan sebagainya bila terjadi berulang dan dalam
waktu lama. Bila terdapat gangguan yang cukup berarti pada otak maka dapat timbul
gangguan mulai dari gangguan tumbuh dan kembang anak, gangguan perilaku,
gangguan belajar, cacat fisik, cacat mental, hingga kematian

Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu kejang
melepaskan glutamat yang mengikat resptor M Metyl D Asparate (MMDA) yang
mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuron secara
irreversible
7)

8) Haloperidol merupakan derivat butirofenon yang bekerja sebagai antipsikosis kuat


dan efektif untuk fase mania, penyakit maniak depresif, skizofrenia, sindroma
paranoid dan Korea.
Disamping itu haloperidol juga mempunyai daya antiemetik yaitu dapat menghambat
sistem dopamin dan hipotalamus.
Pada pemberian oral haloperidol diserap kurang lebih 60-70%, kadar puncak
dalam plasma dikapsulai dalam waktu 2-6 jam dan menetap sampai 72 jam.
Haloperidol ditimbun dalam hati dan ekskresi berlangsung lambat, sebagian besar
bersama urin dan sebagian kecil melalui empedu.

INDIKASI

 Psikosis akut dan kronis.

 Halusinasi pada skizofrenia.

 Kelainan sikap dan tingkah laku pada anak.

Penggunaan pada anak-anak hanya bila obat-obat psikoterapi non neuroleptik lainnya


tidak memberi efek.

 Seseorang yang mengalami psikosis akan memiliki gejala utama berupa delusi dan
halusinasi.

 Delusi. Delusi atau waham adalah kondisi di mana seseorang memiliki


keyakinan yang kuat dan tidak dapat dipatahkan terhadap sesuatu yang tidak
nyata, misalnya mempercayai bahwa dirinya menderita penyakit yang
mematikan, meskipun pada kenyataannya kondisi orang tersebut sehat.

 Halusinasi. Halusinasi adalah kondisi di mana seseorang mendengar, melihat,


merasakan, atau mencium sesuatu yang tidak ada dan tidak dialami orang lain,
misalnya mendengar suara orang berbincang ketika dirinya tengah sendirian di
suatu tempat.
Gangguan jiwa diketahui berkaitan erat dengan ketidakseimbangan kimiawi otak atau
neurotransmitter, seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin. Dalam kondisi sehat,
sel-sel saraf yang ada di otak akan mengirim impuls lewat berbagai senyawa kimia ini
untuk untuk mengatur suasana hati dan emosi.

Ketika Anda mengalami gangguan jiwa, jumlah neurotransmitter tertentu dalam otak
jadi tidak seimbang sehingga menghalangi saraf untuk mengirim impuls. Akibatnya,
timbullah gejala-gejala perubahan mood yang kemudian memengaruhi karakter dan
perilaku. Misalnya saja, depresi diketahui terjadi karena tingkat serotonin yang
rendah. Ketidakseimbangan senyawa kimia otak ini sendiri dapat dipicu oleh berbagai
faktor, mulai dari genetik, lingkungan, cedera kepala, penyalahgunaan alkohol dan
obat-obatan, dan kecacatan saat lahir.

Obat gangguan jiwa dapat mengurangi gejala yang dialami pasien. Obat yang
diresepkan oleh dokter bekerja langsung memperbaiki atau menyeimbangkan kadar
senyawa kimia dalam otak untuk memperbaiki suasana hati dan mengurangi efek
samping fisik yang dapat menyertai gejalanya, seperti badan lemas, insomnia, mual,
dan lain sebagainya dengan harapan agar Anda bisa berpikir lebih jernih dan
menemukan motivasi untuk bangkit kembali dari keterpurukan.

Dengan mematuhi dosis dan aturan pakai obat, gangguan jiwa tertentu seperti
kecanduan, kleptomania, depresi, atau serangan panik bisa diatasi dan dipulihkan
sepenuhnya. Memang ada beberapa jenis gangguan jiwa yang tidak bisa sembuh total,
misalnya skizofrenia. Akan tetapi, Anda masih bisa mengendalikan gejala dan
mengurangi keparahannya.

9)

10)

Anda mungkin juga menyukai