oleh
Faculty of Engineering
JAKARTA
2021
1
ANALISA EFISIENSI DAN IDENTIFIKASI BOTTLENECK DARI LINE
PRODUKSI OTAK-OTAK DI PT RAJA TOP FOOD
oleh
Faculty of Engineering
JAKARTA
2021
2
Persyaratan Laporan Enrichment Program
INTERNSHIP
adalah benar hasil karya saya dan belum pernah diajukan sebagai karya
ilmiah, sebagian atau seluruhnya, atas nama saya atau pihak lain.
Februari 2021
3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat mengikuti enrichment program
dengan track internship secara tuntas serta dapat menyelesaikan laporan internship
yang berjudul “Analisa Efisiensi dan Identifikasi Bottleneck Dari Line Produksi
Otak-Otak di PT Raja Top Food” dengan baik dan tepat waktu. Laporan
internship ini disusun menurut observasi dan penelitian penulis selama program
internship pada PT Raja Top Food selama 6 bulan dari agustus 2020 hingga febuari
2021.
1. Ibu Diana Lo S.TP, M.Sc, PhD, selaku kepala program studi Food
Technology Binus University.
2. Bapak Ir. Priyo Waspodo, M.Sc, selaku dosen pembimbing yang
membimbing penulis dengan sang at baik dan kooperatif dalam
membantu penulis melakukan penyusunan laporan internship ini.
3. Ibu Nina Tarigan, S.Tp, selaku site supervisor yang membimbing,
membantu, dan memberikan arahan dengan sangat baik selama penulis
berada di lapangan.
4. Bapak Udin, sebagai Line Head daging beserta tim untuk membantu
penulis dalam pelaksanaan tugas setiap harinya
5. Bapak Parman, sebagai Line Head ikan beserta tim untuk membantu
penulis dalam pengumpulan data untuk laporan internship
6. Para karyawan PT. Raja Top Food yang telah memberikan dukungan dan
motivasi selama penulis berada di lapangan.
Penulis menyadari bahwa laporan internship ini mashih jauh aei sempurna
karena adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu,
semua kritik dan saran yang bersifat membangun akan diterima oleh penulis dengan
senang hati dan lapang dada. Penulis berharap, bahwa laporan internship ini dapat
bermanfaat bagi pihak yang membaca.
Tangerang, 5 Januari 2021
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................4
DAFTAR ISI................................................................................................................5
BAB I............................................................................................................................8
PENDAHULUAN........................................................................................................8
I.1.4 Produk........................................................................................................14
BAB II........................................................................................................................20
LAPORAN KEGIATAN............................................................................................20
5
II.1.5 Sistem Hygiene dan Sanitasi.....................................................................26
BAB III.......................................................................................................................35
TUGAS KHUSUS......................................................................................................35
III.5 Tujuan.............................................................................................................37
III.7 Asumsi............................................................................................................38
III.8 Metodologi......................................................................................................38
BAB IV.......................................................................................................................59
6
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................59
IV.1 Kesimpulan.....................................................................................................59
IV.2 Saran...............................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................60
LAMPIRAN...............................................................................................................62
7
DAFTAR GAMBAR
8
DAFTAR TABEL
9
BAB I
PENDAHULUAN
PT Raja Top Food adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang
makanan dan minuman di Indonesia yang besar. Namun, sejarah PT Raja Top Food
dimulai dengan restaurant Es Teler 77, suatu restaurant yang berada dibawah
naungan PT Raja Top Food. Pada tahun 1981, Murniati Widjaja, seorang ibu rumah
tangga, berpartisipasi dalam kompetisi pembuatan es teler. Didukung dengan
kegemaran memasak, Ibu Murniati memenangkan kompetisi tersebut dan meraih
gelar juara Indonesia. Disebabkan oleh kemenangan dan gelar yang diraih oleh Ibu
Muniarti, keluarganya memiliki ide untuk membuka warung makan sederhana pada
pusat perbelanjaan di Duta Merlin, Jakarta Pusat pada tahun 1982. Pada awalnya
warung makan ini dikelolah oleh Ibu Muniarti Widjaja dengan suaminya, Bapak
Trisno Budijanto, putrinya Ibu Yenny Setia Widjaja, dan suaminya, almarhum Bapak
Sukyanto Nugroho. Warung ini diberi nama Es Teler 77. Seiring berjalannya waktu,
warung makan dengan cat kuning dan hijau cerah tersebut terus bertambah popular,
hingga mencapai titik dimana peluang bisnis pun terbuka. Bapak Trisno Budijanto
menyadari akan keuntungan dari konsep waralaba, atau franchise, dan memutuskan
untuk mempelajarinya sendiri.
10
Gambar 1 Logo Es Teler 77
Permintaan dan pelanggan dari Es Teler 77 kian meningkat, pada tahun 2004,
Bapak Sukanto Nugroho mendirikan produsen makanan dan minuman yang sekarang
dikenal sebagai PT Raja Top Food. Tujuan dari pendirian perusahaan tersebut iyalah
untuk menjadi produsen dan distributor makanan yang ditujukan ke berbagai tempat
seperti hotel, restaurant, supermarket, minimarket, dan sebagainya. Sekarang PT
Raja Top Food adalah yang menaungi Es Teler 77 dan menjadi pemasok tunggal
untuk setiap outlet Es Teler 77. Kini PT Raja Top Food memiliki pabrik di berbagai
kota, seperti Tangerang, Medan, Yogyakarta, dan Makassar. Pabrik terbesar dan
terbaru terletak di Millenium Industrial Park, Cikupa, Tigaraksa, Tangerang, yang
mulai dibangun pada tahun 2014 dan muali beroperasi pada akhir tahun 2017.
Gambar 2 merupakan logo dari PT Raja Top Food.
Visi dan misi dibutuhkan oleh semua bisnis untuk menjalankan kegiatan,
keputusan, dan arah yang ingin dicapai dalam jangka waktu yang pendek maupun
panjang, begitu juga dengan PT Raja Top Food. Visi Perusahaan adalah untuk Raja
Top Food mengolah kekayaan alam nabati dan hewani dari pertananian dan
11
peternakan terbaik di Indonesia. Kemudian dengan teknologi terdepan,
menjadikannya sumber kebaikan yang meningkatkan kualitas hidup masyarakat
Indonesia melalui nutrisi dan gizi makanan dan minuman yang baik untuk sajian
keluarga sehari-hari.
Pabrik utama PT Raja Top Food terletak di dalam Millenium Industrial Park
Blok I2 No. 1, Jl. Pemda Baru Cikupa, Tigaraksa, Tangerang, Banten. Fasilitas
tersebut memiliki luas tanah sebesar ± 26.000 m2 , sedangkan bangunannya sendiri
memiliki luas sebesar ±18.000 m2. Pabrik ini dibangun dengan dua lantai. Lantai
pertama dibagi menjadi 2 bagian terpisah, bagian pertama ditujukan sebagai lobby
bagi pengunjung, yang dilengkapi dengan sofa, dua ruang tunggu, serta toilet.
Sedangkan pada bagian kedua ditujukan sebagai lobby untuk karyawan. Bagian ini
dilengkapi dengan ruang ganti, ruang locker, ruang cuci, mushola, dan juga kantin
dimana para karyawan dapat beristirahat dan makan siang. Lantai diisi oleh beberapa
ruangan meeting dengan kapasitas yang berbeda-beda, ruangan direksi, Dapur kecil
yang dilengkapi dengan kulkas, dan dispenser air diamana karyawan dapat membuat
minuman untuk dinikmati, juga tersedia emat pasang toilet dan ruangan perkantoran
dimana karyawan administrasi dapat bekerja. Bagian depan pabrik digunakan
sebagai lahan parkir untuk mobil dan sepeda motor. Sedangkan samping pabrik
dipakai untuk loading dan unloading produk dari truck, terdapat juga ruangan untuk
pembersihan air produksi hingga siap untuk dikonsumsi secara langsung, dan
ruangan untuk pembuangan sampah. Pada belakang pabrik terdapat tempat
pengolahan air limbah, yang melebur lemak-lemak dan kompresor untuk
pendinginan seluruh area pabrik.
12
Gambar 3 Denah area Perkantoran
13
I.1.3.2 Tata Letak Area Produksi dan Pergudangan
14
masuk kedalam tangki penampuangan air yang bertindak sebagai cadangan jika
pasokan air terhambat, lalu air memasuki bagian pemurnian yang disaring
menggunakan filter ultraviolet (UV) dan filter cartridge di lokasi pabrik sebelum
distribusi ke setiap ruang produksi. Penampakan depan pabrik dapat dilihat pada
gambar 3, sedangkan tamak samping dapat dilihat pada gambar 4.
15
I.1.4 Produk
PT Raja Top Food memproduksi berbagai macam produk olahan pangan seperti
buah, daging, ikan, ungags, sambal, bahkan makanan siap saji. Produk ini kemudian
didistribusikan kepada Hotel, restaurant dan café, serta minimarket tertentu. Daftar
produk PT Raja Top Food dapat dilihat pada Table 1.
25 butir
Bakso Daging Sapi
7
Midilicious
8 butir + Bumbu
25 butir
Bakso Urat Daging Sapi
8 DAG Midilicious
8 butir+ Bumbu
16
15 Otak-otak Tok-tok @20gr 25 pcs
Batagor Premium +
21 PSB 6 pcs + Bumbu @100gr
Bumbu
33 Ayam rica-rica 1 kg
Ayam Panggang
34 250 gr
Hongkong Style
17
37 Bebek peking 1 ekor
18
62 Kelapa Urap 1 kg
63 Teri Goreng 1 kg
64 Kering Tempe 1 kg
65 Kremes 250 gr
66 Cireng 10 pcs
71 Gula Teler 1 kg
SRP
72 Gula Kelapa 1kg
79 Cempedak Kupas 1 kg
19
I.2 Posisi dan Peran Mahasiswa
20
untuk menjaga nama baik universitas Bina Nusantara didalam setiap hal yang
dilakukan didalam dan di luar tempat kerja.
BAB II
LAPORAN KEGIATAN
Departemen Penjualan dan Pemasaran memiliki tanggung jawab dan tugas untuk
melihat dan menganalisa trend dari suatu pasar, sehingga perusahaan dapat
mengetahui kemana mereka harus melangkah, dan dapat menentukan target pasar
mereka yang selanjutnya. Menentukan cara pemasaran, jenis iklan yang digunakan
21
dan harga penjualan juga menjadi tugas dari departemen ini. Customer service yang
baik juga diperlukan karena departemen ini berkomunikasi langsung dengan client
atau calon client dari perusahaan.
3. Departemen Purchasing
Departemen Purchasing memiliki tugas untuk menyusun pembelian dan
pemesanan bahan baku produksi, alat-alat, dan persediaan lainnya. Sehingga,
produksi pabrik dapat berjalan tanpa hambatan habisnya persediaan barang yang
dibutuhkan. Departemen ini akan berhubungan dengan vendor dan supplier untuk
memastikan bahwa barang yang ingin diorder sesuai dengan spesifikasi yang tertera
didalam purchase request. Jikalau pemesanan sudah final, rincian orderan akan
diserahkan kepada departemen Keuangan dan Akuntansi untuk pembayaran.
22
Departemen Research and Development bertugas untuk mengembangkan produk
baru dan produk yang sudah ada. Penembangan produk termasuk formulasi rasa,
proses produksi, SOP dan juga uji kesukaan terhadap produk. Formulasi ini juga
dikonsultasikan kesesuaiannya dengan perminataan klien. Perubahan formulasi
dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan tanpa mengurangi kualitas juga
merupakan tugas yang harus dilakukan. Selain itu menghitung umur simpan juga
dilakukan pada setiap produk sehingga dapat tetap dalam kondisi aman.
6. Departemen Produksi
8. Departemen Warehouse
23
9. Departemen Building Management
Secara keseluruhan, perusahaan dipimpin oleh Ibu Yenny Setia Widjaja selaku
Presiden Direksi, dan Bapak Andrew Nugroho selaku Direksi di PT. Raja Top Food.
Sistem pemasaran produk dari PT Raja Top Food didasarkan dengan system
dimana calon pelanggan membuat permintaan terlebih dahulu kepada sales dari
departemen penjualan dan pemasaran. Dari ini sales akan merekap permintaan dari
pembeli beserta jenis produk, spesifikasinya dan kuantitas dari pesanan tersebut.
Informasi ini kemudian diteruskan kepada departemen Research and Development
untuk melakukan uji coba yang sesuai dengan spresifikasi yang diinginkan klien.
Proses ini merupakan komunikasi dua arah dengan klien dan departemen Research
and Development, dengan bantuan dari sales, dimana produk hasil uji coba akan
dikirimkan kepada pelanggan untuk memastikan kesesuaian produk terhadap
spesifikasi yang diinginkan. Hal ini akan terus berlangsung hingga kesepakatan
tercapai. Setelah kesepakatan tercapai, personil sales akan berkoordinasi dengan
Production and Process In-planning Control, atau PPIC, untuk membuat
penjadwalan produksi tersebut serta membuat permintaan pembelian bahan baku
kepada departeman Purchasing. Kemudian dilanjutkan dengan Pengajuan dana untuk
transaksi kepada divisi keungan.
24
dengan spesifikasi yang diminta, jika tidak sesuai maka bahan baku akan segera
dikembalikan dan tidak dipakai untuk proses produksi. Pada ruang produksi bahan
baku tersebut akan diolah menjadi produkyang telah dikemas oleh operator dari
departemen produksi. Produk ini kemudian akan diserahkan kepada Warehouse, dan
akan segera dilakukan pengecekan kualitas oleh departemen Quality
Assurance/Quality Control, baik pada rasa, bentuk ataupun Analisa mikroba. Produk
yang tidak sesuai dengan standar akan dipertahankan dan tidak akan dikirim kepada
konsumen. Sedangkan produk yang lolos uji akan segera dikirim kepada pembeli dan
pembeli akan membayar kepada divisi keuangan dari PT Raja Top Food.
Seluruh kebutuhan tenaga listrik PT Raja Top Food, untuk oprasional mesin
disediakan oleh PLN. Tenaga listrik yang dibutuhkan pada saat semua mesin
25
operasional adalah sebesar 3000-4500 kVa. Pada saat listrik padam, untuk
mempertahankan operasional dari beberapa mesin dan alat-alat krusial, seperti
evaporator pendingin dan kompresor, tersedia Portable generator sebagai pengganti
PLN. Generator ini dibutuhkan sehingga produk yang disimpan tidak mengalami
kerusakan.
Selain listrik, Tekanan Udara, atau uap panas juga dibutuhkan untuk
menjalankan beberapa mesin-mesin produksi. Uap dipanaskan dengan ketel besar,
26
dan diberi tekanan dengan kompresor yang mempu memproduksi tekanan setinggi 8
bar. Gas yang didapatkan, diapasok oleh PGN, atau Perusahaan Gas Negara.
Dalam industry Food & Beverage, kebersihan dan sanitasi merupaakan suatu
hal yang krusial. Kebersihan dari setiap pekerja menjadi aspek yang penting, jika
tangan yang menyentuh bahan baku makanan tidaklah bersih, maka produk tersebut
juga pasti kebersihannya tidak terjamin. Oleh karena itu untuk menjamin kebersihan,
pekerja yang masuk ke area produksi diwajibkan untuk mencuci tangan dengan
sabun dan hand sanitizer, serta mencuci sepatu yang mereka gunakan. Untuk
mendukung ini, wastafel beserta sabun tersedia disekitar area produksi. Selain
personil, area dan lingkungan produksi juga perlu dijaga kebersihannya. Lingkungan
yang kotor dapat menjadi media pertumbuhannya mikroba pathogen selain kotoran
fisik lainnya yang dapat masuk kedalam produk, dan menyebabkan kontaminasi dan
kerusakan produk.
Dalam area Pabrik, seragam dari karyawan dibagi menjadi 4 jenis yang
berbeda yang ditentukan dari area dimana mereka ditempatkan. Personil yang
27
bekerja diarea Gudang akan menggunakan jaket tebal beserta sepatu boots. Area
yang dimaksud adalah area penerimaan, area pengiriman, gudang bahan kering,
gudang beku bahan baku, gudang chiller, dan gudang beku produk jadi. Mereka
memiliki tugas untuk mengambil bahan baku yang diperlukan dari Gudang kedalam
ruang decant dari masing-masing line produksi. Pekerja ini tidak diijinkan untuk
masuk ke area produksi. Didalam area produksi, pekerja memakai seragam full body
bewarna putih. Hal ini berlaku untuk seluruh pekerja pada persiapan, thawing, dan
line masing-masing produk. Jenis ketiga merupakan sereagam full body bewarna
biru. Seragam ini diperuntukan untuk mereka yang bekerja di dalam wilayah High-
risk, yaitu para pekerja packing. Mereka bertugas untuk melakukan pengemasan
produk, oleh sebab itu sanitasi yang dibutuhkan lebih tinggi. Dalam upaya untuk
mencegah cross contamination, atau kontaminasi silang antara produk mentah
dengan produk jadi, para pekerja ini dilarang untuk memasuki area produksi, dan
juga sebaliknya. Jenis terakhir adalah Seragam untuk para supervisor dan leader,
mereka menggunakan seragam bewarna kuning, sehingga dapat dibedakan. Mereka
bertugas untuk mengawasi dan bertanggung jawab atas line produksi ataupun
packing, serta pembagian tugas dari tenaga kerja yang tersedia. Pada awal jam kerja,
setiap karayawan akan mendapatkan baju seragam produksi yang sesuai dengan
lokasi dimana mereka ditempatkan. Setelah jam kerja telah selesai, seragam yang
telah dipakai akan dilektakan pada ruang laundry untuk dicuci, serta seragam tidak
dapat dibawa pulang. Hal ini dilakukan untuk menghindari kontaminasi yang tidak
diketahui pada saat perjalanan dan penyimpanan. Oleh sebab itu, pencucian
dilakukan oleh petugas laundry yang berada dalam ruang laundry. Seragam dicuci
dengn bahan kimia dnegan takaran yang telah sebelumnya ditetapkan
28
Gambar 7 Seragam Produksi Low risk dan High Risk
29
sehingga produk dapat tetap aman dan kualitas dapat tetap terjaga. Ada beberapa
system kualitas yang diterapkan oleh PT Raja Top Food, yaitu:
- BPOM
Badan Pengawas Obat dan Makanan atau seringkali disingkat sebagai BPOM
atau Badan POM merupakan Lembaga di Indonesia yang dibuat dengan tugas untuk
mengawasi peredaran obat-obatan beserta makanan yang berada di Indonesia. Obat
dan makanan yang dimaksud meliputi obat, bahan obat, narkotika, psikotropika,
prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan
olahan. Berdasarkan pasal 2 pada Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang
Badan Pengawas Obat dan Makanan, BPOM mempunyai tugas menyelenggarakan
tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Oleh sebab itu, seluruh produk yang telah
disebutkan harus memiliki ijin dari BPOM untuk dapat beredar secara legal. Produk
yang sudah disahkan oleh BPOM akan mendapatkan nomer PIRT yang akan tertera
pada kemasan yang dapat diperiksa otentisitasnya.
- LPPOM MUI
30
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Ketentuan yang didirikan oleh LPPOM MUI
didasarkan dengan pengajaran agama Islam yakni halal serta keamanan pangan yang
ditentukan oleh BPOM. Dengan adanya LPPOM MUI masyarakat Islam dapat
menerima jaminan, rekomendasi, dan bimbingan akan kehalalan dari setiap produk
yang beredar.
Makanan perlu dibuat dengan sanitasi yang baik. Sanitasi harus mencakup
dan mengatasi kontaminasi fisik, kimia, dan biologis [ CITATION Dju14 \l 1033 ].
GMP, atau Good Manufacturing Practice, merupakan salah satu metode mitigasi
resiko dalam proses produksi pangan beresiko tingg. GMP adalah prasyarat untuk
memperoleh sertifikasi PIRT, yang menjadi persyaratan untuk menjual produk di
Indonesia. Pemenuhan GMP diperoleh dengan menjalankan setidaknya batas minim
pada seluruh rantai proses dari bahan mentah hingga produk jadi. GMP meliputi
lingkungan dan lokasi, bangunan dan fasilitas, sanitasi, pengendalian hama,
pengendalian proses, pengawasan, dan pencatanan dokumen [ CITATION Rud16 \l
1033 ].
31
Gambar 11 Logo GMP
- HACCP
Hazard Analysis Critical Control Point, atau biasa disingkat sebagai HACCP
adalah suatu system managemen untuk kemanan pangan dengan cara menganalisa
dan pengontrolan dari bahaya fisik, kimia dan biologis dari bahan baku mentah,
penerimaan, penanganan, produksi, distribusi dan komsumsi dari produk tersebut.
HACCP merupakan system keamanan dengan prinsip preventif yang mencegah
produk yang dibawah standar terjadi, terbanding dengan metode konvensional seperti
sampling yang mengeliminasi produk yang tidak sesuai dengan standar. Kunci utama
HACCP adalah antisipasi bahaya dan identifikasi titik kendali kritis. HACCP
memiliki 7 prisip:
32
Gambar 12 Logo HACCP
Alur produksi didalam PT Raja dimulai dengan penerimaan bahan baku pada
incoming. Disini personil Gudang melakukan penerimaan barang yang dikirim dari
supplier serta memastikan bahan yang diterima sesuai dengan spesifikasi yang
diminta. Jika bahan baku sesuai dengan spesifikasi bahan baku mentah akan dikirim
kedalam Gudang penyimpanan yang sesuai. Bahan baku seperti daging sapi dan ikan
akan disimpan didalam Gudang freezing 1, atau GDF 1 pada suhu -20 oC, sedangkan
kelapa, dan daun bawang akan disimpan didalam Gudang Chiller 2 pada suhu 0-5 oC.
Sebelum barang disimpan, personil Gudang akan mendata setiap bahan yang masuk
untuk pendataan inventori. Personil produksi atau supervisor kemudian dapat
mengajukan permintaan bahan baku untuk dikirim kedalam ruang produksi sesuai
dengan penjadwalan yang telah dibuat oleh PPIC. Waktu permintaan akan
disesuaikan dengan setiap bahan. Bahan baku seperti sayur akan diminta di hari
produksi, sedangkan daging sapi, ayam, dan ikan akan diminta minimal 12 jam
sebelumnya untuk dikirim ke ruang decan untuk dapat memiliki waktu untuk
thawing pada suhu 12oC. Setelah bahan telah berada pada suhu yang sesuai yaitu
5oC, proses produksi dimulai. Produk yang diolah dengan panas pada umumnya
setelah proses pemasakan akan memasuki tahap pendinginan, dengan alat blast
freezer atau dengan kipas angin. Setelah pendinginan, produk jadi akan dikemas oleh
personil packing didalam area high risk. Disini personil produksi tidak diperbolehkan
33
untuk masuk kedalam area tersebut, dan juga sebaliknya. Produk yang telah dikemas
kemudian akan melewati mesin Metal Detector yang akan mendeteksi keberadaan
dari serpihan besi, rambut, dan darah didalam kemasan. Kemasan tersebut kemudian
dipisahkan dan akan dianalisa oleh tim QA untuk mengetahui penyebab dari
kesalahan tersebut, dan melakukan preventive action sehingga tidak terulang lagi.
Semua produk yang lolos kemudian akan dibekukan dengan alat spiral freezer yang
merupakan alat quick freezing. Sehingga suhu dapat turun dengan cepat dan
mencegah tumbuhnya bakteri. Sekeluarnya dari spiral freezer dengan suhu -30oC
selama 1 jam, produk yang telah dikemas akan dimasukan kedalam kardus oleh
personil cartonning dan diberi barcode untuk identifikasi dengan mudah. Produk
tersebut kemudan disimpan hingga waktunya untuk pengiriman didalam Gudang
freezing 2 dengan suhu -20oC. Pada saatnya pengiriman produk akan diambil dari
Gudang oleh personil Gudang dan dibawa kedalam outgoing dengan system FEFO,
atau First Expired First Out, untuk mencegah produk rusak didalam Gudang. Di
dalam outgoing produk akan dimasukan kedalam truck untuk pengiriman kepada
konsumen.
Berdasarkan learning plan yang sudah dibuat, maka kegiatan yang dilakukan
sebagai assistant production supervisor di PT Raja Top Food adalah sebagai berikut:
34
- Membagi penugasan terhadap pekerja yang tersedia sehingga kinerja
optimum dapat dicapai
- Menjaga lingkungan kerja tetap bersih didalam ruang produksi
35
BAB III
TUGAS KHUSUS
Judul tugas khusus yang dibuat penulis adalah “Analisa Efisiensi dan
Identifikasi Bottleneck Dari Line Produksi Otak-Otak di PT Raja Top Food.”
Sektor industri pangan dalam negara berkembang kian berubah secara pesat,
alhasil adalah perubahan terhadap produksi, distribusi dan konsumsi dari produk-
produk pangan. Sejak lama, pangan di Indonesia telah dibuat dan dijual secara fresh,
yang mengartikan produk mentah atau di siapkan pada saat pembeli melakukan
transaksi. Perkembangan jaman dan urbanisasi telah mendorong perubahan akan cara
hidup. Sebagian besar konsumen tidak lagi memiliki waktu untuk memasak dan
restaurant cepat saji menjadi pilihan utama (Busch & Bain, 2004). Perubahan ini
mendorong perkembangan yang pesat kepada para produsen untuk meningkatkan
kapasitas produksi mereka dan memperpanjang umur sipan dari produk yang mereka
buat. Oleh sebab itu para produsen home industries melakukan medernisasi dengan
mengadopsi solusi-solusi non-conventional dan teknologi – teknologi baru untuk
meningkatkan angka kapasitas produksi tersebut (Ali, Singh, & Ekanem, 2009).
Salah satu produk pangan khas Indonesia yang mengalami perubahan adalah
otak-otak. Makanan telah ada dan dinikmati sekeliling nusantara sejak lama. Pada
umumnya otak-otak identik dengan cara penyajiannya yang biasanya dibungkus oleh
daun pisang sebelum proses pemanggangan. Otak-otak pada umumnya akan terbuat
dari bahan baju ikan tenggiri yang dicampur dengan santan, gula, garam, tepung dan
aneka bumbu-bumbu lainnya. Otak- otak biasanya akan disajikan dengan cara
digoreng atau dibakar. Preparasi yang dilakukan oleh produsen atau penjual adalah
hanya pembuatan adonan mentah yang telah dibungkus didalam daun saja. Daging
ikan adalah bahan pangan yang mudah menyalami kerusakan, oleh sebab itu adonan
yang disimpan dalam kondisi mentah tidak akan bertahan lama dalam penyimpanan [
36
CITATION Pad15 \l 1033 ]. Permintaan yang terus meningkat mendorong penjual
untuk menyiapkan otak-otak dalam jumlah besar yang dapat disimpan dan digunakan
pada saatnya. Salah satu solusinya adalah untuk memasak adonan terlebih dahulu
dengan perebusan, dikemas vacuum dan dibekukan untuk menghambat kerusakan
dan memperpanjang masa simpan [ CITATION Nug16 \l 1033 ]. Hal yang sama
dilakukan untuk produksi otak-otak didalam PT Raja Top Food.
Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba, atau
keuntungan yang besar. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah untuk
meningkatkan penjualan atau produk yang dihasilkan. Namun, peningkatan yang
dicapai dengan penambahan tenaga kerja saja tidak sepenuhnya efektif, karena hal
ini akan menambahkan pengeluaran. Cara terbaik untuk meningkatkan keuntungan
adalah untuk meningkatkan efisiensi dari produksi yang dihasilkan pabrik. Efisiensi
yang sempurna mengartikan bahwa jumlah hasil produksi sama dengan kapasitas
pabrik.
37
seperti padamnya listrik, atau dari rancangan proses itu sendiri, hal ini disebut
sebagai bottleneck. Bottleneck dalam industry dapat didefinisikan sebagai stasiun
kerja yang memiliki kapasitas produksi yang lebih kecil dari kebutuhan produksi.
Hasilnya adalah proses produksi yang terhambat. Stasiun kerja ini menjadi stasiun
kerja yang paling sibuk sedangkan stasiun kerja lainnya memiliki waktu senggang.
Untuk mengatasi permasalahan dari bottleneck tersebut maka system produksi harus
mengalami revisi dan pengubahan. Namun perubahan akan memakan waktu yang
lama dan dapat menyebabkan terhambatnya berjalannya produksi yang disebabkan
oleh trial and error, maka untuk mencegah itu terjadi akan digunakan metode
simulasi untuk mengatasinya[ CITATION Dae13 \l 1033 ].
Masalah yang terjadi pada PT Raja Top Food ialah jumlah produksi otak-otak
yang sering tidak mencapai target produksi, serta diperlukannya Analisa efisiensi dan
identifikasi bottleneck dari line produksi Otak-otak
III.5 Tujuan
Tujuan dari tugas khusus dalam periode internship ini adalah untuk
Meningkatkan efisiensi dan meminimalkan bottleneck dari line produksi otak-otak,
sehingga target produksi dapat tercapai.
Luasnya system produksi secara keseluruhan, maka pada penelitian ini akan
dibatasi sebagai berikut:
38
- Penelitian dilakukan dari awal persiapan bahan baku hingga pengemasan
saja, dan tidak mencakup kedatangan bahan baku serta area Gudang
- Proses produksi diasumsikan keadaan normal tanpa memperhitungkan
anomaly-anomali seperti kerusakan mesin atau kecelakaan
III.7 Asumsi
III.8 Metodologi
39
III.8.1.2 Proses Produksi
Untuk pembuatan otak-otak ada beberapa bahan yang perlu disiapkan terlebih
dahulu, diantaranya adalah santen, daun bawang, putih telur, ikan giling, emulsi dan
resep.
Daun bawang yang datang dari incoming berupa daun bawang utuh, yang
mengartikan bahwa masih terdapat akar dan tanah yang perlu dibuang. Proses
preparasi dimulai dengan pencucian daun bawang untuk mengeliminasi kotoran-
kotoran fisik yang masih menempel pada daun bawang. Akar kemudian dibuang,
karena tidak dapat digunakan. Daun bawang yang sudah bersih kemudian dipotong
menjadi potongan-potongan kecil sehingga pada proses mixing akan tercampur
dengan rata.
Telur yang digunakan pada produk otak-otak bukan telur utuh, melainkan
hanya putih telurnya saja. Pemisahan ini dilakukan manual dengan seorang operator
memisahkannya dengan tangan. Putih telur yang terkumpul kemudian disimpan
didalam topless hingga saatnya pemakaian untuk mencegah kontaminasi.
40
Untuk Otak-Otak Top Ikan tenggiri digunakan sebagai bahan baku dasar.
Ikan tenggiri datang dari supplier dalam bentuk utuh Bersama dengan kepala, buntut,
dan isi perut, serta dalam kondisi beku. Dari incoming, ikan tenggiri ini disimpan
didalam Gudang Freezing 1, dan saat ingin digunakan, ikan akan dikeluarkan dan
diletakan didalam ruang decan satu hari sebelum hari produksi untuk membiarkan
ikan thawing. Ikan lalu dicuci didalam mesin cuci ikan, lalu ikan dibersihkan isi
perut, buntut, dan kepalanya sehingga hanya tersisah bagian badan saja. Ikan yang
sudah dibersihkan kemudian dimasukan kedalam mesin deboner sehingga dihasilkan
daging giling yang bebas dari tulang dan duri ikan.
Setelah semua bahan baku telah dipreparasi, setiap dari komponen tersebut
ditimbang dengan jumlah yang sesuai untuk setiap batchnya.
Pembuatan bumbu kering, dan resepan dilakukan oleh operator pada ruang
resep dengan menimbang dan mencampurkan bahan-bahan yang diperlukan didalam
toples. Isi dan kuantitas dari setiap topless hanya diketahui oleh operator tersebut.
41
sudah matang kemudian didinginkan sehingga siap untuk pengemasan. Pendinginan
dilakukan pada konveyor dengan bantuan kipas angin. Setelah dingin, otak-otak akan
siap dibawa ke tahap pengemasan dengan bantuan konveyor.
Dalam penelitian tugas khusus ini penulis meneliti tingkat efisiensi dari line produksi
otak-otak di PT Raja Top Food. Data Durasi dari setiap prosesnya diperlukan untuk
menganalisa tingkat efisiensi dari line tersebut. Pada line otak-otak, terdapat 5 proses
utama, dan beberapa proses kecil diantara proses-proses tersebut. Lima proses utama
tersebut adalah, persiapan bahan baku, Mixing, Pemasakan dan pencetakan,
Pendinginan, serta Packing. Proses persiapan bahan baku terdiri dari beberapa proses
terpisah, yaitu pemisahan putih telur, pemerasan santan, pemotongan daun bawang,
dan pembuatan emulsi. Durasi dari setiap proses akan diambil dengan bantuan
stopwatch dan didata pada form yang telah disiapkan sebelumnya. 3 set data diambil
setiap harinya dan diulang sebanyak 9 hari, secara keseluruhan didapat 27 set data
durasi.
42
III.8.3 Metode pengolahan data
Analisa efisiensi dari proses produksi otak-otak akan dianalisa dengan bantuan
metode Line Balancing. Menurut[ CITATION Hai11 \l 1033 ] untuk melakukan
Analisa, diperlukan untuk melakukan beberapa Langkah:
1. Mendefinisikan Tugas
Pada tahap ini, seluruh tahapan proses untuk produksi otak-otak akan didefinisikan,
dan diurutkan, beserta waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas
tersebut.
Dengan tujuan untuk mempermudah pengolahan data, data yang telah direkapitulasi
pada proses sebelumnya akan digambarkan dalam bentuk sebuah graphic. Pada
grafik ini, urutan dari proses dan sifatnya dapat ditampilkan, seperti apakah suatu
proses berjalan secara parallel dengan proses lainnya, atau dalam keadaan seri,
beserta durasinya masing-masing.
Cycle time, atau waktu siklus adalah, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
satu unit produk pada suatu stasiun kerja [ CITATION Pur04 \l 1033 ]. Pada
penelitatian kali ini cycle time yang digunakan untuk menilai tingkat keefisienan dari
line produksi adalah durasi proses terbesar. Hal ini Digunakan untuk dapat
menghitung output maksimum setiap harinya dengan cara produksi yang sudah ada.
CT = TiMax
43
CT= Cycle Time (M)
Idle time, atau waktu senggang adalah durasi dimana operator atau pekerja
menunggu untuk melakukan proses kerja selanjutnya, karena adanya perbedaan
durasi pada setiap stasiun kerjanya. Idle Time dapat dihitung dengan selisih Cycle
time (CT) dengan Durasi setiap statiunnya (Ti).
Balance delay merupakan suatu ukuran yang menjelaskan ketidakefisienan dari suatu
line produksi yang disebabkan oleh waktu senggang yang terjadi diantara proses.
Maka semakin besar idle time, akan semakin besar juga balance delay tersebut.
Balance delay dapat dihitung dengan rumus dibawah.
n . CT−Σ Ti
D= x 100 %
n. CT
D= Balance delay
n= Jumlah Stasiun
6. Menghitung Efisiensi
Pada penelitian ini akan dihitung dua macam efisiensi, yaitu efisiensi stasiun secara
individu dan efisiensi line secara keseluruhan. Efisiensi individu adalah
perbandingan antara durasi stasiun tersebut dengan cycle time. Sedangkan line
44
Efisiensi merupakan total durasi proses dibagi dengan cycle time yang telah dikali
dengan jumlah stasiun. Tujuan dari penghitungan ini adalah untuk mengetahui
tingkat efisiensi proses dengan peralatan dan langkah-langkah yang tersebida di
ruang lingkup perusahaan [ CITATION Bar02 \l 1033 ].
Ti
Es= x 100 %
CT
Σ Ti
El= x 100 %
n .CT
7. Menghitung Output
Output merupakan nilai yang menjelaskan hasil produk jadi yang didapat dari
konversi bahan baku mentah melalui proses produksi dalam jangka waktu tertentu
oleh suatu perusahaan. Output dapat dihitung dengan membandingkan waktu kerja
yang tersedia dengan Cycle time dengan durasi terbesar.
45
pertanyaan “kenapa?” ada beberapa alat problem solving yang digunakan untuk
Analisa menurut [ CITATION Ers18 \l 1033 ]:
1. Ishikawa diagram
2. Metode 5 whys
46
Gambar 16 Contoh diagram 5 whys
Salah satu produk unggulan dari restaurant Es Teler 77 adalah Otak-otak ikan.
Oleh sebab itu permintaan untuk persediaan otak-otak kian meningkat. Peningkatan
akan permintaan ini merupakan sesuatu hal yang positif bagi suatu perusahaan,
karena akan menghasilkan laba yang lebih besar. Akan tetapi hal tersebut tidak akan
berguna jika perushaan tersebut tidak dapat mengambil kesempatan tersebut dengan
memenuhi permintaan tersebut. Hal tersebut terjadi didalam perusahaan PT Raja Top
Food Selaku supplier tunggal dari Es Teler 77, telah mengalami peristiwa yang
berulang dimana jumlah produksi dalam satu hari produksi tidak mencapai target
yang telah ditetapkan sesuai dengan permintaan. Sisah dari target produksi yang
tidak tercapai akan diproduksi pada hari selanjutnya. Hal tersebut menyebabkan
beberapa permasalahan. Permasalahan yang pertama adalah pengiriman produk jadi
yang tertunda, dan yang kedua adalah keluarnya biaya yang seharusnya tidak
diperlukan. Biaya tersebut adalah biaya tenaga kerja yang digunakan. Dengan adanya
produksi diluar jadwal produksi, perusahaan akan membayar upah yang seharusnya
tidak diperlukan pada hari tersebut. Maka dari itu permasalah ini harus dianalisa dan
diselesaikan secepatnya.
47
output dari line produksi tersebut. Hasil yang didapat kemudian akan dicari
penyebab permasalahannya dengan menggunakan metode 5 whys dan dengan
bantuan fishbone diagram, diketahui sebagai diagram ishikawa. Metode Analisa
5 whys didasarkan dengan berulang kali menanyakan “kenapa.” Seperti
namanya, pertanyaan tersebut akan diulang sebanyak lima kali. Pengulangan ini
akan mengkupas alasan-alasan yang menyebabkan permasalahan, yang
sebelumnya menutupi asalan sebenarnya [ CITATION Ser17 \l 1033 ].
Sedangkan fishbone diagram digunakan untuk memberi tampilan visual terhadap
permasalahan dan penyebab-penyebabnya. Kelebihan dari metode ini adalah
didalam diagram dapat menampilkan setiap hal yang dapat menjadi penyebab
permasalahan dengan skala pengaruhnya terhadap akibat tersebut [ CITATION
Coc17 \l 1033 ].
48
Tahap Analisa line balancing dimulai dengan mendefinisikan proses-proses
yang diperlukan untuk produksi dari awal hingga akhir. Proses-proses yang dilalui
untuk produksi otak-otak di PT Raja Top Food adalah mixing, unloading, molding &
cooking, cooling, unloading, waiting, dan packing. Durasi proses dapat dilihat pada
table 3. Semua proses persiapan bahan baku yang dilakukan tidak dimasukan
kedalam daftar ini dikarenakan semua proses persiapan hanya akan dijalankan
sebanyak satu kali saja untuk satu hari produksi, jika proses-proses ini dimasukan
akan menyebabkan penyimpangan dari proses yang berjalan sebenarnya. Menurut
table 3, durasi proses Packing merupakan durasi stasiun terbesar yaitu 40.35 menit,
dengan itu durasi stasiun packing dijadikan waktu siklus produksi, atau Cycle time.
Proses produksi dari awal hingga akhir akan memakan waktu sebanyak 104.97 menit
untuk setiap batchnya.
49
bergantung pada tahap sebelumnya untuk berjalan dan proses berikutnya bergantung
dengan proses tersebut.
Idle time merupakan jeda waktu diantara satu stasiun dengan stasiun lainnya.
Pada waktu ini operator produksi akan menunggu untuk proses kerja dapat
dilakukan. Waktu tunggu ini dapat disebabkan oleh dua hal. Penyebab pertama
adalah proses pada stasiun sebelumnya belum tuntas, dan yang kedua adalah stasiun
berikutnya belum siap untuk menerima hasil dari stasiun yang lain. Hal ini terjadi
disebakan oleh perbedaan durasi pada setiap stasiunnya. Dilihat dari table 4, bahwa
pada stasiun A hingga F memiliki waktu senggang yang besar, sedangkan pada
stasiun G, packing tidak memiliki idle time. Hal ini dikarenakan proses tersebut
50
memiliki durasi proses terbesar. Total waktu senggang untuk setiap batchnya dari
awal line hingga akhir 177.48 menit. Untuk memaksimalkan produksi dalam sehari,
waktu tersebut butuh untuk di minimalisir sehingga para operator tidak menunggu
dan tidak melakukan apa-apa[ CITATION Dae13 \l 1033 ].
n . CT−Σ Ti
D= x 100 %
n. CT
7 x 40.35−104.97
D= x 100 %
7 . 40.35
D=62.8 %
51
menit)
A Mixing 25.90
B Unloading 4.79
C Pencetakan dan
pemasakan 47.01
37.16 11.9 10.8
D Cooling 49.36
E Unloading 16.32
F Waiting 16.77
G Packing 100.00
10.45
Es= x 100 %
40.35
Es=25.9 %
Σ Ti
El= x 100 %
n .CT
104.97
El= x 100 %
7 x 40.35
El=37.16 %
480
Output =
40.35
Terdapat dua jenis efisiensi yang dianalisa didalam peneltian ini yaitu
efisiensi stasiun dan efisiensi line produksi. Efisiensi stasiun disini menjelaskan
besaran dari stasiun yang telah diutilisasi. Pada table 6 dapat dilihat bahwa efisiensi
stasiun G atau packing sebesar 100% sedangkan, stasiun lainnya memiliki nilai yang
52
jauh lebih rendah. Hasil tersebut menandakan bahwa pada saat ini stasiun packing
menjadi stasiun yang menghambat proses produksi. Hal tersebut dikatakan hambatan
karena stasiun lainnya bahkan belum terutilisasi sebanyak 50%. Oleh sebab itu
perbaikan harus berpusat pada perbaikan stasiun packing. Permasalahan dari
rancangan line produksi otak-otak terlihat jelas pada hasil perhitungan efisiensi line
yang memberi hasil 37.16%. Berbeda dengan nilai efisiensi stasiun, efisiensi line
menjelaskan persentase output produksi dari kapasitas sebenarnya dengan peralatan
yang tersedia[ CITATION Muk17 \l 1033 ]. Pada saat ini output untuk setiap
batchnya terbatas sebanyak 11.9 batch jika durasi kerja dianggap sebagai 8 jam, atau
480 menit. Akan tetapi nilai tersebut tidak dapat menjelaskan realita sebenarnya. Hal
ini karena waktu persiapan bahan baku akan memakan jam kerja yang tersedia.
Proses persiapan bahan baku merupakan proses parallel dimana setiap tahapannya
dapat berjalan dalam saat yang bersamaan. Oleh sebab itu waktu yang digunakan
untuk persiapan bahan baku merupakan proses persiapan dengan durasi terlama,
yaitu proses penggilingan ikan yang memiliki durasi 44.5 menit. Setelah dikalkulasi
waktu kerja berkurang menjadi 435.5 menit, sehingga output maksimum yang
didapat adalah 10.8 batch saja.
53
Dari permasalahan produksi otak-otak tidak mencapai target dan data yang
didapat dari hasil-hasil diatas, diagram 5 whys dapat dibuat seperti pada gambar 5.
Pada diagram tersebut permasalahan utama dikupas berulang-ulang sehingga
diketahui akar permasalahannya. Setelah Analisa akar permasalahan ditentukan
sebagai peralatan yang tidak terutilisasi secara penuh yang disebabkan oleh SOP
yang kurang efisien. Oleh sebab itu solusi yang ditawarkan adalah untuk melakukan
revisi SOP yang telah ada.
54
Gambar 19 Diagram Ishikawa
55
batch menjadi
continuous
Durasi proses stasiun setelah perbaikan dapat dilihat pada table 8. Dapat
dilihat bahwa waktu pencetakan dan pemasakan mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan karena pada SOP awal steam dan aliran air dinyalakan hanya setelah
adonan otak-otak selesai dicetak, dengan itu waktu untuk suhu air dapat meningkat
hingga target suhu 95oC lebih lama jika dibandingkan dengan apabila steam dan arus
air dinyalakan bersamaan dengan pencetakan. Hasilnya adalah pada saat otak-otak
keluar dari air suhu tepat 95oC dengan durasi sekitar 13 menit. Hal tersebut juga
mempengaruhi durasi pendinginan, dimana durasi menjadi lebih singkat ini
disebabkan karena dengan menjalankan aliran air dan konveyor secara konstan, otak-
56
otak yang sudah masak akan keluar dari air perebusan secara berkala dan dalam
jumlah yang sedikit demi sedikit. Hasilnya adalah otak-otak akan tersebar merata
diatas konveyor dan membuat kipas pendingin lebih efisien dalam mendinginkan
terbanding dengan sebelumnya dimana otak-otak saling tumpuk-menumpuk.
Conveyor yang berjalan berarti otak-otak tidak perlu di unloading terlebih dahulu
kedalam eurobin, melainkan langsung siap di kemas menggunakan mesin VC999
dengan teknologi thermoforming. Dengan perbaikan ini, durasi proses terbesar turun
menjadi 18.77 menit pada stasiun packing. Sedangkan waktu total dari stasiun
pertama hingga terakhir turun menjadi 50.18 menit. Proses mixing dan unloading
tidak mengalami perubahan apapun, oleh sebab itu waktu tetaplah sama dengan
sebelumnya. Diagram presedensi setelah perbaikan dapat dilihat pada gambar
dibawah.
57
C Pencetakan 5.50
D Cooling 13.00
E Packing 0.00
58
Table 11 Rekapitulasi dan Perbandingan Hasil Perhitungan Line Balancing
Selisihnilai perhitungan
∆ %=
nilai perhitungan awal
Pada table 11 setiap nilai dari hasil perhitungan line balancing sebelum
perbaikan dibandingan dengan sesudah perbaikan untuk melihat perubahan dari hasil
perubahan SOP. Perubahan system produksi batch menjadi system continuous
terbukti merupakan pilihan yang tepat untuk meningkatkan output produksi dalam
seharinya. Peningkatan adalah sebesar 13.7 batch untuk setiap shiftnya menjadi 25.6
batch. Hal tersebut merupakan peningkatan sebesar 115.13% dari nilai sebelumnya.
Namun, peningkatan ini merupakan hasil akumulatif dari perubahan nilai pada idle
time, balance delay, serta persentase efisiensi juga.
59
BAB IV
IV.1 Kesimpulan
Pada proses produksi otak-otak pada PT Raja Top Food terdapat bottleneck
pada stasiun G yaitu tahap pengemasan atau packing dengan durasi prosesnya Ti
selama 40.35 menit. Oleh sebab itu, efisiensi line memiliki nilai 37.16%. Cara yang
dilakukan untuk meningkatkan kapasitas output dan efisiensi produksi adalah dengan
merevisi SOP yang telah ada untuk mengubah system produksi dari batch menjadi
continuous. Dengan mengikuti perbaikan yang diusulkan, waktu durasi proses turun
menjadi 18.77 menit serta persiapan bahan baku tidak memakan waktu produksi lagi,
karena akan dilakukan pada hari sebelumnya. Kapasitas produksi berbanding terbalik
dengan waktu siklus (Cycle time), sama halnya dengan efisiensi. Semakin kecil
waktu siklus, semakin banyak output produksi yang dapat dicapai. Waktu siklus
berkurang sebanyak 53.48% dari sebelumnya, balance delay berkurang sebesar
25.96%, dan efisiensi meningkat 50,16%. Sedangkan output meningkat dari 11.9
batch untuk setiap shift kerja menjadi 25.6 batch, peningkatan tersebut sebesar
115.13%. Perbaikan dan revisi SOP dinilai lebih baik daripada kondisi awal.
IV.2 Saran
1. Proses supply chain bahan baku harus lebih lancar. Bahan baku yang
digunakan untuk produksi harus sudah dalam keadaan siap setidaknya 2 hari
sebelum produksi, sehingga dapat disiapkan terlebih dahulu
2. Perawatan untuk mesin dan peralatan harus dilakukan secara rutin dan
berkala, sehingga mesin dapat bekerja secara optimal.
3. Penerapan perubahan sop yang diajukan didalam laporan internship ini,
sehingga output produksi dapat meningkat.
60
DAFTAR PUSTAKA
Aldallal, S. (2016). Importance of food safety and cleanliness. Kuwait: 2nd Kuwait
food safety conference.
Ali, J., Singh, S. P., & Ekanem, E. (2009). Efficiency and Productivity Changes in
the Indian Food Processing Industry: Determinants and Policy Implications.
International Food and Agribusiness Management Review , 43-663.
Busch, L., & Bain, C. (2004). New! Improved? The transformation of the global
agri-food system. Rural Sociology, 321-346.
Coccia, M. (2017). The Fishbone diagram to identify, systematize and analyze the
sources of general purpose technologies. Journal of Social and
Administrative Sciences, 291-303.
Djukic, D., Moracanin, S. V., Milijasevic, M., Babic, J., Memisi, N., & Mandic, L.
(2014). Food safety and Sanitation. Journal of Hygienic Engineering and
Design, 614.
Ershadi, M. J., Aiasi, R., & Kazemi, S. (2018). Root cause analysis in quality
problem solving of research information systems: a case study. International
jounal of Productivity and Quality Management, 24(2), 284-299.
Haizer, J., & Barry, R. (2011). Operations Management, Tenth edition. New Jersey
USA: Pearson.
61
Muktaman, A. (2017). Analisis Efisiensi Produksi Tahu Dengan Metode Line
Balancing Pada Pabrik Tahu CV Tiga Saudara Prima Kabupaten malang.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, 1-13.
Nugraheni, M., Handayani, T. W., & Utama, A. (2016). Teknologi Presto Pada
Produk Berbasi Ikan Air Tawar. Inotek, 20(2), 171-187.
Rudiyanto, H. (2016). The Study of Good Manufacturing Practices (GMP) and Good
Quality Wingko Based on SNI-01-4311-1996. Jurnal Kesehatan Lingkungan,
148-157.
Serrat, O. (2017). The Five Whys Technique. In: Knowledge Solutions. Singapore:
Springer.
62
LAMPIRAN
Pembutan Santan
Pembuatan Emulsi
Produksi
Mixing
Unloading + Transport
Pencetakan + Pemasakan
Cooling
Packing
Unloading
Waiting
Packing
Total
Note
63
64