Anda di halaman 1dari 11

PRODUKTIVITAS ALAT TANGKAP BAGAN PERAHU KM BAKTI

FORTUNA 30 GT DI PERAIRAN PANTAI BARAT SIBOLGA

Chris Hadinata 1*, Usman 2, Arthur Brown 2


*
Email : chrishadinata93@gmail.com

ABSTRACT
This research was held in December 2015 in KM Bakti Fortuna 30 GT on the West Coast Aquatic
Sibolga. The purpose of this study is to (1) assess the sustainability of fishing effort through
productivity value chart boats catching charts boat (2) determine the species composition of the
catch and the frequency of appearance of the catch. This study uses a case study on one unit of
fishing gear boat chart with the data taken directly. The results showed that the total catch of 7.76
tonnes / trip with catches productivity value obtained at 647.33 kg / day with an average catch of
517.87 kg / surgery setting. Production of this armada is higher than national standard productivity
of Bagan perahu is 3,6 tonnes/trip The highest productivity of Bagan perahu on day 0,014
kg/m3minutes. There are 2 types of fish are caught with the frequency of appearance of the
dominant species of fish caught that squid (Loligo sp).

Keywords : Bagan Perahu, compotition, frequensy, production, productivity


1)
Student of Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University
2)
Lecture of Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University

ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di KM Bakti Fortuna 30 GT pada
Perairan Pantai Barat Sibolga. Tujuan penelitian ini yaitu untuk (1) menilai keberlangsungan
usaha penangkapan bagan perahu melalui nilai produktivitas penangkapan bagan perahu (2)
menentukan komposisi jenis ikan hasil tangkapan dan frekwensi kemunculan hasil tangkapan.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus pada 1 unit alat tangkap bagan perahu dengan
data diambil secara langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total hasil tangkapan sebesar
7.76 ton/trip dengan nilai produktivitas tangkapan yang diperoleh sebesar 647,33 kg/hari dengan
rata rata hasil tangkapan sebesar 517,87 kg/operasi setting. Dan hasil produksi penangkapan ini
lebih tinggi jika dibandingkan dengan produktivitas standart sebesar 3,6 ton/trip. Produktivitas
alat tangkap tertinggi terdapat pada hari ke 6 sebesar 0,014 kg/m3.t Ada 2 jenis ikan yang
tertangkap dengan frekwensi kemunculan jenis ikan yang dominan tertangkap yaitu cumi-cumi
(Loligo sp).

Kata kunci : Bagan Perahu, Frekwensi, Komposisi, Produksi, Produktivitas


1)
Mahasiswa Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan , Universitas Riau.
2)
DosenJurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan , Universitas Riau

PENDAHULUAN tangkahan memiliki fasilitas yang


Kota Sibolga berada di pesisir baik dan lengkap untuk melayani
Barat Sumatera Utara yang memiliki aktifitas perbekalan sampai
aktifitas perikanan yang relatif besar. pendistibusian hasil tangkapan
Nelayan sibolga umumnya nelayan (Situmorang, 2011).
di Sibolga mendaratkan hasil Upaya penangkapan ikan
tangkapannya di tangkahan, dimana adalah seluruh kemampuan yang
dikerahkan oleh berbagai jenit unit kedalaman sekitar 50-60 meter,
penangkapan ikan yang tergabung seperti di Pulau Marsala yang
dalam suatu armada penangkapan kedalaman rata ratanya sekitar 60
ikan untuk memperoleh hasil meter. Armada penangkapan bagan
tangkapan. Dimensi alat perahu atau bagan apung yang
penangkapan ikan dan kapal dioperasikan oleh masyarakat
penangkap ikan, kemampuan nelayan nelayan di daerah Sibolga berukuran
dan operasi penangkapan ikan 28 GT – 30 GT.
merupakan faktor yang dapat Laju kenaikan dan penurunan
menentukan besar upaya dari produksi penangkapan dapat
penangkapan. Oleh karena itu, upaya disebabkan oleh beberapa faktor
penangkapan ikan dapat digunakan selain faktor upaya penangkapan
sebagai salah satu cara untuk diantaranya keadaan peairan.
mengukur keadaan perikanan di Produktivitas dari alat tangkap
suatu perairan (Mc Cluskey.and diukur melalui produksi berbanding
Lewison 2008; Hillborn 2007; lama waktu suatu alat yang ada di
Widodo dan Suadi 2006). suatu daerah penangkapan (Warda
Proses produksi dalam Susianti, 2013).
kegiatan perikanan tangkap berkaitan Kemampuan tangkap atau
dengan prinsip ekonomi yaitu produktivitas dari alat tangkap untuk
permintaan dan penawaran, sehingga mendapat hasil tangkapan dari bagan
memperoleh keuntungan yang perahu adalah salah satu faktor untuk
sebesar – besarnya. Namun di sisi menentukan fishing ground yang
lain sumberdaya ikan yang menjadi potensial. Untuk mengetahui
target penangkapan memiliki informasi produktivitas alat tangkap
keterbatasan untuk tumbuh dan bagan perahu maka dilakukan
berkembang, sehingga ketika upaya penelitian ini.
dalam penangkapan meningkat maka
akan berpengaruh pada keadaan stok Tujuan dan Manfaat
ikan pada suatu perairan. Ikan Tujuan dari penelitian ini
pelagis merupakan bagian terbesar adalah :
dari potensi sumber daya ikan di a. Menilai keberlangsungan usaha
Indonesia. Armada penangkapan penangkapan bagan perahu
yang target tangkapannya adalah melalui nilai produktivitas alat
ikan pelagis yaitu alat tangkap bagan tangkap.
khususnya bagan perahu atau b. Menentukan komposisi jenis ikan
biasanya disebut bagan apung oleh hasil tangkapan dan frekwensi
nelayan Sibolga. kemunculan hasil tangkapan
(Gunarso 1985 dalam Sinaga Manfaat dari penelitian ini
2005) menambahkan bahwa daerah yaitu sebagai informasi utama dalam
penangkapan (fishing ground) alat mengelola perikanan tangkap,
tangkap bagan perahu adalah tersedianya data dan informasi
perairan pantai yang dasar tentang produktifitas bagan apung
perairannya pasir, lumpur campur dan dengan adanya pengelolaan
pasir dan daerah yang sering terjadi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan
pasang surut serta perairan yang agak maka keberlanjutan usaha Bagan
curam dan agak dalam. Alat tangkap apung tetap dapat dipertahankan.
bagan perahu di operasikan pada
Kemudian dapat digunakan sebagai Analisis Data
acuan pada penelitian berikutnya. Produksi Bagan Perahu
Produksi per trip (Catch per Unit
Ruang Lingkup Penelitian effort) menurut Gulland (1983) kapal
Ruang Lingkup yang terdapat bagan perahu dihitung berdasarkan
pada penelitian ini difokuskan pada volume hasil tangkapan ikan dan
perhitungan produksi, produktivitas jumlah trip bagan perahu (CPUE),
alat tangkap bagan perahu, dengan persamaan :
pengukuran parameter oseanografi
yaitu suhu dan kecepatan arus,
frekuensi kemunculan dan jenis ikan,
kemudian dibahas juga tentang Produktivitas Alat Tangkap Bagan
pengoperasian dari alat tangkap perahu
bagan perahu. Produktivitas kapal bagan
perahu dihitung dalam satuan ukuran
METODOLOGI PENELITIAN kapal (Gross Tonage) menggunaan
Penelitian ini dilaksanakan pada rumus Dahle (1989) dalam Warda
bulan desember 2015 selama 12 hari Susanti (2013), dengan persamaan
melaut di Perairan Pantai Barat berikut ini :
Sibolga diatas kapal KM. Bakti
Fortuna 30 GT yang mengoperasikan
alat tangkap bagan. dimana :
Produktivitas = produksivitas bagan
Metode Penelitian perahu (kg/m3/menit)
Metode yang digunakan C = jumlah hasil tangkapan (kg)
dalam penelitian ini adalah metode V = volume bagan perahu (m3)
studi kasus di Perairan Pantai Barat t = actual fishing time
Sibolga. Penelitian ini dilaksanakan Volume jaring bagan perahu
dengan ikut serta pada semua proses ditentukan dengan persamaan berikut
pengoperasian alat tangkap Bagan :
perahu selama 12 hari penangkapan. V= p.l.d
KM. Bakti Fortuna dijadikan sebagai dimana :
objek penelitian yang menggunakan V = volume jaring
alat tangkap Bagan perahu dengan p = panjang jaring (m)
ukuran 30 GT. l = lebar jaring
Pengambilan data dilakukan d = tinggi jaring
secara langsung, data yang akan Perhitungan nilai t sebagai actual fishing
diperoleh dalam penelitian ini berupa time sebagai berikut :
: a) hasil tangkapan dan jenis ikan
yang tertangkap, b) lama waktu yang
dibutuhkan saat proses operasi
penangkapan ikan, c) posisi fishing dimana :
ground, d) suhu dan kecepatan arus t = actual fishing time
perairan di setiap lokasi ty =lama waktu jaring diangkat
penangkapan. (menit)
tz = lama waktu pengoperasian
bagan
Perhitungan Komposisi Jenis dan ni = Jumlah hasil tangkapan
Frekuensi Kemunculan Hasil spesies (kg)
Tangkapan N = Jumlah total hasil
Untuk mengetahui komposisi tangkapan bagan perahu (kg)
jenis dan frekwensi kemunculan hasil Perhitungan frekwensi kumunculan:
tangkapan Bagan perahu selama 1
Fi = x 100 %
bulan penangkapan menggunakan
rumus Omar (2010), rumusnya Keterangan :
sebagai berikut : F = Frekwensi Kumunculan
(%)
pi = x 100 %
i = Jenis ikan
Keterangan: ai = Jumlah kemunculan jenis
pi = Kelimpahan relatif hasil ikan selama trip penangkapan
tangkapan (%) atot = Jumlah trip penangkapan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Tabel 1: Konstruksi waring bagan
Kondisi umum perairan Sibolga No Nama Bagian Ukuran
Pelabuhan Perikanan alat waring
Nusantara Sibolga terletak pada tangkap bagan
posisi 01-02’-15’’ LS dan 100-23’- 1 Waring Panjang 25
34’’ BT dibangun sejak tahun 1993 Bagan waring meter
(PP)
dengan luas pelabuhan 13,9 hektar
Lebar 25
dan mempunyai fasilitas tempat waring meter
pendaratan ikan berjumlah 1 unit. Tinggi 30
Pengoperasian alat tangkap bagan waring meter
perahu dioperasikan di perairan Tali ris 12
pantai barat pada posisi atas mm
00042’346”LS dan 98046’548”BT. (PE)
Proses penangkapan selama Mesh 0,5 cm
penelitian dilaksanakan selama 12 size
hari dengan pengoperasian alat
tangkap sebanyak 15 kali operasi Sedangkan untuk kontruksi
penangkapan. kapal KM Bakti Fortuna 30 GT dapat
dilihat pada tabel 2 dibawah ini :
Konstruksi kapal dan waring
bagan
Konstruksi waring bagan
berbentuk persegi empat dengan
ukuran yang berbeda pada setiap
bagian-bagian waring bagan, dan
untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 1 :
Tabel 2 : Kontruksi KM Bhakti
Fortuna Pada grafik diatas dapat disimpulkan
No Nama Bagian Ukuran bahwa produksi tertinggi dengan
Kapal Bagan (meter) 1140 kg dan produksi yang terendah
Perahu sebesar 310 kg Dengan rata-rata hasil
1 KM Panjang 17 tangkapan sebanyak 517,86 kg dan
Bakti kapal meter produktivitas kapalnya sebesar
Fortuna
647,33kg/hari
30 GT
2 Lebar 5 meter
kapal Produktivitas alat tangkap bagan
3 Dalam 2 meter Produktivitas alat tangkap
kapal yang diperoleh selama penelitian
4 Lebar 6.5 dengan jumlah pengoperasian alat
rumah meter tangkap bagan perahu sebanyak 15
geladak kali hauling dalam 12 hari
5 Panjang 5 meter penangkapan dapat dilihat pada
rumah grafik dibawah ini :
geladak
6 Tinggi 2.5
rumah meter
geladak
7 Panjang 19
cadik meter
8 Lebar 19
cadik meter

Produksi Bagan Perahu


Produksi hasil tangkapan
bagan perahu KM Bakti Fortuna
dapat dilihat pada tabel dibawah ini
:
Gambar 3. Grafik Produktivitas
Harian Alat Tangkap Bagan Perahu

Data produktivitas alat


tangkap yang tertinggi sebesar 0,014
kg/m3.t, sedangkan produktivitas alat
tangkap bagan perahu yang terendah
sebesar 0,003 kg/m3.t

Komposisi dan frekuensi


kemunculan jenis ikan
Dari hasil pengamatan yang
dilakukan selama penelitian hanya
ada 3 jenis ikan saja yang tertangkap
Gambar 2. Grafik Produksi Harian oleh alat tangkap bagan perahu.
Bagan Perahu (CPUE) Ketiga jenis ikan yang tertangkap
merupakan ikan pelagis dan dapat digunakan berbentuk persegi empat
dilihat pada tabel berikut ini : dan ukuran waring bagannya yaitu
25 meter panjangnya, lebar waring
Tabel 4 : Komposisi jenis ikan yang 25 meter dan tinggi jaring 30 meter.
tertangkap Bahan yang digunakan untuk
No Jenis ikan ni pi membuat waring pada alat tangkap
(kg) (%) adalah Poly Phropelene (PP) dan
1 Cumi-cumi 6420 82,6 mesh sizenya sangat kecil yaitu
(Loligo sp) 4% sebesar 0,5 cm seperti pada lampiran
2 Tongkol 1348 17,3 6. Dengan ukuran mata jaring yang
5% kecil inilah alat tangkap bagan dapat
N 7768 100 menangkap ikan pelagis kecil seperti
% ikan teri, cumi-cumi, tongkol dan
ikan pelagis kecil lainnya. Bagian tali
Keterangan: ni = jumlah hasil ris atas pada waring berfungsi untuk
tangkapan spesies (kg) menghindari jaring terlilit pada saat
pi = Kelimpahan alat tangkap dioperasikan, diameter
relatif hasil tangkapan (%) tali ris atas sebesar 12 mm dengan
pintalan tali “Z” dan bahan pembuat
talinya adalah PE.
Bobot pada KM Bakti
Fortuna yang digunakan sebagai
objek pada penelitian ini berukuran
30 GT dan masih tergolong pada
kapal sedang diantara kapal bagan
perahu yang beroperasi di Kota
Sibolga. KM Bakti Fortuna
Gambar 4. Grafik komposisi dari menggunakan cahaya lampu saat
jenis ikan yang tertangkap setting alat tangkap karena
pengoperasian alat tangkapnya
Untuk frekuensi kemunculan dioperasikan pada malam hari dan
setiap jenis ikan dapat dilihat pada digunakan untuk menarik perhatian
tabel dibawah ini : ikan ikan pelagis kecil yang
fototaksis. Jumlah lampu yang
Tabel 5 : Frekuensi kemunculan jenis digunakan KM Bakti Fortuna
ikan sebanyak 83 buah dengan daya yang
No Jenis ikan ai atot Fi berbeda pada 3 jenis lampu. Untuk
(%) jumlah lampu dan kekuatan cahaya
1 Cumi-cumi 15 1 15 lampu yang digunakan sudah
(Loligo sp) termasuk standard untuk kapal
2 Tongkol 10 1 10 berukuran 30 GT. Spesifikasi lampu
yang digunakan pada kapal KM
. Bakti Fortuna dapat dilihat pada
Pembahasan lampiran 4 dan untuk gambar lampu
KM Bakti Fortuna 30 GT dapat dilhat pada lampiran 7.
merupakan kapal yang Produksi hasil tangkapan
mengoperasikan alat tangkap bagan bagan perahu menunjukkan bahwa
perahu dengan waring bagan yang jumlah produksi yang diperoleh
selama 12 hari yaitu sebesar 7.768 kg dikeluarkan Kepmen 38 pada kapal
dalam 1 trip penangkapan. Dimana ini maka nilainya lebih besar dengan
hasil produksi CPUE harian yang nilai produktivitas yang standard
tertinggi yaitu sebesar 1140 kg, karena dalam 1 trip hasil tangkapan
sedangkan yang terendah KM Bakti Fortuna yaitu sebesar 7,76
produksinya yaitu sebesar 310 kg. ton/trip.
Pada hari ke 2,10 dan 11 setting Nilai produktivitas alat
hauling dilakukan sebanyak 2 kali. tangkap ini diperoleh dari 15 kali
Dan hasil tangkapan pada hari ke 10 operasi setting hauling alat tangkap
merupakan produksi CPUE terendah dalam 1 trip penangkapan. Operasi
walaupun hauling alat tangkap penangkapan yang biasanya
dilakukan sebanyak 2 kali sementara dilakukan alat tangkap ini dalam 1
produksi tertinggi diperoleh hanya tahun sebanyak 10-11 trip
dengan 1 kali hauling saja. Dari data penangkapan dalam jangka waktu
produksi menunjukkan bahwa hasil yang berbeda beda dilaut karena
tangkapan tidak bergantung pada bergantung pada bahan pokok
jumlah berapa kali setting hauling makanan yang dibawa dari darat.
dilakukan dan jumlah tangkapan Pada musim puncak alat tangkap ini
lebih dominan banyak hasil dapat mencapai hasil tangkapan 10
tangkapannya saat hauling alat ton lebih dalam kurun waktu 1
tangkap dilakukan sekali saja. minggu. Fishing ground pada saat
Jumlah tangkapan ini lebih banyak penelitian adalah 000 42’346” LU
jika dibandingkan dengan hasil dan 980 46’548” BT di perairan
produksi pada kapal bagan perahu 28 pantai barat Sibolga yang merupakan
GT yang hanya memperoleh hasil daerah untuk penangkapan
sebesar 1250 kg dalam 1 trip digunakan oleh nelayan. Salah satu
penangkapan. (Arista Melky, 2012). faktor daerah perairan pantai barat
Produktivitas alat tangkap Sibolga dipilih sebagai tempat
bagan dihitung melalui perbandingan pengoperasian karena perairan yang
jumlah hasil tangkapan harian tenang untuk setting hauling alat
dengan volume waring dan lama tangkap agar waring tidak mudah
waktu setting hauling alat tangkap. terbawa arus. Perairan yang tenang
Hasil dari analisis menunjukkan merupakan fishing ground yang baik
bahwa nilai produktivitas alat untuk bagan perahu agar waring
tangkap bagan perahu yang tertinggi tidak terbawa arus dan cahaya lampu
terdapat pada hari ke 6 sebesar 0,014 bisa fokus diperairan pada saat ikan
kg/m3.t dengan actual fishing berkumpul di bawah sinar lampu.
timenya 0,242 menit, sementara nilai (Arista, 2012)
produktivitas terendah untuk alat Jenis ikan yang tertangkap
tangkap ini diperoleh pada hari ke 9 hanya ada 2 jenis ikan pelagis yaitu
yaitu sebesar 0,003 kg/m3.t dengan cumi-cumi, dan tongkol. Dimana
actual fishing timenya 0,153 menit. hasil analisis diperoleh persentase
Nilai produktivitas menurut komposisi yang paling tinggi adalah
Kep.38/Men/2003 tentang cumi-cumi dengan nilai
produktivitas kapal penangkap ikan persentasenya 82,64% dan komposisi
yaitu sebesar 1,5 ton/GT/tahun atau persentasenya yg terendah yaitu ikan
sekitar 3,6 ton/trip. Jika mengacu timpik dengan nilai persentasenya
pada nilai produktivitas yang 17,35%. Dan pada saat penelitian ini
yang dinamai musim cumi oleh kemunculan maka jenis ikan cumi-
nelayan bagan. Menurut Subani 1972 cumi dan ikan tongkol tampak
dalam Arista 2012 selain ikan teri berbeda ketika proses hauling
dan ikan kembung, jenis ikan cumi- dilakukan. Cumi-cumi lebih dominan
cumi dan sotong juga merupakan tertangkap pada setiap hauling alat
tangkapan bagan perahu pada tangkap dibandingkan dengan ikan
umumnya karena termasuk pada ikan tongkol seperti pada lampiran 9. Dan
pelagis kecil. pada umumnya cumi-cumi tidak
Penangkapan bagan hanya target tangkapan dari KM
bergantung kepada musim-musim Bakti Fortuna bahkan ketika
penangkapan yang mana setiap musimnya teri, hasil tangkapan alat
musim dapat mempengaruhi hasil tangkap ini lebih didominasi ikan teri
tangkapan nelayan bagan. Menurut diikuti dengan ikan-ikan pelagis
Arista 2012, musim yang tepat untuk lainnya. KM Bakti Fortuna
nelayan bagan perahu di perairan umumnya hasil tangkapannya yaitu
sibolga yaitu musim timur dan ikan teri (Stolephorus sp), ikan
musim selatan dimana saat musim ini kembung (Ratrelliger sp) cumi-cumi
keadaan suhu dan arus dilaut normal (Loligo sp), dan ikan pelagis kecil
daripada musim-musim lainnya. lainnya, karena jenis ikan teri, dan
Musim timur terjadi pada cumi yang biasanya diolah oleh
bulan Maret-Mei dan musim selatan nelayan di sekitar PPN Sibolga dan
terjadi pada bulan Juni-Agustus, dijual ke tempat pengrebusan yang
sementara itu pada saat penelitian ada di daerah Pondok Batu.
musim yang sedang terjadi adalah Kemudian hasil olahan inilah
musim utara dimana pada saat nantinya yang dijual ke wilayah-
musim ini terjadi keadaan suhu dan wilayah lainnya.
laut bergelombang yang berlangsung
pada bulan Desember-Februari. Dan KESIMPULAN DAN SARAN
ketika musim barat nelayan bagan Kesimpulan
jarang pergi melaut karena ditandai Produksi alat tangkap bagan
dengan musim penghujan serta perahu pada KM. Bhakti Fortuna 30
tutupan dari awan pun lebih banyak GT mengalami penurunan hasil
sehingga musim ini sering disebut tangkapan yang pada biasanya hasil
nelayan musim paceklik. tangkapan yang diperoleh minimal
Ketertarikan cumi-cumi pada 10 ton dalam seminggu waktu
cahaya lampu disebabkan oleh penangkapan menjadi 7,768 ton
terjadinya peristiwa fototaksis yang dalam 12 hari waktu penangkapan.
merangsang dan menarik ikan agar Hal ini dikarenakan pada saat
berkumpul pada sumber cahaya atau penelitian dilakukan pada bulan
karena adanya rangsangan (stimulus) desember dimana pada bulan itu
sehingga ikan memberikan respon. biasanya musim penangkapan
(Ayodhyoa, 1981) memang berkurang akibat dari faktor
Hasil analisis menunjukkan cuaca yang buruk pada bulan ini.
bahwa jenis ikan cumi-cumi Keberlangsungan usaha
memiliki frekuensi kemunculan yang penangkapan yang dilakukan oleh
relatif lebih tinggi jika dilihat dari KM Bakti Fortuna dapat berlanjut
persentase frekuensi kemunculannya. dan memperoleh keuntungan jika
Perbedaan persentase frekeunsi dilihat dari nilai produksi kapal KM
Bakti Fortuna lebih besar dengan musim penangkapan yang ada
total produksi sebesar 7,76 ton/trip sehingga tidak membuat para
dibandingkan dengan produksi nelayan bagan perahu menjadi rugi
standard yang ada hanya sebesar 3,6 dengan hasil tangkapan yang
ton/trip dan nilai produktivitas alat tidak seperti biasanya dan
tangkap bagan saat setting hauling keberlangsungan usaha penangkapan
tertinggi terdapat pada hari ke 6 bagan perahu dapat terus
dengan 0,014 kg/m3.t yang dilakukan berlangsung.
dengan 1 kali hauling. Pada penelitian ini ada
Frekuensi kemunculan ikan baiknya dilakukan lebih dari seorang
yang paling sering tertangkap adalah karena banyak kegiatan-kegiatan
cumi-cumi yang selalu tertangkap yang ada di kapal agar segala
pada setiap kali operasi penangkapan kegiatan dapat dilihat dan diikuti
dilakukan, sedangkan untuk dengan saling berbagi tugas.
komposisi jenis ikan yang tertangkap Perlu dilakukan penelitian
juga lebih banyak pada jenis cumi- lebih lanjut dengan membandingkan
cumi dan nelayan menamakan 2 kapal yang berbeda bobot kapal
musim ini dengan musim cumi. untuk mengetahui nilai produktivitas
Saran kapal dan alat tangkap.
KM. Bhakti Fortuna ada
baiknya memperhatikan musim-

DAFTAR PUSTAKA Pengoperasian Bagan Rakit.


Ariestine, D. 2001. Analisis Faktor Semarang:BalaiPengemban
Teknis Perikanan Jaring gan Penangkapan Ikan.
Nilon Di Perairan Teluk Fitriyadi. 2007. Konstruksi Alat
Jakarta, Muara Angke. Tangkap Bagan Perahu Di
Bogor: Skripsi . Fakultas Desa Tanjung Batang
Perikanan Dan Ilmu Kecamatan Pulau Tiga
Kelautan. Jurusan Kabupaten Natuna Provinsi
Pemanfaatan Sumberdaya Kepulauan Riau. Skripsi.
Perikanan. Institut Pertanian Pekanbaru: Program Studi
Bogor. Hal 97. Pemanfataan Sumberdaya
Arista, M. 2012. Manajemen Perairan, Fakultas Perikanan
Operasional Alat Tangkap dan Ilmu Kelautan,
Bagan Perahu Yang Universitas Riau. 53 hal.
Dioperasikan Nelayan Desa Firdiansyah. 2011. Komposisi Hasil
Sitiris-tiris Kecamatan Tangkapan Bagan Apung
Andam Dewi Kabupaten Pada Waktu Senja dan Dini
Tapanuli Tengah Provinsi Hari Di Perairan Naras I
Sumatera Utara. Skripsi, Keccamatan Pariaman Utara
Pekanbaru: Program Studi Provinsi Sumatera Barat.
Pemanfaatan Sumberdaya Skripsi. Pekanbaru :
Perairan, Fakultas Perikanan Program Studi Pemanfataan
dan Ilmu Kelautan, Sumberdaya Perairan,
Universitas Riau. 54 hal. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Dulgofar, Fakhrudin, Fauzi. 1988. Kelautan, Universitas Riau.
Petunjuk Pembuatan dan 34 hal.
Gulland, J.A. 1983. Fish Stock Sumberdaya Perikanan,
Assement. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Iskandar MD. 2001. Analisis Hasil Kelautan, Universitas Riau.
Tangkapan Bagan Motor 13 hal.
pada Tingkat Pencahayaan Ridwan. 2014. Perikan Tangkap
yang Berbeda di Perairan Bagan Dan
Teluk Semangka Kabupaten Keberlanjutannya Pada
Tanggamus. Tesis [tidak Komunitas Nelayan Lokal
dipublikasikan]. Bogor: Di Sulawesi Utara, Jurnal
Institut Pertanian Bogor, Perikanan Dan Ilmu
Program pascasarjana. Hal Kelautan II (1) : 25-32
26-33. Rovianto, J. 1986. Orientasi
Khairuddin. 2011. Komposisi Hasil produktivitas dan Ekonomi
Tangkapan Bagan Apung Jepang Edisi 1 Cetakan 2.
Dengan Jumlah Lampu Jakarta: Penerbit universitas
Berbeda Di Perairan Desa indonesia Press.154 hal.
Naras I Kecamatan Saputra, Toni. 2012. Studi Analisis
Pariaman Utara Provinsi Kepadatan Dan Biomassa
Sumatera Barat. Skripsi. Ikan Di Bawah Cahaya
Pekanbaru : Program Studi Lampu Dengan Intensitas
Pemanfataan Sumberdaya Yang Berbeda Pada
Perairan, Fakultas Perikanan Perikanan Bagan Apung Di
dan Ilmu Kelautan, Perairan Desa Naras I
Universitas Riau. 35 hal. Kecamatan Pariaman Utara
Kepmen KP No.38/Men/2003 Provinsi Sumatera Barat.
Tentang Produktivitas alat Skripsi. Pekanbaru :
tangkap ikan Program Studi Pemanfaatan
Kepmen KP No.60/MEN/2010 Sumberdaya Perairan,
Tentang Produktivitas Kapal Fakultas Perikanan dan Ilmu
Penangkap Ikan. Kelautan, Universitas Riau.
Leavastu, T and M.L. Hayes. 1981. 65 hal.
Fisheries Oceanography and Sudirman. 2003. Analisis Tingkah
Echology. Fishing News Laku Ikan untuk
Books Ltd. London Mewujudkan Teknologi
Laevastu T and Hela I. 1970. Ramah Lingkungan dalam
Fisheries Oceanography. Proses Penangkapan pada
London: Fishing News Bagan Rambo. Disertasi
Books. 238 p. [tidak dipublikasikan].
Misnawati. 2012. Efisiensi Waktu Bogor: Institut Pertanian
Pengisian Perbekalan Bogor, Program
Terhadap Waktu Tambat pascasarjana. Hal 270-272.
Kapal Perikanan Bagan Sudirman. 2011. Perikanan Bagan
Perahu Di Tangkahan dan Aspek Pengelolaannya.
Bunga Karang Kota Sibolga Penerbitan Universitas
Provinsi Sumatera Utara. Muhammadiyah Malang.
Skripsi [tidak Malang. 234 hal
dipublikasikan]. Pekanbaru:
Program Studi Pemanfaatan
Subani W. 1970. Penangkapan Ikan Perahu di Wilayah Perairan
dengan Bagan. Tanpa Sumatera Barat. Jurnal
Lembaga. Jakarta. 18 hal. Perikanan Laut No 92
Subani W. 1972. Alat dan Cara Tahun 1994. 37-47 hal.
Penangkapan Ikan di Warda S. 2013. Produktivitas Daerah
Indonesia. Jilid I. Jakarta: Penangkapan Ikan Bagan
Lembaga Penelitian Tancap Yang Berbeda Jarak
Perikanan Laut. 259 hal. Dari Pantai Di Perairan
Subani W dan HR Barus. 1989. Alat Kabupaten Jeneponto.
Penangkapan Ikan dan Jurnal Akuatika Vol. IV No
Udang Laut di Indonesia. 1/Maret Tahun 2013. 68-79
Takril. 2005. Hasil Tangkapan hal.
Sasaran Utama dan Widodo J, Suadi. 2006. Pengelolaan
Sampingan Bagan Perahu di Sumberdaya Perikanan
Polewali Kabupaten Laut. Yogyakarta Gadjah
Polewali Mandar, Sulawesi Mada Univesity Press. 252
Barat. Skripsi [tidak hal.
dipublikasikan]. Bogor: Widodo, J. et al., 1994. Pedoman
Program Studi Pemanfaatan Teknis Perencanaan dan
Sumberdaya Perikanan, Pengelolaan Sumberdaya
Fakultas Perikanan dan Ilmu Ikan Pelagis Kecil dan
Kelautan, Institut Pertanian Perikanannya. No.
Bogor. 61 hal. PHP/KAN/PT.27/1994.
Tuti H dan Maria M. 1994. Badan Penelitian dan
Komposisi Hasil Tangkapan Pengembangan Pertanian,
dan Perkembangan Laju Departemen Pertanian. 109
Tangkap Perikanan Bagan hal.

Anda mungkin juga menyukai