Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum,studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu
Studi yang ditunjukan untuk menentukan jumlah atau frekuensi dan distribusi
penyakit di suatu daerah berdasarkan variable orang,tempat, dan waktu yang
disebut epidemiologi deskriptif. Studi epidemiologi yang ditunjukan unttk mencari
factor-faktor penyebab timbulnya penyakit atau mencari penyebab terjadinya
variasi yaitu tinggi atau rendahnya frekuensi penyakit pada berbagai kelompok
individu, studi epidemiologi ini dikenal sebagai epidemiologi analitik.
Dalam blog ini akan diuraikan epidemiologi deskriptif, mencari frekuensi
distribusi penyakit berdasarkan variable “orang”, “tempat” dan “waktu”. Studi
Deskriptif disebut juga studi prevalensi atau studi pendahuluan dari studi analitik
yang dapat dilakukan suatu saat atau suatu periode tertentu. Jika studi ini
ditujukan kepada sekelompok masyarakat tertentu yang mempunyai masalah
kesehatan maka disebutlah studi kasus tetapi jika ditujukan untuk pengamatan
secara berkelanjutan maka disebutlah dengan surveilans serta bila ditujukan
untuk menganalisa faktor penyebab atau risiko maupun akibatnya maka disebut
dengan studi potong lintang atau cross sectional.
Masalah kesehatan pada dasarnya tersebar mengikuti pola distribusi
epidemiologis. Artinya, sering tidaknya suatu penyakit tersebar pada suatu tempat
adalah sesuai dengan besarnya keberadaan faktor-faktor epidemiologis didaerah
atau komuniti bersangkutan. Karena itu, secara umum penyakit tersebar menurut
faktor-faktor penjamu, agen dan lingkungan. Dan untuk menjelaskan distribusi itu
dipergunakanlah model PPT (person, place dan time).   Pengutaraan distribusi
penyakit dilakukan dengan menyatakan karakteristik penderita, tempat kejadian
dan waktu kejadiannya. Dengan memperhatikan hal ini, data epidemologis yang
dibutuhkan adalah data mengenai karakteristik epidemiologis yang berkaitan
distribusi penyakit yang diamati.
Data merupakan komponen penting dalam epidemologi, sebagai “napas”
epidemiologi. Data adalah sumber infprmasi, sumber inspirasi yang amat
diperlukan oleh epidemiologi dalam melakukan perannya. Tanpa data
epidemiologi akan “buta” , tidak mampu melihat masalah kesehatan yang sedang
terjadi. Mengingat pentingnya data, bukan hanya keberadaan dan
ketersediaannya yang diperlukan, tetapi diperlukan data yang  berkualitas.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi epidemiologi deskriptif?
2. Apa definisi epidemiologi analitik?
3. Apa saja jenis variable dalam penelitian epidemiologi?
4. Apa saja sumber dan jenis data epidemiologi?
5. Sebutkan jenis penelitian epidemiologis?
6. Bagaimana penghitungan besar sampel?
7. Bagaimana skema dan aplikasi jenis-jenis penelitian epidemiologis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui epidemiologi deskriptif?
2. Untuk mengetahui epidemiologi analitik?
3. Untuk mengetahui jenis variable dalam penelitian epidemiologi?
4. Untuk mengetahui sumber dan jenis data epidemiologi?
5. Untuk mengetahui jenis penelitian epidemiologis?
6. Untuk mengetahui penghitungan besar sampel?
7. B Untuk mengetahui skema dan aplikasi jenis-jenis penelitian epidemiologis?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Epidemiologi Deskriptif
1. Definisi Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskriptif merupakan studi epidemiologi yang berkaitan dengan
definisi epidemiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan frekuensi
masalah kesehatan atau penyakit pada masyarakat. Epidemiologi desktriptif
merupakan langkah awal untuk mengetahui adanya masalah kesehatan dalam
masyarakat serta besarnya masalah kesehatan tersebut dengan menjelaskan factor
Manusisa (Who), Waktu (When) dan Tempat (Where).
Epidemiologi deskriptif adalah ilmu yang menggambarkan penyebaran atau
distribusi frekuensi penyakit yang terjadi di masyarakat berdasarkan variabel
epidemiologi yang mempengaruhinya. Variabel epidemiologi tersebut dikelompokkan
menurut orang, tempat dan waktu.

2. Tujuan
Tujuan epidemiologi deskriptif adalah :
a. Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat
diduga kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang
b. Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.
c. Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan
terhadap masalah kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).
Kategori berdasarkan unit pengamatan atau analisis epidemiologi
deskriptif dibagi 2 yaitu:
a. Populasi : Studi Korelasi Populasi, Rangkaian Berkala (time series)
b. Individu : Laporan Kasus (case report), Rangkaian Kasus (case series), Studi
Potong Lintang (Cross-sectional).
Adapun Ciri-ciri studi deskriptif sebagai berikut:
a. Bertujuan untuk menggambarkan
b. Tidak terdapat kelompok pembanding
c. Hubungan sebab akibat hanya merupakan suatu perkiraan atau semacam
asumsi
d. Hasil penelitiannya berupa hipotesis
e. Merupakan studi pendahuluan untuk studi yang mendalam

3
Hasil penelitian deskriptif dapat di gunakan untuk:
a. Untuk menyusun perencanaan pelayanan kesehatan
b. Untuk menentukan dan menilai program pemberantasan penyakit yang telah
dilaksanakan
c. Sebagai bahan untuk mengadakan penelitain lebih lanjut
d. Untuk membandingkan frekuensi distribusi morbiditas atau mortalitas antara
wilayah atau satu wilayah dalam waktu yang berbeda.

3. Definisi Epidemiologi Analitik


Epidemiologi Analitik terutama berkaitan dengan menemukan penyebab
infeksi atau penyakit untuk mengidentifikasi intervensi penyakit. Studi
Epidemiologi Analitik terutama dikategorikan sebagai studi eksperimental dan
observasional. Studi epidemiologi analitik dilakukan untuk mendapatkan
hubungan antara paparan yang berbeda terhadap kondisi penyakit dan untuk
mendapatkan hasilnya secara terukur. Epidemiologi analitik menggabungkan
kelompok pembanding dalam desain penelitiannya.
Studi eksperimental melibatkan eksperimen laboratorium dalam kondisi in
vitro dan dalam kondisi in vivo. Dalam jenis studi ini, percobaan laboratorium
dilakukan berdasarkan pada hipotesis yang diputuskan oleh ahli epidemiologi.
Eksperimen yang dipelajari dapat berupa uji klinis atau uji coba komunitas.
Selama studi eksperimental, berbagai intervensi dilakukan untuk menganalisis
perilaku penyakit.
Dalam studi observasional, data diturunkan terutama berdasarkan
kuesioner pada populasi yang dipilih atau kohort. Studi-studi ini dapat berupa
retrospektif atau prospektif tergantung pada desain penelitian. Analisis statistik
banyak dilakukan pada studi epidemiologis analitik untuk menyimpulkan
kesimpulan. Mereka dinyatakan sebagai rasio odds, tingkat kepercayaan dan
rasio risiko.

B. Jenis Variabel dalam Penelitian Epidemiologi


Analisis data epidemiologis berdasarkan variable di atas digunakan untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang morbiditas dan mortalitas yang dihadapi.
Dengan demikian, memudahkan untuk mengadakan penanggulangan, pencegahan
atau pengamatan.
Untuk menentukan adanya peningkatan atau penurunan insidensi atau
prevalensi penyakit yang timbul, harus diperhatikan kebenaran perubahan tersebut.
Perubahan yang terjadi dpat disebabkan perubahan semu sebagai akibat perubahan

4
dalam teknologi diagnostic, perubahan klasifikasi, atau kesalahan dalam perhitungan
jumlah penduduk.
Sebagai contoh, dilaporkan adanya kecenderungan penurunan prevalensi
karsinoma hepatis di Negara-negara maju dalam beberapa dasawarsa terakhir, tetapi
setelah dilakukan penelitian secara saksama ternyata perubahan tersebut disebabkan
kemajuan teknologi untuk mendeteksi penyakit kanker hepatis hingga ditemukan
karsinoma primernya yang berarti laporan sebelumnya termasuk juga karsinoma
sekunder sebagai metastase. Laporan insidensi dan prevalensi karsinoma hepatis
yang dilakuan berdasarkan karsinoma primernya tampaknya seolah-olah terjadi
penurunan insidensi.
Bila hal ini tidak diperhatikan, kesimpulan yang ditarik akan bias. Kini akan
dibahas ketiga variable tersebut satu demi satu dan akan diawali dengan variable
“orang” karena “orang” merupakan variable yang terpenting di antara ketiga variable
tersebut.
1. Variabel “Orang”
Untuk mengidentifikasi seseorang terdapat variable yang tak terhingga
banyaknya, tetapi hendaknya dipilih variable yang dapat digunakan sebagai indicator
untuk menentukan ciri seseorang. Untuk menentukan variable mana yang dapat
digunakan sebagai indicator, hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan serta sarana yang ada. Secara umum, variable penting yang akan
dibahas adalah umur,jenis kelamin, dan suku bangsa.
Umur
Variable umur merupakan hal yang penting karena semua rate morbiditas dan
rate mortalitas yang dilaporkan hampir selalu berkaitan dengan umur.
Hubungan Umur Dengan Mortalitas
Walaupun secara umum kematian dapat terjadi pada setiap golongan umur,
tetapi dari berbagai catatan diketahui bahwa frekuensi kematian pada setiap golongan
umur berbeda-beda, yaitu kematian tertinggi terjadi pada golongan umur 0-5 tahun
dan kematian terendah terletak pada golongan umur 15-25 tahun dan akan
meningkatan lagi pada umur 40 tahun ke atas.
Dari gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa secara umum kematian akan
meningkat dengan meningkatnya umur. Hal ini disebabkan berbagai faktor, yaitu
pengalaman terpapar oleh fakor penyebab penyakit, faktor pekerjaan, kebiasaan
hidup atau terjadinya perubahan dalam kekebalan.
Hubungan Umur Dengan Morbiditas
Kita ketahui bahwa pada hakikatnya suatu penyakit dapat menyerang setiap
orang pada semua golongan umur, tetapi ada penyakit-penyakit tertentu yang lebih

5
banyak menyerang golongan umur tertentu. Penyakit-penyakit kronis mempunyai
kecenderungan meningkat dengan bertambahnya umur, sedangkan penyakit-penyakit
akut tidak mempunyai suatu kecenderungan yang jelas.
Anak berumur 1-5 tahun lebih banyak terkena infeksi saluran pernapasan
bagian atas (ISPA). Ini disebabkan perlindungan kekebalan yang diperoleh dari ibu
yang melahirkannya hanya sampai pada 6 bulan pertama setelah dilahirkan,
sedangkan setelah itu kekebalan menghilang dan ISPA mulai menunjukkan
peningkatan.
Sebelum ditemukan vaksin, imunisasi penyakit-penyakit seperti morbili,
varisela, dan parotitis, banyak terjadi pada anak-anak berumur muda, tetapi setelah
program imunisasi dijalankan, umur penderita bergeser ke umur yang lebih tua.
Walaupun program imunisasi telah lama dijalankan di Indonesia, tetapi karena
kesadaran dan pengetahuan masyarakat yang masih rendah terutama di daerah
pedesaan sering kali target cakupan imunisasi tidak tercapai yang berarti masih
banyak anak atau bayi yang tidak mendapatkan imunisasi. Gambaran ini tidak hanya
terjadi pada Negara- Negara berkembang seperti Indonesia, tetapi terjadi juga pada
Negara maju.
Penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, dan karsinoma
lebih banyak menyerang orang dewasa dan lanjut usia, sedangkan penyakit kelamin,
AIDS, kecelakaan lalu lintas, penyalahgunaan obat terlarang banyak terjadi pada
golongan umur produktif yaitu remaja dan dewasa.
Hubungan antara umur dan penyakit tidak hanya pada frekuensinya saja,
tetapi pada tingkat beratnya penyakit, misalnya staphylococcus dan escheria coli akan
menjadi lebih berat bila menyerang bayi daripada golongan umur lain karena bayi
masih sangat rentan terhadap infeksi.
Hubungan Tingkat Perkembangan Manusia Dengan Morbiditas
Dalam perkembangan secara alamiah, manusia mulai dari sejak dilahirkan
hingga akhir hayatnya senantiasa mengalami perubahan baik fisik maupun psikis.
Secara garis besar, perkembangan manusia secara alamiah dapat dibagi menjadi
beberapa fase yaitu fase bayi dan anak- anak, fase remaja dan dewasa muda, fase
dewasa dan lanjut usia.
Dalam setiap fase perkembangan tersebut, manusia mengalami perubahan
dalam pola distribusi dan frekuensi morbiditas dan mortalitas yang disebabkan
terjadinya perubahan dalam kebiasaan hidup, kekebalan, dan faal. 
Jenis Kelamin
Hubungan Penyakit Dengan Jenis Kelamin

6
Secara umum, setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki
maupun perempuan, tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi
antara laki-laki dan perempuan. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan pekerjaan,
kebiasaan hidup, genetika atau kondis fisiologis. Penyakit-penyakit yang lebih banyak
menyerang perempuan daripada laki-laki antara lain:
1. Tireotoksikosis
2. Diabetes mellitus
3. Obesitas
4.  Kolesistitis
5.  Reumatoid arthritis
Selain itu, terdapat pula penyakit yang hanya menyerang perempuan, yaitu
penyakit yang berkaitan dengan organ tubuh perempuan seperti karsinoma uterus,
karsinoma mamae, karsinoma serviks, kista ovarii, dan adneksitis. Penyakit-penyakit
yang lebih banyak menyerang laki-laki daripda perempuan antara lain : penyakit
jantung koroner, infrak miokard, karsinoma paru-paru, dan hernia inguinalis. Selain itu,
terdapat pulla penyakit yang hanya menyerang laki-laki seperti karsinoma penis,
orsitis, hipertrofi prostat, dan karsinoma prostat.

Suku Bangsa
Walaupun klasifikasi penyakit berdasarkan suku bangsa sulit dilakukan baik
secara praktis maupun secara konseptual, tetapi karena terdapat perbedaan yang
besar dalam frekuensi dan beratnya penyakit di antara suku bangsa maka dibuat
klasifikasi walaupun terjadi kontroversi.
Pada umumnya penyakit yang berhubungan dengan suku bangsa berkaitan
dengan faktpr genetic atau factor lingkungan, misalnya :
1. Penyakit sickle cell anemia
2. Hemophilia
3. Kelainan biokimia seperti glukosa 6 fosfatase dan
4. Karsinoma lambung
Di samping ketiga factor yang telah diuraikan di atas terdapat pula faktor-faktor
lain yang berkaitan dengan variable”orang”. yaitu :
1. Sosial ekonomi
2. Budaya/agama
3. Pekerjaan
4. Status marital
5. Golongan darah
6. Infeksi alamiah dan

7
7. Kepribadian

Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi frekuensi
distribusi penyakit tertentu, misalnya TBC, infeksi akut gastrointestinal, ISPA, anemia,
malnutrisi, dan penyakit parasit yang banyak terdapat pada penduduk golongan sosial
ekonomi yang tinggi.
Budaya/Agama
Dalam beberapa hal terdapat hubungan anatara kebudayaan masyarakat atau
agama dengan frekuensi penyakit tertentu. Misalnya:
1. Balanitis, karsinoma penis banyak terdapat pada orang yang tidak melakukan
sirkumsisi disertai dengan hygiene perorangan yang jelek.
2. Trisinensis jarang terdapat pada orang islam dan orang yahudi karena mereka
tidak memakan daging babi.

Pekerjaan
Berbagai jenis pekerjaan akan berpengaruh pada frekuensi dan distribusi
penyakit. Hal ini disebabkan sebagian hidupnya dihabiskan di tempat pekerjaan
dengan berbagai suasana dan lingkungan yang berbeda. Misalnya, pekerjaan yang
berhubungan dengan bahan fisika, panas, bising, dan kimia seperti pekerja pabrik
asbes yang banyak menderita karsinoma paru-paru dan gastrointestinal serta
mesotelioma, sedangkan fibrosis paru-paru banyak terdapat pada pekerja yang
terpapar oleh silicon bebas, atau zat radioaktif sperti petugas dibagian radiologi dan
kedokteran nuklir.
Pekerja di bidang pertambangan, konstruksi banguanan atau pertanian, dan
pengemudi kendaraan bermotor mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami
trauma atau kecelakaan dibandingkan dengan pekerja kantor.
Status marital
Adanya hubungan antara status marital dengan frekuensi distribusi mordibitas
telah lama diketahui , tetapi penyebab pastinya belum diketahui. Ada yang
berpendapat bahwa hubungan status marital dengan morbiditas dikaitkan dengan
faktor psikis, emosional, dan hormonal atau berkaitan dengan kehidupan seksual,
kehamilan, melahirkan, dan laktasi. Secara umum ditemukan bahwa insidensi
karsinoma mammae lebih banyak ditemukan pada perempuan yang tidak menikah
dibandingkan dengan perempuan yang menikah, sebaliknya, karsinoma serviks lebih
banyak ditemukan pada perempuan yang menikah daripada yang tidak menikah atau

8
menikah pada usia yang sangat muda atau sering berganti pasangan. Kehamilan dan
persalinan merupakan faktor risiko terjadinya eklamsia dan praeklamsia yang dapat
menyebabkan kematian ibu. Angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi
dibandingkan dengan Negara lain. 
Golongan darah abo
Golongan darah juga dapat mempengaruhi insidensi suatu penyakit, misalnya
orang – orang dengan golongan darah A meningkatkan risiko terserang karsinoma
lambung, sedangkan golongan darah O lebih banyak terkena ulkus duodeni.
2. Variabel “waktu”
Variabel waktu merupakan faktor kedua yang harus diperhatikan ketika
melakukan analisis morbiditas dalam studi epidemiologi karena pencatatan dan
laporan insidensi dan prevalensi penyakit selalu didasarkan pada waktu, apakah
mingguan, bulanan atau tahunan.
Laporan morbiditas ini menjadi sangat penting artinya dalam epidemiologi
karena didasarkan pada kejadian yang nyata dan bukan berdasarkan perkiraan atau
estimasi. Selain itu, dengan pencatatan dan laporan morbiditas dapat diketahui
adanya perubahan – perubahan insidensi dan prevalensi penyakit hingga hasilnya
dapat digunakan untuk menyusun perencanaan dan penanggulangan masalah
kesehatan.
Mempelajari morbiditas berdasarkan waktu juga penting untuk mengetahui
hubungan antara waktu dan insidensi penyakit atau fenomena lain, misalnya
penyebaran penyakit saluran pernafasan yang terjadi pada waktu malam hari karena
terjadinya perubahan kelembapan udara atau kecelakaan lalu lintas yang sebagian
besar terjadi pada waktu malam hari.
Fluktuasi insidensi penyakit yang diketahui terdiri dari :
1.  Kecenderungan sekuler (secular trend)
2. Variasi siklik
3. Variasi musim
4. Variasi random
Kecenderungan Sekuler
Kecenderungan sekuler ialah terjadinya perubahan penyakit atau kejadian luar
biasa dalam waktu yang lama. Lamanya waktu dapat bertahun-tahun sampai
beberapa dasawarsa. Kecenderungan sekuler dapat terjadi pada penyakit menular
maupun penyakit infeksi non menular. Misalnya, terjadinya pergeseran pola penyakit
menular ke penyakit yang tidak menular yang terjadi di Negara maju pada beberapa
dasawarsa terakhir.

9
Pengetahuan tentang perubahan tersebut dapat digunakan dalam penilaian
keberhasilan upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit. Kecenderungan
sekuler juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada
mortalitas.
Dalam mempelajari kecenderungan sekuler tentang mortalitas, harus dikaitkan
dengan sejauh mana perubahan pada insidensi dan sejauh mana perubahan tersebut
menggambarkan kelangsungan hidup penderita.
Angka kematian akan sejalan dengan angka insidensi (incidence rate) pada
penyakit yang fatal dan bila kematian terjadi tidak lama setelah diagnosis, misalnya
karsinoma paru- paru, karena memenuhi criteria di atas. 
Variasi Siklik
Variasi siklik ialah terulangnya kejadian penyakit setelah beberapa tahun,
tergantung dari jenis penyakitnya, misalnya epidemic campak biasanya berulang
setelah dua-tiga tahun kemudian. Variasi siklik biasanya terjadi pada penyakit menular
karena penyakit non infeksi tidak mempunyai variasi siklik. 
Variasi Musim
Variasi musim ialah terulangnya perubahan frekuensi insidensi dan prevalensi
penyakit yang terjadi dalam satu tahun. Dalam mempelajari morbiditas dan mortalitas,
variasi musim merupakan salah satu hal yang sangat penting karena siklus penyakit
terjadi sesuai dengan perubahan musim dan berulang setiap tahun.
Variasi musim sangat penting dalam menganalisis data epidemiologis tentang
kejadian luar biasa untuk menentukan peningkatan insidensi suatu penyakit yang
diakibatkan variasi musim atau memang terjadinya epidemic. Bila adanya variasi
musim tidak diperhatikan, kita dapat menarik kesimpulan yang salah tentang
timbulnya kejadian luar biasa.
Di samping itu, pengetahuan tentang variasi musim juga dibutuhkan pada
penelitian epidemiologis karena penelitian yang dilakukan pada musim yang berbeda
akan menghasilkan frekuensi distribusi penyakit yang berbeda pula. Penyakit-penyakit
yang mempunyai variasi musim antara lain : diare, influenza, dan tifus abdominalis.
Beberapa ahli epidemiologi memasukkan variasi musim ke dalam variasi siklik
karena terjadinya berulang, tetapi disini dipisahkan karena pada variasi musim,
terulangnya perubahan insidensi penyakit dalam waktu yang pendek sesuai dengan
perubahan musim, sedangkan pada variasi siklik fluktuasi perubahan insidensi
penyakit terjadi lebih lama yaitu suatu penyakit dapat terulang satu atau dua tahun
sekali.
Variasi Random

10
Variasi random dapat diartikan sebagai terjadinya epidemic yang tidak dapat
diramalkan sebelumnya, misalnya epidemic yang terjadi karena adanya bencana alam
seperti banjir dan gempa bumi.
3. Variabel “Tempat”
Variabel tempat merupakan salah satu veriabel penting dalam epidemiologi
dekskriptif karena pengetahuan tentang tempat atau lokasi kejadian luar biasa atau
lokasi penyakit – penyakit endemis sangat dibutuhkan ketika melakukan penelitian
dan mengetahui sebaran berbagai penyakit di suatu wilayah.
Batas suatu wilayah dapat ditentukan berdasarkan :
a. Geografis, yang ditentukan berdasarkan alamiah, administrative atau fisik,
institusi, dan instansi. Dengan batas alamiah dapat dibedakan Negara yang
berilklim tropis, subtropis, dan Negara dengan empat musim. Hal ini penting
karena dengan adanya perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan dalam
pola penyakit baik distribusi frekuensi maupun jenis penyakit.
b. Dari batas administrative dapat ditentukan batas provinsi, kabupaten,
kecamatan, atau desa dengan sungai, jalan kereta api, jembatan, dan lainnya
sebagai batas fisik, batas institusi dapat berupa industri, sekolah atau kantor, dan
lainnya sesuai dengan timbulnya masalah kesehatan.   

C. Jenis dan Sumber Data Epidemiolgi


Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan
masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berwujud suatu
keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-
simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan,
obyek, kejadian ataupun suatu konsep.
1. Jenis - Jenis Data
Menurut cara pengumpulannya :
a. Langsung : dengan wawancara person dengan person, pengumpulan
data berhadapan langsung dengan sumber informasi.
b. Tidak langsung : melalui telfon atau surat, jadi melalui media atau
alat/cara tertentu untuk mencapai responden
Menurut sumbernya :
a. Data primer : Data yang dikumpulkan langsung oleh pihak yang
memrlukannya dari tangan pertama (responden) atau subjek penelitian.
b. Data sekunder: Data diperoleh dari pihak yang sudah mengumpulkan
data itu sebelumnya dimana pembaca data tinggal langsung membaca
atau memperolehnya secara tertulis dari pengumpul data pertama.

11
Misalnya untuk membaca jumlah penduduk Indonesia, datanya tidak
perlu dikumpul oleh orang per orang atau instansi tetapi langsung dapat
diperoleh dan dibaca dari Biro Pusat Statistik (BPS) berdasarkan data
sensus penduduk yang diperolehnya.
Menurut sifatnya :
a. Data kualitatif adalah data yang bukan dalam bentuk angka
b. Data kuantitatif adalah data dalam bentuk angka
Menurut waktu pengumpulannya :
a. Cross section / insidentil adalah dikumpulkan pada suatu waktu
tertentu. 
b. Data berkala / time series data adalah data yang dikumpulkan dari
waktu ke waktu untuk menggambarkan suatu perkembangan atau
kecenderungan keadaan/peristiwa/kegiatan
Menurut skala pengukuran :
a. Data nominal : data yang menggambarkan perbedaan berbagai hal
berdasarkan pada kategori-kategori, tidak menunjukan adanya kriteria
urutan tinggi rendah dalam kedudukan
b. Data ordinal : data yang menyatakan perbedaan jumlah dan tingkatnya,
menerapkan urutan kedudukan klasifikasi yang dapat dinyatakan “lebih
besar daripada atau lebih kecil daripada”
c. Data interval : data yang didasarkan pada unit-unit pengukuran yang
sama, menunjukan besar kecilnya suatu karakteristik tertentu, misalnya
perbedaan jarak karakteristik yang dimiliki siswa yang mencapai skor
70 dan 71
d. Data rasio : data yang memiliki interval yang sama dengan skala
interval, namun skala rasio memiliki harga nol mutlak.
2. Sumber Data
Data epidemiologi dapat berasal dari berbagai sumber tergantung dari
tujuan yang ingin dicapai dan setiap sumber mempunyai keuntungan dan
kerugian. Pengetahuan tentang sumber data merupakan hal yang sangat
penting untuk diketahui karena data yang dikumpulkan harus sesuai dengan
tujuannya dan sebab bila terjadi kesalahan dalam sumber data maka akan
mengakibatkan kesalahan dalam penarikan kesimpulan. Misalnya, dilakukan
penelitian untuk mengetahui pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan yang
terdapat di suatu daerah dan sebagai sumber data digunakan sarana pelayanan
kesehatan tersebut.

12
Hal ini tidak tepat karena sumber data yang sesuai dengan tujuan terletak di
masyarakat. Bila hal ini dilakukan, akan menimbulkan kesalahan dalam menarik
kesimpulan hasil penelitian. Data yang dikumpulkan dapat berupa data primer
dan data sekunder. Dari sumber data kita dapat mengetahui apakah data yang
dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.
Untuk pengumpulan data sekunder, sumber data dapat berupa:
1. Sarana pelayanan kesehatan, misalnya:
a. Rumah sakit
b. Puskesmas
c. Balai pengobatan
2. Instansi yang berhubungan dengan kesehatan, misalnya:
a. Departemen kesehatan
b. Dinas kesehatan
c. Biro pusat statistic
3. Absensi:
a. Sekolah
b. Industri
c. Perusahaan
4. Secara internasional, data epidemiologi dapat diperoleh dari WHO,
seperti:
a. Population and vital statistics report
b. Population bulletin
c. Epidemiological report
Untuk pengumpulan data primer, sumber data terletak di masyarakat
yang dapat dilakukan dengan cara:
a. Survey epidemiologi
b. Pengamatan epidemiologi
c. Penyaringan

D. Jenis Penelitian Epidemiologi


1. Penelitian Crosectional
Adalah rancangan studi epidemiologi yg memepelajari hubungan
penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status
paparan dan penyakit dalam waktu serentak pada individu-individu dari
populasi tunggal, pada satu saat atau tahun yg sama.
Ciri-ciri Crosectional :
a. Mendeskripsikan penelitian

13
b. Penelitian ini tidak terdapat kelompok pembanding
c. Hubungan sebab akibat hanya merupakan sebab-akibat
d. Penelitian ini menghasilkan hipotesis
e. Merupakan penelitian pendahuluan dari penelitian analitis
Kelebihan Crosectional :
a. Dapat dilakukan dengan hanya sekali pengamatan
b. Lebih murah di banding dengan penelitian lainnya
c. Berguna untuk informasi perencanaan
d. Untuk mengamati kemungkinan hubungan berbagai variabel yg ada.
Kekurangan Crosectional :
a. Tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yg terjadi dengan
b. berjalannya waktu.
c. Informasi yg diperoleh tidak mendalam sehingga sering kali masalah
d. kesehatan yg dicari tdk diperoleh
Langkah-langkah Crosectional :
a. Seperti halnya pada berbagai penelitian lain, penelitian crosectional harus
mempunyai tujuan yang jelas, dana, dan fasilitas yang tersedia serta
bagaimana hasil penelitian akan mempunyai daya guna.
b. Kemudian ditentukan penduduk  yg memungkinkan untuk diteliti sesuai
dengan tujuan penelitian.
c. Selanjutnya ditentukan pula jenis data yg akan dikumpulkan, termasuk
penentuan variabel sebagai faktor resiko, maupun faktor lainnya.

2. Penelitian Case Control


Case control adalah rancangan studi epidemiologi yg mempelajari
hubungan  antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit, dengan cara
membandingkan kelompok kasus dan kontrol status paparannya.
Ciri2 penelitian case control
a. Penelitian yg bersifat observasional
b. Diawali dengan kelompok penderita dan bukan penderita
c. Terdapat kelompok kontrol
d. Kelompok kontrol harus memiliki risiko terpajan oleh faktor risiko yg sm
dengan kelompok kasus.
e. Membandingkan besarnya pengalaman terpajan oleh faktor risiko antara
kelompok kasus dan kontrol.
f. Tidak mengukur insidensi
Kelebihan Case Control :

14
a. Sangat sesuai dengan penelitian  penyakit yg jarang terjadi atau penyakit yg
kronik
b. Relatif cepat dan tdk mahal
c. Relatif efisien, memerlukan waktu yg kecil
d. Sedikit masalah pengurangan  periode investigasi.
Kelemahan Case Control
a. Tidak dapat incidence Rate
b. Sangat sulit memperoleh informasi biar periode terlalu lama.
c. Alur metodologi inferensi kausal yang
d. bertentangan dengan logika normal.
e. Rawan terhadap bias
f. Tidak cocok untuk paparan langka
g. Tidak dapat menghitung laju insidensi
h. Validasi informasi yang diperoleh sulit dilakukan
i. Kelompok kasus dan kontrol dipilih dari dua populasi yang terpisah
Langkah-langkahnya :
a. Kriteria Pemilihan Kasus :
1) Kriteria Diagnosis dan kriteria inklusi harus dibuat dengan jelas.
2) Populasi sumber kasus dapat berasal dari rumah sakit atau
populasi/masyarakat .
b. Kriteria Pemilihan Kontrol :
1) Mempunyai potensi terpajan oleh faktor risiko yang sama dengan
kelompok kasus
2) Tidak menderita penyakit yang diteliti
3) Bersedia ikut dalam penelitian
3. Penelitian Kohort
Adalah rancangan penelitian epidemiologi analitik observasional yang
mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan cara
membandingkan kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar berdasarkan
status penyakit.
Ciri-ciri Penelitian Kohort :
a. Bersifat observasional
b. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
c. Disebut sebagai studi insidens
d. Terdapat kelompok kontrol
e. Terdapat hipotesis spesifik
f. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif

15
g. Untuk kohor retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder
Kelebihan Penelitian Kohort :
a. Kesesuaian dengan logika normal dalam membuat inferensi kausal
b. Dapat menghitung laju insidensi
c. Untuk meneliti paparan langka
d. Dapat mempelajari beberapa akibat dari suatu paparan
Kekurangan Penelitian Kohort :
a. Lebih mahal dan butuh waktu lama
b. Pada kohort retrospektif, butuh data sekunder yang lengkap dan handal
c. Tidak efisien dan tidak praktis untuk kasus penyakit langka
d. Risiko untuk hilangnya subyek selama penelitian, karena migrasi, partisipasi
rendah atau meninggal
Langkah-langkahnya :
a. Merumuskan pertanyaan penelitian.
b. Penetapan populasi kohort.
c. Penetapan Besarnya sampel.
d. Pencarian sumber keterpaparan.
e. Pengidentifikasian  subyek.
f. Memilih kelompok control.
g. Pengamatan hasil luaran.
h. Perhitungan hasil penelitian.

E. Besar sampel pada satu populasi


1. Estimasi
a. Simple random sampling atau systematic random sampling
-Data kontinyu
Untuk populasi infinit, rumus besar sampel adalah :
Z21-/2 2
n = -------------
d2
di mana n = besar sampel minimum
Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
2 = harga varians di populasi
d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir
Jika populasi finit, maka rumus besar sampel adalah :
N Z21-/2 2

16
n = --------------------------
(N-1) d2 + Z21-/2 
di mana N = besar populasi
-Data proporsi
Untuk populasi infinit, rumus besar sampel adalah :
Z21-/2 P (1-P)
n = --------------------
d2

di mana n = besar sampel minimum


Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
P = harga proporsi di populasi
d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir
Jika populasi finit, maka rumus besar sampel adalah :
N Z21-/2 P (1-P)
n = -------------------------------
(N-1) d2 + Z21-/2 P (1-P)
di mana N = besar populasi

b. Stratified random sampling


- Data kontinyu
Rumus besar sampel adalah :

N2h 2h
Nh 2h

di mana n = besar sampel minimum


N = besar populasi
Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
2h = harga varians di strata-h
d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir
Wh = fraksi dari observasi yang dialokasi pada strata-h = N
h /N
Jika digunakan alokasi setara, W = 1/L

17
L = jumlah seluruh strata yang ada
- Data proporsi
Rumus besar sampel adalah :

di mana n = besar sampel minimum


N = besar populasi
Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
Ph = harga proporsi di strata-h
d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir
Wh = fraksi dari observasi yang dialokasi pada strata-h = N
h /N
Jika digunakan alokasi setara, W = 1/L
L = jumlah seluruh strata yang ada

c. Cluster random sampling


- Data kontinyu
Pada cluster random sampling, ditentukan jumlah cluster yang akan
diambil sebagai sampel. Rumusnya adalah :
N Z21-/2 2
n = ----------------------------------
(N-1) d2 (N/C) 2 + Z21-/2 2
di mana n = besar sampel (jumlah cluster) minimum
N = besar populasi
Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
2 = harga varians di populasi
d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir
C = jumlah seluruh cluster di populasi

- Data proporsi
Rumus besar sampel adalah :
N Z21-/2 2

18
n = ----------------------------------
(N-1) d2 (N/C) 2 + Z21-/2 2
di mana n = besar sampel (jumlah cluster) minimum
N = besar populasi = mi
Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir
C = jumlah seluruh cluster di populasi
2 = (ai – mi P)2/(C’-1) dan P = ai /mi
ai = banyaknya elemen yang masuk kriteria pada cluster
ke-i
mi = banyaknya elemen pada cluster ke-i
C’ = jumlah cluster sementara

2. Uji Hipotesis
-Data kontinyu
Rumus besar sampel adalah :

di mana n = besar sampel minimum


Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
Z1- = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
2 = harga varians di populasi
0-a = perkiraan selisih nilai mean yang diteliti dengan mean
di populasi
- Data proporsi
Rumus besar sampel adalah :

di mana n = besar sampel minimum


Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
Z1- = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
P0 = proporsi di populasi

19
Pa = perkiraan proporsi di populasi
Pa-P0 = perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi
di populasi
F. Besar Sampel Pada Dua Populasi
1. Estimasi
a. Data kontinyu
Rumus besar sampel sebagai berikut :

di mana n = besar sampel minimum


Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
2 = harga varians di populasi
d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

b. Data proporsi
- Cross sectional
Rumus besar sampel sebagai berikut :

di mana n = besar sampel minimum


Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
P1 = perkiraan proporsi pada populasi 1
P2 = perkiraan proporsi pada populasi 2
d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir
- Cohort
Rumus besar sampel sebagai berikut :

1-P2

P2

di mana n = besar sampel minimum


Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu

20
P1 = perkiraan probabilitas outcome (+) pada populasi 1
P2 = perkiraan probabilitas outcome (+) pada populasi 2
 = kesalahan (relatif) yang dapat ditolerir
Pada penelitian cohort, untuk mengantisipasi hilangnya unit
pengamatan, dilakukan koreksi dengan 1/(1-f), di mana f adalah
proporsi unit pengamatan yang hilang atau mengundurkan diri atau
drop out.
- Case-control
Rumus besar sampel adalah :

di mana n = besar sampel minimum


Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
P1* = perkiraan probabilitas paparan pada populasi 1
(outcome +)
P2* = perkiraan probabilitas paparan pada populasi 2
(outcome -)
 = kesalahan (relatif) yang dapat ditolerir
2. Uji Hipotesis
a. Data kontinyu
Rumus besar sampel sebagai berikut :

di mana n = besar sampel minimum


Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
Z1- = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
2 = harga varians di populasi
1-2 = perkiraan selisih nilai mean di populasi 1 dengan
populasi 2
b. Data proporsi
- Cross sectional

21
Rumus besar sampel sebagai berikut :

di mana n = besar sampel minimum


Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
Z1- = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
P1 = perkiraan proporsi pada populasi 1
P2 = perkiraan proporsi pada populasi 2
P = (P1 + P2)/2

- Cohort
Rumus besar sampel sebagai berikut :

di mana n = besar sampel minimum


Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
Z1- = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
P1 = perkiraan probabilitas outcome (+) pada populasi 1
P2 = perkiraan probabilitas outcome (+) pada populasi 2
P = (P1 + P2)/2
Pada penelitian cohort, untuk mengantisipasi hilangnya unit
pengamatan, dilakukan koreksi dengan 1/(1-f), di mana f adalah
proporsi unit pengamatan yang hilang atau mengundurkan diri atau
drop out.
- Case-control
Rumus besar sampel adalah :

22
di mana n = besar sampel minimum
Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
Z1- = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
P1* = perkiraan probabilitas paparan pada populasi 1
(outcome +)
P2* = perkiraan probabilitas paparan pada populasi 2
(outcome -)
Jika besar sampel kasus dan kontrol tidak sama (unequal), dibuat modifikasi
besar sampel dengan memperhatikan rasio kontrol terhadap kasus. Rumus
di atas dikalikan dengan faktor (r + 1) / (2 . r). Besar sampel untuk kelompok
kontrol adalah (r.n).

Penelitian Eksperimental
Pada penelitian eksperimental, belum banyak rumus yang dikembangkan untuk
menentukan besar sampel yang dibutuhkan. Untuk menentukan besar sampel
(replikasi) yang dibutuhkan digunakan rumus berikut :
1. Untuk rancangan acak lengkap, acak kelompok atau faktorial, secara sederhana
dapat digunakan rumus :
(t-1) (r-1)  15
di mana t = banyak kelompok perlakuan
r = jumlah replikasi
2. Di samping rumus di atas dan untuk rancangan eksperimen lain yang
membutuhkan perhitungan besar sampel, dapat digunakan rumus besar sampel
seperti pada penelitian observasional baik untuk satu sampel maupun lebih dari 1
sampel, baik untuk data proporsi maupun data kontinyu.
Pada penelitian eksperimen, untuk mengantisipasi hilangnya unit eksperimen,
dilakukan koreksi dengan 1/(1-f), di mana f adalah proporsi unit eksperimen yang
hilang atau mengundurkan diri atau drop out.

G. Skema dan Aplikasi Jenis-Jenis Penelitian Epidemiologi


1) Studi Case control (kasus kontrol)
-Mempelajari seberapa jauh Frisiko mempengaruhi terjadinya efek
- Hub sebab akibat :
                cross sectional < case control < cohort
-F risk dipelajari melalui pendekatan retrospektif efek diidentifikasi saat ini, f
risk diidentifikasi masa lalu

23
gambar 1. skema rancangan penelitian case control (kasus kontrol)
Tahapan case control (kasus kontrol):
a) Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai
b) Menetapkan variabel penelitian
c) Menetapkan subjek penelitian
d) Melakukan pengukuran variabel
e) Analisis hasil
Menentukan kasus:
a) Insidens ( baru) atau prevalens ( baru + lama)
b) Tempat pengumpulan kasus
c) Waktu diagnosis
Menentukan kelompok kontrol:
a) Populasi yang sama dgn kasus
b) “matching”
c) Kontrol lebih dari 1 kelompok 
Kelebihan:
a) Cocok untuk mempelajari penyakit yang jarang ditemukan
b) Hasil cepat, ekonomis
c) Subjek penelitian bisa lebih sedikit
d) Memungkinkan mengetahui sejumlah faktor risiko yang mungkin
berhubungan dengan penyakit
e) Kesimpulan korelasi > baik, karena ada pembatasan dan pengendalian f risk
f) Tidak mengalami kendala etik
Kelemahan:
a) Bias
b) Tidak diketahui pengaruh variabel luar yang tak terkendali dengan teknik
matching

24
c) Pemilihan kontrol dengan mathcing akan sulit bila faktor risiko yang di
“matching”kan banyak
d) Kelompok kasus dan kontrol tidak random -> apakah faktor luar seimbang?
Hal-hal yang harus diperhatikan:
a) Pengambilan sampel dimulai dengan identifikasi
b) Untuk memperoleh n kasus, perlu memeriksa n’ orang, yang jumlahnya
tergantung prevalensi kasus di populasi
c) Definisi kasus sangat penting
d) Secara ideal kontrol harus berasal dari populasi yang sama
e) Tidak dapat digunakan untuk menghitung prevalensi
Ukuran analisis:
outcome
Ya Tidak Jumlah
Faktor resiko
Ya A B A+B
Tidak C D C+D
jumlah A+C B+D A+B+C+D

Interpretasi hasil:
- OR ( Odds Ratio )
insiden pada kelompok dengan faktor risiko dibanding insiden pada kelompok
tanpa faktor risiko
A/A+B : C/C+D
OR = 1 faktor resiko bersifat netral
OR>1; Confident Interval (CI)>1 = faktor resiko menyebabkan sakit
OR<1 ; Confident Interval (CI)<1= faktor resiko mencegah sakit
CONTOH SOAL
Dari hasil penelitian yang dilakukan Andolusi (1997), wanita umur kawin < 15
tahun mempunyai risiko tinggi terjadinya kanker leher rahim dibandingkan
dengan wanita umur kawin > 15 tahun. Seperti yang terlihat dibawah ini :
Pemeriksaan Faktor Resiko Umur
Histologik < 15 > 15 tahun Total
tahun
Kanker ( + ) 36 11 47
Kanker ( - ) 78 95 173
Total 114 106 220
Perhitungan :
  outcome
Ya Tidak Jumlah
Faktor resiko
Ya 36 78 114
Tidak 11 95 106
jumlah 47 173 220
25
OR = A/A+B : C/C+D
      = 36/114 : 11/106 = 3,04
  OR>1; Confident Interval (CI)>1 = faktor resiko menyebabkan sakit

2) Studi Cross sectional


 = penelitian transversal = penelitian potong lintang
Variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) diobservasi hanya
sekali pada saat yang sama

gambar 2. skema rancangan penelitian cross sectional


Langkah:
a. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai
b. Mengidentifikasi variabel penelitian
c. Menetapkan subjek penelitian
d. Melakukan observasi/ pengukuran
e. Melakukan analisis
Kelebihan:
a. Mudah, ekonomis, hasil cepat didapat
b. Dapat meneliti banyak variabel sekaligus
c. Kemungkinan subjek “drop out” kecil
d. Tidak banyak hambatan etik
e. Dapat sebagai dasar penelitian selanjutnya
Kelemahan:
a. Sulit menetapkan mekanisme sebab akibat

26
b. Subjek penelitian cukup besar terutama bila variabel banyak dan faktor
risk relatif jarang ditemukan
c. Kurang tepat untuk mempelajari penyakit dengan kurun waktu sakit
pendek
d. Kesimpulan korelasi paling lemah dibanding case control atau cohort
e. Tidak dapat menggambarkan perjalanan penyakit -> faktor risiko,
diagnosis, prognosis
Hal-hal yang harus diperhatikan:
a. Keluaran dan pajanan diukur pada waktu yang sama, sehingga kurang
dapat melihat sebab-akibat
b. Banyak digunakan pada survei
  *Modifikasi sampel: stratifikasi, klaster, gabungan
c. Dapat digunakan untuk menghitung prevalensi
   Ukuran analisis:

Efek
Ya Tidak Jumlah
Faktor Risiko
Ya A B A+B
Tidak C D C+D
jumlah A+C B+D A+B+C+D

Interpretasi hasil:
·           Rasio Prevalens
Prevalensi pada kelompok dengan faktor risiko dibanding prevalensi pada
kelompok tanpa faktor risiko
·           Rasio Prevalens :
RP = A/A+B : C/(C+D)
·           Menghitung rasio prevalens
RP = 1 -> tidak berefek ( netral)
RP > 1 -> variabel merupakan faktor risiko
RP < 1 -> variabel merupakan faktor protektif
Contoh Soal
Dari hasil pemeriksaan pada 100 orang yang datang berobat ke bagian
penyakit dalam di sebuah rumah sakit A, didapatkan hasil pemeriksaan gula
darah dan berat badan sebagai berikut :
Penyakit DM
Obesitas Total
Positif Negatif

27
Positif 20 30 50
Negatif 5 45 50
Total 25 75 100
 
Jawab :
Efek
Ya Tidak Jumlah
Faktor Risiko
Ya 20 30 50
Tidak 5 45 50
Jumlah 25 75 100
RP = 20/50 : 5/50
     =4
RP > 1 -> variabel merupakan faktor risiko

3) Studi cohort
Adalah rancangan penelitian epidemiologi analitik observasional yang
mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan cara
membandingkan kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar berdasarkan
status penyakit.

gambar 3. skema rancangan penelitian cohort


terpapar (E) --> sakit (D)
                          --> tidak sakit (D)

tidak terpapar (E) --> sakit (D)


                                     --> tidak sakit (D)
Ciri-ciri:
Pemilihan subyek berdasarkan status paparannya, kemudian dilakukan
pengamatan dan pencatatan apakah subyek mengalami outcome yang diamati
atau tidak. Bisa bersifat retrospektif atau prospektif.
Karakteristik:
a) Bersifat observasional

28
b) Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
c) Disebut sebagai studi insidens
d) Terdapat kelompok kontrol
e) Terdapat hipotesis spesifik
f) Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif
g) Untuk kohort retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder
Keuntungan:
a) Kesesuaian dengan logika normal dalam membuat inferensi kausal
b) Dapat menghitung laju insidensi
c) Untuk meneliti paparan langka
d) Dapat mempelajari beberapa akibat dari suatu paparan
Kelemahan:
a) Lebih mahal dan butuh waktu lama
b) Pada kohort retrospektif, butuh data sekunder yang lengkap dan handal
c) Tidak efisien dan tidak praktis untuk kasus penyakit langka
d) Risiko untuk hilangnya subyek selama penelitian, karena migrasi, partisipasi
rendah atau meninggal
Perhitungan Relative Risk (RR)
       outcome+ outcome- jumlah              

Exposure + a b a+b

Exposure – c d c+d

jumlah a+c b+d a+b+c+d

RISIKO RELATIF (RR)= a/(a+b) : c/(c+d)


1.      RR = 1, faktor resiko bersifat netral
2.      RR>1; Confident Interval (CI)> 1, faktor resiko menyebabkan sakit
3.      RR< 1; Confident interval (CI)< 1, faktor risiko mencegah sakit
Contoh soal:
Dalam penelitian tentang hubungan antara alkohol dengan terjadinya
hemorage stroke diambil 2916 orang yang tidak minum alkohol dan 4960 orang
peminum alkohol yang diikuti selama 12 tahun. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 197 orang peminum alkohol dan 93 orang bukan peminum alkohol
mengalami stroke. Hitunglah besar resiko relatifnya!                       
                                            

outcome+ outcome- jumlah

29
Exposure + 197 4763 4960

Exposure – 93 2823 2916

jumlah 290 7586 7876


RISIKO RELATIF (RR) = a/(a+b) : c/(c+d)
                                = 197/4960 : 93/2916
                                = 1,25
  RR>1; Confident Interval (CI)> 1, faktor resiko menyebabkan sakit

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Epidemiologi deskriptif merupakan studi epidemiologi yang berkaitan
dengan definisi epidemiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang distribusi
dan frekuensi masalah kesehatan atau penyakit pada masyarakat. Sedangkan,
studi epidemiologi analitik dilakukan untuk mendapatkan hubungan antara
paparan yang berbeda terhadap kondisi penyakit dan untuk mendapatkan
hasilnya secara terukur. Epidemiologi analitik menggabungkan kelompok
pembanding dalam desain penelitiannya
Pengumpulan data merupakan kegiatan mencari data di lapangan yang
akan digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Metode Pengumpulan
Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data.
Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya
melalui angket, wawancara, pengamatan, dokumentasi dan sebagainya.
Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar
cek list, kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera
photo dan lainnya.

B. Saran

30
Dengan makalah ini maka diharapkan pembaca dan penulis dapat menambah
wawasan serta lebih mengetahui mengenai epidemiologi deskriptif khususnya
pengumpulan data epidemiologi deskriptif.

31

Anda mungkin juga menyukai