Anda di halaman 1dari 11

SEKOLAH JOWO: SEBUAH IMPLEMENTASI DARI FILSAFAT

ESSENSIALISME

PROJECT MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN

Disusun Oleh :
ILENA DWIKA MUSYAFIRA
111914253013

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
1. Sejarah & Pengertian Filsafat Esensialisme
Filsafat esensialisme merupakan filsafat pendidikan yang berasal dari Amerika
dan mulai berkembang pada tahun 1930-1940 dan dikembangkan oleh salah satu
tokoh filsafat dari Amerika yaitu William Bagley. Bagley (1930) mengemukakan
sebuah kritik terhadap pendidikan progresif yang dinilai dapat merusak standar
intelektual dan moral peserta didik. Suatu artikel mencermikan pandangan kaum
esensialisme yang memiliki keyakinan bahwa budaya memiliki inti pengetahuan yang
harus diteruskan kepada bangsa penerus. Hal ini mirip dengan paham filsafat
perenialisme namun pada filsafat esensialisme ditekankan pada pengetahuan dan
keterampilan penting yang harus dimiliki oleh warga negara, bukan hanya
penegtahuan akan seperangkat kebenaran yang tampak saja [ CITATION Acq17 \l 1033 ].
Saat Bagley (1930) mencetuskan konsep filsafat esensialisme, banyak masyarakat
yang tidak bisa menerima filsafat esensialisme karena dinilai terlalu berat untuk anak-
anak yang sedang mempersiapkan masa menuju dewasa. Filsafat esensialisme baru
diterima baik oleh masyarakat pada tahun 1957 saat Uni Soviet meluncurkan Sputnik.
Kemudian pada tahun 1983, The President’s Comission on Exelence in Education
menerbitkan suatu laporan berjudul “A Nation at Risk” yang didalamnya menjelaskan
tentang kepedulian-kepedulian terhadap kaum esensialisme [CITATION Alw \l 1033 ].
Filsafat esensialisme merupakan percampuran antara dua pandangan filsafat besar
yaitu filsafat idealism dan filsafat relaisme.
Filsafat esensialisme adalah filsafat pendidikan yang mempercayai bahwa
peserta didik diharuskan untuk mempelajari mata pelajaran dasar secara menyeluruh
dan mendalam (Kustus dalam Acquah, Adjei, & Mensah, 2017). Istilah esensialisme
dimaknai dengen 3 arti, pertama istilah esensialisme digunakan pada bidang biologis,
fisiologis dan genetic yang menjelaskan bahwa perilaku manusia tidak dapat dirubah.
Kedua, istilah esensialisme digunakan untuk menggeneralisasi pernyataan-pernyataan
umum yang berkaitan dengan perbedaan lintas budaya atau biasa disebut dengan
universalisme. Ketiga, istilah esensialisme digunakan pada percakapan sehari-hari
atau pada tulisan akademik untuk menunjukkan konsep terpadu.
Filsafat esensialisme menanamnkan prinsip “back to nature” dimana tujuan
sekolah adalah menanamkan pentingnya pengetahuan akademik yang mendasar pada
peserta didik. Peserta didik menurut filsafat esensialisme perlu diberikan
penyampaian secara sistematis dan disiplin tentang inti umum dari sebuah
pengetahuan. Hal yang paling ditekankan pada filsafat esensialisme adalah standar
intelektual dan moral yang harus diajarkan kepada peserta didik melalui tenaga didik [
CITATION Acq17 \l 1033 ]. Filsfat esensialisme mencoba menanamkan pengetahuan,
kemampuan dan pengetahuan perkembangan yang mendasar bagi para siswanya. Bagi
filsafat esensialisme, tujuan dari pendidikan adalah untuk mengajarkan pada generasi
muda tentang hal-hal penting apa yang mereka butuhkan untuk dapat bertahan hidup
dengan baik di dunia yang semakin modern ini.

2. Tenaga Didik
Filsat esensialisme percaya bahwa kegiatan mengajar siswa merupakan hal
paling dasar dari sebuah pembelajaran. Tenaga didik pada paham filsfat esensialisme
diharuskan untuk menanamkan kebajikan dan nilai-nilai moral tradisional kepada
peserta didik [ CITATION Acq17 \l 1033 ].
Peran tenaga didik menurut pandangan filsafat esensialisme adalah
memberikan materi ajar dan kegiatan belajar mengajar yang maksimal kepada peserta
didik secara disiplin dan mempertahankan fokus pada pemberian tugas. Tenaga didik
dituntut menjadi sebagai seorang ahli pada beberapa disiplin ilmu tertentu, sehingga
pada sudut pandang filsafat esensialisme, tenaga didik mampu bertanggung jawab
atas materi pendidikan yang diberikan kepada peserta didik [ CITATION Acq17 \l 1033 ].

3. Peserta Didik
Peserta didik pada paham filsafat esensialisme diharuskan memiliki inti dari sebuah
informasi dan kemampuan. Paham esensialisme juga mendidik para peserta didik
supaya mereka menjadi seorang warga negara yang teladan. Peran peserta didik dalam
pembelaaran menurut filsafat esensialisme adalah, peserta didik memiliki peran pasif
dan bersiap untuk menerima materi pembelajaran yang diberikan oleh tenaga didik.
Selain itu, perserta didik juga harus mendengarkan dan belajar dari materi yang
diberikan oleh tenaga didik [ CITATION Acq17 \l 1033 ].

4. Kurikulum
Filsafat esensialisme mensyaratkan bahwa kurikulum yang diterapkan oleh
sekolah harus mencakup kesamaan penegtahuan dasar yang harus dimengerti oleh
siswa. Selain itu, paham filsafat esenisalisme juga tentang mastery learning, dimana
peserta didik dianggap mampu belajar ketika diberikan waktu yang cukup dan
kesempatan belajar yang memadai. Semua siswa dapat menguasai suatu materi jika
standar kurikulum yang dirumuskan dan dinyatakan dengan jelas. Mastery learning
tidak akan mengizinkan peserta didik untuk mempelajari materi yang lebih sulit
apabila kecakapan pada materi dasar atau materi sebelumnya belum berhasil dicapai
[ CITATION Acq17 \l 1033 ].

Beberapa strategi pemberian pembelajaran menurut filsafat esensialisme


adalah menggunakan metode strategi pembelajaran yang ilmiah, yaitu sesuatu yang
dapat dibuktikan, memberikan sumber bacaaan dan tugas sehingga peserta didik dapat
menghafal apa yang sudah dibaca sebelumnya. Selain itu pemberian pekerjaan rumah
(PR) juga merupakan salah satu strategi yang tepat menurut filsafat esensialisme.
Program pembelajaran yang harus diberikan menurut paham esensialisme berpusat
pada guru dan pada materi pembelajaran [ CITATION Acq17 \l 1033 ].
Kurikulum yang diberikan menurut paham esensialisme adalah berpusat pada
pemberian keterampilan-keterampilan dasar pada jenjang sekolah dasar dan
memberikan pendidikan penegtahuan yang lebih disiplin dan skolastik pada jenjang
pendidikan sekolah menengah. Filsafat esensialisme menjelaskan bahwa perlu adanya
kurukulum yang jelas yang harus diberikan kepada peserta didik, walau filsfat
esensialisme juga percaya bahwa pengetahuan dapat berubah sehingga kurikulum pun
juga mengikuti perubahan pengetahuan [ CITATION Acq17 \l 1033 ].

5. Implementasi
Salah satu implementasi yang diajukan penulis adalah dengan mendirikan
“Sekolah Jowo-Javanese Educated Center” yaitu sebuah sekolah yang khusu
mengajarkan budaya dan sejarah suku jawa. Karena pendidikan sejarah dan
kebudayaan hanya diberikan pada mata kuliah sejerah dan bercampur dengan budaya
buda lain sehingga pada Sekolah Jowo ini peserta didik diberikan materi khusus yang
hanya membahas tentang budaya dan sejarah suku jawa. Model Sekolah Jowo ini
sudah ada di Boyolali, didirikan oleh Universitas Indonesia pada tahun 2018 dan
diberi nama Pawiyatan Budi Rahayu. Pada pawiyatan Budi Rahayu ini, peserta didik
dapat berasal dari budaya mana saja, bahkan turis mancanegara pun juga boleh
mengikuti sekolah ini. Lama pendidikan yang harus ditempuh oleh peserta didik
adalah selama satu pekan. Dalam satu pekan, peserta didik diberikan materi ajar
seperti pembelajaran penggunakan bahasa jawa dan kesenian-kesenian jawa seperti
gamelan, jathilan dan ketoprak. Kegiatan belajar mengajar dilakukan di rumah warga
setempat, guna untuk mengembangkan potensi desa di daerah setempat yaitu di dise
Senden, Boyolali. Fokus utama pada pawiyatan Budi Rahayu berada pada bidang
pariwisata, sekolah ini didirikan sehingga ada daya tarik pariwisata pada daerah ini
sehingga daerah Senden dapat menjadi daerah yang mandiri. Para peserta didik yang
sudah selesai menempuh pembelajaran pada Pawiyatan Budi Rahayu akan pulang
sebagai “duta wisata” yang akan memberikan informasi-informasi terkait dengan apa
yang mereka dapatkan selama satu pekan yaitu pembelajaran tentang budaya jawa dan
khusunya kebudayaan yang diterapkan di desa Senden, Boyolali. Adanya Pawiyatan
Budi Rahayu ini membantu desa Senden berkembang, dapat dilihat dari mulai
didirikannya homestay bagi peserta didik yang sedang menempuh pendidikan dan
juga warung-warung makan untuk memenuhi kebutuhan makan bagi para siswa
[ CITATION Ram18 \l 1033 ].

Berikut rencana “Sekolah Jowo-Javanese Educated Center “ yang ingin


diutarakan oleh penulis.
PANDUAN PEMBELAJARAN SEKOLAH JOWO- Javanese Educated Center TAHUN
AJARAN 2020

N GEL WAKTU MATERI CAPAIAN LOKASI


O PEMBELAJARAN

1 1 Januari Pendidikan dan - Siswa mampu Keraton Yogya


(Semua Sejarah Bahasa Jawa mengenal dan Aloon-aloon
dilakukan bahasa jawa Kidul Yogya
pada minggu - Siswa
pertama dan memahami
kedua pada sejarah awal
setiap bulan) mula
munculnya
penggunaan
bahasa jawa
- Siswa mampu
menulis dan
berbicara
bahasa jawa
Februari Mengenal Aksara - Siswa mampu Taman budaya
Jawa mengenali Yogyakarta
tulisan dalam
bentuk aksara
jawa
- Siswa dapat
menterjemahk
an aksara jawa
ke bahasa latin
Indonesia
- Siswa dapat
menulis
menggunakan
aksara jawa
Maret Kesenian Jawa - Siswa mampu Jogja Galery
mengenali
kesenian-
kesenian dari
suka Jawa
- Siswa mampu
mendalami
salah satu seni
budaya jawa
2 April Kesenian Teater - Siswa belajar Teater Garasi
tentang dasar
dari seni peran
- Siswa
mengikuti satu
proyek pentas
teates yang
bertemakan
sejarah suku
jawa
Mei Kain dan Baju - Siswa belajar Lulutfilabibi
tentang sejarah Studio
pakain suku
jawa
- Siswa belajar
tentang
bagaimana
cara membuat
baju
- Siswa mampu
merancang
sebuah baju
yang
menurupakan
perkembangan
dari baju
daerah jawa
Juni Gamelan - Siswa belajar Kraton Jogja
tentang sejarah
gamelan
- Siswa mampu
menguasai satu
permainan
gamelan
- Siswa dapat
memainkan
satu lagu
menggunakan
gamelan secara
berkemlompok
3 Juli Wayang - Siswa belajar
tentang sejarah
perwayangan
- Siswa mampu
mengenali
lakon-lakon
dalam wayang
- Siswa dapat
menampilkan
satu cerita
perwayangan
Agustus ARTJOG - Siswa mampu Museum
memilih salah Nasional Jogja
satu karya
yang ada pada
pagelaran
Artjog
- Siswa mampu
merangkum
arti penting
dari salah satu
karya yang
dipilih
September Prambanan dan - Siswa mampu Candi
Sejarah Roro mengenali Prambanan
Jonggrang sejarah dari
sekelompok
candi yang
berkumpul
pada daerah
prambanan
- Siswa
menegtahu
sejarah Candi
Roro
Jonggrang
- Siswa mampu
menampilakn
sebuah “story
telling”
tentang cerita
sejarah roro
jonggrang
4 Oktober Borobudur - Siswa mampu Candi
mengetahui Borobudur
sejarah candi
Borobudur
- Siswa mampu
menceritakan
kembali dan
menjelaskan
sejarah candi
Borobudur
- Siswa mampu
menjadi
pemandu
wisata untuk
wisatawan di
candi
Borobudur
November
LIBUR
Desember

DAFTAR PUSTAKA

Acquah, A., Adjei, A., & Mensah, J. K. (2017). School of Thoughts of the Essentialist
Philosophers on the Aims of Education, Role of Education and the Focus of
Education:Implications for Curriculum Development and Practice in Ghana. Journal
of Philosophy, Culture and Religion, 1-7.

Alwasilah, C. (2010). Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ramadhan, B. (2018, Agustus 12). Keunikan Sekolah Budaya Jawa Inisiasi Dosen UI di
Boyolali.

Anda mungkin juga menyukai