Penentuan Bilangan Penyabunan Dan Kadar Air Pada Minyak Kelapa Curah Dan Minyak Kelapa Bermerek
Penentuan Bilangan Penyabunan Dan Kadar Air Pada Minyak Kelapa Curah Dan Minyak Kelapa Bermerek
2018
Barutu, Halomoan
Universitas Sumatera Utara
https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8839
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENENTUAN BILANGAN PENYABUNAN DAN KADAR AIR
PADA MINYAK KELAPA CURAH DAN
MINYAK KELAPA BERMEREK
HALOMOAN BARUTU
152401042
HALOMOAN BARUTU
152401042
Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.
HALOMOAN BARUTU
152401042
Disetujui di
Medan, Agustus 2018
ABSTRAK
ABSTRACT
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Maha
Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul Penentuan Bilangan Penyabunan
Dan Kadar Air Pada Minyak Kelapa Curah Dan Minyak Kelapa Bermerek.
Adapun Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk meraih
gelar ahli madya pada program diploma Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan tugas akhir ini banyak
mengalami kendala. Namun berkat bantuan, penulis banyak mendapatkan dorongan,
motivasi, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Akhirnya penulis dapat
menyelesaikan kendala tersebut dengan baik. Atas bantuan, bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak maka pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kepada orang tua saya, Ayah S. BARUTU dan Ibunda K. HASUGIAN dan
seluruh keluarga yang sangat saya sayangi, yang telah banyak memberikan
dukungan moril dan materil, serta doa kesuksesan yang telah menguatkan
saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak Dr. Darwin Yunus Nasution, M.Sselaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktunya dan banyak memberikan arahan dan
bimbingan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS selaku dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku Ketua Departemen Kimia dan Ibu
Sofia Lenny, S.Si., M.Si selaku Sekretaris Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera
Utara.
HALOMOAN BARUTU
Halaman
PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR i
ABSTRAK ii
ABSTRACK iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
DAFTAR SINGKATAN x
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 2
1.3. Hipotesis 2
1.4. Tujuan Penelitian 2
1.5. Manfaat Penelitian 2
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 21
PENDAHULUAN
Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang
bermutu baik.Istilah mutu sebenarnya dapat dibedakan atas dua arti.Pertama
adalah mutu dalam arti benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak-
minyak nabati lainnya. Mutu minyak dalam arti pertama dapat ditentukan dengan
menilai sifat-sifat fisiknya, antara lain titik lebur, bilangan penyabunan dan
bilangan iodium. Sedangkan yang kedua adalah mutu minyak dalam arti penilaian
menurut ukuran. Dalam hal ini syarat mutunya diukur berdasarkan spesifikasi
standar mutu internasional yang meliputi kadar asam lemak bebas, air, kotoran,
logam, besi, tembaga, peroksida dan ukuran pemucatan (Damanik, 2008). Minyak
kelapa yang bermutu baik dibutuhkan untuk keamanan serta kenyamanan
konsumen, maka perlu diketahui apakah minyak kelapa yang beredar di pasaran
telah memenuhi syarat mutu minyak kelapa berdasarkan SNI 01-2902-
TUNJAUAN PUSTAKA
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Cocos
Tanaman kelapa disebut juga pohon kehidupan, karena dari setiap bagian
tanaman dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan manusia. Buah
kelapa yang terdiri atas sabut, tempurung, daging buah dan air kelapa tidak ada yang
terbuang dan dapat dibuat untuk menghasilkan produk industri, antara lain sabut
kelapa dapat dibuat coir fibre, keset, sapu dan matras. Daging buah dapat dipakai
sebagai bahan baku untuk menghasilkan kopra, minyak kelapa, coconut cream,
santan dan kelapa parutan kering, sedangkan air kelapa dapat dipakai untuk membuat
cuka dan nata de coco. Tempurung dapat dimanfaatkan untuk membuat charcoal,
Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi
hanya berbeda dalam bentuk (wujud).Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan titik
lelehnya.Titik leleh minyak dan lemak tergantung pada strukturnya, biasanya
meningkat dengan bertambahnya jumlah karbon.Banyaknya ikatan ganda dua karbon
juga berpengaruh.Pada suhu kamar lemak berwujud padat, sedangkan minyak
berwujud cair (Tambun, 2006).Minyak merupakan bahan cair dikarenakan rendahnya
kandungan asam lemak jenuh dan tingginya kandungan asam lemak yang tidak
jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara atom-atom karbonnya,
sehingga mempunyai titik lebur yang rendah (Chairunisa, 2013).
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak dimana dua atom hidrogen terikat
pada satu atom karbon.Dikatakan jenuh karena atom karbon telah mengikat hidrogen
secara maksimal.
Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang memiliki ikatan
rangkap.Dalam hal ini, atom karbon belum mengikat atom hidrogen secara maksimal
karena adanya ikatan rangkap.Lemak yang mengandung satu saja asam lemak tak
jenuh disebut lemak jenuh.
Asam lemak jenuh maupun asam lemak tak jenuh berbeda dalam energi yang
dikandungnya dan titik leburnya. Karena asam lemak tak jenuh mengandung ikatan
karbon-hidrogen yang lebih sedikit dibandingkan dengan asam lemak jenuh pada
jumlah atom karbon yang sama, asam lemak tak jenuh memiliki energi yang lebih
sedikit selama proses metabolisme daripada asam lemak jenuh pada keadaan dimana
jumlah atom karbon sama. Asam lemak jenuh dapat tersusun dalam susunan yang
rapat, sehingga asam lemak jenuh dapat dibekukan dengan mudah dan berwujud
Lemak dan minyak lemak merupakan zat makanan yang penting untuk
menjaga kesehatan tubuh manusia.Selain itu lemak dan minyak juga merupakan
sumber energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan protein.Lemak
memberikan energi kepada tubuh sebanyak 9 kkal tiap gram lemak.Minyak atau
lemak, khususnya minyak nabati, mengandung asam-asam lemak esensial seperti
asam linoleat, lenolenat, dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan
pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol.Minyak dan lemak juga berfungsi
sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E, dan K (Simanullang,
2015).Vitamin-vitamin ini dapat larut maupun ditransportasikan dengan perantara
lemak (Tambun, 2006).
Lemak memegang peranan yang vital dalam kesehatan kulit dan rambut,
melapisi tubuh terhadap benturan, menjaga temperatur tubuh, dan mempromosikan
fungsi sel kesehatan.Lemak juga berfungsi sebagai cadangan energi dalam
tubuh.Lemak diuraikan dalam tubuh untuk menghasilkan gliserol dan asam lemak
bebas.Gliserol ini dapat dikonversikan menjadi glukosa oleh hati dan kemudian
glukosa inilah yang digunakan sebagai sumber energi.Asam lemak juga merupakan
sumber energi yang baik, terutama untuk jantung dan skeletal muxcle.Lemak juga
berfungsi sebagai buffer terhadap berbagai penyakit. Ketika senyawa terbentuk, baik
kimia maupun biologis mencapai level yang tidak aman dalam aliran darah, lemak
dapat menyimpan senyawa ini dalam jaringan lemak (Tambun, 2006).
Lemak dan minyak sebagai bahan pangan dibagi menjadi dua golongan, yaitu
lemak yang siap dikonsumsi tanpa dimasak misalnya mentega, margarin dan lemak
yang digunakan dalam kembang gula, dan lemak yang dimasak bersama bahan
pangan atau dijadikan medium penghantar panas dalam memasak bahan pangan,
misalnya minyak goreng, dan shortening. Disamping kegunaannya sebagai bahan
Sifat fisik dan kimia minyak merupakan parameter yang sangat berguna
untuk menentukan penggunaan yang tepat dari minyak tersebut.Sifat tersebut juga
dapat digunakan untuk mengevaluasi tahapan dari suatu rangkaian pengolahan dan
mutu minyak tersebut (Simanullang, 2015).
Sifat fisik minyak terdiri dari warna, titik didih, titik lunak, titik luncur, titik
awal mencair, berat jenis, indeks bias, titik asap, titik nyala, titik api, titik kekeruhan,
titik cair, serta bau dan rasa, sifat fisik lain diantaranya banyak digunakan untuk
mengevaluasi minyak setelah melewati suatu proses pengolahan, misalnya
pemanasan. Sifat kimia yang paling penting adalah sifat terhidrolisis dan teroksidasi
yang masing-masing dapat ditentukan dengan mengukur bilangan asam dan bilangan
peroksida.Sifat kimia lainnya adalah jenis asam lemak yang ditentukan dengan
bilangan penyabunan.Sementara sifat kejenuhannya ditentukan dengan bilangan
iodin (Simanullang, 2015).
2.2.3Minyak Kelapa
Minyak kelapa diperoleh dari tanaman kelapa atau Cocos nucifera L., yaitu
pada bagian inti buah kelapa (kernel atau endosperm). Minyak kelapa dapat
diperoleh dari daging buah kelapa segar atau dari kopra. Kandungan lemak (minyak)
dalam kopra umunya berkisar 60-65 %. Sedangkan daging buah segar, kandungan
minyaknya sekitar 43% (Suhardiyono, 1995). Warna pada minyak kelapa disebabkan
Sifat fisik dan kimia minyak kelapa ditentukan oleh sifat fisik dan kimia dari
asam laurat. Berdasarkan tingkat ketidakjenuhannya yang dinyatakan dengan
bilangan Iod, minyak kelapa dapat dimasukkan ke dalam golongan non drying oil,
karena bilangan iod minyak tersebut berkisar antara 7,5-10,5 (Mulyazmi, 2008).
Minyak kelapa adalah lemak jenuh, tetapi asam lemak jenuh didalamnya
adalah asam lemak jenuh rantai sedang (MCT) lebih dari 80%, asam lemak rantai
pendek sekitar 10%, dan hanya sedikit asam lemak jenuh rantai panjang seperti asam
palmitat (5%). Minyak kelapa yang termasuk (MCT), di dalam mulut dan lambung
akan mudah dihidrolisis menjadi asam lemak rantai pendek dan sedang, tidak bersifat
Minyak dan lemak dapat dihidrolisis dengan suatu basa alkali membentuk
sabun. Jika lemak diolah dengan larutan natrium hidroksida pekat akan dihasilkan
gliserol dan garam dari asam lemak atau sabun proses ini dinamakan saponifikasi
atau penyabunan (Budiyanto, 2004). Teknik yang digunakan adalah titrasi asidimetri
setelah proses penyabunan sempurna. Teknik untuk mengidentifikasi bilangan
penyabunan adalah dengan cara merefluks campuran lemak atau minyak dengan
KOH berlebih dan mentitrasi kelebihan KOH (Sunarya dan Agus, 2007).
Kadar air adalah bahan yang menguap pada pemanasan dengan suhu dan
waktu tertentu. Prinsipnya adalah kehilangan bobot pada pemanasan 105oC dianggap
sebagai kadar air yang terdapat dalam contoh (SNI 01-3555-1998). Kadar air dapat
mempengaruhi mutu minyak dan derifatnya, semakin tinggi kadar air, maka semakin
rendah mutu minyak. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan hidrolisa yang akan
merubah minyak atau lemak menjadi asam-asam lemak bebas sehingga dapat
menyebabkan ketengikan. Akan tetapi, kadar air bukan merupakan parameter yang
absolut untuk dapat dipakai meramalkan kecepatan terjadinya kerusakan bahan
makanan (Muliana, 2012).
METODE PENELITIAN
3.2.2 Bahan
− Alkohol − KOH(aq ) p.a (E. Merck)
− HCL(aq ) p.a (E. Merck)
− Indicator Fenolftalein(aq )
− Minyak Kelapa Curah
− Minyak Kelapa Javara
− Minyak Kelapa Barco
Botol timbang dikeringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 1050C. Lalu
didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang.Ke dalam botol timbang
tersebut dimasukkan ± 5 gram sampel.Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu
1050C selama 3 jam, didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang
hingga bobotnya tetap.
4.1Hasil
Hasil penetapan bilangan penyabunan pada sampel minyak kelapa curah,
minyak kelapa merek Javara dan minyak kelapa merek Barco terlihat pada Tabel 4.1.
Bilangan Penyabunan
Syarat mutu SNI
Sampel
01-2902-1992
(mg KOH/g)
Hasil penetapan kadar air pada sampel minyak kelapa curah, minyak kelapa
merek Javara dan minyak kelapa merek Barco terlihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Kadar Air pada Beberapa Sampel Minyak Kelapa
4.2Pembahasan
Bilangan penyabunan merupakan jumlah basa yang diperlukan untuk
menyabunkan sejumlah lemak atau minyak, dinyatakan sebagai miligram KOH yang
dibutuhan untuk menyabunkan 1 gram lemak atau minyak.Besar angka penyabunan
tergantung pada berat molekul minyak. Bilangan saponifikasi merupakan indeks rata-
rata berat molekul triasilgliserol dalam sampel, yang akan bergantung pada seberapa
panjang rantai asam lemak dalam minyak, yaitu akan semakin kecil bilangan
saponifikasi, semakin panjang rantai asam lemak (Susanto, 2013).
Kadar air rata - rata yang diperoleh dari minyak kelapa curah adalah 0,05 % ;
minyak kelapa merek Javara adalah 0,02 % ; dan minyak kelapa merek Barco adalah
0,09 %. Kadar air dari ketiga sampel jauh lebih rendah dari yang disyaratkan oleh
Badan Standarisasi Nasional dalam SNI 01-2902-1992 untuk mutu dan cara uji
minyak kelapa yaitu maksimum 0,5%. Hasil ini menandakan bahwa ketiga sampel
minyak kelapa memenuhi persyaratan mutu kadar air.
Air yang terdapat dalam bentuk bebas dapat membantu terjadinya proses
kerusakan bahan makanan misalnya proses mikrobiologis, kimiawi, enzimatik,
bahkan oleh aktivitas serangga perusak (Muliana, 2012). Kadar air pada minyak
kelapa sangat mempengaruhi ketengikan minyak.Kandungan air yang rendah adalah
syarat untuk mempertahankan mutu minyak dalam jangka waktu yang lama. Karena
air adalah reaktan bagi keberlangsungan proses hidrolisis yang akan menurunkan
mutu minyak. Dengan adanya air, minyak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan
asam lemak.Reaksi ini dapat dipercepat dengan adanya basa, asam, dan enzim-
enzim.Air yang ada dalam minyak dapat juga dijadikan sebagai media pertumbuhan
mikroorganisme yang dapat menghidrolisis minyak (Suastuti, 2009). Akan tetapi,
kadar air bukan merupakan parameter absolut untuk dapat dipakai meramalkan
kecepatan terjadinya kerusakan bahan makanan (Muliana, 2012).
5.1 Kesimpulan
1. Bilangan penyabunan pada sampel minyak kelapa curah adalah 255,8 mg
KOH/g, minyak kelapa merek Javara adalah 255,4 mg KOH/g dan minyak
kelapa merek Barco adalah 257,9 mg KOH/g.
2. Kadar air pada sampel minyak kelapa curah adalah 0,05 % dan minyak kelapa
merek Javaraadalah 0,02 % dan minyak kelapa merek Barco adalah 0,09 %.
3. Bilangan penyabunan pada minyak kelapa curah, minyak kelapa merek
Javaradan minyak kelapa merek Barco yang diuji memenuhi syarat mutu
minyak kelapa menurut SNI 01-2902-1992 yaitu bilangan penyabunan (mg
KOH/g contoh) 255 - 265.
4. Kadar air dalam minyak kelapa curah, minyak kelapa merek Javara dan minyak
kelapa merek Barco yang diuji memenuhi syarat mutu minyak kelapa menurut
SNI 01-2902-1992 yaitu kadar air maksimal 0,5 %.
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan parameter yang lebih
lengkap seperti bilangan iod, bilangan peroksida dan bilangan asam terhadap sampel
minyak kelapa yang sama.
Badan Standardisasi Nasional.(1992). Mutu dan Cara Uji Minyak Kelapa. SNI 01-
2902-1992. Jakarta: Dewan Standardisasi Nasional. hlm. 1.
Badan Standardisasi Nasional.(1998). Mutu dan Cara Uji Minyak Kelapa. SNI 01-
3555-1998. Jakarta: Dewan Standardisasi Nasional. hlm. 2, 4.
Budiyanto, M.A.K. (2004). Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press. hlm.
35.
Chairunisa.(2013). Uji Kualitas Minyak Goreng pada Pedagang Gorengan di
Sekitar Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Skripsi.Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Damanik, R.S. (2008). Pengaruh Kadar Air terhadap Kadar Asam Lemak Bebas
(ALB) dari Minyak CPKO (Crude Palm Kernel Oil) pada Tangki Timbun
(Storage Tank) di PT Sarana Agro Nusantara Unit Belawan.Karya Ilmiah.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera
Utara Medan.
Fachry, H.A.R., Serlis, A., dan Fadma, D. (2007).Pengaruh Pemanasan dan
Derajat Keasaman Emulsi pada Pembuatan Minyak Kelapa.Jurnal Teknik
Kimia. 11(1):9-15.
Lubis, A.A. (2016). Penetapan Kadar Air pada Minyak Kelapa Sawit (CPO) Hasil
Produksi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha
Adolina.Tugas Akhir. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Medan.
Muliana, R. (2012). Penetapan Kadar Air pada CPO dengan Metode Gravimetri di
PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina.Tugas Akhir. Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.
Mulyazmi.(2008). Pengambilan Asam Oleat dari Minyak Kelapa.Jurnal Teknos2k.
8(2):60-66.
Mursalin, Purwiyatno, H., Eko, H.P., Nuri, A., dan Dedi, F. (2013).Fraksinasi
Kering Minyak Kelapa Menggunakan Kristalisator Skala 120 Kg untuk
Menghasilkan Fraksi Minyak Kaya Triasilgliserol Rantai Menengah.Jurnal
Littri. 19(1):41-49.
Purba, L.S. (2015). Pengaruh Penggorengan terhadap Komposisi Asam Lemak
pada Minyak Kelapa dan Minyak Jagung.Tugas Akhir. Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Medan.
Simanullang, R.C.U. (2015). Penetapan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan
serta Kadar Asam Lemak Bebas pada Minyak Virgin Coconut Oil.Tugas
Akhir. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.
Suastuti, D.A. (2009). Kadar Air dan Bilangan Asam dari Minyak Kelapa yang
Dibuat dengan Cara Tradisional dan Fermentasi.Jurnal Kimia. 3(2):69-74.
Suhardiyono, L. (1995). Tanaman Kelapa. Jakarta: Kanisius. hlm. 128.
Sunarya, Y. dan Agus, S. (2007). Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung: Setia
Purna Inves. hlm. 252, 250, 247.
Susanto, T. (2013).Perbandingan Mutu Minyak Kelapa yang Diproses Melalui
Pengasaman dan Pemanasan Sesuai SNI 2902-2011. 26(1):1-10.
Perlakuan 1
(𝑏𝑏−𝑎𝑎)𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑁𝑁 𝑥𝑥 56,1
Bilangan penyabunan =
𝑔𝑔 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 ℎ
(22,70−5,60)𝑥𝑥0,5424 𝑥𝑥 56,1
=
2,0277
= 256,6 mg KOH/g
Perlakuan 2
(𝑏𝑏−𝑎𝑎)𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑁𝑁 𝑥𝑥 56,1
Bilangan penyabunan =
𝑔𝑔 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 ℎ
(22,70−5,25)𝑥𝑥0,5424 𝑥𝑥 56,1
=
2,0277
= 255,2 mg KOH/g
Perlakuan 3
(𝑏𝑏−𝑎𝑎)𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑁𝑁 𝑥𝑥 56,1
Bilangan penyabunan =
𝑔𝑔 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 ℎ
(22,70−5,35)𝑥𝑥0,5424 𝑥𝑥 56,1
=
2,0614
= 256,1 mg KOH/g
Perlakuan 4
(𝑏𝑏−𝑎𝑎)𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑁𝑁 𝑥𝑥 56,1
Bilangan penyabunan =
𝑔𝑔 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 ℎ
(22,70−5,55)𝑥𝑥0,5424 𝑥𝑥 56,1
=
2,0443
= 255,3 mg KOH/g
Perlakuan 1
(𝑏𝑏−𝑎𝑎)𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑁𝑁 𝑥𝑥 56,1
Bilangan penyabunan =
𝑔𝑔 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 ℎ
(22,70−4,50)𝑥𝑥0,5424 𝑥𝑥 56,1
=
2,1670
= 255,6 mg KOH/g
Perlakuan 2
(𝑏𝑏−𝑎𝑎)𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑁𝑁 𝑥𝑥 56,1
Bilangan penyabunan =
𝑔𝑔 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 ℎ
(22,70−2,60)𝑥𝑥0,5424 𝑥𝑥 56,1
=
2,3939
= 255,5 mg KOH/g
Perlakuan 3
(𝑏𝑏−𝑎𝑎)𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑁𝑁 𝑥𝑥 56,1
Bilangan penyabunan =
𝑔𝑔 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 ℎ
(22,70−4,50)𝑥𝑥0,5424 𝑥𝑥 56,1
=
2,1679
= 255,5 mg KOH/g
Perlakuan 4
Perlakuan 1
(𝑏𝑏−𝑎𝑎)𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑁𝑁 𝑥𝑥 56,1
Bilangan penyabunan =
𝑔𝑔 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 ℎ
(22,70−6,55)𝑥𝑥0,5424 𝑥𝑥 56,1
=
1,9098
= 257,3 mg KOH/g
Perlakuan 2
(𝑏𝑏−𝑎𝑎)𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 𝑁𝑁 𝑥𝑥 56,1
Bilangan penyabunan =
𝑔𝑔 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 ℎ
(22,70−6,70)𝑥𝑥0,5424 𝑥𝑥 56,1
=
1,8851
= 258,3 mg KOH/g
Perlakuan 1
W0 W1 W2 Kadar Air
Perlakuan (g) (g) (g) (%)
1 41,7502 43,7237 43,7233 0,02
2 43,2904 45,3253 45,3248 0,02
3 40,6477 42,7158 42,7153 0,02
4 43,2074 45,2096 45,2091 0,02
5 40,3295 42,3378 42,3373 0,02
6 38,4778 40,5339 40,5332 0,03
Rata - rata 0,02
Perlakuan 1