(Bukalapak)
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya, Saya dapat menyelesaikan tugas Customer
Development yang berjudul „Startup (Studi Kasus: Bukalapak)‟.
Dalam penyusunan tugas ini, Saya mendapat bantuan dan dorongan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu tidak lupa Saya mengucapkan terimakasih.
Disamping itu Saya menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, Saya masih memerlukan bimbingan dari semua pihak yang dapat
membangun motivasi Saya.
Halaman
Halaman Judul……………………………………………………..… i
Kata Pengantar………………………………………………………. ii
Daftar Isi…………………………………………………………….... iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah...................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................ 3
\ 1.3 Tujuan Penulisan.................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN............................................................ 4
2.1 The Startup Triangle Team................................. 4
2.2 Karakteristik Perusahaan Startup........................ 7
2.3 Perkembangan Startup di Indonesia.................... 8
2.4 Sikap dan Aturan yang Diadopsi dari Starup...... 9
2.5 Membangun Bisnis Kelas Kakap......................... 12
2.6 Mengapa Starup Bisnis Bisa Sukses.................... 14
2.7 Bukalapak............................................................. 18
2.8 Kondisi Lingkungan Bukalapak........................... 27
2.9 Analisis Persaingan............................................... 28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 30
BAB I
PENDAHULUAN
2.7 Bukalapak
Peluang bisnis online jika digeluti dengan tekun pasti akan membawa
kesuksesan. Kali ini kita akan berkenalan dengan sosok Achmad Zaky, sang
pendiri situs BukaLapak.com, salah satu start uppasar online terbesar
Indonesia yang sukses. Bagaimana kisah suksesnya?
Meniti karir sebagai pengusaha online bukanlah angannya. Zaky muda
tidak pernah mengenal istilah berwirausaha. Pria asal Sragen, Jawa Tengah
ini, dulunya bermimpi punya pekerjaan dengan gaji besar. Orang tuanya yang
berprofesi sebagai guru mengharapkan putera mereka dapat menjadi
pegawai pemerintah juga atau paling tidak memiliki pekerjaan yang memberi
penghasilan tetap.
Perkenalan Zaky dengan dunia teknologi bermula saat ia duduk di bangku
sekolah dasar. Wakt itu ayahnya membelikan komputer dan buku-buku
pemrograman dasar seperti Basic dan Fortran. Zaky ternyata cukup tekun
mempelajari ilmu baru tersebut secara otodidak. Kesukaannya pada ilmu
komputer membuat pemuda desa ini berhasil ikut berpartisipasi dalam
olimpiade komputer tingkat nasional saat ia duduk di bangku SMU.
Untuk mewujudkan mimpinya mendapatkan pekerjaan yang mapan, Zaky
pun melanjutkan kuliah ke Institut Teknologi Bandung (ITB). Di bangku
kuliah itulah Zaky mulai membangun keinginan memiliki usaha sendiri.
“Banyak teman-teman di ITB yang selalu berbicara tentang beriwirausaha.
Rasanya saya juga ingin melakukannya,” kata Zaky mengenang.
Di tahun kedua kuliahnya, Zaky membuka usaha pertamanya yaitu
warung mie. Modal usahanya diperoleh dari hasil memenangkan lomba
komputer. Warungnya menjual mie dengan harga terjangkau bagi kantong
mahasiswa. Tak lama berselang ia menutup warungnya. “Saya gagal karena
kurang pengalaman. Saya pengen menjual mie yang enak dengan harga
murah, akibatnya keuntungan sangat tipis, sehingga pelayanan pun di bawah
standar. Ongkosnya gak nutup,” ujar Zaky.
Tetapi ia sama sekali tidak menyerah. Tahun berikutnya, Zaky mulai
memanfaatkan keahlian komputernya untuk membuka usaha software yang
dinamainya Deft Technology. Pintu cerah bisnis online mulai terbuka ketika
Zaky dan timnya berhasil menjuarai kompetisi Indosat Wireless Innovation
Contest pada tahun 2007 serta menyabet penghargaan khusus pada
ajang Indonesia ICT Awards di tahun berikutnya.
Deft Technology dijalankan selama dua tahun sampai Zaky memutuskan
untuk me-rebrandingusahanya menjadi Suitmedia. Melalui Suitmedia, ia
menawarkan jasa kreatif dan konsultasi khusus bidang teknologi.
Bukalapak.com pun dijalankan sebagai bisnis sampingan sekaligus dijadikan
contoh produk bagi klien Suitmedia.
Tak disangka, Bukalapak justru mendapat perhatian dan peluang
investasi dari Batavia Incubator. Zaky pun menyadari besarnya peluang bisnis
di dunia e-commerce (jual beli dunia maya). Zaky dan tim mulai fokus
mengembangkan fitur-fitur dan fasilitas Bukalapak.com. Waktu berlalu dan
kini Bukalapak telah menjadi tempat transaksi jual-beli senilai lebih Rp500
juta setiap hari!
Inovasi pun tak henti. Tim Bukalapak.com melihat besarnya peluang ini
dan mulai menawarkan platform pembayaran yang disebutnya BukaDompet.
Hmmm, bisnis online memang menjanjikan bukan? (techinasia.com)
Dalam empat tahun, Bukalapak.com telah menjadi platform e-commerce
papan atas di Indonesia. Kesuksesan tersebut tidak terlepas dari empat faktor.
1. Bukalapak hadir pada saat dan waktu yang tepat. Bukalapak.com hadir
pada saat penetrasi internet di Indonesia sedang tinggi-tingginya, jadi
Bukalapak.com itu right time in right place. Eksekutif harus fast, seperti
Bukalapak.com, mereka langsung meluncurkan usahanya setelah melihat
ada peluang. Pada akhirnya, yang cepat biasanya akan berakhir paling
bagus
2. Bukalapak.com mampu mengembangkan perusahaan lewat internet
marketing menggunakan data-driven yang baik sekali.
3. Startup ini didukung oleh tim yang ahli.
Ketiga faktor tersebut juga diakui Zaky sebagai faktor yang mendorong
kesuksesan perusahaan yang dirintisnya. Namun demikioan dia menambahi
satu hal lain, yaitu diferensiasi dengan cara merangkul lokalitas. Kekuatan
startup di Indonesia adalah embrace locality. Merangkul lokalitas.
Bukalapak.com adalah ecommerce di Indonesia yang dikenal kuat di niche
sepeda. didirikan awal 2010 dengan sumber daya sangat terbatas, dalam
kurun waktu kurang dari 2 tahun, Bukalapak.com telah menjadi ecommerce
yang sangat diperhitungkan, memiliki 25,000 seller dan 60,000 user, pada
pertengahan tahun 2011 Bukalapak.com mendapatkan suntikan dana dari
Batavia Incubator untuk ekspansi.
Mari kita simak kisah bagaimana Achmad Zaky, founder dan CEO
Bukalapak mendirikan dan membesarkannya dan seperti apa konsep-konsepnya
dalam membangun sebuah bisnis.
How to start & get idea
Start awalnya dari ide. Tapi ya ide cuma ide kalau tidak dieksekusi, makanya
langkah berikutnya adalah eksekusi, eksekusinya harus continue, terus menerus,
fokus dan konsisten, jangan melihat bisnis hanya 6 bulan atau 1 tahun, mikirnya
harus long term 6 tahun. Tim penting sekali, di Bukalapak ataupun Suitmedia,
recruiting menjadi proses yang luar biasa penting, kami tidak ingin class B
people masuk, kami inginnya class A people, orang yang punya kompetensi dan
passion, sevisi dengan kita, chemistrynya ada. 3C yang kami pegang terkait
recruitment adalah Commitment, Capability atau Competency satu lagi
Compatibility. Harus satu budaya, satu pemahaman, satu pemikiran.
Bagaimana cara dapat ide yang bagus ?
Ide selalu datang dari masalah yang kita hadapi dan kemudian kita
hubungkan kompetensi apa yang kita miliki dengan ide atau peluang yang ada,
misalnya dulu saya bangun Suitmedia, kami membangun kompetensi untuk
membuat website dan desain yang bagus untuk klien, me-marketingkan website
dan sebagainya. Di saat yang sama teman-teman kami sering tertipu saat belanja
online, hal-hal seperti ini menjadi pijakan untuk kami membuat Bukalapak.com
yang ternyata bisa jalan, karena kami punya kompetensi dalam membuat dan me-
marketingkan website. Jadi, selalu berawal dari titik apa yang kita punya.
Suitmedia dulu berawal dari kompetensi para foundernya di engineering, lalu
kami menarik orang design, kok rasanya kompetensi kami di design juga oke,
akhirnya kami buat produk yang ternyata jalan.
Kalau Hijup idenya berasal dari karyawan kami, ada yang nyeletuk pingin
punya ide jual jilbab online, momentnya pas saat ramadhan, ya sudah kami coba.
Kebetulan di kantor ini kami sangat terbuka akan ide. Jika teman-teman ada ide
dan manajemen merasa punya potensi pasar, ya sudah kami coba jalankan.
Karena resources kami di Suitmedia sudah ada semua, Suitmedia sebagai engine
titik awal kami.
Jadi fokus di kompetensi saja, jangan fokus di sesuatu yang bukan di
kompetensi kita.
Ide tidak hanya di awal, tetapi juga ada di proses, justru ide yang ada di saya
cenderung setuju kalau ide itu cheap, yang penting eksekusi. Ide gampang ditiru
tetapi eksekusinya yang luar biasa sulit ditiru dan tentu saja eksekusi butuh ide.
Ide mau buat produk apa, ide untuk menggaet user, strateginya seperti apa, justru
saya melihat ide ada di dalam proses.
Masuk niche sepeda karena tidak sengaja
Bukalapak dimulai pada Februari 2010.
Kenapa kami masuk di niche sepeda ? karena … tidak sengaja !
Tool marketing kami saat itu hanya Facebook. Kami spend Facebook ads
hanya sedikit, kami tidak spend budget untuk Adwords, tidak spend budget untuk
iklan di majalah, hanya dari teman ke teman yang mengajak join Bukalapak,
kami add teman-teman di Facebook dan mengajak mereka. Bahkan orang yang
kami tidak kenal juga kami add, misalnya orang yang me-like fanspage suatu
toko online, kami kan tidak kenal dan kami hanya merasa orang-orang me-like
toko online harusnya suka jualan online. Saat itu kami benar-benar ketok pintu.
Kebetulan kebanyakan dari orang yang kami add ini suka sepeda. Kami juga
terbantu beberapa moment seperti sepeda fixie yang waktu itu cukup dashyat,
juga Car Free Day.
Kombinasi dari kontinuitas, fokus, targeted pada orang-orang yang menurut
kami suka jualan online konsisten mendekati calon pembeli, juga faktor luck
karena trend sepeda sedang rising. Hal seperti ini yang akan membangun
Bukalapak.com
Pada saat itu hanya 3 orang yang terlibat di Bukalapak, 1 staf full time, 1
bantu-bantu karena aslinya engineer, lalu terakhir saya sendiri, yang paling
massive mengundang orang masuk Bukalapak waktu itu saya di sela-sela
pekerjaan di Suitmedia atau malam harinya setelah pekerjaan selesai. Itulah
kenapa saya memutuskan pindah dari Suitmedia untuk fokus di Bukalapak,
karena yang banyak memperjuangkan di awal juga saya, ide Bukalapak waktu itu
juga berasal dari saya.
Hal seperti ini dilakukan oleh hanya 2 orang staf kami, 1 staf bantu-bantu
karena aslinya engineer, jadi ya 1 orang saja sebenarnya, dibantu oleh saya kami
lakukan secara berkelanjutan, sehari 1 orang bisa mengajak 100 orang lewat
Facebook messages untuk mengajak orang berjualan di Bukalapak.
Kami menganggap progress Bukalapak saat ini tidak secepat yang kami
bayangkan, cobalah lihat Pinterest, Twitter yang tractionnya dahsyat. Dengan
pertumbuhan seperti sekarang, mungkin butuh 10 tahun baru bisa selevel dengan
tier two website, seperti Okezone misalnya, oleh karena itu kami harus bekerja
lebih keras.
Kalau dengan 2 orang staf kami bisa jalan, dengan 10 orang harusnya kami
bisa lebih cepat, cara berpikir saya seperti itu, kalau ternyata hasilnya tidak
begitu ya berarti ada yang salah.
Traction dan Memecahkan Masalah di Ecommerce
Untuk mendapatkan traction atau result bagus dari suatu marketing effort,
startup harus menyelesaikan masalah yang besar atau yang paling matter.
Kalau di Indonesia, untuk E-commerce, challenge di Indonesia itu
kepercayaan. Kalau saya tanya kenapa belum belanja online, dari 10 orang yang
saya tanya, 8 menjawab tidak percaya, apakah barang yang dibeli bisa sampai,
sampainya cepet atau tidak, barangnya apakah cocok dengan ekspektasinya, dari
8 orang ini, 2 orang di antaranya menjawab takut tertipu, menurut saya
sebenarnya bukan masalah keamanan, tetapi masalah kepercayaan. Jadi kami
harus fokus bagaimana menyelesaikan masalah kepercayaan ini, misalnya
mengedukasi seller.
Di ecommerce ada 2 sisi : seller dan buyer. Masalah di sisi seller adalah
bagaimana mereka dapat revenue tinggi dan sebaliknya buyer butuh seller yang
menjual barang bagus. Keduanya ini harus di manage.
Saya pernah ketemu counter HP, barangnya dia murah, terus saya tanya
kenapa tidak jual online? Dia jawab “takut perang harga, di semua forum online
pada nawar-nawar, kompetitor juga ikut menurunkan harga”. Kecenderungan
sekarang, jualan online juga jadi ajang price war, di sisi lain, pengusaha online
ini juga tidak punya brand. Seharusnya mereka bisa menonjolkan service dan
kelebihan dia yang lain. Online shop seharusnya branded.
Kami sering membuat kisah sukses dari seller online lalu kami sebar ke
Twitter, gunanya untuk mengedukasi rekan-rekan seller bahwa untuk menjadi
seller terpercaya itu penting sekali, sekarang juga ada beberapa seller yang berani
jual sedikit mahal, karena memiliki banyak rekomendasi, sehingga buyer
memilih bayar lebih mahal tetapi barang sampainya cepat dan terpercaya. Aspek
ini yang masih kurang di sisi online, saat ini mayoritas buyer melihat semua
seller sama saja, price war diutamakan, walaupun ada buyer yang bisa
menyelidiki seller mana yang sudah aktif di berbagai forum online, tetapi orang
awam tidak bisa membedakan.
Kredibilitas toko online sangat dipengaruhi oleh good experience. Kalau
jualan barang, barangnya harus bagus, sampai ke pihak buyer juga harus bagus,
packagingnya harus bagus, sampainya cepat. Hal seperti ini banyak sekali
pekerjaan rumahnya, kadang di online marketplace juga ada seller yang
deskripsinya tidak sesuai dengan barangnya, ini yang menjadi pekerjaan rumah
bagi online marketplace di Indonesia untuk bareng-bareng mengedukasi seller.
Fundraising
Fundraising itu sebenarnya alat untuk tumbuh mencapai visi kita. Tetapi saya
melihat banyak startup yang menjadikannya tujuan.
Kalau kita tidak butuh alat, dan sudah punya alat lainnya ya kita tidak tidak
perlu pakai.
Kalau Bukalapak, memang berbeda, sangat challenging, visinya menyediakan
service bagi penjual dan pembeli supaya saling percaya via online, business
modelnya unik, sekarang belum ada business model marketplace yang untung,
kebanyakan tidak mengenakan charge ke user. Kompetisinya sendiri juga ketat,
sehingga kami butuh “bensin” dalam bentuk fundraising supaya bisa bernafas
lebih lama.
Bagaimana cara dapat fundraising? Kerja. It‟s all about execution &
performance, dana yang didapat itu digunakan untuk bekerja, yang menentukan
nilai perusahaan kita itu ya hasil kerja kita. Kalau kerjaan kita bagus, investor
akan respek dengan kita.
Kadang ada juga investor series A 10 miliar, saya bahkan harus menahan-
nahan tawaran ini, karena tidak masuk akal, kami saja merasa belum show dan
harus menyiapkan dapurnya.
Di Bukalapak kami cenderung ngirit dan hati-hati, tidak sembarang eksekusi
strategi, hiring karyawan banyak-banyak dengan dana dari investor, saya ngetes
dulu, misal kalau mau kampanye sosial media dengan target 100 ribu follower,
jangan langsung bayar kanan kiri untuk tweet berbayar. Karena bisnis itu
perjalanan long term, marathon, bukan sprint. Simpan dana sedikit-sedikit, yang
tadinya habis 1 tahun, kalau hemat bisa tahan sampai 3 tahun. Sampai pada titik
tertentu kalau kita lihat dapat tractionnya, lalu berpikir untuk expand, baru kita
perlu fundraising. Misal ide kita bekerja di Jakarta, kita tes lagi di Bandung, bisa
jalan, berarti make sense dong kalau kita spend budget untuk expand ke
Surabaya, Semarang dan kota lainnya karena sudah ada role modelnya di Jakarta
dan Bandung.
Kalau sekarang, sepeda sebagai role model tidak mudah diduplikasi ke
lainnya karena momentum niche sepeda yang unik, business model kami juga
belum siap untuk diduplikasi, kalau dipaksakan, kami kuatir business modelnya
kurang kuat.
Saya melihat banyak startup yang besar sudah menemukan business model
yang pas dan menghasilkan uang, Amazon dari awal sudah generate money,
Ebay di hari pertama launching sudah generate money, untuk upload buyer harus
bayar, Rakuten juga ada fixed monthly fee dan fee transaction.
Bootstrapping
Saat Bukalapak baru ada 3 orang (hanya 2 staf dan saya sendiri, 2 orang ini
pun sambil mengerjakan project di Suitmedia), kami disubsidi oleh Suitmedia,
resource kami sangat terbatas, it‟s all about priority, kami harus fokus pada apa
yang really matter.
Founder Bukalapak
Founder Suitmedia/Bukalapak awalnya saya, Achmad Zaky dan Nugroho,
kami berdua dari Teknik Informatika ITB. Fajrin teman dekat saya, masuk
belakangan ke Bukalapak, resign dari BCG (Boston Consulting Group), cerita
tentang Fajrin ini juga menarik. Saya sendiri jujur sebelum memulai memulai ini
semua, lulus kuliah saya apply ke BCG dan Mckinsey. Goal saya waktu itu Cuma
2 : Kerja di tempat yang paling bagus, which is BCG dan Mckinsey waktu itu.
Tetapi saya gagal dapat pekerjaan di dua tempat ini, di dua tempat ini rata-rata
mereka hanya hiring 1 orang, sangat challenging. Lalu saya rekomendasikan
Fajrin, saat itu dia belum business minded, sangat scientist minded karena
hobinya matematika. Fajrin ikut test, terus lolos.
Berjalan setahun, kami berdua sering saling kontak, suatu saat Fajrin bilang
ke saya kalau dia bosan, kurang challenging Di BCG dia advice strategi kepada
konglomerat, bagi dia “that‟s it” selamanya dia jadi advisor aja, dia ingin bangun
sesuatu dari nol, lalu suatu saat, saya bilang ke dia, “Suitmedia jalan nih!” Kami
punya client base yang bagus, kami ada kas cukup lumayan, ada Bukalapak, saya
juga cerita kalau saya lagi ngobrol dengan Takeshi Ebihara dari Batavia
Incubator, lalu dia tanya “wah? Beneran nih?” lalu Fajrin ikut gabung dan ikut
deal dengan investor. Saat itu saya keder juga karena saya tidak sanggup
menggaji dia begitu tinggi, akhirnya saya kasih share.
Saya sendiri backgroundnya technical, waktu kuliah tingkat tiga sempat buat
startup Deft Technology namanya, coding sendiri, sempat punya warung! Benar-
benar offline store, jadi saya ada background bisnis dan juga teknikal. Sejak
SMA saya juga sering jualan kecil-kecilan. Tapi sebenarnya waktu baru mau
masuk ITB tujuan saya cari kerja bagus dengan gaji besar, tapi sambil
berjalannya waktu di ITB, saya merasakan perubahan, kata orang-orang di ITB
sangat entreprenerial, karena lulusannya bisa jadi role model, ada Aburizal
Bakrie, Arifin Panigoro, di sana imagenya entrepreneur itu keren. Makanya
pilihan saya Cuma 2 : Kerja di perusahaan seperti Mckinsey, BCG atau buat
perusahaan sendiri dan perusahaannya harus jadi besar.
Kami sering membicarakan valuasi saham kami dengan detail, valuasi saham
dibangun dari kerja, setiap pekerjaan yang kita buat membuat nilai pekerjaan
meningkat, semakin efektif dan semakin cepat kita kerja, membuat value
perusahaan cepat naik. Senantiasa kami mencari cara bagaimana kita kerja yang
menghasilkan value. Kalau saya menilai perusahaan dari kas dan people, bila
orang berani bayar untuk service kami, kas akan datang, makanya bagi kami,
ngirit itu penting banget, harus yakin apa yang kita spend itu building value
perusahaan.
http://startupbisnis.com/startup-indonesia-lesson-the-startup-triangle-3-orang-yang-
dibutuhkan-untuk-membangun-startup-yang-sukses/
http://www.tonfeb.com/2015/02/9-startup-teknologi-terbesar-di-dunia.html
https://www.maxmanroe.com/apa-itu-startup-bgmn-perkembangan-dunia-bisnis-
startup-di-indonesia.html
http://mebiso.com/11-alasan-mengapa-sebuah-bisnis-startup-bisa-sukses/
http://startupbisnis.com/yang-perlu-anda-tahu-tentang-konsep-membangun-bisnis-
startup-teknologi-senilai-1-3-triliun-dalam-3-tahun-tanpa-modal/
http://adhirapuzzpa.blogspot.com/2013/12/e-commerce-tokobaguscom.html
https://diaryinai.wordpress.com/2011/05/08/i-luv-tokopedia/
http://dimashugo.blogspot.com/2014/08/kelebihan-dan-kekurangan-
tokobaguscom.html
http://id.wikipedia.org/wiki/OLX_Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Bukalapak
http://m.detik.com/inet/read/2015/10/31/111725/3058572/398/ini-kunci-sukses-
startup-ala-bukalapak
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bukalapak
https://howmoneyindonesia.com/2014/05/06/achmad-zaky-sukses-berbisnis-
bukalapak/
http://startupbisnis.com/bagaimana-bukalapak-com-didirikan/