Anda di halaman 1dari 10

ESSAI

JUDUL : UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BELAJAR MANDIRI


MAHASISWA KEDOKTERAN

DIUSULKAN OLEH :
NAMA : ANNISA MUTIARA NAULITA SIREGAR (2008260111)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA


MEDAN
2020

i
DAFTAR ISI

Halaman sampul....................................................................................................i

Daftar Isi...............................................................................................................ii

BAB 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang..................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan Khusus...................................................................................................3
1.4 Urgensi (keutamaan) essai.................................................................................3

BAB 2. Tinjauan Pustaka

2.1 Kurikulum pembelajaran Fakultas Kedokteran................................................3


2.2 Definisi Kemampuan Belajar Mandiri..............................................................4
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan belajar mandiri seseorang.....4
2.4 Penentu pembentuk kemampuan belajar mandiri.............................................6
2.5 Komponen kunci utama untuk kemampuan belajar mandiri mahasiswa..........6

BAB 3. Metode Pencarian Literatur........................................................................7

Daftar Pustaka..........................................................................................................8

ii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pembelajaran mandiri digambarkan sebagai bidang studi yang berbeda
pada tahun 1960-an dan 1970-an. Seorang pendidik dewasa Amerika, Malcolm
Knowles mengungkapkan konsep tersebut sebagai proses di mana individu
mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam mendiagnosis
kebutuhan belajar mereka sendiri, merumuskan tujuan pembelajaran,
mengidentifikasi manusia dan sumber materi untuk pembelajaran, memilih dan
menerapkan strategi pembelajaran yang tepat, dan mengevaluasi hasil
pembelajaran. Beberapa karakteristik pengarahan diri sendiri untuk belajar seumur
hidup yaitu dorongan untuk belajar mandiri, motivasi untuk belajar karena tujuan
internal, keinginan untuk pertumbuhan pribadi, dan kemampuan untuk
mengarahkan pembelajaran lebih lanjut. Pembelajaran mandiri mencakup
pengembangan sistem diri yang terdiri dari sub-proses seperti pemantauan diri,
pengajaran mandiri, penguatan diri, perencanaan diri, pengaturan tujuan, strategi
selektif diri dan evaluasi diri serta keberhasilan, motivasi, kepercayaan diri dan
kompetensi diri (Long, 2000).
Pesatnya perkembangan teknologi memberikan dampak positif dalam
berbagai aspek khususnya pendidikan. Munculnya e-learning sebagai fasilitas
pembelajaran diharapkan mampu mempermudah proses belajar mengajar antara
pendidik dan peserta didik. Lee dan Gibson (2003) berpendapat bahwa ada dua
masalah penting dalam desain yang akan digunakan untuk meningkatkan
kemampuan belajar mandiri peserta didik di lingkungan online, yaitu
meningkatkan sikap berbagi di antara siswa dan membuat mereka mengambil
tanggung jawab belajar mereka sendiri. Denis (2003) menyatakan bahwa
lingkungan belajar mandiri tradisional memiliki banyak kesamaan dengan
lingkungan e-learning. Namun, peneliti menekankan siswa di lingkungan e-
learning harus menjadi orang yang bisa belajar sendiri lebih baik. Menurut Denis
(2003) siswa dalam lingkungan e-learning, dengan interaksi tatap muka yang
lebih sedikit, membutuhkan lebih banyak panduan untuk mengatur proses
pembelajaran mereka sendiri dibandingkan dengan siswa di lingkungan belajar
tradisional. Dengan demikian, mereka menjadi bertanggung jawab atas diri
mereka sendiri, menganalisis kebutuhan mereka sendiri, menentukan metode
belajar mereka dan mengatur proses belajar mereka sendiri.
Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran sangat cepat sehingga tidak
seorang dokter pun mampu menguasai seluruh kemajuan ilmu kedokteran
tersebut. Untuk itu, sudah selayaknya seorang mahasiswa kedokteran harus
membina dan memiliki kemampuan belajar mandiri seumur hidup untuk memberi
bekal disaat lulus dari institusi pendidikan dokter nantinya mampu menjadi
2

seorang pembelajar seumur hidup yang baik guna meningkatkan profesionalitas


medis. Pentingnya kemampuan belajar mandiri dapat dilihat melalui
dimasukkannya belajar mandiri sebagai sesuatu yang harus dievaluasi pada
mahasiswa kedokteran oleh American Board of Medical Specialties dan World
Federation for Medical Education.
Pendidikan dokter di Indonesia dibagi menjadi dua tahap, yaitu pendidikan
dokter dan profesi dokter. Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara , pendidikan dokter tahap akademik terdiri dari 144 sks dalam 8
semester dimana kurikulum prodi pendidikan dokter menggunakan metode
pendekatan hybrid problem based learning (hybrid PBL) yang disusun secara
spiral yaitu secara bertahap dari yang sederhana ke kompleks. Profesi dokter
ditempuh setelah menyelesaikan sarjana kedokteran selama empat semester.
Tahap profesi dokter merupakan tahap yang penting dimana mahasiswa dapat
berinteraksi secara langsung dengan pasien dibawah supervisi dosen pembimbing
klinik. Pada tahap pendidikan profesi dokter, mahasiswa dapat mempraktekkan
ilmu yang telah didapatkan pada tahap sebelumnya (Bansal, 2004; Tsai et al.,
2007). Teori yang telah didapat pada tahap pendidikan sarjana akan sulit untuk
diterapkan oleh mahasiswa tanpa pembelajaran tahap profesi (Hays, 2005).
Saat ini, pembaruan dan peningkatan mutu telah banyak dilakukan di
Indonesia seiring berkembangnya zaman. Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara menggunakan strategi pendekatan pembelajaran
berdasarkan metode SPICES (Student Centered, Problem-based, Integrated,
Community Oriented, Early Clinical Exposure dan Systematic). Student centered
merupakan strategi pembelajaran dimana mahasiswa berperan aktif dan mandiri,
serta sebagai pribadi dewasa dan bertanggung jawab sepenuhnya atas
pembelajarannya. Pembelajaran ini dicapai melalui Small Group Discussion
(SGD), mahasiswa belajar secara aktif dari suatu pemicu skenario dan difasilitasi
oleh tutor. Dosen sebagai tutor akan memfasilitasi diskusi kelompok mahasiswa
dan menstimulus mahasiswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Melalui fasilitas dan metode kurikulum institusi yang telah dipersiapkan
dengan baik, mahasiswa kedokteran diharapkan mampu mengembangkan
kemampuan belajar mandirinya. Namun, masih ada sejumlah mahasiswa yang
masih kurang memahami bagaimana cara mengatur belajar mandiri. Hal ini
ditunjukkan oleh Demirören, Turan, Öztuna dalam penelitiannya pada tahun 2014
di Ankara University School of Medicine (AUSM) . Penelitian tersebut dilakukan
dengan metode cross-sectional study atau penelitian potong-lintang dengan
partisipan 344 mahasiswa tahun ke-2 dan 343 mahasiswa tahun ke-3 di tahun
ajaran 2013-2014. Penelitian tersebut mendapatkan bahwa sebagian besar
mahasiswa memberikan respon positif dengan tingginya kepercayaan diri mereka
dengan kemampuan belajar mandiri walaupun masih terdapat beberapa orang
mahasiswa yang masih kurang memahami tentang pengarahan diri sendiri,
perencanaan dan pengaturan tujuan, dan juga belajar mandiri. Demirören, Turan,
3

Öztuna mengatakan seiring berkembangnya sistem kurikulum mereka, diharapkan


pula mahasiswa mampu meningkatkan kemampuan belajar mandiri mereka guna
meningkatkan keyakinan mereka untuk belajar secara efektif.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah
pada essai ini adalah : bagaimana upaya peningkatan kemampuan belajar
mandiri mahasiswa kedokteran?
1.3 TUJUAN KHUSUS
Untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan kemampuan
belajar mandiri mahasiswa kedokteran
1.4 URGENSI (KEUTAMAAN) ESSAI
Essai ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dan
pengalaman dalam menyusun essai serta sebagai sarana untuk menerapkan
ilmu dan teori yang telah diperoleh mengenai upaya peningkatan belajar
mandiri mahasiswa kedokteran. Essai ini juga dapat menjadi sumber
informasi mengenai upaya peningkatan kemampuan belajar mandiri
mahasiswa kedokteran bagi pembaca.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kurikulum pembelajaran Fakultas Kedokteran


Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan suatu
kurikulum yang telah banyak digunakan oleh fakultas kedokteran di
Indonesia. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)sendiri menggunakan
metode pembelajaran berupa Problem Based Learning (PBL). Dalam
Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2012 sistem kurikulum yang
digunakan harus dilaksanakan dengan pendekatan atau strategi Student-
Centered, Problem-based, Integrated, Community Based, Elective,
Systematic / Structured (SPICES)
Dalam tahap sarjana kedokteran selama tujuh semester mahasiswa
dituntut untuk dapat melakukan pembelajaran mandiri disetiap sistem
pembelajaran yang berlangsung selama penerapan sistem PBL,sistem
pembelajaran menggunakan sebuah kasus yang diambil dari masalah-
masalah di kehidupan dan akan dicari pemecahan masalah dari kasus
tersebut dalam diskusi PBL. Salah satu komponen yang terintegrasi dalam
PBL adalah SDLR (self directed learning readiness).Kemampuan SDLR
adalah ukuran hasil dari PBL, dimana PBL dapat memfasilitasi
perkembangan SDLR dan direpresentasikan sebagai tingkat SDLR.
4

2.2 Definisi Kemampuan Belajar Mandiri


Kemampuan belajar mandiri adalah sebuah proses mental yang
ditujukan secara pribadi disertai dan didukung oleh kegiatan perilaku yang
terlibat dalam mengidentifikasi dan mencari informasi. Kemampuan
belajar mandiri juga dapat didefinisikan sebagai otonomi pembelajar
dalam mengontrol proses pembelajaran yang dijalaninya. Pembelajaran
diharapkan lebih efektif dan fokus dengan kemampuan belajar mandiri ini.
Hal lain yang dapat berpengaruh pada kemampuan belajar mandiri antara
lain kepribadian, konteks budaya dan pengalaman belajar yang telah
dilalui sebelumnya. Dosen mempunyai peran yang penting dalam
mengembangkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa, misalnya
dengan pemilihan strategi pembelajaran yang digunakan (Thornton, 2009).

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan belajar mandiri


seseorang.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan SDLR
seseorang, yaitu faktor di dalam dirinya (internal) dan faktor-faktor yang
terdapat dari luar dirinya (eksternal).
Faktor internal antara lain : pertama, jenis kelamin merupakan
salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi tingkat kesiapan
belajar mandiri bagi individu terdapat beberapa perbedaan yang
disebabkan dengan adanya perbedaan jenis kelamin dalam proses belajar
mandiri, yakni: (a) kemampuan intelektual wanita secara konsisten lebih
tinggi dari pada pria, dilihat dari beberapa test yang menunjukan beberapa
kemampuan serta bakti; (b) prestasi sekolah, perempuan dinilai lebih
konsisten daripada laki-laki, secara konsisten perempuan mengerjakan
tugas verbal lebih baik dari laki-laki, sehingga menempatkan perempuan
di posisi teratas dalam prestasi sekolah. Kedua, cara belajar yang
digunakan, mahasiswa harus mengetahui cara belajar yang cocok untuk
dirinya sendiri, karena mengetahui metode pembelajaran yang tepat untuk
diri sendiri dapat menentukan keberhasilan pembelajaran. Dengan proses
SDLR mahasiswa akan mengetahui kekurangan dalam cara belajar dan
akan mencari tahu terkait dengan metode belajar yang cocok untuk dirinya
sendiri. Ketiga, individu dengan usia lebih tua dinilai lebih
berpengalaman, memiliki kemampuan, dan kemauan dalam menjalani
proses belajar dengan metode self-directed learning readiness (SDLR) dan
individu dengan usia yang lebih muda cenderung lebih bermainmain
dalam proses belajar sehingga kurang berkonsentrasi dalam
pembelajaran.Self directed learning dapat terbentuk melalui empat tahap.
Pertama, siswa berpikir secara mandiri, artinya siswa tidak
menggantungkan pemikirannya pada guru, tetapi pada pemikirannya
5

sendiri. Kedua, siswa belajar mengatur diri sendiri. Ketiga, siswa belajar
perencanaan diri, bagaimana siswa akan belajar mencapai program dan
tujuan belajar yang sudah ditetapkan. Keempat, terbentuknya self directed
learning siswa memutuskan sendiri apa yang akan dipelajari dan
bagaimana akan mempelajari. Keempat, mood atau suasana hati yang baik
dan kesehatan dianggap sangat berpengaruh dalam keberhasilan proses
SDLR karena mood dan kesehatan yang baik dianggap dapat
meningkatkan keinginan mahasiswa dalam belajar secara mandiri. Mood
adalah salah satu gejala utama dari respon tubuh yang dapat
mempengaruhi fisik maupun psikis seseorang, atau yang biasa disebut
stress, dilihat dari gejala mood, yaitu : kesulitan tidur, mudah bingung,
mudah lupa, bimbang, dan kurang konsentrasi. Faktor internal terakhir
yang mempengaruhi proses SDLR yakni seseorang yang memiliki tingkat
pengetahuan yang tinggi dan pengetahuan dasar yang luas akan dapat
mengatur proses pembelajarannya sendiri, karena hal-hal tersebut dapat
sangat menunjang keberhasilan proses SDLR. Terakhir adalah
faktorsosialisasi atau pengalaman sebelumnya, pengalaman merupakan
guru terbaik, begitu pula dalam proses pembelajaran, seseorang yang
memiliki pengalaman gagal pada proses belajar akan mencoba
menemukan cara yang tepat untuk mencapai keberhasilan, sehingga
pengalaman kegagalan tersebut tidak terulang kembali
Faktor eksternal pada proses SDLR, antara lain: (1) waktu belajar,
tidak optimalnya proses belajar mandiri (SDLR) karena individu tidak
dapat mengatur waktunya dan tidak dapat memprioritaskan hal penting
yang akan dikerjakan terlebih dahulu; (2) tempat belajar, tempat belajar
yang nyaman memberikan perasaan yang lebih baik untuk berkonsentrasi
dan dapat menerima ilmu yang dipelajari lebih mudah; (3) motivasi
belajar, motivasi dalam belajar dibagi menjadi 2, yakni: (a) motivasi
ekstrinsik terjadi karena adanya dorongan luar yang mewajibkan seorang
mahasiswa belajar yaitu ujian, nilai, dan penghargaan dari orang lain dan
(b) motivasi intrinsik ialah motivasi belajar karena menyadari akan
pentingnya belajar secara mandiri untuk memperluas pengetahuan; (4)
pola asuh orang tua, dukungan dan pola asuh orang tua yang baik dalam
bidang pendidikan dapat membantu anaknya dalam membiasakan diri
dalam belajar sehari-hari dan mampu mempermudah prose SDLR; (5)
aksesibilitas sumber belajar, terbatasnya akses dalam belajar akan
membatasi kesempatan keberhasilan proses self-directed learning
readiness pada mahasiswa; (6) tahun mahasiswa masuk universitas,
mahasiswa yang memasuki universitas lebih cepat atau tingkat tinggi
diharapkan mempunyai kesiapan SDLR lebih tinggi dibandingkan
mahasiswa yang baru memasuki universitas yang selama menjalankan
6

proses belajar di sekolah menengah atas (SMA) menerapkan metode


teacher-centre learning.
2.4 Penentu pembentuk kemampuan belajar mandiri
Pembentukan kemandirian belajar pada siswa ditentukan oleh dua
hal. Pertama adalah sumber sosial, yaitu orang dewasa yang berada di
lingkungan mahasiswa seperti orangtua, pelatih,anggota keluarga dan
guru. Orang dewasa ini dapat mengkomunikasikan nilai kemandirian
belajar dengan modelling, memberikan arah dan mengatur perilaku yang
akandimunculkan. Sumber yang kedua adalahmempunyai kesempatan
untuk melatihkemandirian belajar. Siswa yang secara konstan selalu diatur
secara langsung oleh keluarga atau orangtua dan guru tidak dapat
membangun ketrampilannya untuk dapat belajar secara mandiri karena
lemahnya kesempatan yang mereka punya.
Pada tahun masuk universitas, untuk mahasiswa tahun pertama
terbilang masih memiliki tingkat SDLR yang rendah,dikarenakan masih
memiliki sifat teacher centered learning dimana semua kebutuhan
belajarnya harus didapatkan dari dosen atau staf pengajar, tetapi semakin
lama mahasiswa belajar dalam sistem PBL, maka kemampuan SDLR-nya
pun ikut meningkat,seperti yang terjadi pada mahasiswa tahun kedua dan
ketiga yang memiliki tingkat SDLR baik.

2.5 Komponen kunci utama untuk kemampuan belajar mandiri mahasiswa.

Murrad dan Varkey menyatakan adanya komponen kunci untuk


kemampuan belajar mandiri mahasiswa. Komponen-komponen itu antara
lain: dosen sebagai fasilitator, identifikasi kebutuhan belajar,
pengembangan tujuan pembelajaran, identifikasi sumber belajar yang
sesuai, implementasi proses, komitmen pada kontrak pembelajaran dan
evaluasi pembelajaran. Dosen atau sering disebut sebagai pembimbing
klinik mempunyai peran yang penting dalam mengembangkan
kemampuan belajar mandiri mahasiswa (Murrad & Varkey, 2008).
Pembimbing klinik yang baik semestinya bisa menjadi model bagi
mahasiswa baik dalam hal ketrampilan klinis maupun kepribadian.
Pembimbing klinik yang baik harus menguasai prinsip pembelajaran orang
dewasa, humanitarian, berpikiran luas dan terbuka dan mempunyai
semangat untuk membimbing. Interaksi yang baik dengan dokter dan
profesi pendukung yang lain seperti perawat serta sesama mahasiswa
sangat dibutuhkan dalam kelancaran proses pembelajaran klinis (Dornan,
2006; Hays, 2005). Pembimbing klinik perlu menjadi seorang yang
inovatif, mendidik pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa dan juga
dapat berperan sebagai role model, mendidik nilai-nilai profesionalisme
(Sutkin et al., 2008). Pembimbing klinik harus mempunyai kemampuan
7

untuk mengaktifkan mahasiswa dalam proses belajar mengajar (Reilly,


2007).

BAB 3

METODE PENCARIAN LITERATUR

Untuk search engine , penulis menggunakan google scholar


(https://scholar.google.com) dengan kata kunci : Kemampuan belajar mandiri,
Self-directed learning, self-directed learning AND medical students, peningkatan
kemampuan belajar mandiri AND mahasiswa kedokteran, research of self-
directed learning skill AND medical students, “self-directed learning”.

Penulis juga menggunakan pubmed (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/) dengan


kata kunci : self-directed learning AND medical students, “self-directed
learning”.

Kemudian penulis juga membatasi rentang waktu terakhir dengan harapan essai
ini sesuai dengan referensi dan data yang valid dan terbaru.

Outcome yang diukur dalam penelusuran literasi ini adalah upaya peningkatan
kemampuan belajar mandiri mahasiswa kedokteran.

Jurnal yang sesuai diambil untuk selanjutnya dianalisis. Kriteria jurnal yang
dipilih untuk direview adalah jurnal penelitian berbahasa Indonesia dan Inggris
dengan subyek Kemampuan belajar mandiri. jurnal yang terpilih adalah jurnal
yang didalamnya terdapat tema hubungan upaya peningkatan kemampuan belajar
mandiri dengan mahasiswa kedokteran.

Simpulan :
Kemampuan belajar mandiri mahasiswa kedokteran ditingkatkan dengan
memotivasi diri sendiri, adanya dukungan dan hubungan komunikasi yang baik
dengan orang dewasa, dan membiasakan diri untuk belajar mandiri.
8

DAFTAR PUSTAKA

(Demirören et al., 2016)Demirören, M., Turan, S., & Öztuna, D. (2016).


Medical students’ self-efficacy in problem-based learning and its relationship
with self-regulated learning. Medical Education Online, 21(1).
https://doi.org/10.3402/meo.v21.30049
Pamungkasari, Eti Poncorini ; Probandari, A. (1390). Pengukuran
Kemampuan Belajar Mandiri pada Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter.
1–19.
Monroe, K. S. (2016). The relationship between assessment methods and
self-directed learning readiness in medical education. International Journal
of Medical Education. https://doi.org/10.5116/ijme.56bd.b282
Sugianto, I. M., & Lisiswanti, R. (2016). Tingkat self directed learning
readiness ( SDLR ) pada mahasiswa kedokteran. Majority, 5(5), 27–31.
Uz, R., & Uzun, A. (2018). The influence of blended learning environment
on self-regulated and self-directed learning skills of learners. European
Journal of Educational Research, 7(4), 877–886.
https://doi.org/10.12973/eu-jer.7.4.877

Anda mungkin juga menyukai