Anda di halaman 1dari 45

“ASUHAN KEPERAWATAN JANTUNG PERIKARDITIS”

DOSEN PEMBIMBING :

NS.Nova F,S.Kep,M. Biomed

Disusun oleh:

MONALISA

NIM: 18112189

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

T.A 2020/2021

LAPORAN PENDAHULUAN

A. LAPORAN PENDAHULUAN PERIKARDITIS

1. KONSEP DASAR

A. DEFINISI
Perikarditis adalahperadangan pericardium viseralis dan parietalis dengan atau tanpa disertai
timbulnya cairan dalam rongga perikard yang baik bersifat transudat atau eksudat maupun
seraosanguinis atau purulen dan disebabkan oleh berbagai macam penyebab (IKA FKUI, 2007)

Perikarditis adalah peradangan pericardium parietal, pericardium visceral, atau keduanya.


Perikarditis dibagi atas perikarditis akut, subakut, dan kronik. Perikarditis subakut dan kronik
mempunyai etiologi, manifestasi klinis, pendekatan diagnostic, dan penatalaksanaan yang sama.
(Arif, 2009)

Perikarditis merupakan inflamasi pericardium, yaitu sakus fibroserosa membungkus, menopang,


dan melindungi jantung. Perikarditis muncul dalam bentuk akut maupun kronis. Perikarditis akut
bisa fibrinosa atau efusit, disertai eksudat purulen, serosa atau hemoragi, sedangkan perikarditis
konstriktif kronis ditandai dengan penebalan pericardial fibrosa padat. Prognosisnya tergantung
pada penyebab tetapi umumnya perikarditis akut memiliki prognosis baik, kecuali jika terjadi
konstriksi.

B. ANATOMI FISOLOGI
ANATOMI FISIOLOGI JANTUNG

Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada diantara kedua
paru.Terdapat selaput yang mengitari jantung yang disebut perikardium, terdiri dari dua lapisan:
- Perikardium parietalis : lapisan luar melekat pada tulang dada dan paru
- Perikardium viseralis : lapisan permukaan jantung/ epikardium
Diantara kedua lapisan ini terdapat cairan perikardium.

A. STRUKTUR JANTUNG
Dinding jantung terdiri dari 3lapisan :
1. Lapisan luar (epikardium)
2. Lapisan tengah (Miokardium)
3. Lapisan dalam (endokardium)
1. Ruang – Ruang Jantung
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 berdinding tipis disebut atrium(serambi) dan 2
berdinding tebal disebut ventrikel (bilik)

1. Atrium
a. Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari seluruh tubuh.
Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan melalui katub  dan selanjutnya ke
paru.
b. Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena
pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katub dan selanjutnya
ke seluruh tubuh melalui aorta.
Kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut septum atrium.
2. Ventrikel
Merupakan alur alur otot yang disebut trabekula. Alur yang menonjol disebut
muskulus papilaris, ujungnya dihubungkan dengan tepi daun katub          
atrioventrikuler oleh serat yang disebut korda tendinae.
a. Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru
melalui arteri pulmonalis
b. Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan keseluruh tubuh
melalui aorta
Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel.
2. Katup Katup Jantung
1. Katup atrioventrikuler
Terletak antara atrium dan ventrikel. Katup yang terletak diantara atrium kanan dan
ventrikel kanan mempunyai 3 buah daun katup ( trikuspid). Sedangkan katup yang
terletak diantara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup
( Mitral). Memungkinkan darah mengalir dari atrium ke ventrikel pada fase diastole
dan mencegah aliran balik pada fase sistolik.
2. Katup Semilunaris
a. Katup Pulmonal terletak pada arteri pulmonalis dan memisahkan pembuluh ini
dari ventrikel kanan.
b. Katup Aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
Kedua katup ini mempunyai bentuk yang sama terdiri dari 3 buah daun katup
yang simetris. Danya katup ini memungkinkan darah mengalir dari masing-masing
ventrikel ke arteri selama sistole dan mencegah aliran balik pada waktu diastole.
Pembukaan katup terjadi pada waktu masing-masing ventrikel berkontraksi,
dimana tekanan ventrikel lebih tinggi dari tekanan didalam pembuluh darah arteri.
C. ETIOLOGI

1. Penyebab idiopatik atau nonspesifik


2. Infeksi
a. Bakteri : streptokokus, stapilokokus, meningokokus, gonokokus
b. Virus : coxsakie, influenza
c. Jamur : riketsia, parasit
3. Kelainan jaringan ikat-sistemik lupus eritematosus, demam rematik, atritis rematik,
poliarteritis.
4. Keadaan hipersensitivitas-reaksi imun, reaksi obat, serum sicknes
5. Penyakit struktur disekitarnya-infark miokardium, aneurisma dissecting, penyakit pleura
dan paru (pneumonia)
6. Penyakit neoplasia
-sekunder akibat metastasis dari kanker paru dan kanker payudara
- leukemia
- primer (mesotelioma)
1. Terapi radiasi
2. Trauma-cedera dada, pembedahan jantung, pemasangan pacemaker
3. Gagal ginjal dan uremia
4. Tuberkulosis

D. PATOFIOLOGI

Proses radang yang terjadi dapat menimbulkan penumpukan cairan efusi dalam rongga
pericardium dan kenaikan tekanan intracardial,kenaikan tekanan tersebut akan mempengaruhi
daya kontraksi jantung,akhirnya menimbulkan proses fibrotic dan penebalan pericardial,lama
kelamaan terjadi kontriksi pericardial dengan pembentukan cairan,jika berlangsung
secara kronis menyebapkan fibrosis dan klasifikasi.Karena dekatnya proximal perikardium
dengan beberapa struktur seperti pleura, paru-paru, sternum, diafragma dan miokardium,
perikarditis mungkin diakibatkan oleh inflamasi atau proses peradangan / infeksi. Penyebab
yang lain yaitu idiophatic, virus dan dapat didiagnosa dengan baik. Adanya agent
menyebabkan inflamasi pericardial dan kerjanya meluas sampai terjadi iritasi. Kondisi
dibawah normal bila naiknya volume ciaran di atas 50 ml dalam kantong perikardial. Ketika
terjadi injury, exudat fibulu, sel darah putih dan endothelial sel dilepaskan untuk menutupi
lapisan parietal dan viseral perikardial. Gesekan antara lapisan perikardial menyebabkan
iritasi dan inflamasi sekeliling pleura dan jaringan. Exudat fibrin mungkin lokasinya hanya
pada satu tempat di jantung atau mengisi ke seluruh tempat. Perikarditis akut dapat menjadi
kering atau obstruksi vena-vena jantung dan drainage limpha, menyebabkan rembesan fibrin
exudat dan serous cairan di kantong perikardial yang mana dapat menyebabkan terjadinya efusi
purulent.

E. MANIFESTASI KLINIS

Tanda yang khas:


Friction rub (suara tambahan) adalah bising gesek yang terjadi karena kantong berisi
cairan membengkak.
Gejala-gejala :
1. Sesak nafas saat bekerja
2. Panas badan 39º c -40ºc
3. Malaesa
4. Kadang nyeri dada
5. Effuse cardial
6. Nyeri dapat menyebar dari leher,bahu,punggung atau perut
7. Rasa tajam menusuk
8. Berkeringat

F.PATHWAYS
Inflamasi, tumor, invasi kuman ke Trauma pasca-infark paska
perikardium, gagal ginjal san sebagainya pembedahan jantung

Perikarditis konstriktif Efusi perikardium

Pergerakan fase diastolik & sistolik Temponade jantung


menurun

Tekanan ventrikel

Pengisian diastolik
Nyeri dada

Tekanan vena
Iskemia miokardium Volume sekuncup

Aliran darah koroner Curah jantung Peningkatan tekanan


vena jugularis
Asisten
Edema
Perfusi jaringan

Aliran darah tidak


adekuat ke sistemik

Kongesti Pemenuhan
Kondisi dan
pulmonalis produk HCL, Kelemahan fisik prognosis penyakit
mual, muntah

Sesak napas
Pemenuhan Gangguan Kecemasan
nutrisi kurang pemenuhan Koping individu
Gangguan dari kebutuhan kebutuhan sehari- tidak efektif
pertukaran tubuh hari
gas
Pola napas
tidak efektif

G. PENATALAKSANAAN
a. Tirah baring, disertai elevasi bagian kepala tempat tidur untuk perbaiki pernapasan.
b. Terapi oksigen.
c. Pembedahan dengan melakukan perikardiosintesis atau drainase untuk mengatasi
tamponade.
d. Drainase cairan perikardium atau pengangkatan perikardium.
e. Pemberian antibiotik selama empat sampai enam minggu bila terjadi pada perikarditis
purulen.
f. Pemberian kortikosteroid pada pasien dengan gagal jantung atau post perikardioektomi
syndrome.
Diuretik (obat yang membuang kelebihan cairan) bisa memperbaiki gejala, tetapi
penyembuhan hanya mungkin terjadi jika dilakukan pembedahan untuk mengangkat
perikardium. Pembedahan memiliki resiko kematian sebesar 5-15 %, karena itu
pembedahan hanya dilakukan jika penyakit ini telah sangat menganggu aktvitas
penderita sehari-hari.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. EKG; dapat menunjukkan  iskemia, hipertropi, blok konduksi, disritmia.
b. Ekokardiogram; dapat menunjukkan efusi pericardial, hipertropi jantung, disfungsui
katup, dilatasi ruang.
c. Enzim Jantung; CPK mungkin tingggi, tetapi isoenzim MB tak ada.
d. Angiografi; dapat menunjukan stenosis katup dan regurgutasi dan/atau penurunan gerak
dinding.
e. Sinar X dada; dapat menunjukkan pembesaran jantung, infiltrasi pulmonal.
f. JDL; dapat menunjukkan proses infeksi akut/kronis.
g. Kultur darak; dilakukan untuk mengisolasi bakteri, virus, dan jamur penyebab.
h. LED
i. Perikardiosentesis; cairan pericardial dapat diperiksa intik etiologi infeksi, seperti bakteri
tuberculosa, infeksi virus atau jamur, SLE, penyakir rheumatoid, keganasan.

I. KOMPLIKASI
1. Tamponade jantung
Tamponade jantung adalah keadaan yang mengancam nyawa, dimana ditemukan penekanan
pada jantung, akibat terjadi pengumpulan cairan (darah, nanah) atau gas di ruangan
perikardium (ruangan antara 2 selaput pelapis jantung) yang disebabkan karena trauma atau
robeknya otot jantung, atau karena perembesan cairan (efusi). Hal ini dapat menyebabkan
jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh secara optimal.

Gambar 2-1:Temponade jantung: sumber: © 2009 Nucleus Medical Art, Inc.

2. Perikarditis konstriktif
3. Aritmia jantung
Contoh-contoh dari atrial tachycardias termasuk atrial fibrillation, atrial flutter, and
paroxysmal atrial tachycardia (PAT). Aritmia-aritmia ini terjadi karena gangguan listrik di
atria dan/atau di AV node menyebabkan denyut jantung yang cepat.
4. Nyeri dada berulang-ulang.
5. prognosis
Bergantung kepada penyebabnya. Pada perikarditis reumatik ditentukan oleh berat
ringannya miokarditis yang menyertainya. Prognosis perikarditis purulenta ditentukan oleh
cepatnya pengobatan antibiotika yang diberikan dan tindakan  bedah yang dilakukan.
Kematian pada perikarditis tuberkulosa menjadi sangat menurun dengan ditemukannya
tuberkulostatikum yang lebih poten. Tanpa tindakan pembedahan perikarditis konstriktiva
mempunyai prognosis yang buruk.

II. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat , pekerjaan , suku/ bangsa, agama ,
status perkawinan , tanggal masuk rumah sakit ( MRS), nomor register, dan diangnosa
medik
b. Keluhan utama
Kleuahan biasanya Nyeri dada atau sesak nafas
c. Riwayat penyakit sekarang
Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti edema perifer, gangguan
abdominal, lelah, ortopnea, palpitasi, batuk, nausea, dan paroxysmal nocturnal dyspnea . Kapan
mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk, bagaimana sifat timbulnya, dan stimulus apa
yang sering menimbulkan nyeri dada.
d. Riwayat penyakit dahulu
Harus diketahui apakah pasien pernah terkena TBC, rheumatoid, uremia, ada trauma dada
atau pernah mengalami serangan jantung lainnya.
e. Riwayat  psikososial
Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting untuk
menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran pasien dalam keluarga
dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik dalam
keluarga ataupun dalam masyarakat.

g . PEMERIKSAAN FISIK
Tinggi badan                                 : 175 cm
Berat badan                                   : 60 Kg

a. Pemeriksaan vital sign


 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Suhu : 360C
 Nadi : 102 x / menit tidak teratur
 Respirasi : 28 x / menit
b. Keadaan umum
 Pasien tampak sakit berat
 Pasien menggunakan O2
c. Head to toe
 Kepala : bentuk, kesimetrisan.
 Mata : konjungtiva : anemis, ikterik/tidak.
 Mulut : apakah ada tanda infeksi.
 Telinga : kotor/tidak, ada serumen/tidak, kesimetrisan.
 Wajah : ekspresi, pucat.
 Leher : apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
 Pemeriksaan dada
 Inspeksi
Dada simetris, tidak ada kelainan bentuk dada, warna coklat, ictus di ICS 6 SIMC
 Palpasi
Ada getaran ictus cordis / tril, lebar ictus cordis 2 cm
 Perkusi
Atas           ICS 2
Bawah       ICS 9
Kanan        ICS 4 sentralis distra
Kiri           ICS 4
 Auskultasi
Friction rub (+)Q2
Pericardial friction rub, pembesaran jantung, hepatomegali, oedem kaki, bunyi
jantung lemah, jeneway lesions (pada telapak tangan dan kaki)
 Genetalia : Tidak ada kelainan
 Ekstermitas :Pada inspeksi sendi terlihat bengkak dan merah, ada gerakan yang tidak
disadari, pada palpasi teraba hangat dan terjadi kelemahan otot.
 Data fokus yang didapat antara lain:
 Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi kurang dari 39 derajat celcius namun tidak
terpola.
 Adanya riwayat infeksi saluran napas. Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat,
dada berdebardebar.
 Nyeri abdomen, mual, anoreksia, dan penurunan hemoglobin
1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- EKG : Segmen ST tidak ada perubahan, QRS voltase rendah
- CKMB : Normal
Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.


2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


No. Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan

1. Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri :


berhubungan keperawatan selama 3 jam,
1. Identifikasi lokasi,
dengan agen maka Tingkat Nyeri Menurun,
karakteristik,
pencedera dengan kriteia hasil :
durasi, frekuensi,
fisiologis.
1. Keluhan nyeri menurun kualitas, intensitas
(5). nyeri.
2. Meringis menurun (5). 2. Identifikasi skala
3. Gelisah menurun (5). nyeri.
4. Frekuensi nadi membaik 3. Identifikasi
(5). respons nyeri non
5. Tekanan darah membaik verbal.
(5). 4. Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri.
5. Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri.
6. Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap repons
nyeri.
7. Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup.
8. Monitor
keberhasilan terapi
komplementer
yang sudah
diberikan.
9. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik.
10. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri.
11. Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri.
12. Fasilitasi istirahat
dan tidur.
13. Pertimbangan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri.
14. Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri.
15. Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
16. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri.
17. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat.
18. Ajarkan teknik
nonfarmalogis
untuk mengurangi
rasa nyeri.
19. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu.

Pemberian Analgetik :
1. Identifikasi
karakteristik nyeri.
2. Identifikasi riwayat
alergi obat.
3. Identifikasi
kesesuaian jenis
analgesik.
4. Monitor tanda-
tanda vital sebelum
dan sesudah
pemberian
analgesik.
5. Monitor efektifitas
analgesik.
6. Diskusikan jenis
analgesik yang
disukai untuk
mencapai analgesia
optimal, jika perlu.
7. Pertimbangan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan
kadar dalam
serum.
8. Tetapkan target
efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan
respons pasien.
9. Dokumentasikan
respons terhadap
efek analgesik dan
efek yang tidak
diinginkan.
10. Jelaskan efek
terapi dan efek
samping obat.
11. Kolaborasi
pemberian dosis
dan jenis
analgesik, sesuai
indikasi.
2. Penurunan curah Setelah dilakukan intervensi Perawatan jantung :
jantung keperawatan selama 3 jam,
1. Identifikasi
berhubungan maka Curah Jantung Meningkat,
tanda/gejala primer
dengan perubahan dengan kriteria hasil :
penurunan curah
kontraktilitas.
1. Kekuatan nadi perifer jantung.
meningkat (5). 2. Identifikasi
2. Ejection fraction (EF) tanda/gejala
meningkat (5). sekunder
3. Left ventricular stroke penurunan curah
work index (LVSWI) jantung.
meningkat (5). 3. Monitor tekanan
4. Stroke volume index darah.
(SVI) meningkat (5). 4. Monitor intake dan
5. Palpitasi menurun (5). output cairan.
6. Bradikardia menurun (5). 5. Monitor berat
7. Takikardia menurun (5). badan setiap hari
8. Gambaran EKG aritmia pada waktu yang
menurun (5). sama.
9. Lelah menurun (5). 6. Monitor saturasi
10. Edema menurun (5). oksigen.
11. Distensi vena jugularis 7. Monitor keluhan
menurun (5). nyeri dada.
12. Dispnea menurun (5). 8. Monitor EKG 12
13. Oliguria menurun (5). sadapan.
14. Pucat/sianosis menurun 9. Monitor aritmia.
(5). 10. Monitor nilai
15. Paroxysmal nocturnal laboratorium
dyspnea (PND) menurun jantung.
(5). 11. Monitor fungsi alat
16. Ortopnea menurun (5). pacu jantung.
17. Batuk menurun (5). 12. Periksa tekanan
18. Suara jantung S3 darah dan
menurun (5). frekuensi nadi
19. Suara jantung S4 sebelum dan
menurun (5). sesudah aktivitas.
20. Murmur jantung 13. Periksa tekanan
menurun (5). darah dan
21. Berat badan menurun frekuensi nadi
(5). sebelum pemberian
22. Hepatomegaly menurun obat.
(5). 14. Posisikan pasien
23. Pulmonary vascular semi-fowler atau
resistance (PVR) fowler dengan kaki
menurun (5). ke bawah atau
24. Systemic vascular posisi nyaman.
resitance menurun (5). 15. Berikan diet
25. Tekanan darah membaik jantung yang
(5). sesuai.
26. Capillary refill time 16. Gunakan stocking
(CRT) membaik (5). elastis atau
27. Pulmonary artery wedge pneumatic
pressure (PAWP) intermiten, sesuai
membaik (5). indikasi.
28. Central venous pressure 17. Fasilitasi pasien
membaik (5). dan keluarga untuk
modifikasi gaya
hidup sehat.
18. Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress,
jika perlu.
19. Berikan dukungan
emosional dan
spiritual.
20. Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%.
21. Anjurkan
beraktivitas fisik
sesuai toleransi.
22. Anjurkan
beraktivitas fisik
secara bertahap.
23. Anjurkan berhenti
merokok.
24. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
berat badan harian.
25. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output
cairan harian.
26. Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu.
27. Rujuk ke program
rehabilitasi
jantung.
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi Manajemen energi :
berhubungan keperawatan selama 3 jam,
1. Identifikasi
dengan maka Toleransi Aktivitas
gangguan fungsi
ketidakseimbangan Meningkat, dengan kriteria hasil
tubuh yang
antara suplai dan :
mengakibatkan
kebutuhan oksigen.
1. Frekuensi nadi kelelahan.
meningkat (5). 2. Monitor kelelahan
2. Saturasi oksigen fisik dan
meningkat (5). emosional.
3. Kemudahan dalam 3. Monitor pola dan
melakukan aktivitas jam tidur.
sehari-hari meningkat 4. Monitor lokasi dan
(5). ketidaknyaman
4. Kecepatan berjalan selama melakukan
meningkat (5). aktivitas.
5. Jarak berjalan meningkat 5. Sediakan
(5). lingkungan
6. Kekuatan tubuh bagian nyaman dan rendah
atas meningkat (5). stimulus.
7. Kekuatan tubuh bagian 6. Lakukan latihan
bawah meningkat (5). rentang gerak pasif
8. Toleransi dalam menaiki dan aktif.
tangga meningkat (5). 7. Berikan aktivtas
9. Keluhan lelah menurun distraksi yang
(5). menenangkan.
10. Dispnea saat aktivitas 8. Fasilitas duduk
menurun (5). disisi tempat tidur,
11. Dispnea setelah aktivitas jika tidak dapat
menurun (5). berpindah atau
12. Perasaan lemah menurun berjalan.
(5). 9. Anjurkan tirah
13. Aritmia saat aktivitas baring.
menurun (5). 10. Anjurkan
14. Aritmia setelah aktivitas melakukan
menurun (5). aktivitas secara
15. Sianosis menurun (5). bertahap.
16. Warna kulit membaik 11. Anjurkan
(5). menghubungi
17. Tekanan darah membaik perawat jika tanda
(5). dan gejala
18. Frekuensi nafas kelelahan tidak
membaik (5). berkurang.
19. EKG iskemia membaik 12. Ajarkan strategi
(5). koping untuk
mengurangi
kelelahan.
13. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan.

4. IMPLEMENTASI
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan berdasakan diagnose
keperawatan yang sudah ditegakkan.
5. EVALUASI
Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah tindakan yang telah dilakukan berhasil untuk
mengatasai masalah pasien dan dilihat juga berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PERIKARDITIS


A. Pengkajian

IDENTITAS :

Nama : Tn. S

Umur : 40 tahun

Pendidikan : SMA

Suku bangsa : Indonesia

Pekerjaan : IRT

Penanggung jawab : Ny. W

Agama : Islam

Status perkawinan : Kawin

Alamat : Jln. Pemancungan

No MR 180301

Ruang rawat : zam-zam

Diagnosa medik :

PERIKARDITIS Yang mengirim/merujuk :

Puskesmas Tinggi/BB : 175 cm/ 60kg

Golongan darah :O

Sumber informasi : Keluarga

I. Tanda-tanda vital

Nadi : 102 x/menit


Tekanan darah : 110/70 mmHg

Pernafasan : 28 x/menit

Suhu : 36 ºC

II. Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri dada ,sesak nafas

b. Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan saat dirumah pukul 19.00 WIB, klien mengatakan nyeri

dada kadang- kadang nyeri menjalar ke bahu , nyeri menjadi lebih ringan

ketika pasien duduk, lemas dan cepat lelah saat beraktivitas, sesak nafas,

jantung berdebar ,pusing, pukul 21.00 WIB klien dibawa ke puskesmas lalu

dirujuk ke IGD RS IBNU SINA

c. Riwayat kesehatan dahulu

Klien mengatakan riwayat penyakit pericarditis sebelumya.

d. Riwayat penyakit keluarga

Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan.

2. Pemeriksaan fisik

a. Kepala dan rambut

Inspeksi : Bentuk kepala simetris, tidak ada lesi, rambut berwarna

hitam.

b. Mata

Inspeksi : Letak mata simetris, konjungtiva tidak anemis, reflek

pupil isokor, tidak ada edema, sclera tidak ikterik.


c. Hidung

Inspeksi : Tidak ada polip, rongga hidung bersih, tidak ada edema.

d. Telinga

Inspeksi : Bentuk simetris (kanan dan kiri), telinga bersih tidak ada

serumen.

e. Mulut

Inspeksi : Mukosa mulut lembab, tidak ada sekret di tenggorokan,

ada sianosis.

f. Leher

Inspeksi : Keadaan bersih.

Palpasi : Tidak terjadi pembesaran kelenjer tyroid dan vena

jugularis, reflek menelan baik.

g. Dada/Thorak

Jantung :

Inspeksi : Ictus cordis tak tampak.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, ictus cordis tidak teraba

kuat. Perkusi : Terdengar suara pekak.

Auskultasi : Didengarkan irama gallop dengan bunyi jantung kedua

yang pecah parakdosal.

h. Abdomen

Inspeksi : Simetris, tidak ada

pembengkakan. Palpasi : Tidak ada nyeri

tekan.

Perkusi : Timpani.
Auskultasi : Bising usus , peristaltik usus normal 8 x/menit.

i. Genetalia

Inspeksi : Klien berjenis kelamin laki-laki , tidak terpasang keteter,

bersih dan tidak ada lesi.

j. Kulit

Inspeksi : Warna kulit kuning langsat, tidak ada alergi dan lesi.

Palpasi : Tugor kulit baik ( kembali kurang dari 2 detik).

k. Ektremitas atas

- Dextra

Inspeksi : Bentuk tangan kanan simetris, tidak terdapat kelainan.

- Sinistra.

Inspeksi : Bentuk tangan kiri sinistra, tidak ada kelainan.

l. Ektremitas bawah :

- Dextra

Inspeksi : Bentuk kaki kanan simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak

ada kelainan, tidak ada edema.

- Sinistra

Inspeksi : Bentuk kaki kiri simetris.

3. Pemeriksaan penunjang

- Pemeriksaan EKG :

 ST -T changes inferior

 gangguan konduksi jantung

- Pemeriksaan Toraxs:
- pembesaran jantung dengan efusi perikard atau pleura
Pola Kebiasaan Sehari-hari

Pola Sehat Sakit

Eliminasi

 BAB  Warna kekuningan bau  Warna kuning

khas, konsistensi padat kecoklatan bau khas,

lembek, frekuensi 2x konsistensi kembek,

teratur. frekuensi 1x sehari

dan tidak teratur.


 BAK
 Warna kekuningan,  Warna kekuningan,

frekuensi ± 5 kali frekuensi 5-7 kali

sehari. sehari, ± 800 cc.

Nutrisi  Makan 1 porsi habis,  Makan hanya ½ atau

frekuensi 3x1 sehari, ¼ porsi, minum

minum ± 2 liter sehari. hanya ± 300 cc

sehari.

Tidur/istirahat  Waktu tidur siang ± 2  Tidur siang tidak

jam sehari, tidur teratur, tidur malam

malam ± 7-8 jam terganggu ± 4-5 jam

sehari. sehari.

Aktivitas  Klien dapat  Klien sedikit dibantu

beraktivitas tanpa orang lain.

bantuan orang lain.


Analisa Data

No. Data Masalah Etiologi

1. Ds : Nyeri akut Agen cedera


- Klien mengatakan nyeri dada
fisiologis.
Do :
- klien tampak meringis.
- Klien tampak pucat
2. Ds : Penurunan curah perubahan
- Klien mengatakan riwayat
penyakit yang pernah ia derita jantung kontraktilitas
adalah pericarditis
- Klien mengatakan pusing.
- Klien mengatakan dada tersa
berdebar-debar
Do :
- Klien pucat
- Kesadaran pasien lemah.
- Nadi : 102x/menit.
TD : 110/80 mmHg.
RR : 28x/menit.
Suhu : 36 ºC.

Rencana Keperawatan

No. Daignosa SLKI SIKI Aktivitas


keperawatan keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen 1. Identifikasi
berhubungan dengan intervensi keperawatan nyeri lokasi,
agen pencedera selama 3 jam, maka (I.08238) karakteristik,
Tingkat Nyeri
fisiologis. durasi,
Menurun, dengan
kriteia hasil : frekuensi,
1. Keluhan nyeri kualitas,
menurun (5). intensitas nyeri.
2. Meringis 2. Identifikasi
menurun (5). skala nyeri.
3. Gelisah 3. Identifikasi
menurun (5).
respons nyeri
4. Frekuensi nadi non verbal.
membaik (5). 4. Identifikasi
5. Tekanan darah faktor yang
membaik (5). memperberat
dan
memperingan
nyeri.
5. Identifikasi
pengetahuan
dan keyakinan
tentang nyeri.
6. Identifikasi
pengaruh
budaya terhadap
repons nyeri.
7. Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup.
8. Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah
diberikan.
9. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik.
10. Berikan teknik
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi
rasa nyeri.
11. Kontrol
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri.
12. Fasilitasi
istirahat dan
tidur.
13. Pertimbangan
jenis dan
sumber nyeri
dalam
pemilihan
strategi
meredakan
nyeri.
14. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri.
15. Jelaskan strategi
meredakan
nyeri.
16. Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri.
17. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat.
18. Ajarkan teknik
nonfarmalogis
untuk
mengurangi
rasa nyeri.
19. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu.

Pemberian Analgetik :
1. Mengidentifikasi
karakteristik
nyeri.
2. Mengidentifikasi
riwayat alergi
obat.
3. Mengidentifikasi
kesesuaian jenis
analgesik.
4. Memonitor tanda-
tanda vital
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik.
5. Memonitor
efektifitas
analgesik.
6. Diskusikan jenis
analgesik yang
disukai untuk
mencapai
analgesia optimal,
jika perlu.
7. Pertimbangan
penggunaan infus
kontinu, atau
bolus opioid untuk
mempertahankan
kadar dalam
serum.
8. Tetapkan target
efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan
respons pasien.
9. Dokumentasikan
respons terhadap
efek analgesik dan
efek yang tidak
diinginkan.
10. Menjelaskan efek
terapi dan efek
samping obat.
11. Mengkolaborasi
pemberian dosis
dan jenis
analgesik, sesuai
indikasi.
2. Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan 1. Identifikasi
jantung b.d intervensi keperawatan jantung. (I tanda/gejala
perubahan 02075)
selama 3 jam, maka primer
kontraktilitas
Curah Jantung penurunan
Meningkat, dengan curah jantung.
kriteria hasil : 2. Identifikasi
tanda/gejala
1. Kekuatan nadi
sekunder
perifer
penurunan
meningkat
curah jantung.
(5).
3. Monitor
2. Ejection
tekanan darah.
fraction (EF)
4. Monitor intake
meningkat (5).
dan output
3. Left ventricular
cairan.
stroke work
5. Monitor berat
index
badan setiap
(LVSWI)
hari pada waktu
meningkat
yang sama.
(5).
6. Monitor saturasi
4. Stroke volume
oksigen.
index (SVI)
7. Monitor
meningkat
keluhan nyeri
(5).
dada.
5. Palpitasi
8. Monitor EKG
menurun (5).
12 sadapan.
6. Bradikardia
9. Monitor
menurun
aritmia.
(5).
10. Monitor nilai
7. Takikardia
laboratorium
menurun
jantung.
(5).
11. Monitor fungsi
8. Gambaran EKG
alat pacu
aritmia
jantung.
menurun (5).
12. Periksa tekanan
9. Lelah menurun
darah dan
(5).
10. Edema
menurun (5).
11. Distensi
vena
jugularis
menurun
(5).
12. Dispnea frekuensi nadi
menurun (5). sebelum dan
13. Oliguria sesudah
menurun (5). aktivitas.
14. Pucat/sianosis 13. Periksa tekanan
menurun (5). darah dan
15. Paroxysmal frekuensi nadi
nocturnal sebelum
dyspnea (PND) pemberian obat.
menurun (5). 14. Posisikan
16. Ortopnea pasien semi-
menurun (5). fowler atau
17. Batuk menurun fowler dengan
(5). kaki ke bawah
18. Suara jantung atau posisi
S3 menurun (5). nyaman.
19. Suara jantung 15. Berikan diet
S4 menurun (5). jantung yang
20. Murmur jantung sesuai.
menurun (5). 16. Gunakan
21. Berat badan stocking elastis
menurun (5). atau pneumatic
22. Hepatomegaly intermiten,
menurun (5). sesuai indikasi.
23. Pulmonary 17. Fasilitasi pasien
vascular dan keluarga
resistance untuk
(PVR) menurun modifikasi gaya
(5). hidup sehat.
24. Systemic 18. Berikan terapi
vascular relaksasi untuk
resitance mengurangi
menurun (5). stress, jika
25. Tekanan darah perlu.
membaik (5). 19. Berikan
26. Capillary refill dukungan
time (CRT) emosional dan
membaik (5). spiritual.
27. Pulmonary 20. Berikan oksigen
artery wedge untuk
pressure mempertahanka
(PAWP) n saturasi
membaik (5). oksigen >94%.
Central venous pressure 21. Anjurkan
membaik (5). beraktivitas
fisik sesuai
toleransi.
22. Anjurkan
beraktivitas
fisik secara
bertahap.
23. Anjurkan
berhenti
merokok.
24. Ajarkan pasien
dan keluarga
mengukur berat
badan harian.
25. Ajarkan pasien
dan keluarga
mengukur
intake dan
output cairan
harian.
26. Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu.
Rujuk ke
program
rehabilitasi
jantung.

Catatan Keperawatan

Hari/t Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD


angga keperawatan
l
Rabu/ Nyeri akut 1. Mengidentifikasi Subjektif :
3 berhubungan lokasi, karakteristik,
Febua dengan agen durasi, frekuensi, - Klien
ri pencedera kualitas, intensitas
mengatakan
2021 fisiologis. nyeri.
2. Mengidentifikasi nyeri dada.
skala nyeri.
3. Mengidentifikasi
respons nyeri non Objektif :
verbal.
- Pasien tampak
4. Mengidentifikasi
meringis.
faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri. - Klien tampak

5. Mengidentifikasi pucat
pengetahuan dan
keyakinan tentang Assessment :
nyeri.
Nyeri akut sudah
6. Mengidentifikasi
pengaruh budaya
terhadap repons teratasi.
nyeri.
Planning :
7. Mengidentifikasi
pengaruh nyeri pada Tidak ada perencanaan
kualitas hidup.
selanjutnya.
8. Memonitor
keberhasilan terapi
komplementer yang
sudah diberikan.

9. Memonitor efek
samping penggunaan
analgetik.

10. Memberikan teknik


nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri.

11. Mengontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri.

12. Memfasilitasi
istirahat dan tidur.

13. Mempertimbangan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.

14. Menjelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri.

15. Menjelaskan strategi


meredakan nyeri.

16. Menganjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri.

17. Menganjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat.

18. Mengajarkan teknik


nonfarmalogis untuk
mengurangi rasa
nyeri.

19. Mengkolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu.
Pemberian Analgetik :
1. Mengidentifikasi
karakteristik nyeri.
2. Mengidentifikasi
riwayat alergi obat.
3. Mengidentifikasi
kesesuaian jenis
analgesik.
4. Memonitor tanda-
tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik.
5. Memonitor efektifitas
analgesik.
6. Diskusikan jenis
analgesik yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal, jika
perlu.
7. Pertimbangan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum.
8. Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan
respons pasien.
9. Dokumentasikan
respons terhadap efek
analgesik dan efek
yang tidak diinginkan.
10. Menjelaskan efek
terapi dan efek
samping obat.

11. Mengkolaborasi
pemberian dosis dan
jenis analgesik, sesuai
indikasi.
Rabu/ Penurunan curah 1. Mengidentifikasi Subjektif :
3 jantung b.d tanda/gejala primer
Febua perubahan - Klien
penurunan curah
ri kontraktilitas
mengatakan
2021 jantung.
2. Mengidentifikasi riwayat penyakit
tanda/gejala ia derita adalah
sekunder penurunan
pericarditis-
curah jantung.
3. Memonitor tekanan
- Klien
darah.
mengatakan
4. Memonitor intake
dan output cairan. pusing.
5. Memonitor berat
badan setiap hari - Klien

pada waktu yang mengatakan


sama.
dada tersa
6. Memonitor saturasi
berdebar-debar
oksigen.
7. Memonitor keluhan
nyeri dada.
8. Memonitor EKG 12 Objektif :
sadapan.
- Klien pucat .
9. Memonitor aritmia.
10. Memonitor nilai - Kesadaran
laboratorium
pasien lemah.
jantung.
11. Memonitor fungsi - Nadi :
alat pacu jantung.
120x/menit.
12. Periksa tekanan
darah dan frekuensi
TD :
nadi sebelum dan
110/80mmHg.
sesudah aktivitas.
13. Periksa tekanan RR : 28x/menit.
darah dan frekuensi
Suhu : 36 ºC.
nadi sebelum
Assesment : Penurunan
pemberian obat.
14. Memposisikan curah
pasien semi-fowler
jantung sudah teratasi.
atau fowler dengan
Planning :
kaki ke bawah atau
posisi nyaman. Tidak ada perencanaan
15. Memberikan diet
selanjutnya.
jantung yang sesuai.
16. Menggunakan
stocking elastis atau
pneumatic
intermiten, sesuai
indikasi.
17. Memasilitasi pasien
dan keluarga untuk
modifikasi gaya
hidup sehat.
18. Memberikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress,
jika perlu.
19. Memberikan
dukungan emosional
dan spiritual.
20. Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%.
21. Menganjurkan
beraktivitas fisik
sesuai toleransi.
22. Menganjurkan
beraktivitas fisik
secara bertahap.
23. Menganjurkan
berhenti merokok.
24. Mengajarkan pasien
dan keluarga
mengukur berat
badan harian.
25. Mengajarkan pasien
dan keluarga
mengukur intake dan
output cairan harian.
26. Mengkolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu.
27. Merujuk ke program
rehabilitasi jantung.

1. SOP perekaman elektro kardiografi (EKG)

Pra interaksi:

1. Mahasiswa mengetahui identitas pasien


1. Melakukan identitas pasien
2. Mengucapkan salam
3. Memastikan keamanan dan kenyamanan
4. Menyiapkan alat:
 Mesin EKG 1 Set
 Kasa/kapas alcohol
 Kertas EKG
 Tissue
 Tempat sampah
 Sampiran
Fase kerja :
1. Mempersiapkan pasien
 Pertama-tama pemeriksaan melakukan penjelasan kepada pasien/keluarga
tentang tindakan yang akan dilakukan
 Menyuruh pasien untuk tidur terlentang datar
Fase interaksi :
1. Urutan perekaman EKG
 Melakukan cuci tangan
 Membuka dan melonggarkan pakaian pasien bagian atas Bila
pasiennya memakai jam tangan, gelang dan logam lain dilepas.
 Membersihkan kotoran dan lemak menggunakan kapas pada daerah dada, kedua
pergelangan tangan dan kedua tungkai dilokasi pemasangan manset elektroda
 Mengoleskan jelly EKG pada permukaan elektroda. Bila tidak ada jelly,
gunakan kapas basah
 Memasang manset elektroda pada kedua pergelangan tangan dan kedua tungkai
 Memasang arde
 Menghidupkan monitor EKG
 8. Menyambung kabel EKG pada kedua pergelangan tangan dan kedua
tungkai pasien, untuk rekam ekstremitas lead (lead I, II, III, aVR, aVF, AVL)
dengana
2. cara sebagai berikut :
- Warna merah pada tangan kanan
- Warna hijau pada kaki kiri
- Warna hitam pada kaki kanan
- Warna kuning pada tangan kiri
3. Memasang elektroda dada untuk rekaman precordial lead :
- Sela iga ke 4 pada garis sternal kanan = V1
- Sela iga pada garis sternal kiri = V2
- Terletak diantara V2 & V4 adalah = V3
- Ruang iga ke 5 pada garis tengah klavikula = V4
- Garis aksila depan sejajar dengan V4 = V5
- Garis aksila tengah sejajar dengan V4 = V6

- Garis aksila belakang sejajar dengan V4 = V7


- Garis skapula belakang sejajar dengan V4 = V8
- Batas kiri dari kolumna vertebra sejajar dengan V4 = V9
- Lokasi sama dengan V3 tetapi pada sebelah kanan =V3R
- V7- V3R kadang diperlukan Pada umumnya perekaman hanya 12 lead yaitu
lead I,II, III, aVR, aVF, aVL, V1-V6
- Melakukan kalibrasi 10 mm dengan keadaan 25 mm/volt/detik
- Membuat rekaman secara berurutan sesuai dengan pilihan lead yang terdapat
pada mesin EKG
- 12. Melakukan kalibrasi kembali setelah perekaman selesai
- 13. Memberi identitas pasien hasil rekaman : nama, umur, tanggal dan jam
rekaman serta nomor lead dan nama pembuat rekaman EKG
- 14. Merapikan alat-alat
- 15. Melakukan cuci tangan kembali

Fase terminasi :
- Mahasiswa merencanakan tindakan dan kunjungan berikutnya
- Mahasiswa mengeucapkan salam

2. Sop teknik mengatasi nyeri atau relaksasi nafas

dalam Tujuan :
Untuk menggurangi atau menghilangkan rasa nyeriIndikasi :Dilakukan untuk
pasien yang mengalami nyeri kronis

Prosedur pelaksanaan :
1. Tahap prainteraksi
- Mahasiswa mengetahui identitas pasien
- Mengidentifikasi pasien
- Mengucapka salam
- Memastikan keamanan dan kenyamanan pasien
- Menyiapkan alat
- Mencuci tangan
2. Tahap orintasi
- Memberikan salam teraupetik
- Validasi kondisi pasien
- Menjaga privacy pasien
- Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien dan
keluarga

3. Tahap kerja
- Ciptakan lingkungan yang tenang
- Usahakan tetap rileks dan tenang
- Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3
- Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas
atas dan bawah rileks
- Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
- Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui
mulut secara perlahan-lahan
- Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
- Usahakan agar tetap konsentrasi
- Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
- Latihan dilakukan dalam 2 sesi yaitu pada pagi haripukul 09.00
dan siang hari pukul 13.00. setiap sesi latihan nafas dalam
dilakukan sebanyak 3 kali.

4. Tahap terminasi
- melepaskan APD dan mencuci tangan
- b.Evaluasi hasil kegiatan
- mahasiswa merencanakan tindakan dan kegiatan berikutnya
- mengucapkan salam.

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyono ,Ani W .2006 . Ilmu Penyakit Dalam . Jilid III Edisi IV . Penerbit penyakit dalam
:Jakarta

PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia .Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Wagner, B. (2013). Nursing Intervention Classification Ed 6. Missouri: Elseiver Mosby

Wahab, S. (2010). Penyakit Jantung . Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai