Anda di halaman 1dari 6

6.

Bagaimana prognosis pada kasus

Prognosis pada kasus baik, dengan syarat pasien masih mempunyai jaringan

pendukung yang memadai, retensi yang cukup baik, koordinasi neuromuskular kontrol

sekitarnya yang baik, kualitas dan kuantitas saliva serta terdapat oklusi dan artikulasi yang

seimbang. Selain itu pasien tidak memiliki penyaiki sistemik yang dapat memperburuk

prognosis dan juga selama pasien mengikuti instruksi pasca perawatan dengan baik maka

keberhasilan perawatan dapat dikatakan baik.

Sumber : Falatehan Niko. Relining Gigi Tiruan Rahang Bawah Secara Langsung dengan

Pencetakan Mulut Tertutup (Laporan Kasus). Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi.

2018; 14(1):28

7. Apa saja pertimbangan yg dapat dilakukan sblm melakukan perawatan?

Pertimbangan secara umum yaitu :1

1. Melihat kondisi rongga mulut pasien. Pada skenario, terdapat sisa akar pada gigi 35

dan 44, oleh karena itu harus dilakukan ekstraksi pada sisa akar tersebut sebelum

dilakukan perawatan ulang.

2. Tuntutan pasien. Di skenario pasien meminta dokter gigi untuk memperbaiki gigi

tiruannya dan tidak meminta untuk dibuatkan ulang.

3. Kondisi sistemik pasien.

4. Nutritional counseling Tahap penting pada rencana perawatan gigi tiruan. Pasien yang

menunjukkan gejala defisiensi mineral atau vitamin tertentu dianjurkan untuk

mengonsumsi makanan yang seimbang. Pasien dengan defisiensi vitamin B2 mengalami


angular cheilitis. Terapi vitamin A profilaksis diberikan pada pasien xerostomia. Hal ini

dilakukan juga pada pasien lansia yang menunjukkan perbuahan seperti osteoporosis.

Pertimbangan dari segi gigi tiruan2

1. Tipe protesa, bahan basis gigi tiruan, anatomic plate, bahan gigi artificial sert

shade gigi artificial ditentukan pada tahap rencana perawatan. Bergantung pada

diagnosa kasus, pasien dapat dirawat dengan protesa yang sesuai. Contohnya: 

a. Pasien yang akan edentulous

 Immediate or conventional denture

 Definitive or interim denture

 Implant or soft tissue supported denture

b. Pasien yang telah edentulous

 Dukungan jaringan lunak

 Dukungan implant

 Bahan yang digunakan

 Gigi artificial

 Anatomic palate

2. Maxillary and mandibular stress-bearing areas

a. Maksila

 1°  tuberositas

 1° palatum durum pada kedua sisi raphe palatina

 2° alveolar ridge

 2° rugae

b. Mandibula 
 1° buccal shelves

 1° retromolar pads

 2° alveolar ridge

3. Area yang perlu di relief saat mencetak

 2° stress bearing areas

 Torus palatina

 Raphe palatina media

 Torus mandibularis

 Retromylohyoid ridge

 Undercuts atau pertumbuhan tulang yang tajam di ridge3

Pertimbangan saat melakukan reparasi3

1. Remounting GT diartikulator diperlukan untuk menstabilkan kembali hubungan

anterior oklusal dan harmonisasi oklusi selama pergerakan rahang.

2. Ketika gigi tiruan RA maupun RB di relining atau rebasing, sebaiknya GT RA yang

didahului untuk diremounting, lakukan perbaikan oklusal, memberikan waktu

penyelesaian, lalu setelah itu baru GT RB di remounting  

3. Dimensi vertical oklusi harus tepat

4. Oklusi sentrik harus sesuai

5. Batas posterior harus tepat

6. Perluasan basis GT harus adekuat

7. Pasien tidak bisa menentukan besar tekanan yang diperlukan untuk menjaga GT tetap

pada tempatnya, sehingga jaringannya bisa berpindah tempat selama beradaptasi.

Pada kasus seperti ini, prognosis relining menjadi buruk. “Record base” bisa
berpindah sebelum bahan relining mengeras jika ada kontak yang prematur harus

dieliminasi sebelum membuat impresi mulut tertutup

Pertimbangan saat relining4

Relining dapat dilakukan secara direct atau indirect , tapi sebaiknya dilakukan secara

indirect dengan heat curing acrylic karena menghasilkan protesa yang lebih kuat disbanding

self-curing acrylic, prosity jauh lebih berkurang, tidak menyebabkan iritasi pada mukosa

pendukung dan pasien tidak terganggu oleh bau self-curing.

Ada 2 metode pada saat relining :

1. Relining tanpa perubahan dimensi vertical : pembuatanya lebih sederhana bila

dibandingkan protesa yang dimensi vertikalnya berubah.

2. Relining dengan perubahan dimensi vertical : terlebih dahulu ditempatkan 3 bulatan kecil

dari impression compound yang hangat didaerah P1 kanan dan kiri serta didaerah

anterior ridge tengah.

Sumber:

1. Loney RW. Removeable partial denture manual. Halifax: Dalhousie University; 2011. p.

68.

2. Dones JD, Garcia LT. Removable partial dentures A clinician’s guide. Iowa: Wiley-

Blackwell; 2009. pp. 12-3.

3. Nallaswamy D. Textbook of prosthodontics. New Delhi : Jaypee brothers. Medical

publishers; 2003. P. 240.

4. Setiawan R. Penatalaksanaan relining pada gigi tiruan sebagian lepasan. Jurnal ilmiah

Widya. 2013 Mei;1(1): 60-4.


8. Apa yang menyebabkan gigi tiruan longgar?

a) Resorbsi Residual Ridge; yaitu pasien immediate denture dimana pasien kehilangan berat

badan

b) Penyakit sistemik,

c) Kesalahan–kesalahan oklusi yang menyebabkan iritasi jaringan,

d) Peradangan dan terjadi resorbsi.

e) Pembuatan sayap gigi tiruan yang terlalu pendek,

f) Pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan yang lama sehingga terjadi resorbsi prosesus

aveolaris

g) Adaptasi GT dengan jaringan lunak dibawahnya yang buruk, hal ini biasanya ditandai

dengan adanya akumulasi makanan dibawah GT

h) Gagalnya mendapatkan kerapatan tepi

Sumber: 

Setiawan R. Penatalaksanaan relining pada gigi tiruan sebagian lepasan. Jurnal ilmiah WIDYA.

2013; 1(1): 60.

9. Apa yang menyebabkan gigi tiruan patah?

a. Kesalahan konstruksi

1. Penempatan gigi posterior di luar ridge

2. Plat akrilik tipis

3. Konsistensi adonan akrilik tidak tepat


b. Faktor dalam mulut

1. Tekanan berlebihan selama pengunyahan dan bad habbit (bruxism)

2. Adanya resorpsi tulang alveolar

3. Frenulum labialis yang terlalu tinggi mengharuskan dibuatnya lekukan yang dalam

pada plat geligi tiruan. Lekukan semacam ini biasanya merupakan tempat awal

terjadinya fraktur.

c. Faktor diluar mulut

1. Tekanan berlebihan selama pembersihan

2. Kecelakaan (terjatuh)

3. Adanya resorpsi tulang alveolar

Referensi:

1. Gunadi HA, Burhan LK, et al. Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian lepasan. Jilid 2.

Jakarta: Hipokrates; 2012. P.414-6.

2. Soratus SH. Essentials of Prosthodontics. New Delhi: Jaypee; 2006. P. 132-3.

Anda mungkin juga menyukai