Lapkas BP
Lapkas BP
BRONKOPNEUMONIA
Disusun Oleh :
Pembimbing :
Banten
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
BRONKOPNEUMONIA
Disusun Oleh :
Hari : Selasa
Pembimbing
LAPORAN KASUS
1.2 ANAMNESIS
Auto dan Alloanamnesis dilakukan pada tanggal 13 April 2020
Keluhan Utama
Demam
Pasien datang dengan keluhan Demam dialami sjk 3 hari SMRS, demam bersifat
naik turun, reda jika anak minum obat penurun panas Os juga mengeluhkan Sesak
dirasakan tiba-tiba dan tidak disertai bunyi “ngik”. sesak juga disertai batuk pilek
yang dialami sjk 4hri SMRS batuk disertai dahak dan dahaknya berwarna putih
kekuningan tetapi sulit untuk dikeluarkan, keluhan mual (+) dan muntah (-)
Riwayat kejang (-) gangguan BAK dan gangguan BAB disangkal oleh pasien.
1
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien anak ke 1 dari 0 bersaudara, masih memiliki ayah dan ibu, biaya pengobatan
ditanggung oleh BPJS. Kesan sosial ekonomi keluarga cukup.
a. RiwayatImunisasi :
vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)
BCG Lahir
DPT 2 bln 4 bln 6 bln
POLIO Lahir 2 bln 4 bln
CAMPAK 9 bln
HEPATITIS B Lahir 1 bln 6 bln
Disabilitas
GCS : E4M6V5
- Exposure
Akral hangat, 36,9℃
B. Status Present
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Berat Badan : 7kg
Status gizi :Cukup
Tanda vital
o Tekanan Darah : tidak dilakukan
2
o Nadi : 120x/menit
o Pernapasan : 35x/menit
o Suhu : 37,9oC
o Saturasi : 99%
C. Status Generalis
- Kepala : Normocephal
- Mata : SI (-/-) CA (-/-) pupil isokor (2mm/2mm)
- Leher : pembesaran kgb (-)
- Thoraks : simetris
- Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I-II murni regular, murmur (-) gallop(-)
- Pulmo
Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi : retraksi dada (+), tidak ada bagian yang tertinggal
Perkusi : perkusi sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : SNV (+/+), Rhonki (+/+), Wh (-/-),Stridor (-)
- Abdomen
Inspeksi : simetris, datar
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
- Ekstremitas : akral dingin , CRT <2 detik, edema -/-,
lateralisasi (-)
3
HEMATOLOGI
KIMIA KLINIK
4
HASIL PEMERIKSAAN
1.8 PENATALAKSANAAN
Konsul dr. esti, SP.A
- O2 3 Lpm
- IVFD D5 ¼ NS 700cc/24jam
- Paracetamol drip 4x100mg
- Inj Ceftriaxone 1x350mg
- Inj Amikasin 1x100mg
- Inj Dexa 1x0,7mg
- Ambroxol syr 3x1,5cc PO
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
Pneumonia lobaris
Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Pneumonia intertisial (bronkiolitis)
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak infiltrat. ( Whalley
and Wong, 1996).
Bronkopneumonia adalah frekuensi komplikasi pulmonary, batuk produktif
yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu tubuh meningkat, nadi dan
petnafasan meningkat. (Suzanne G. Bare,1993)
Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru
yang disebakan oleh bakteri, jamur,virus, dan benda asing, Jika digabungkan
dapat menjadi, bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai
bronkus dan bronkiolus dan juga bisa mengenai alveolus disekitarnya, yang sering
menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.(Breadly Et.Al.2011)
II. ETIOLOGI
Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada
perbedaan dan kekhasan pneumonia pada anak, terutama spektrum etiologi,
gabaran klinis, dan strategi pengobatan. Etiologi pada neonatus dan bayi kecil
meliputi streptococcus grup B dan Bakteri gram negatif seperti E.coli,
Pseudomonassp, Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan balita seringnya
disebabkan oleh infeksi Streptococcus Pneumoniae, Haemophillus influenzae tipe
B dan Staphylococcus auereus.
6
Faktor lain yang mempengaruhi bronkopneumonia adalah menurunnya daya
tahan tubuh, seperti malnutrisi energi protein (MEP), penyakit kronis, pengobatan
antibiotik yang tidak adekuat.
Etiologi Pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di negara maju :
USIA ETIOLOGI YANG ETIOLOGI YANG JARANG
SERING
Lahir – 20 hari BAKTERI BAKTERI
E. colli Bakteri anaerob
Streptococcus group B Streptococcus group D
Listeria monocytogenes Haemophillus influenzae
Streptococcus pneumoniae
Ureaplasma urealyticum
VIRUS
Virus Sitomegalo
Virus Herpes simpleks
3 minggu – 3 bulan BAKTERI BAKTERI
Chlamydia trachomatis Bordetella pertussis
Streptococcus Haemophillus influenzae tipe B
pneumonia
VIRUS Moraxella catharalis
Virus Adeno Staphylococcus aureus
Virus Influenza Ureaplasma urealyticum
Virus Parainfluenza 1, VIRUS
2, 3
Respitatory Syncytical Virus Sitomegalo
Virus
4 bulan – 5 tahun BAKTERI BAKTERI
Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenzae tipe B
Mycoplasma Moraxella catharalis
pneumonia
Streptococcus Neisseria meningitidis
pneumonia
VIRUS Staphylococcus aureus
Virus Adeno VIRUS
Virus Influenza Virus Varisela-Zoster
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Synncytial
virus
7
5 tahun – remaja BAKTERI BAKTERI
Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenzae
Mycoplasma Legionella sp
pneumonia
Streptococcus Staphylococcus aureus
pneumonia
VIRUS
Virus Adeno
Virus Epstein-Barr
Virus Influenza
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Syncytial Virus
Virus Varisela-Zoster
III. EPIDEMIOLOGI
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama
pada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita). Diperkirakan
hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak
meninggal setiap tahunnya akibat pneumonia. Menurut survei kesehatan nasional
(SKN) 2001, 27,6% kematian bayi, 22,8% kematian balita di indonesia
disebabkan oleh penyakit respiratori, terutama pneumonia.
8
i. Imunodefisiensi dan imunosupresi : keadaan ini meningkatkan predisposisi
pneumonia.
j. Adanya penyakit lain yang mendahului, seperti infeksi HIV, campak
k. Tinggal di lingkungan padat penduduk
l. Intubasi, trakeostomi, refleks batuk yang terganggu, dan aspirasi : keadaan
ini menyebabkan organisme infeksi lebih mudah masuk kedalam alveoli
dan ruang udara terminal
m. Diskinesia silier, obstruksi bronkial, infeksi viral, merokok, dan bahan-
bahan kimia: kondisi ini menganggu kerja mukosiliar.
n. Abnormalitas anatomi, aspirasi cairan lambung atau sebab lain dari
inflamasi nooninfeksius, penurunan aliran darah, dan edema pulmonal:
kondisi tersebut meningkatkan predisposisi dari pneumonia.
V. KLASIFIKASI
VI. PATOGENESIS
9
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim
paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan
anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan
awal berupa filtrasi bulu hidung refleks batuk dan mukosilier aparatus.
Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal danrespon inflamasi yang
diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan
imunitas yang diperantarai sel. Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme
di atas terganggu, atau bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk
ke saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari
saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui hematogen.
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui
saluran respiratori. Awalnya terjadi edema akibat reaksi jaringan yang
mempermdah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian
paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi sebukan sel PMN, fibrin,
eritrosit, cairan edema, dan ditemukan kuman pada alveoli. Lobus dan lobulus
yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, warna menjadi merah.
Stadium ini disebut hepatisasi merah.
Deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di
alveoli dan terjadi fagositosis cepat. Lobus masih tetap padat dan warnanya
menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi
fibrin dan leukosit. Kapiler tidak lagi kongestif. Disebut stadium hepatisasi
kelabu.
Selanjutnya jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel mengalami
degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Eksudat berkurang.
Disebut stadium resolusi. Sistem jaringan bronkopulmoner jaringan paru yang
tidak terkena akan tetap normal.
Secara patologi anatomi bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris
dalam hal lokalisasi sebagai bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur.
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar dari ringan
hingga sedang. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam kehidupan, dan
mungkin terjadi komplikasi sehingga perlu dirawat.
10
Bronkopneumonia biasanya di dahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
selama beberapa hari. Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung
berat ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:
a. Gambaran infeksi umum :
- Demam suhu bisa mencapai 39-40oC dan kadang dapat juga
disertai dengan kejang akibat demam yang tinggi.
- Sakit kepala
- Gelisah
- Malaise
- Penurunan nafsu makan
- Keluhan gastrointestinal mual, muntah, diare
b. Gambaran gangguan respiratori:
- Batuk awalnya kering kemudian menjadi produktif
- Sesak nafas
- Retraksi dada
- Takipnea
- Napas cuping hidung
- Penggunaan otat pernafasan tambahan
- Air hunger
- Sianosis
- Merintih
Saat auskultasi terdapat ronki basah halus, mengi dan penurunan suara nafas.
Tetapi ronki dan mengi sukar dilokalisasi sumbernya dari suara yang kebetulan
pada anak yang amat muda dengan dada hipersonor. Pada perkusi dan auskultasi
paru umumnya tidak ditemukan kelainan.
11
VIII. DIAGNOSIS
2) C reaktif protein
Suatu protein fase akut yang disintesis oleh hepatosit. Sebagai respon
infeksi atau inflamasi jaringan
3) Uji serologis
Deteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik mempunyai
sensitivitas dan spesifisitas yang rendah. Tetapi diagnosis infeksi
Streptokokus grup A dapat dikonfirmasi dengan peningkatan titer
antibodi seperti antistreptolisin O, streptotozim.
4) Rontgen toraks
Posisi AP. Gambaran difus merata pada kedua paru berupa bercak
infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru, disertai dengan
peningkatan corakan peribronkial.
12
IX. DIAGNOSA BANDING
a. Pneumonia lobaris
Biasanya pada anak yang lebih besar disertai badan menggigil dan kejang
pada bayi kecil. Suhu naik cepat sampai 39-40oC dan biasanya tipe kontinua.
Sesak nafas (+), nafas cuping hidung (+), sianosis sekitar hidung dan mulut
dan nyeri dada. Anak lebih suka tidur pada sisi yang terkena. Pada foto
rotgen terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
b. Bronkioloitis
Diawali infeksi saluran nafas bagian atas, subfebris, sesak nafas, nafas
cupung hidung, retraksi intercostal dan suprasternal, terdengar wheezing,
ronki nyaring halus pada auskultasi. Gambaran labarotorium dalam batas
normal, kimia darah menggambarkan asidosis respiratotik atau pun
metabolik.
c. Aspirasi benda asing
Ada riwayat tersedak
d. Atelektasis
Adalah pengembangan tidak sempurna atau kempisnya bagian paru yang
seharusnya mengandung udara. Dispnoe dengan pola pernafasan cepat dan
dangkal, takikardia, sianosis. Perkusi mungkin batas jantung dan
mediastinum akan bergeser dan letak diafragma mungkin meninggi.
e. Tuberkulosis
Demam > 2 minggu, batuk > 3 minggu, berat badan menurun, nafsi makan
menurun, malaise, diare persisten yang tidak membaik dengan pengobatan
baku diare. Dan biasanya terdapat kontak. Diagnosis TB pada anak
ditegakkan dengan skor TB, yaitu:
Parameter 0 1 2 3
Laporan keluarga
Kontak TB Tidak - (BTA negatif atau BTA (+)
jelas tdk jelas
Postif (≥ 10mm,
Uji negatif - - atau ≥5 mm
Tuberkulin pada keadaan
13
imunosupresi
Berat badan/ BB/TB <90% Klinis gizi buruk
keadaan gizi - atau atau BB/TB <70% -
BB/U<80% atau BB/U<60%
Demam yg
tdk diketahui - ≥ 2 minggu - -
penyebabnya
Batuk kronik - ≥ 3 minggu - -
Pembesaran - ≥ 1 cm jumlah
kelenjar limfe > 1, tidak
kolli, aksila, nyeri
inguinal
Pembengkaka Ada
n tulang/sendi - pembengkaka - -
panggul, lutut, n
falang
Fototoraks Normal/k Gambaran - -
elainan sugestif TB*
tdk jelas
X. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksaan Umum
1) Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau PaO2
pada analisis gas darah ≥ 60 torr.
2) Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
3) Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
b. Penatalaksanaan Khusus
1) Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan
pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibiotik
awal.
2) Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi, atau penderita kelainan jantung
3) Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Pneumonia ringan amoksisilin 10-25mg/kgBB/dosis (di
14
wilayah dengan angka resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi
80-90 mg/kgBB/hari).
WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tata laksana yang lebih
sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut bronkopneumonia dibedakan
berdasarkan:
1. Bronkopneumonia sangat berat : bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak
sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik.
2. Bronkopneumonia berat : bila dijumpai retraksi tanpa sianosis dan masih
sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik.
3. Bronkopneumonia : bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang
cepat yakni >60 x/menit pada anak usia kurang dari dua bulan; >50 x/menit
pada anak usia 2 bulan-1 tahun; >40 x/menit pada anak usia 1-5 tahun.
4. Bukan bronkopneumonia : hanya batuk tanpa adanya gejala dan tanda seperti
di atas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotik.
XI. KOMPLIKASI
XII. PROGNOSIS
15
adenoviral, termasuk bronkiolitis obliterans. Kematian dapat muncul pada anak
dengan kondisi yang mendasari, seperti penyakit paru kronik pada bayi prematur,
penyakit jantung bawaan, imunosupresi, malnutrisi energi. Dengan pemberian
antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari
1%.
BAB III
KESIMPULAN
16
klinis, dan strategi pengobatan. Etiologi pada neonatus dan bayi kecil meliputi
streptococcus grup B dan Bakteri gram negatif seperti E.coli, Pseudomonassp,
Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan balita seringnya disebabkan oleh infeksi
Streptococcus Pneumoniae, Haemophillus influenzae tipe B dan Staphylococcus
auereus.
Bronkopneumonia biasanya di dahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
selama beberapa hari. Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung
berat ringannya infeksi, Gambaran infeksi umum; Demam suhu bisa mencapai 39-
40oC dan kadang dapat juga disertai dengan kejang akibat demam yang tinggi, Sakit
kepala, Gelisah, Malaise, Penurunan nafsu makan, Keluhan gastrointestinal mual,
muntah, diare Gambaran gangguan respiratori:Batuk awalnya kering kemudian
menjadi produktif, Sesak nafas, Retraksi dada.
Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci keberhasilan pengobatan.
Pilihan lini pertama adalah golongan beta laktam atau kloramfenikol. Jika tidak
responsif, dapat diberikan antibiotik golongan gentamisin, amikasin, sefalosporin
sesuai dengan petunjuk etiologi yang ditemukan. Terapi dilanjutkan 7-10 hari bila
tidak ada komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Said M. Pneumonia. In: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar
Respirologi Anak. 1st ed. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008. H. 350-65.
McGraw-Hill companies;2007.
17
5. http://www.scribd.com/doc/33659310/Askep-Bronkopneumonia-Pada-Anak-Roy.
Depkes; 2009.
18