Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

BRONKOPNEUMONIA

Disusun Oleh :

dr. Fitri Susanti

Pembimbing :

dr. Esti Istiqomah Sp.A

Peserta Program Internship Dokter Indonesia (PIDI)

Angkatan II Periode Mei 2019 - Mei 2020

RSUD Dr. Adjidarmo

Banten
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus
BRONKOPNEUMONIA

Disusun Oleh :

dr. Fitri Susanti

Disusun untuk memenuhi syarat mengikuti program

Dokter Internship Indonesia

Rotasi IGD RSUD Dr. Adjidarmo

Rangkasbitung – Kab. Lebak

Telah diperiksa, disetujui dan disahkan pada

Hari : Selasa

Tanggal : 21 April 2020

Pembimbing

dr. Esti Istiqomah Sp.A


BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : an. N
Umur : 9 bulan
Tanggal lahir : 6 juli 2006
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Kp. Bongkok cibeurem
Status pernikahan :-
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Tanggal masuk : 13 April 2020

1.2 ANAMNESIS
Auto dan Alloanamnesis dilakukan pada tanggal 13 April 2020

Keluhan Utama
Demam

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan Demam dialami sjk 3 hari SMRS, demam bersifat
naik turun, reda jika anak minum obat penurun panas Os juga mengeluhkan Sesak
dirasakan tiba-tiba dan tidak disertai bunyi “ngik”. sesak juga disertai batuk pilek
yang dialami sjk 4hri SMRS batuk disertai dahak dan dahaknya berwarna putih
kekuningan tetapi sulit untuk dikeluarkan, keluhan mual (+) dan muntah (-)
Riwayat kejang (-) gangguan BAK dan gangguan BAB disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Asma : (-) disangkal oleh keluarga
Riwayat Alergi : (-) disangkal oleh keluarga

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat HT : (-) disangkal oleh keluarga
Riwayat Asma : (-) disangkal oleh keluarga
Riwayat Alergi : (-) disangkal oleh keluarga
Riwayat DM : (-) disangkal oleh keluarga

1
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien anak ke 1 dari 0 bersaudara, masih memiliki ayah dan ibu, biaya pengobatan
ditanggung oleh BPJS. Kesan sosial ekonomi keluarga cukup.

a. RiwayatImunisasi :
vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)
BCG Lahir
DPT 2 bln 4 bln 6 bln
POLIO Lahir 2 bln 4 bln
CAMPAK 9 bln
HEPATITIS B Lahir 1 bln 6 bln

Kesan :Imunisasi dasar lengkap

1.3 PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan saat pertama datang ke ruangan manggis TgL 13 April 2020
A. Primary Survey
- Airway
Look : Dada mengembang simetris baik statis dan dinamis
Listen : tidak terdengar suara nafas, tidak terdengar suara nafas tambahan
Feel : terasa adanya hembusan nafas
- Breathing
Look : tanda tanda sesak (+)
RR: 35x/menit, takipnea (-) nafas cuping hidung (-) nafas
paradoksal (-) kussmaul (-)
Listen : suara vesikuler (+/+) suara tambaha Rhonki (+/+) Wh(-/-) Stridor
(-)
Feel : perkusi (sonor/sonor)
- Circulation
Look : sianosis (-) distensi vena jugularis (-) konjungtiva pucat (-)
Listen : BJ I-II normal regular, mur-mur (-) gallop (-)
Feel : perabaan akral hangat

Disabilitas
GCS : E4M6V5
- Exposure
Akral hangat, 36,9℃
B. Status Present
 Kesadaran : Compos Mentis
 Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
 Berat Badan : 7kg
 Status gizi :Cukup
 Tanda vital
o Tekanan Darah : tidak dilakukan

2
o Nadi : 120x/menit
o Pernapasan : 35x/menit
o Suhu : 37,9oC
o Saturasi : 99%
C. Status Generalis
- Kepala : Normocephal
- Mata : SI (-/-) CA (-/-) pupil isokor (2mm/2mm)
- Leher : pembesaran kgb (-)
- Thoraks : simetris
- Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I-II murni regular, murmur (-) gallop(-)
- Pulmo
Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi : retraksi dada (+), tidak ada bagian yang tertinggal
Perkusi : perkusi sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : SNV (+/+), Rhonki (+/+), Wh (-/-),Stridor (-)
- Abdomen
Inspeksi : simetris, datar
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
- Ekstremitas : akral dingin , CRT <2 detik, edema -/-,
lateralisasi (-)

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

3
HEMATOLOGI

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Darah Lengkap I
Leukosit 9500 3600 - 14500 / μL
Eritrosit 4.45 3.80 - 5.20 10∙6/ μL
Hemoglobin 11.60 11.70 - 15.50 g/dL
Hematocrit (Ht) 33.8 33.0 - 45.0 %
MCV 76.0 80.0 - 100.0 fL
MCH 26.1 26.0 - 34.0 pg
MCHC 34.3 32.0 - 36.0 g/dL

Trombosit 279 150 - 440 10∙3/ μL


Hitung Jenis
Basophil 0 0-1 %
Eosinophil 0 2-4 %
Batang 0 3-5 %
Segmen 28 50 - 70 %
Limfosit 70 25 - 40 %
Monosit 2 2-8 %

KIMIA KLINIK

Natrium (Na) 143 135 - 147 mEq/L


Kalium (K) 4.2 3.5 -5 .0 mEq/L
Klorida (Cl) 102 95 - 105 mEq/L
GDS 65 mg/dL

Gambaran Rontgen Thorax:

4
HASIL PEMERIKSAAN

Cor : CTR Kurang dari 50%, Aorta Normal


Pulmo : Hila Suram
Infiltrat di parakardial dan parahiller
Pleura : tidak tebal
Sinus kostofrenikus dan diagfragma normal
Kesan : Bronkopneumoni

1.5 DIAGNOSA KERJA


- Febris H3 ec Bronkopneumonia
- Dispneu ec Bronkopneonia dd Bronkitis akut

1.8 PENATALAKSANAAN
Konsul dr. esti, SP.A

- O2 3 Lpm
- IVFD D5 ¼ NS 700cc/24jam
- Paracetamol drip 4x100mg
- Inj Ceftriaxone 1x350mg
- Inj Amikasin 1x100mg
- Inj Dexa 1x0,7mg
- Ambroxol syr 3x1,5cc PO

BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
 Pneumonia lobaris
 Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
 Pneumonia intertisial (bronkiolitis)
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak infiltrat. ( Whalley
and Wong, 1996).
Bronkopneumonia adalah frekuensi komplikasi pulmonary, batuk produktif
yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu tubuh meningkat, nadi dan
petnafasan meningkat. (Suzanne G. Bare,1993)
Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru
yang disebakan oleh bakteri, jamur,virus, dan benda asing, Jika digabungkan
dapat menjadi, bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai
bronkus dan bronkiolus dan juga bisa mengenai alveolus disekitarnya, yang sering
menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.(Breadly Et.Al.2011)

II. ETIOLOGI
Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada
perbedaan dan kekhasan pneumonia pada anak, terutama spektrum etiologi,
gabaran klinis, dan strategi pengobatan. Etiologi pada neonatus dan bayi kecil
meliputi streptococcus grup B dan Bakteri gram negatif seperti E.coli,
Pseudomonassp, Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan balita seringnya
disebabkan oleh infeksi Streptococcus Pneumoniae, Haemophillus influenzae tipe
B dan Staphylococcus auereus.

6
Faktor lain yang mempengaruhi bronkopneumonia adalah menurunnya daya
tahan tubuh, seperti malnutrisi energi protein (MEP), penyakit kronis, pengobatan
antibiotik yang tidak adekuat.

Etiologi Pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di negara maju :
USIA ETIOLOGI YANG ETIOLOGI YANG JARANG
SERING
Lahir – 20 hari BAKTERI BAKTERI
E. colli Bakteri anaerob
Streptococcus group B Streptococcus group D
Listeria monocytogenes Haemophillus influenzae
Streptococcus pneumoniae
Ureaplasma urealyticum
VIRUS
Virus Sitomegalo
Virus Herpes simpleks
3 minggu – 3 bulan BAKTERI BAKTERI
Chlamydia trachomatis Bordetella pertussis
Streptococcus Haemophillus influenzae tipe B
pneumonia
VIRUS Moraxella catharalis
Virus Adeno Staphylococcus aureus
Virus Influenza Ureaplasma urealyticum
Virus Parainfluenza 1, VIRUS
2, 3
Respitatory Syncytical Virus Sitomegalo
Virus
4 bulan – 5 tahun BAKTERI BAKTERI
Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenzae tipe B
Mycoplasma Moraxella catharalis
pneumonia
Streptococcus Neisseria meningitidis
pneumonia
VIRUS Staphylococcus aureus
Virus Adeno VIRUS
Virus Influenza Virus Varisela-Zoster
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Synncytial
virus

7
5 tahun – remaja BAKTERI BAKTERI
Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenzae
Mycoplasma Legionella sp
pneumonia
Streptococcus Staphylococcus aureus
pneumonia
VIRUS
Virus Adeno
Virus Epstein-Barr
Virus Influenza
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Syncytial Virus
Virus Varisela-Zoster

III. EPIDEMIOLOGI
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama
pada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita). Diperkirakan
hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak
meninggal setiap tahunnya akibat pneumonia. Menurut survei kesehatan nasional
(SKN) 2001, 27,6% kematian bayi, 22,8% kematian balita di indonesia
disebabkan oleh penyakit respiratori, terutama pneumonia.

IV. FAKTOR RESIKO

Faktor resiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas pneumonia


pada anak balita di negara berkembang, antara lain:
a. Pneumonia yang terjadi pada masa bayi
b. Berat badan lahir rendah
c. Tidak mendapat imunisasi
d. Tidak mendapat ASI yang adekuat
e. Malnutrisi
f. Defisiensi vitamin A
g. Tingginya prevalens kolonisasi bakteri patogen di nasofaring
h. Tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi industri atau asap
rokok)

8
i. Imunodefisiensi dan imunosupresi : keadaan ini meningkatkan predisposisi
pneumonia.
j. Adanya penyakit lain yang mendahului, seperti infeksi HIV, campak
k. Tinggal di lingkungan padat penduduk
l. Intubasi, trakeostomi, refleks batuk yang terganggu, dan aspirasi : keadaan
ini menyebabkan organisme infeksi lebih mudah masuk kedalam alveoli
dan ruang udara terminal
m. Diskinesia silier, obstruksi bronkial, infeksi viral, merokok, dan bahan-
bahan kimia: kondisi ini menganggu kerja mukosiliar.
n. Abnormalitas anatomi, aspirasi cairan lambung atau sebab lain dari
inflamasi nooninfeksius, penurunan aliran darah, dan edema pulmonal:
kondisi tersebut meningkatkan predisposisi dari pneumonia.

V. KLASIFIKASI

Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan,


dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi.

Pembagian secara anatomis :


a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia lobularis
c. Pneumonia interstisialis (bronkiolitis)
Pembagian secara etiologi :
a. Bakteri : Pneumococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia,
Staphylococcus pneumonia, Haemofilus influenzae.
b. Virus : Respiratory Synctitial virus, Parainfluenzae virus,
Adenovirus
c. Jamur : Candida, Aspergillus, Mucor, Histoplasmosis,
Coccidiomycosis, Blastomycosis, Cryptoccosis.
d. Corpus Alienum
e. Aspirasi
f. Pneumonia hipostatik

VI. PATOGENESIS

9
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim
paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan
anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan
awal berupa filtrasi bulu hidung refleks batuk dan mukosilier aparatus.
Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal danrespon inflamasi yang
diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan
imunitas yang diperantarai sel. Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme
di atas terganggu, atau bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk
ke saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari
saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui hematogen.
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui
saluran respiratori. Awalnya terjadi edema akibat reaksi jaringan yang
mempermdah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian
paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi sebukan sel PMN, fibrin,
eritrosit, cairan edema, dan ditemukan kuman pada alveoli. Lobus dan lobulus
yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, warna menjadi merah.
Stadium ini disebut hepatisasi merah.
Deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di
alveoli dan terjadi fagositosis cepat. Lobus masih tetap padat dan warnanya
menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi
fibrin dan leukosit. Kapiler tidak lagi kongestif. Disebut stadium hepatisasi
kelabu.
Selanjutnya jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel mengalami
degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Eksudat berkurang.
Disebut stadium resolusi. Sistem jaringan bronkopulmoner jaringan paru yang
tidak terkena akan tetap normal.
Secara patologi anatomi bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris
dalam hal lokalisasi sebagai bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur.

VII. GEJALA KLINIS

Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar dari ringan
hingga sedang. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam kehidupan, dan
mungkin terjadi komplikasi sehingga perlu dirawat.

10
Bronkopneumonia biasanya di dahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
selama beberapa hari. Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung
berat ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:
a. Gambaran infeksi umum :
- Demam  suhu bisa mencapai 39-40oC dan kadang dapat juga
disertai dengan kejang akibat demam yang tinggi.
- Sakit kepala
- Gelisah
- Malaise
- Penurunan nafsu makan
- Keluhan gastrointestinal  mual, muntah, diare
b. Gambaran gangguan respiratori:
- Batuk  awalnya kering kemudian menjadi produktif
- Sesak nafas
- Retraksi dada
- Takipnea
- Napas cuping hidung
- Penggunaan otat pernafasan tambahan
- Air hunger
- Sianosis
- Merintih

Pada pemeriksaan fisik bronkopneumonia tergantung dari luasnya daerah


yang terkena. Inspeksi dapat terlihat nafas cuping hidung, sianosis sekitar hidung
dan mulut, retraksi dada. Pada perkusi toraks sering tidak ditemukan kelainan.
Tetapi kadang dapat juga bunyi pekak saat perkusi atau bila sarang
bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi ditemukan
bunyi redup dan suara nafas mengeras saat auskultasi.

Saat auskultasi terdapat ronki basah halus, mengi dan penurunan suara nafas.
Tetapi ronki dan mengi sukar dilokalisasi sumbernya dari suara yang kebetulan
pada anak yang amat muda dengan dada hipersonor. Pada perkusi dan auskultasi
paru umumnya tidak ditemukan kelainan.

11
VIII. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :


a. Anamnesis terhadap manifestasi manifestasi klinis yang umumnya dijumpai
pada anak dengan bronkopneumonia
b. Temuan pemeriksaan fisik yang sesuai
c. Diagnosis pasti dilakukan dengan idientifikasi kuman penyebab pneumonia.
Identifikasi kuman penyebab dapat dilakukan melalui :
1. Kultur sputum
2. Kultur nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab), terutama virus
3. Deteksi antigen bakteri
d. Pemeriksaan penunjang seperti :
1) Darah lengkap
Leukositosis berkisar antara 15.000-40.000/mm3 , dengan predominan
PMN. Leukopenia menunjukan prognosis buruk. Leukositosis hebat (>
30.000/mm3) hampir selalu menunjukan adanya infeksi bakteri, sering
ditemukan pada keadaan bakteriemi, dan resiko terjadi komplikasi lebih
tinggi. Kadang terdapat anemia ringan dan LED meningkat. Secara
umum hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan LED tidak dapat
membedakan antara infeksi virus dan bakteri secara pasti.

2) C reaktif protein
Suatu protein fase akut yang disintesis oleh hepatosit. Sebagai respon
infeksi atau inflamasi jaringan
3) Uji serologis
Deteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik mempunyai
sensitivitas dan spesifisitas yang rendah. Tetapi diagnosis infeksi
Streptokokus grup A dapat dikonfirmasi dengan peningkatan titer
antibodi seperti antistreptolisin O, streptotozim.

4) Rontgen toraks
Posisi AP. Gambaran difus merata pada kedua paru berupa bercak
infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru, disertai dengan
peningkatan corakan peribronkial.

12
IX. DIAGNOSA BANDING
a. Pneumonia lobaris
Biasanya pada anak yang lebih besar disertai badan menggigil dan kejang
pada bayi kecil. Suhu naik cepat sampai 39-40oC dan biasanya tipe kontinua.
Sesak nafas (+), nafas cuping hidung (+), sianosis sekitar hidung dan mulut
dan nyeri dada. Anak lebih suka tidur pada sisi yang terkena. Pada foto
rotgen terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
b. Bronkioloitis
Diawali infeksi saluran nafas bagian atas, subfebris, sesak nafas, nafas
cupung hidung, retraksi intercostal dan suprasternal, terdengar wheezing,
ronki nyaring halus pada auskultasi. Gambaran labarotorium dalam batas
normal, kimia darah menggambarkan asidosis respiratotik atau pun
metabolik.
c. Aspirasi benda asing
Ada riwayat tersedak
d. Atelektasis
Adalah pengembangan tidak sempurna atau kempisnya bagian paru yang
seharusnya mengandung udara. Dispnoe dengan pola pernafasan cepat dan
dangkal, takikardia, sianosis. Perkusi mungkin batas jantung dan
mediastinum akan bergeser dan letak diafragma mungkin meninggi.
e. Tuberkulosis
Demam > 2 minggu, batuk > 3 minggu, berat badan menurun, nafsi makan
menurun, malaise, diare persisten yang tidak membaik dengan pengobatan
baku diare. Dan biasanya terdapat kontak. Diagnosis TB pada anak
ditegakkan dengan skor TB, yaitu:

Parameter 0 1 2 3
Laporan keluarga
Kontak TB Tidak - (BTA negatif atau BTA (+)
jelas tdk jelas
Postif (≥ 10mm,
Uji negatif - - atau ≥5 mm
Tuberkulin pada keadaan

13
imunosupresi
Berat badan/ BB/TB <90% Klinis gizi buruk
keadaan gizi - atau atau BB/TB <70% -
BB/U<80% atau BB/U<60%
Demam yg
tdk diketahui - ≥ 2 minggu - -
penyebabnya
Batuk kronik - ≥ 3 minggu - -
Pembesaran - ≥ 1 cm jumlah
kelenjar limfe > 1, tidak
kolli, aksila, nyeri
inguinal
Pembengkaka Ada
n tulang/sendi - pembengkaka - -
panggul, lutut, n
falang
Fototoraks Normal/k Gambaran - -
elainan sugestif TB*
tdk jelas

X. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksaan Umum
1) Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau PaO2
pada analisis gas darah ≥ 60 torr.
2) Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
3) Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
b. Penatalaksanaan Khusus
1) Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan
pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibiotik
awal.
2) Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi, atau penderita kelainan jantung
3) Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Pneumonia ringan amoksisilin 10-25mg/kgBB/dosis (di

14
wilayah dengan angka resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi
80-90 mg/kgBB/hari).
WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tata laksana yang lebih
sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut bronkopneumonia dibedakan
berdasarkan:
1. Bronkopneumonia sangat berat : bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak
sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik.
2. Bronkopneumonia berat : bila dijumpai retraksi tanpa sianosis dan masih
sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik.
3. Bronkopneumonia : bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang
cepat yakni >60 x/menit pada anak usia kurang dari dua bulan; >50 x/menit
pada anak usia 2 bulan-1 tahun; >40 x/menit pada anak usia 1-5 tahun.
4. Bukan bronkopneumonia : hanya batuk tanpa adanya gejala dan tanda seperti
di atas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotik.

XI. KOMPLIKASI

Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis


purulenta, pnemothorax, atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta.
Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia
bakteri. Efusi pleura, abses paru dapat juga terjadi.

Ilten F dkk. melaporkan mengenai komplikasi miokarditis (tekanan sistolik


ventrikel kanan meningkat, kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang
cukup tinggi pada seri pneumonia anak berusia 2-24 bulan. Oleh karena
miokarditis merupakan keadaan yang fatal, maka dianjurkan untuk melakukan
deteksi dengan teknik non invasifseperti EKG, ekokardiografi, dan pemeriksaan
enzim.

XII. PROGNOSIS

Secara umum, prognosisnya adalah baik, Gangguan jangka panjang pada


fungsi paru jarang, bahkan pada anak dengan pneumonia yang telah terkomplikasi
dengan empiema dan abses paru. Sekuele yang signifikan muncul pada penyakit

15
adenoviral, termasuk bronkiolitis obliterans. Kematian dapat muncul pada anak
dengan kondisi yang mendasari, seperti penyakit paru kronik pada bayi prematur,
penyakit jantung bawaan, imunosupresi, malnutrisi energi. Dengan pemberian
antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari
1%.

BAB III
KESIMPULAN

Bronkopneumonia adalah frekuensi komplikasi pulmonary, batuk produktif


yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu tubuh meningkat, nadi dan pernafasan
meningkat. Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-
paru yang disebakan oleh bakteri, jamur,virus, dan benda asing. Jika digabungkan
dapat menjadi, bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus
dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita,
yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan
benda asing.
Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada
perbedaan dan kekhasan pneumonia pada anak, terutama spektrum etiologi, gabaran

16
klinis, dan strategi pengobatan. Etiologi pada neonatus dan bayi kecil meliputi
streptococcus grup B dan Bakteri gram negatif seperti E.coli, Pseudomonassp,
Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan balita seringnya disebabkan oleh infeksi
Streptococcus Pneumoniae, Haemophillus influenzae tipe B dan Staphylococcus
auereus.
Bronkopneumonia biasanya di dahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
selama beberapa hari. Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung
berat ringannya infeksi, Gambaran infeksi umum; Demam  suhu bisa mencapai 39-
40oC dan kadang dapat juga disertai dengan kejang akibat demam yang tinggi, Sakit
kepala, Gelisah, Malaise, Penurunan nafsu makan, Keluhan gastrointestinal  mual,
muntah, diare Gambaran gangguan respiratori:Batuk  awalnya kering kemudian
menjadi produktif, Sesak nafas, Retraksi dada.
Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci keberhasilan pengobatan.
Pilihan lini pertama adalah golongan beta laktam atau kloramfenikol. Jika tidak
responsif, dapat diberikan antibiotik golongan gentamisin, amikasin, sefalosporin
sesuai dengan petunjuk etiologi yang ditemukan. Terapi dilanjutkan 7-10 hari bila
tidak ada komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Said M. Pneumonia. In: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar

Respirologi Anak. 1st ed. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008. H. 350-65.

2. Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Indonesia. Pneumonia.

Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3. Cetakan kesebelas. Jakarta: Infomedika

Jakarta; 1985. H. 1228-35

3. Jr william w.hay, Levin myron j, sondheimer judith m, Deterding robin R.Lange

current diagnosis and treatment in pediatric.United states of america: The

McGraw-Hill companies;2007.

4. http://emedicine.medscape.com/article/954506. Accessed on 17 October 2013

17
5. http://www.scribd.com/doc/33659310/Askep-Bronkopneumonia-Pada-Anak-Roy.

Accessed on 15 April 2013.

6. Latief A. Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit standar WHO. Jakarta:

Depkes; 2009.

18

Anda mungkin juga menyukai