Anda di halaman 1dari 7

Fibroadenoma, atau fibroadenoma mammae (FAM), adalah salah satu jenis tumor jinak

yang paling umum terjadi pada payudara. Fibroadenoma berbentuk bulat dengan batas
tegas dan memiliki konsistensi kenyal dengan permukaan yang halus, serta ukurannya
dapat membesar pada masa kehamilan. Tumor jinak ini biasanya tidak terasa sakit dan
mudah bergeser saat disentuh. Penderita fibroadenoma kebanyakan adalah wanita
berusia antara 15-35 tahun.

Penyebab Fibroadenoma
Hingga kini, perkembangan fibroadenoma seringkali dikaitkan dengan hormon
reproduksi. Meski demikian, penyebab kemunculannya belum diketahui secara pasti.
Beberapa pendapat mengatakan bahwa fibroadenoma merupakan respons tidak
normal tubuh wanita terhadap hormon estrogen.
Ukuran fibroanodema dapat membesar pada masa kehamilan atau saat seseorang
sedang menjalani terapi pengganti hormon, dan dapat mengecil ketika tingkat hormon
reproduksi menurun, misalnya setelah wanita memasuki masa menopause.
Selain fibroadenoma yang umum terjadi, ada juga beberapa jenis fibroadenoma lainnya
yaitu:

 Fibroadenoma kompleks. Pada jenis ini terjadi pertumbuhan sel yang cepat.


Fibroadenoma kompleks didiagnosis menurut analisa jaringan dengan mikroskop
(biopsi).
 Fibroadenoma juvenile. Jenis ini merupakan fibroadenoma yang paling banyak
diderita oleh wanita berusia 10-18 tahun. Fibroadenoma juvenile dapat
membesar, namun seiring waktu akan menyusut bahkan menghilang.
 Fibroadenoma besar. Jenis ini dapat membesar hingga berukuran 5 centimeter
dan harus diangkat karena dapat menekan jaringan payudara sekitarnya.
 Tumor phyllodes. Jenis ini biasanya bersifat jinak, namun dapat juga berubah
menjadi ganas. Dokter akan menyarankan tumor ini untuk diangkat.

Gejala Fibroadenoma
Anda bisa saja memiliki fibroadenoma pada payudara jika merasakan benjolan yang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

 Tidak terasa sakit.


 Berbentuk bundar dengan tepi benjolan yang jelas.
 Mudah digerakkan.
 Konsistensi benjolan terasa kenyal dan padat.

Anda bisa memiliki lebih dari satu fibroadenoma sekaligus pada salah satu payudara
atau keduanya. Dianjurkan untuk segera menghubungi dokter jika Anda mendeteksi
adanya benjolan baru atau perubahan pada payudara.
Diagnosis Fibroadenoma
Dokter akan segera melakukan pemeriksaan payudara apakah terdapat benjolan atau
masalah lain di kedua payudara. Bergantung pada karakterisktik benjolan yang ditemui
dan usia pasien, maka biasanya dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani
salah satu dari beberapa tes ini:

 Mammografi. Dengan mammografi Dokter akan menganalisis gambar


fibroadenoma pada jaringan payudara pasien yang diambil dengan
menggunakan sinar-X. Tes ini lebih efektif pada wanita berusia 40 tahun ke atas.
 USG payudara. Dokter akan menyarankan pemeriksaan USG untuk pasien
berusia di bawah 40 tahun. Sebab, jaringan pada payudara di usia tersebut lebih
padat dan membuat hasil uji mammografi sulit dianalisa dokter. Dalam
pemeriksaan ini, dokter menganalisa apakah benjolan pada payudara padat atau
berisi cairan seperti pada kista payudara.
 Biopsi. Jika benjolan tidak bisa didiagnosis pasti dengan mammografi dan USG,
maka dokter akan menyarankan pemeriksaan biopsi payudara. Dokter akan
mengambil sampel jaringan dari dalam benjolan untuk dianalisa di laboratorium.

Pengobatan Fibroadenoma
Pada dasarnya fibroadenoma tidak memerlukan pengobatan. Demi menghilangkan
rasa cemas, beberapa wanita memilih jalan operasi untuk menghilangkan benjolan
fibroadenoma.
Berdasarkan pemeriksaan fisik, tes pemindaian, dan biopsi, dokter akan menyarankan
pilihan prosedur untuk menangani fibroadenoma. Jika dari hasil tes yang sudah
dilakukan, dokter menganggap benjolan tersebut bersifat abnormal, maka prosedur
pengangkatan fibroadenoma akan dilakukan, misalnya melalui:

 Lumpektomi. Ini merupakan prosedur pembedahan untuk memotong atau


mengangkat benjolan fibroadenoma dari payudara. Jaringan yang diangkat
tersebut akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa apakah terdapat sel-sel
kanker.
 Cryoablation. Dalam prosedur ini, dokter akan memasukkan alat tipis mirip
tongkat ke benjolan fibroadenoma melalui kulit untuk membekukan jaringan
tumor dengan gas.

Beberapa hal yang dipertimbangkan dokter saat memilih antara prosedur lumpektomi
atau cryoablation adalah ukuran, lokasi, dan jumlah benjolan fibroadenoma.
Meski telah diangkat, fibroadenoma masih bisa muncul kembali. Dapat dilakukan
pemeriksaan lanjutan dan bila perlu biopsi untuk memastikan apakah benjolan baru
tersebut merupakan fibroadenoma atau kanker.
Untuk memutuskan dilakukan atau tidaknya operasi pengangkatan fibroadenoma, perlu
dijadikan pertimbangan bahwa fibroadenoma bisa mengecil atau menghilang dengan
sendirinya, dan bahwa operasi bisa mengubah bentuk serta tekstur payudara. Apabila
operasi tidak dilakukan, Anda harus melakukan pemeriksaan rutin untuk mengetahui
apakah terdapat perubahan ukuran atau bentuk benjolan.

KEMOTERAPI

Kemoterapi atau biasa disebut kemo dikenal sebagai pengobatan untuk


membunuh sel kanker. Kemoterapi memiliki peranan penting dalam melawan sel
kanker. Meski demikian, metode pengobatan ini juga memiliki efek samping yang
tidak sedikit.
Jenis pengobatan kemoterapi tentunya tergantung pada jenis dan lokasi kanker serta
apakah kanker telah menyebar ke organ lain. Pengobatan kemoterapi juga bergantung
pada faktor apakah Anda memiliki masalah kesehatan tertentu.

Memerangi Sel-sel Berbahaya


Kemoterapi merupakan salah satu jenis pengobatan yang digunakan untuk
menghancurkan sel kanker yang berbahaya bagi tubuh. Cara kerjanya adalah dengan
menghentikan atau menghambat pertumbuhan sel kanker yang berkembang dan
membelah diri dengan cepat. Tergantung kepada jenis kanker dan sudah sampai di
stadium berapa.
Adapun manfaat kemoterapi, yaitu:

 Meringankangejala
Kemoterapi dapat memperkecil tumor yang mengakibatkan rasa sakit.

 Mengendalikan
Kemoterapi dapat mencegah penyebaran, memperlambat pertumbuhan, sekaligus
menghancurkan sel kanker yang berkembang ke bagian tubuh yang lain.

 Menyembuhkan
Kemoterapi dapat menghancurkan semua sel kanker hingga sempurna dan ini
mencegah kekambuhan atau berkembangnya kanker di dalam tubuh kembali.

Hanya saja, kemoterapi juga dapat memengaruhi sel sehat yang secara normal
membelah diri dengan cepat, misalnya sel pada kulit, usus, serta rambut. Kerusakan
pada sel sehat itu yang dapat mengakibatkan efek samping. Namun, hal ini umumnya
akan segera menghilang setelah pengobatan kemoterapi selesai.
Kapan Dilakukan Kemoterapi?
Kemoterapi terkadang dilakukan sebagai satu-satunya upaya penyembuhan kanker.
Namun sering kali kemoterapi dilakukan bersama-sama dengan tindakan operasi, terapi
radiasi, atau terapi biologis lain. Umumnya, kemoterapi dilakukan pada saat:

 Sebelum operasi atau terapi radiasi, agar ukuran tumor menjadi lebih kecil.

 Setelah operasi atau terapi radiasi, untuk menghancurkan sel kanker yang tersisa.

 Saat dilakukan terapi radiasi dan terapi biologis, untuk memaksimalkan efeknya.

 Mencegah kembalinya pertumbuhan sel kanker atau penyebaran (metastasis) ke bagian


tubuh lain.

Cara pengobatan kemoterapi yang dilakukan tergantung kepada jenis kanker yang
diderita, terdiri dari:

 Topikal. Melalui krim yang dioleskan pada kulit.

 Oral. Kemoterapi dalam bentuk pil, kapsul, atau cairan yang diminum.

 Suntik. Diberikan melalui suntikan pada otot atau lapisan lemak, misalnya di lengan,
paha, atau perut.

 Intraperitoneal (IP). Kemoterapi langsung diberikan melalui prosedur operasi atau lewat


selang khusus ke dalam rongga perut di mana terdapat usus, hati, dan lambung.

 Intraarteri (IA). Kemoterapi langsung dimasukkan ke dalam arteri yang menyalurkan


darah ke kanker.

 Intravena (IV). Kemoterapi langsung dimasukkan ke pembuluh darah vena.

Beberapa Efek Samping yang Mungkin Timbul


Kemoterapi merupakan pengobatan kanker yang efektif. Terbukti telah menyelamatkan
jutaan jiwa. Namun, kemoterapi memiliki efek samping yang tidak kecil.
Sulit untuk memprediksi seberapa berat seseorang akan mengalami efek samping dari
kemoterapi, sebab tiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap pengobatan
tersebut.
Efek samping kemoterapi muncul karena obat-obatan tersebut tidak memiliki
kemampuan membedakan sel kanker yang berkembang pesat secara abnormal
dengan sel sehat yang secara normal juga memiliki perkembangan pesat. Misalnya sel
darah, sel kulit, serta sel-sel yang ada di dalam perut akan mengalami efek negatif
akibat kemoterapi. Berikut adalah efek samping yang bisa terjadi akibat kemoterapi:
 Rambut rontok.
 Nyeri.
 Kehilangan nafsu makan.
 Mulut terasa asam atau pahit.
 Mual dan muntah.
 Sesak napas dan kelainan detak jantung akibat anemia.Kulit kering dan terasa perih.
 Pendarahan seperti mudah memar, gusi berdarah, dan mimisan.
 Sering terkena infeksi.
 Sulit tidur.
 Gangguan psikologis seperti depresi, stres, dan cemas.
 Gairah seksual menurun dan gangguan kesuburan (infertiltas).
 Rasa lelah dan lemah sepanjang hari.
 Konstipasi atau diare.
 Sariawan.

Yang penting untuk diketahui, efek samping kemoterapi tersebut akan segera hilang
setelah pengobatan selesai.
Selain itu, efek kemoterapi tidak akan menimbulkan akibat yang berbahaya bagi
kesehatan. Meski pada beberapa kasus, efek samping kemoterapi bisa lebih serius
dibandingkan yang lain. Misalnya tingkat sel darah putih yang menurun dengan cepat
sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi.
Sedapat mungkin hindari diri Anda dari orang-orang yang sakit atau terkena infeksi
selama menjalani kemoterapi. Jika mengalami gejala seperti demam, diare, muntah-
muntah, sulit bernapas, sakit dada atau pendarahan saat menjalani kemoterapi, segera
temui dokter.

Cracked nipple dan inverted nipple merupakan kelainan pada puting susu yang berhubungan dengan
proses menyusui. Cracked nipple atau puting susu lecet adalah kerusakan pada puting yang kebanyakan
terjadi karena trauma akibat cara menyusui yang salah atau perawatan yang tidak benar pada
payudara. Inverted nipple, dikenal dengan istilah puting terbalik atau puting terbenam, adalah kondisi
dimana puting tertarik ke dalam payudara, dapat bersifat kongenital atau didapat.

Patofisiologi Cracked Nipple


Cracked nipple adalah lesi kutan makroskopik pada ujung dan areola payudara, yang dapat
berupa hilangnya jaringan kulit, luka, celah, eritema, edema, atau lepuhan.
Cracked nipple sering kali disebabkan perlekatan yang tidak baik. Bayi akan menarik puting
keluar-masuk saat menyusu. Jika perlekatan saat menyusui tidak tepat, akan terjadi gesekan
antara kulit ibu dengan mulut bayi dan tekanan kuat pada puting.
Penyebab cracked nipple  lain adalah infeksi Staphylococcus aureus dan Candida albicans, atau
frenulum bayi yang pendek.

Etiologi Cracked Nipple


Cracked nipple dapat disebabkan oleh berbagai faktor dalam proses menyusui. Proses menyusui
yang normal tidak akan menyebabkan rasa sakit. Abnormalitas proses menyusui yang dapat
menyebabkan cracked nipple  dapat berupa kesalahan posisi menyusui, perlekatan yang tidak
adekuat, atau kelainan pada bayi seperti short tongue, ankyloglossia, dan palatum letak tinggi.

Penyebab lain yang lebih jarang adalah gesekan. Pada pelari disebut dengan “jogger’s nipple”,
pada peselancar disebut “surfer’s nipple”, dan pada penyelam disebut “wetsuit rub”. Setiap
aktivitas, baik olahraga ataupun aktivitas seksual, yang melibatkan gesekan secara konstan pada
puting susu dapat menyebabkan lecet pada puting.

Faktor Risiko Cracked Nipple


Faktor-faktor yang berhubungan dengan trauma pada puting susu selama periode laktasi dapat
berasal dari ibu atau pun dari bayi.

Faktor Ibu

Faktor ibu yang dapat menyebabkan cracked nipple adalah:


 Teknik menyusui, misalnya posisi atau perlekatan yang tidak benar

 Pembengkakan payudara (breast engorgement) mengakibatkan distensi dan edema pada


daerah puting dan areola mammae. Hal ini dapat menghambat perlekatan saat menyusui,
payudara terasa penuh dan tegang, menurunkan fleksibilitas puting, serta cenderung
membentuk flat nipple. Sebaliknya, trauma pada puting susu juga dapat menyebabkan atau
memperburuk breast engorgement, karena menyebabkan nyeri sehingga mengurangi frekuensi
dan durasi menyusui.
 Semi-protruding dan atau malformasi puting susu menyebabkan kesulitan dalam
perlekatan ketika bayi mengisap, sehingga memudahkan terjadinya trauma.
 Nipple pain: nyeri akibat trauma pada puting susu menyebabkan posisi yang tidak
mendukung perlekatan.
 Penggunaan pompa ASI yang tidak benar atau berlebihan, misalnya tidak memusatkan
pompa ke arah puting susu atau menggunakan pengaturan daya hisap tinggi pada payudara yang
bengkak.

 Kondisi kulit seperti dermatitis, impetigo, skabies, atau mastitis.

Faktor Bayi
Isapan yang tidak efektif, isapan yang kuat dan agresif, bayi yang sedang tumbuh gigi, dan
gigitan payudara adalah beberapa hal yang menyebabkan cracked nipple. Kelainan anatomi
seperti ankyloglossia, palatum letak tinggi, dan palatoskizis, atau infeksi seperti kandidiasis oral
pada bayi juga meningkatkan risiko cracked nipple.
Penggunaan botol susu juga dapat berpengaruh karena perbedaan teknik mengisap pada botol
dan payudara. Pada saat menyusu dengan botol, bayi memposisikan lidah sehingga dapat
mengontrol aliran susu. Hal ini dapat menyebabkan bayi mengalami bingung puting dan tetap
menggunakan gerakan yang sama saat mengisap payudara, sehingga menyebabkan trauma pada
puting.

Tatalaksana

Konseling Menyusui

Konseling menyusui sangat penting pada pasien cracked nipple, karena kondisi ini sering terkait
dengan teknik menyusui yang kurang tepat. Teknik menyusui meliputi posisi menyusui, posisi
tangan saat memberikan puting ke mulut bayi, dan perlekatan yang baik. Posisi menyusui dapat
dilakukan dengan teknik cradle hold atau football hold. Pada cradle hold, infant didekap ke
payudara ibu dengan lengan ibu menahan kepalanya, dan perut infant didekatkan ke abdomen
bagian atas ibu. Pada football hold, ibu merangkul bayi sambil menumpu kepala bayi dan kaki
bayi diorientasikan ke siku ibu.

Anda mungkin juga menyukai