PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selada (Lactuca sativa L.) termasuk dalam kelompok tanaman sayuran daun yang dikenal
di masyarakat. Jenis sayuran ini mengandung zat - zat gizi khususnya vitamin dan mineral yang
lengkap untuk memenuhi syarat kebutuhan gizi masyarakat. Selada sebagai bahan makanan
sayuran bisa konsumsi dalam bentuk mentah sebagai lalapan bersama-sama dengan bahan
makanan lain. Selain berguna untuk bahan makanan, selada juga berguna untuk pegobatan
(terapi) berbagai macam penyakit. Sehingga dengan demikian, selada memiliki peranan yang
sangat penting di dalam menunjang kesehatan masyarakat.
Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki
prospek dan nilai komersial yang cukup baik. Semakin bertambahnya jumlah penduduk
Indonesia serta meningkatnya kesadaran penduduk akan kebutuhan gizi menyebabkan
bertambahnya permintaan akan sayuran. Kandungan gizi pada sayuran terutama vitamin dan
mineral tidak dapat disubtitusi melalui makanan pokok, Nazaruddin (2003).
Mengingat akan pentingnya sayuran ini bagi kesehatan,baik kandungan gizi maupun
seratnya, mendorong masyarakat makin menggemari sayuran khususnya daun selada.
Permintaan yang terus meningkat sesuai dengan pertambahan pendudukmaka perlu adanya
usaha-usaha pengembangan tehnologi dalam budidaya selada.Memperhatikan kegunaannya
yang beragam di dalam kehidupan sehari-hari, maka selada sangat mudah dipasarkan. Sehingga
apabila dibudidayakan (diusahakan) dengan baik dapat memberikan keuntungan yang besar.
Berusaha tani selada dapat berhasil dengan baik apabila petani memiliki pengetahuan yang luas
mengenai semua aspek yang berkaitan dengan tanaman selada, yaitu mulai dari manfaat dan
kegunaannya, varietas, mutu benih, teknik budidaya, kondisi lingkungan bertanam, penanganan
panen dan hama penyakit yang menyerang selada itu sendiri.
Makalah ini membahas tentang , deskripsi selada, syarat tumbuh selada, teknik budidaya
sampai pemanenan,. Makalah ini juga membahas semua aspekyang tersebut di atas yang
diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang luas kepada masyarakat untuk meningkatkan
kemampuannya dalam bertani, khususnya di dalam pembudidayaan tanaman selada.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui syarat tumbuh tanaman selada
2. Mengetahui teknik budidaya yang baik untuk tanaman selada
3. Mengetahui cara pemanenan dan pengolahan pasca panen tanaman selada
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
c. Akar
Tanaman selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar serabut menmpel
pada baying, tumbuh menyebar, ke semua arah pada kedalaman 20 cm – 50 cm atau lebih.
Sedangkan akar tunggangnya tumbuh lurus ke pusat bumi.
Perakaran tanaman selada dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang subur,
genbur, mudah menyerap air, dan kedalaman tanah (solum tanah) cukup dalam.
d. Biji
Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu,agak keras, berwarna coklat, tua,
serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang 4 mm dan lebar 1mm. Biji selada merupakan biji
tertutup dan berkeping dua, dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman (perkembangbiakan).
e. Bunga
Bunga tanaman selada berwarna kuning, tumbuh lebat dalam satu rangkaian. Bunga
memiliki tangkai bunga yang panjang sampai data mencapai 80 cm atau lebih. Tanaman selada
yang ditanam di daerah yang beriklim sedang (subtropik) mudah atau cepat berbuah.
Dalam ilmu tumbuhan, tanaman selada diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisi : spermatophyte (tanaman berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (biji berada di dalam buah)
Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua atau biji belah)
Ordo (bangsa) : Asterales
Famili (suku) : Asteraceae (Compositae)
Genus (marga) : Lactuca
Spesies (jenis) : Lactuca sativa ( Haryanto et al, 1995).
Selada yang tergolong spesies lactuca sativa memiliki banyak varietas, yang telah
dikembangkan dan dibudidayakan oleh masyarakat. Di antaranya ada varietas yang berkrop,
yaitu yang membentuk kumpulan daun – daun yang saling merapat membentuk bulatan
menyerupai kepala, dan ada varietas yang helaian daunnya lepas tidak merapat membentuk
bulatan.
Tanaman selada dikembangbiakkan dengan bijinya. Sebelum dikembangbiakkan
biasanya disemaikan dulu di persemaian. Biji selada dapat dibeli di toko-toko pertanian, namun
dapat juga disiapkan sendiri dengan memilih biji yang tua dan sehat (Barmin, 2010).
Haryanto et al. (1995), menyatakan tanaman selada yang umum dibudidayakan dapat
dikelompokkan menjadi 4 macam tipe yaitu:
a. Selada kepala atau selada telur
Selada jenis ini mempunyai krop bulat dengan daun saling merapat menyerupai telur.
Daunnya ada yang berwarna hijau terang dan ada juga berwarna agak gelap. Batangnya sangat
pendek dan hampir tidak terlihat. Selada ini rasanya lunak dan renyah.
b. Selada rapuh
Selada rapuh mempunyai krop yang lonjong dengan pertumbuhan yang meninggi
cenderung menyerupaai petsai. Daunnya lebih tegak dibandingkan dengan selada umum lainnya
yang daunnya menjuntai kebawah. Ukurannya besar dan warnanya hijau tua agak gelap. Jenis
selada ini tergolong lambat pertumbuhannya.
c. Selada daun
Nama internasional untuk jenis ini adalah leaf lettuce atau cutting lettuce. Selada ini
helaian daunnya lepas dan tepiannya berombak/bergerigi serta berwarna hijau atau merah. Ciri
khas lainnya tidak membentuk krop. Selada daun umumnya genjah dan toleran terhadap kondisi
3
dingin. Apabila daunnya dipanen dengan cara satu persatu atau tidak dicabut sekaligus, maka
pemanenan tanaman akan dapat dilakukan beberapa kali, namun pada umumnya selada ini
dipanen sekaligus (seluruh tanamannya dipanen) sama seperti jenis selada lainnya.
d. Selada batang
Selada batang mempunyai daun yang berukuran besar. Selada ini mendapat julukan
selada batang karena daunnya berlepasan tidak dapat membentuk krop. Varietas jenis ini yang
terkenal adalah celtuse. Jenis selada ini dibilang hampir semuanya introduksi dari luar negeri
karena benihnya kebanyakan masih impor.
4
2. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan cara mencangkul atau membajak untuk
membalikkan tanah. Setelah itu tanah dikeringkan selama ± 15 hari, sebelum kembali diolah
dengan membentuk bedengan atau cukup diratakan selama di sekeliling lahan diberi parit
pembuangan air dengan lebar 40-60 cm dan dalam 50-60 cm. Jika dibentuk bedengan, lebar parit
tersebut adalah 80-120 cm sedang tingginya 30-40 cm, sehingga setiap bedengan bisa ditanami
3-5 barisan tanaman dengan jarak antar bedeng 30-40 cm.
3. Penanaman
Selada tergolong tanaman yang tidak tahan terhadap hujan lebat, maka waktu tanam
sebaiknya dilakukan pada akhir musim hujan atau sekitar bulan Maret/April, pada pagi atau sore
hari.
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menanam selada, yakni dengan :
- Menyebarkan benihnya secara langsung, atau
- Memindahkan bibit yang telah disemai ke lahan tanam.
Namun, sebagaimana tersebut di atas, cara penanaman yang paling baik adalah dengan
menyemai bibit terlebih dahulu.
4. Pemeliharaan
Dalam masa pemeliharaan, tanaman selada memiliki beberapa hal yang perlu
diperhatikan seperti:
- Penyiangan
Selada sudah harus disiangi ketika berumur 2 minggu. Hal ini disebabkan karena akar
selada yang menancap di tanah dangkal, sehingga tidak mampu untuk bersaing dengan tanaman
lain utamanya rumput-rumput liar dalam menyerap hara. Fungsi lain dari penyiangan adalah
untuk menekan serangan hama/penyakit. Penyiangan dilakukan dengan Interval satu minggu
sekali.
- Pengairan
Tanaman selada butuh air yang cukup, maka pengairan juga harus mendapat perhatian,
utamanya di daerah dataran rendah yang suhu udaranya lebih panas serta sering kekurangan air.
Kebutuhan air wajib dipenuhi pada masa awal penanaman, disaat tanaman berumur 2 minggu,
atau saat penyiangan pertama, juga pada waktu tanaman berumur satu bulan.
- Penyiraman
Penyiraman bisa dilakukan dengan langsung menyiramkan air ke bagian batang dan daun
tanaman, bisa juga dengan mengalirkan air melalui parit-parit pengairan di kanan-kiri lahan
penanaman. Perhatikan kondisi parit pengairan, agar senantiasa dapat melewatkan kelebihan air
di saat turun hujan lebat. Jangan sampai ada air yang tergenang cukup lama di sekitar tanaman,
karena akan merusak perakaran dan menyebabkan tanaman menjadi roboh.
- Pemupukan
Jika tanaman terlihat kurang subur, berikan pupuk tambahan berupa pupuk kandang
sebanyak 2 ton untuk satu hektar lahan. Pupuk kandang yang baik adalah yang mengandung
unsur nitrogen yang tinggi seperti kotoran ayam. Selain pupuk kandang, dapat pula ditambahkan
pupuk kimia. Menurut Direktorat Jendral Pertanian (1992), tanaman selada membutuhkan pupuk
anorganik untuk setiap hektarnya adalah: urea 220 kg/ha, TSP 220 kg/ha, dan KCl 160 kg/ha,
dimana pupuk tersebut diberikan di alur kiri dan kanan tanaman. Hasil penelitian Setiowati
(2011) memperlihatkan pemberian pupuk urea memberikan pengaruh nyata terhadap
5
pertumbuhan dan produksi tanaman selada, dimana hasil terbaiknya adalah 0,04 kg/ plot (150
kg/ha).
Fitter et al. (1994) menyatakan bahwa laju pertumbuhan tanaman yang rendah berkaitan
dengan tanah miskin hara. Hara yang tersedia rendah akan langsung memperlambat pertumbuhan
tanaman. Masing-masing unsur hara mempunyai fungsi dan proses fisiologis tanaman, misalnya
Nitrogen mempunyai peranan yang sangat besar dalam tanaman. Sitompul et al. (1995) cit.
Musliar et al. (2000) menyatakan ketersediaan Nitrogen mempengaruhi sangat nyata terhadap
luas daun tanaman.
A. Panen
Selada dapat dipanen ketika berumur 2-3 bulan setelah tanam. Namun, bisa saja kurang
dari umur tersebut tanaman sudah layak konsumsi, jadi bisa dipanen lebih cepat. Cara panen
selada dengan memotong bagian tanaman di atas permukaan tanah. Bisa juga dengan mencabut
semua bagian termasuk akar. Setelah akar dicuci, daun-daun yang rusak dibuang. Kelompokkan
selada berdasar ukuran. Yang besar dengan yang besar dan yang kecil dengan yarrg kecil. Selada
ini harus segera dipasarkan karena tak tahan panas dan penguapan.
6
penanganan yang kurang baik pada saat pengangkutan dan bongkar muat, sehingga banyak daun
yang robek – robek dan patah. Kerusakan ini harus dicegah. Sebab kerusakan fisik yang terjadi
pada daun sangat membantu parasit yang dapat mempercepat kerusakan daun.
Kerusakan karena faktor fisiologis disebabkan aktivitas biologis yang masih berlangsung
dari daun selada yang telah dipanen, yaitu hasil tanaman yang telah dipanen masih
melangsungkan proses penguapan (transpirasi), pernapasan (respirasi), dan aktivitas – aktivitas
biologis lainnya. Peristiwa ini secara langsung menyebabkan berkurangnya berat (penyusutan)
dan menurunkan kualitas daun. Menurut Robinson et.al. (1975) dalam Toekidjo Martoredjo
1984), bahwa pada sayuran yang berupa daun, kehilanan air sebanyak 10% dari berat aslinya
karena adanya penguapan (transpirasi) maka daun selada menjadi layu dan kualitasnya sangat
rendah. Perubahan – perubahan biologis lainnya seperti perubahan tepung (karbohidrat menjadi
gula, perubahan kandungan nutrisi, dan sebagainya juga akan menurunkan kualitas daun selada.
Perubahan – peruban biologis ini menyebabkan daun selada yang telah dipanen mudah diserang
parasit sehingga kerusakan dapat lebih cepat.
Kegiatan–kegiatan pascapanen untuk komoditas selada meliputi pembersihan dan
pengeringan, sortasi, dan grading, penyimpanan, pengemasan, dan pengangkutan, serta
pemasaran
Kegiatan–kegiatan Pascapanen
a. Pembersihan dan Pengeringan
Daun selada yang telah dipanen harus dibersihkan dahulu sebelum sampai pada tahap
pemasaran. Tindakan pembersihan pada selada dilakukan dua kali, yaitu membuang bagian –
bagian yang tidak berguna dan pencucian untuk menghilangkan kotoran dan residu pestisida
yang masih melekat pada daun selada. Bagian – bagian yang tidak berguna seperti daun – daun
yang rusak (daun paling bawah), sebagian batang dan akar harus dibuang, baru kemudian
dilakukan pencucian.
Pencucian daun selada dilakukan dengan air yang bersih, dan air mengalir. Pencucian
selanjutnya dilakukan dengan menggunakan Neutral Cleaner Brogdrek berbentuk cairan. Bahan
ini membersihkan residu pestisida, dapat membersihkan kotoran, dan membunuh hama serta
kuman–kuman penyakit yang masih terdapat dalam daun selada. Lalu untuk memperpanjang
kesegaran daun selada, selanjutnya dicuci lagi dengan menggunakan Britex Wax. Dengan
manggunakan kedua macam bahan kimia tersebut, kesegaran daun selada dapat lebih lama, dam
daun selada bersih dari residu pestisida sehingga aman dikonsumsi.
b. Penyimpanan
Selada tergolong jenis sayuran yang sangat mudah rusak. Sehingga apabila penanganan
setelah panen dilakukan kurang baik maka dapat menyebabkan kemerosotan kualitas yang
berlangsung cepat. Daun selada yang dibiarkan pada kondisi normal (tanpa perlakuan khusus)
sudah mengalami pelayuan dengan daun menguning 2 hari setelah panen, dan daun sudah tidak
laku dijual. Sayuran yang telah layu sudah banyak kehilangan Vitamin C dan Karoten.
Untuk mempertahankan kesegaran daun selada hingga beberapa lama dapat dilakukan
dengan penyimpanan dengan suhu rendah dan penyimpanan dalam ruangan sitem atmosfer
termodifikasi (modified atmosphere container).
- Penyimpanan dengan suhu rendah
Penyimpanan dalam ruangan dengan suhu rendah adalah sisten penyimpanan yang
dilakukan dalam ruangan yang bertemperatur rendah (32°F) dan kelembaban yang relatif tinggi
(95%). Penyimpanan dalam ruangan yang bertemperatur rendah ini memerlukan ruangan yang
dilengkapi dengan peralatan pendingin.
7
Penyimpanan dalam ruangan yang bertemperatur rendah dan kelembapan yang relatif
tinggi dapat memperlambat laju penguapan dan laju pernapasan daun selada, menghambat
penuaan, menghambat pengeluaran panas, menghambat pematangan, mencegah atau
menghambat kegiatan patogen (mikroorganisme) perusak, perubahan biokimia daun selada, tidak
mempengaruhi rasa, warna, tekstur, nilai gizi (nutrisi), dan bentuk fisik daun selada. Daun selada
yang disimpan pada suhu 32°F dengan kelembapan nisbi 95% tahan disimpan sampai 3 – 4
minggu.
- Penyimpanan dalam ruangan sistem atmsofer termodifikasi (modified atmosphere
container)
Penyimpanan dalam ruangan dengan sitem atmosfer termodifikasi merupakan cara penyimpanan
dengan mengatur komposisi gas oksigen (O2), karbondioksida (CO2), dan Nitrogen (N2) di
dalam ruangan penyimpanan pada tingkat konsentrasi tertentu yang dapat memperlambat proses
pernapasan, penguapan dan aktifitas biologis lainnya yang terjadi pada daun selada.
c. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan pada komoditi selada bertujuan melindungi bahan (daun selada) dari
kerudsakan akibat pengangkutan dari kebun sampai ke pusat – pusat pemasaran, memberikan
daya tarik pada konsumen, memudahkan di dalam pengangkutan, memudahkan pengiriman, dan
memudahkan di dalam penataan pada saat pemasaran, terutama penataan di supermarket.
Fungsi pengangkutan adalah untuk mengangkut bahan (selada) dari kebun produksi dan atau
tempat penyimpanan ke pusat – pusat pemasaran. Fungsi pengemasan dan pengangkutan saling
berkaitan, terutama terhadap perlindungan bahan dari kerusakan mekanis akibat gesekan atau
benturan yabg sering terjadi selama pengangkutan, kerusakan biologis, dan kerusakan karena
pengaruh lingkungan (terik matahari, suhu udara yang tinggi, dan kelembaban yang tinggi).
d. Pemasaran
Pendapatan yang tinggi dari hasil usaha tani selain ditentukan oleh teknik budidayanya, juga
ditentukan oleh teknik penmasarannya. Di dalam kegiatan pemasaran selada ada dua hal yang
perlu mendapatkan perhatian, yaitu menentukan standar harga dasar dan pengenalan lembaga
pemasaran (tata niaga) yang berperan menjualkan selada dari petani produsen sampai ke
konsumen. Dalam pemasarannya dapat berupa:
ž Domestik: pasar tradisional dan non tradisional
ž Ekspor
8
Konsumen bisnis budidaya selada
Konsumen budidaya selada memang tidaklah sulit, konsumen budidaya selada cukup besar mulai dari
konsumsi rumah tangga hingga berbagai usaha kuliner.
9
Peralatan tambahan yang lainnya Rp. 72.800
Jumlah Investasi Rp. 3.742.100
Biaya Operasional per Bulan
Biaya Tetap Nilai
Penyusutan pembukaan kebun selada 1/12 x Rp.
Rp. 177.000
2.124.000
Penyusutan pengadaan bibit selada 1/62 x Rp.386.700 Rp. 6.237
Penyusutan keranjang panen selada 1/62 x Rp 91.550 Rp. 1.477
Penyusutan golok dan sabit 1/62 x Rp. 97.700 Rp. 1.576
Penyusutan mesin semprot tanaman 1/62 x Rp
Rp. 3.412
211.550
Penyusutan gunting 1/44 x Rp. 31.500 Rp. 716
Penyusutan timba dan selang 1/44 x Rp. 92.600 Rp. 2.105
Penyusutan cangkul 1/44 x Rp. 134.700 Rp. 3.061
Penyusutan pompa air 1/62 x Rp 222.300 Rp. 5.052
Penyusutan gerobak dorong 1/62 x Rp 276.700 Rp. 4.463
Penyusutan peralatan tambahan 1/44 x Rp. 72.800 Rp. 1.655
upah pekerja Rp. 1.400.000
Total Biaya Tetap Rp. 1.606.753
Biaya Variabel
pupuk organik Rp. 18.750 x 30 = Rp. 562.500
pupuk kimia Rp. 27.500 x 30 = Rp. 825.000
obat dan pestisida Rp. 27.080 x 30 = Rp. 812.400
biaya lainnya Rp. 18.550 x 30 = Rp. 556.500
Biaya transportasi Rp. 23.500 x 30 = Rp. 705.000
pengemas Rp. 19.500 x 30 = Rp. 585.000
BBM Rp. 22.000 x 30 = Rp. 660.000
Total Biaya Variabel Rp. 4.706.400
Total Biaya Operasional
Biaya tetap + biaya variabel = Rp. 6.313.153
Pendapatan per panen
32 kg x Rp. 9.000 = Rp. 288.000
Rp. 288.000 x 30 hr = Rp. 8.640.000
Keuntungan per Bulan
Laba = Total Pendapatan – Total Biaya Operasional
Rp. 8.640.000 – 6.313.153 = Rp. 2.326.847
10
Lama Balik Modal
Total Investasi / Keuntungan
Rp. 3.742.100 : 2.326.847 = 2 bln
=
Dari analisa di atas dapat disimpulkan apabila bisnis budidaya selada sangat menguntungkan
dimana modal Rp 3.742.100 dengan kentungan per bulan Rp 2.326.847 dan balik modal dalam 2
bulan.
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu antara lain
1. ‘ Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki prospek
dan nilai komersial yang cukup baik
2. Syarat tumbuh dari tanaman selada yaitu dipengaruhi oleh
a. Faktor Iklim
Tanaman selada membutuhkan lingkungan tempat tumbuh yang beriklim dingin dan
sejuk yakni pada temparatur 15-20 ºC. Di Indonesia, selada dapat ditanam di dataran rendah
sampai datraran tinggi (600-1.200 dpl).
b. Faktor Tanah
Pada dasarnya tanaman selada dapat ditanam di lahan sawah maupun tegalan. Tanah
yang ideal untuk tanaman selada adalah liat berpasir. Di Indonesia tanaman ini cocok ditanam
pada tanah andosol maupun latosol. Syaratnya tanah tersebut harus subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik, tidak mudah menggenang dan pH-nya antara 5,0 - 6,8.
3. Kegiatan panen dilakukan katika tanaman berumur 2-3 bulan dapat dilakukan denngan cara
memotong bagian tanaman di atas permukaan tanah. Bisa juga dengan mencabut semua bagian
termasuk akar. Setelah akar dicuci, daun-daun yang rusak dibuang. Kegiatan Pasca panen
meliputi pembersihan dan pengeringan, penyimpanan, pengemasan dan pemasaran.
3.2. Saran
Tanaman selada merupakan tanaman yang bernilai ekonomis yang sangat tinggi. Tanaman
selada yang dibudidayakan dengan baik dan benar akan mendapatkan keuntungan yang tinggi
bagi petani nya. Maka dari itu untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, seseorang
harus mengetahui cara pembudidayaan selada yang baik dan benar dengan mempelajari
perlakuan terhadap tanaman selada tersebut.
12
DAFTAR PUSATAKA
Aini, R, Yaya, S, dan Hana, M. N. 2010. Penerapan Bionutrien KPD Pada Tanaman Selada
Keriting(Lactuca sativa Var. crispa). Jurnal Sains dan Teknologi Kimia, 1 (1): 73-79
Barmin. 2010. Budidaya Sayur Daun. CV. Rikardo. Jakarta. 36 hlm.
Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan. 1992. Vademekum Sayur-sayuran. Direktorat
Bina Produksi Hortikultura. Jakarta.
Fitter, A. M. dan R. K. M. Hay. 1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gajah Mada University.
Press, Yokyakarta . 421 hal.
Haryanto, E. Tina, S, dan Estu, R. 1995. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta. 117 hlm.
Lingga P, Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar swadaya. Jakarta. 146 hlm.
Nazaruddin., 2003. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya,
Jakarta
Pracaya. 2004. Bertanam Sayur Organik di Kebun, Pot dan Polibag. Penebar sawadaya. Jakarta.
112 hlm.
Rukmana, R. 1994. Bertanam Selada dan Andewi. Kanisius. Yogyakarta. 43 hlm.
Setiowati, Y. 2011. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (lactuca sativa L.) yang Diberi
Berbagai Dosis Kompos Eceng Gondok dan Pupuk Urea. Skripsi. Universitas Riau.
13
14