Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PEMICU

BLOK 12
MUKOSA DAN PERIODONTAL
PEMICU 3
“PUTIHNYA GUSIKU”

DISUSUN OLEH :
HELEN SAPARINGGA MARBUN
190600181
KELOMPOK 1

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit dengan urutan ke enam yang paling sering
dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Karies dan penyakit periodontal adalah dua penyakit
gigi dan mulut yang mempunyai prevalensi tertinggi. Prevalensi penyakit periodontal
mencapai 60% pada masyarakat Indonesia. Fenomena di atas cukup menggambarkan masih
tingginya risiko masyarakat Indonesia terkena penyakit periodontal. Penyakit periodontal
merupakan suatu penyakit yang menyerang jaringan yang mengelilingi dan menyangga gigi,
yang terdiri dari gingiva, sementum, ligamentum periodontal, dan tulang alveolar. Penyakit
periodontal yang menyerang gingiva disebut gingivitis, apabila tidak dilakukan perawatan
dapat berkembang menjadi periodontitis dimana terjadi kerusakan pada ligamen periodontal
dan resorpsi pada tulang alveolar sehingga menimbulkan kegoyangan hingga terlepasnya gigi
dari rahang. American Academy of Periodontology mengklasifikasikan penyakit periodontal
dan kondisinya dalam dua bentuk, yaitu periodontitis kronis dan periodontitis agresif.
Periodontitis kronis merupakan periodontitis yang umum terjadi pada usia dewasa dan
berkembang lambat (slowly progressive periodontitis), sedangkan periodontitis agresif
merupakan periodontitis yang bermula dini (early-onset periodontitis) dan berkembang cepat
(rapidly progressive periodontitis).
1.2 Deskripsi Topik
1.2.1 Skenario
Nama Pemicu : Putihnya Gusiku
Penyusun : Dr. drg., Wilda Hafni Lubis,M.Si; drg, Pocut Astari, M.Biomed; drg.
Irma Ervina, Sp.Perio (K)
Hari/Tanggal : Selasa, 2 Maret 2021
Jam : 13.30 – 15.30 WIB
Pak Gontar ( 67 tahun) datang ke dokter gigi dengan keluhan gigi dan gusi kanan bawah
sakit. Gigi goyang dan gusi sering berdarah sendiri. Pasien ingin mencabut gigi yang sakit
dan mengobati gusinya yang melepuh berwarna putih. Beberapa hari sebelumnya giginya
sakit, pak Gontar mengobati giginya dengan minum obat aspirin, tetapi tetap dirasakan sakit,
akhirnya obat aspirin dihancurkan dan dimasukkan ke gigi yang sakit. Keesokan hari
dilihatnya gusi sudah berubah menjadi putih yang luas dan berkerut terlihat seperti
terkelupas. Dari pemeriksaan intra oral diperoleh gigi 47: mobiliti derajat 2, karies sekunder
dengan tambalan yang rusak. Lesi putih ditemukan di gusi dan mukosa sekitar gigi 47 cukup
luas. Gingiva berwarna merah pada seluruh regio, BoP (+) dengan rerata PBI 2,5; OHIS: 3,8;
dan poket absolut. Kedalaman poket pada gigi 47 yaitu distal 10 mm, bukal dan lingual 7 mm
(Radiografi terlampir).

1.2.2 Pertanyaan
Pertanyaan:
1. Jelaskan diagnosis berdasarkan keluhan-keluhan kasus tersebut beserta alasannya
2. Jelaskan jenis respon inflamasi pada mukosa yang melepuh ?
3. Jelaskan etiologi kasus pada mukosa dan penyakit periodontal kasus tersebut !
4. Jelaskan pathogenesis kelainan yang terjadi pada mukosa dan penyakit periodontal kasus
tersebut !
5. Jelaskan prognosis kelainan mukosa dan penyakit periodontal kasus tersebut !
6. Jelaskan penatalaksanaan kelainan mukosa tersebut ?
7. Jelaskan rencana perawatan penyakit periodontal pada kasus tersebut ?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Jelaskan diagnosis berdasarkan keluhan-keluhan kasus tersebut beserta alasannya.


Jawab :
a. Periodontitis
Periodontitis adalah suatu penyakit inflamasi destruktif pada jaringan pendukung gigi yang
disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang menyebabkan kerusakan progresif pada ligamen
periodontal dan tulang alveolar dengan manifestasi klinis inflamasi gingiva dan perdarahan,
pembentukan poket, mobiliti gigi, migrasi gigi, kehilangan tulang alveolar dan halitosis.
Periodontitis biasanya berkembang dari gingivitis yang sudah terjadi, walaupun tidak semua
gingivitis berkembang menjadi periodontitis. Perubahan komposisi dan potensi patogenik dari
mikroorganisme plak terhadap faktor resistensi pejamu dan jaringan sekitarnya menentukan
perubahan dari gingivitis menjadi periodontitis dan keparahan kerusakan jaringan periodontal .
Tindakan metabolik dari koloni bakteri di celah gingiva juga mengubah lingkungan rongga
mulut dan memfasilitasi terjadinya kolonisasi bakteri. Kesesuaian dari berbagai faktor virulensi
bakteri, aktivitas dan komposisi bakteri komersal, dan faktor imun host, diperlukan untuk inisiasi
proses terjadinya periodontitis. Ada tiga bakteri utama penyebab penyakit periodontal yang
banyak ditemukan pada plak subgingiva pasien dengan periodontitis kronis. Ketiga bakteri
tersebut adalah Porphyromonas gingivalis, Treponema denticola dan Bacteroides forsythus .
Pemeriksaan kondisi jaringan periodontal dilakukan untuk menentukan derajat keparahan suatu
penyakit periodontal antara lain pengukuran kedalaman poket (probing depth), clinical
attachment level, dan bleeding on probing.
Seperti yang tertera pada skenario,dikatakan bahwa :
- Rerata PBI 2,5; OHIS: 3,8. Simplified Oral Hygiene Index (OHIS) pasien tersebut 3,8
dimana skor tersebut masuk kedalam kategori buruk. Kebersihan mulut yang jelek
ditandai adanya timbunan plak bakterial pada karang gigi subgingival berkorelasi positif
dengan keparahan periodontitis.
- Gigi goyang dan gusi sering berdarah sendiri. Kerusakan progresif ligamen periodontal
dan tulang alveolar (alveolar bone loss) menyebabkan gigi goyang dan mudah tanggal
menandakan periodontitis parah.
- Kemudian dari pemeriksaan intra oral diperoleh gigi 47: mobiliti derajat 2, karies
sekunder dengan tambalan yang rusak.
- Dikatakan juga rerata PBI 2,5; OHIS: 3,8; dan poket absolut. Kedalaman poket pada gigi
47 yaitu distal 10 mm, bukal dan lingual 7 mm. Adanya poket sering menandakan
sebagai adanya penyakit periodontal. Proses bertambah dalamnya sulkus gingiva
merupakan definisi poket periodontal dan gambaran klinis dari penyakit periodontal

Sumber :
1. Kodir Ade , Herawati Dahlia, Murdiastuti Kwartarini. Perbedaan Efektivitas Antara
Secara Sistemik Ciprofloksasin dan Amoksisilin Setelah Scaling & Root Planing pada
Periodontitis Kronis Penderita Hipertensi. J Ked Gi. 2014;5(4):323-328.
2. Carranza, F.A. and Takei H.H, 2012. Clinical Diagnosis, In Newman, M.G., Takei,
H.H., Klokkevold, P.R., and Carranza, F.A., Carranza’S Clinical Periodontology, 10th
ed., Saunders Elsevier. St. Louis Missouri.

b. Lesi Putih Traumatik


Berdasarkan kasus tersebut, pasien dapat didiagnosis mengalami lesi putih traumatik (chemical
burn/ aspirin burn). Lesi putih traumatik rongga mulut merupakan lesi yang dihasilkan dari luka
bakar fisik, termal atau kimia. Aplikasi topikal obat-obatan atau bahan kimia di dalam rongga
mulut merupakan penyebab paling umum terjadinya lesi tersebut. Dalam luka bakar, ulkus yang
luas, putih, berlapis fibrin dapat dilihat pada mukosa bukal. Aplikasi langsung obat tablet aspirin
yang dihancurkan pada gigi dan mukosa bukal untuk menghilangkan rasa sakit telah dilaporkan
mengakibatkan cedera jaringan lokal. Aspirin yang bersifat asam dan donor proton,
menyebabkan nekrosis epitel, erosi, dan pembakaran kimia melalui efek koagulasi proteinnya.
Nekrosis koagulasi terjadi ketika jaringan kehilangan pasokan darah, yang menyebabkan
kematian sel, tetapi struktur seluler tetap utuh, bahkan setelah beberapa hari kematian sel. Luka
bakar aspirin menyebabkan gingival parah dan erosi mukosa, dengan sloughing putih difus
mukosa di seluruh area yang terkena.

2. Jelaskan jenis respon inflamasi pada mukosa yang melepuh ?

Jawab :
Inflamasi merupakan respon kompleks biologi dari jaringan pembuluh darah terhadap stilmulus
berbahaya seperti patogen, sel-sel tubuh yang rusak, atau iritan. Tanpa inflamasi, luka dan
infeksi tidak akan pernah sembuh dan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan yang berbahaya.
Berdasarkan kasus diatas, penyebab inflamasi pada mukosa tersebut adalah akibat dari Aspirin.
Aspirin dapat menyebabkan penghambatan regenerasi mukosa.
Mekanisme kerja Aspirin, yaitu dengan menghambat jalur cyclooxigenase (COX) dan sistesis
prostaglandin. Cyclooxigenase (COX) merupakan enzim yang berperan penting sebagai
katalisator konversi asam arakhidonat menjadi cyclic-prostaglandin endoperoxides.
Penghambatan COX dapat menurunkan ekspresi prostaglandin sehingga mengakibatkan
kegagalan pemeliharaan integritas mukosa. Prostaglandin (PGE2) adalah suatu agen penting
dalam saliva yang mempunyai peran melindungi mukosa mulut. Penghambatan COX dapat
mengakibatkan penurunan sekresi cairan mukus dan sekresi bikarbonat, menyebabkan kerusakan
vaskular, pembentukan akumulasi leukosit, dan menghambat diferensiasi sel. Prostaglandin
(PGE2) saliva berkurang selama tahap ulseratif dari stomatitis. Dalam keadaan normal, sel
basalis dapat berproliferasi secara berkelanjutan, kemudian sel tersebut menggantikan sel di
lapisan permukaan yang hilang, sehingga integritas mukosa tetap terjaga. Penghambatan
aktifitas proliferasi sel menyebabkan epitel menjadi tipis dan terbentuk ulkus.
Sumber :
Dian Yosi Arinawati, Heni Susilowati, Supriatno. Pengaruh Lama Pemberian Aspirin pada
Ekspresi Protein KI-67 dan Ketebalan Epitel Mukosa Rongga Mulut Tikus Wistar Jantan. Dent.
J. (Maj. Ked. Gigi). 2014;47(3):135–140.

3. Jelaskan etiologi kasus pada mukosa dan penyakit periodontal kasus tersebut !

Jawab :
- Periodontitis
Periodontitis disebut penyakit multifaktorial karena penyakit ini disebabkan oleh berbagai
macam faktor. Etiologi utama yang paling berperan adalah akumulasi plak bakteri . Menurut
teori Socransky, penyakit periodontal dapat disebabkan oleh berbagai patogen dalam jumlah
yang berbeda. Teori menyatakan bahwa 6 hingga 12 spesies bakteri mungkin menyebabkan
kebanyakan kasus periodontitis yang destruktif dan spesies tambahan mungkin menjadi
penyebab kasus yang lain. Kombinasi bakteri yang berbeda mungkin terdapat pada lesi
individual dan bersamasama memproduksi faktor virulensi yang diperlukan. Selama 25 tahun,
beberapa peneliti mengatakan bahwa suatu jumlah bakteri dari flora subgingiva menunjukkan
huungan yang positif pada perkembangan penyakit periodontal. Penelitian ini menunjukkan
korelasi yang positif di antara kehadiran bakteri dan jumlah bakteri serta tanda-tanda penyakit
seperti inflamasi, kedalaman probing yang meningkat dan kehilangan perlekatan.13 Penelitian
lain oleh van Winkelhoff dkk., telah membuktikan bahwa Actinobacillus actinomycetemcomitans
(A. actinomycetemcomitans), Porphyromomnas gingivalis (P. gingivalis), Prevotella intermedia
(P. intermedia), Bacteroides forsythus (B. forsythus), Fusobacterium nucleatum (F. nucleatum)
dan Peptostreptococcus micros (P. micros) lebih prevalen secara signifikan dalam poket pasien
periodontitis kronis dibanding dengan kontrol yang sehat.
Faktor lokal yang memperberat, yaitu faktor yang memudahkan akumulasi plak, seperti adanya
kalkulus, retensi dan impaksi makanan, restorasi yang tidak baik, malposisi gigi, serta karies
proksimal atau servikal. Faktor yang dapat memodifikasi, yaitu keadaan yang mengubah respon
host terhadap plak secara tidak langsung menyebabkan peyakit periodontal, antara lain usia,
merokok, gangguan sel imun, hormonal, obat-obatan, penyakit sistemik, pendidikan, dan sosial.
- Lesi Putih Traumatik
Lesi-lesi putih traumatic dapat disebabkan oleh berbagai iritasi fisik dan kimia, seperti trauma
gesek, panas, kontak aspirin berkepanjangan, penggunaan obat kumur atau cairan-cairan kaustik
lain yang berlebihan.
Trauma hebat dapat mengakibatkan lesi putih karena hilangnya lapisan-lapisan superficial dari
epitel mukosa. Dibawah putihnya ada permukaan yang kasar, merah atau berdarah. Secara khas
lesi-lesi traumatic akut tampak sebagai bercak-bercak titik putih dengan tepi-tepi difus dan tak
teratur. Trauma yang mengenai lapisan-lapisan kulit di bagian bawah dapat mengakibatkan suatu
respons penyembuhan fibrosa atau jaringan parut.
Iritasi kimia dapat terjadi karena meletakkan aspirin di mukosa untuk sakit gigi atau penggunaan
obat kumur atau pasta gigi yang tidak sesuai petunjuk dokter gigi. Agents ini dapat menyebabkan
lapisan superficial epitel mengalami nekrosis yang menimbulkan lesi putih atau eschar yang
dapat terkelupas. Area yang paling sering terkena adalah mukosa bukal dan gingival. Obat-
obatan dan radiasi juga dapat membatasi aktivitas proliferasi epitel sehingga menjadi lebih tipis
dan memudahkan terbentuknya ulkus. Aspirin dapat menyebabkan penghambatan regenerasi
mukosa. Dalam keadaan normal, sel basalis dapat berproliferasi secara berkelanjutan, kemudian
sel tersebut menggantikan sel di lapisan permukaan yang hilang, sehingga integritas mukosa
tetap terjaga. Penghambatan aktifitas proliferasi sel menyebabkan epitel menjadi tipis dan
terbentuk ulkus. Kerusakan mukosa rongga mulut yang terjadi akibat penggunaan obat topikal
maupun obat per oral salah satunya Aspirin yang digunakan untuk mengatasi nyeri gigi telah
banyak dilaporkan. Gejala yang timbul antara lain rasa terbakar, atau nekrosis koagulasi yang
ditandai dengan terbentuknya mukosa berwarna putih yang berangsur-angsur mengelupas
membentuk lesi ulseratif berwarna merah.
Sumber :
1. Kodir Ade , Herawati Dahlia, Murdiastuti Kwartarini. Perbedaan Efektivitas Antara
Pemberian Secara Sistemik Ciprofloksasin dan Amoksisilin Setelah Scaling & Root
Planing pada Periodontitis Kronis Penderita Hipertensi. J Ked Gi. 2014;5(4):323-328.
2. Lanny Sunarjo, Ratnawati Hendari, Hermien Rimbyastuti. Manfaat Xanthone Terhadap
Kesembuhan Ulkus Rongga Mulut Dilihat dari Jumlah Sel PMN dan Fibroblast.
ODONTO Dental Journal. 2015;2(2):14-21.

4. Jelaskan pathogenesis kelainan yang terjadi pada mukosa dan penyakit periodontal
kasus tersebut !
Jawab :
Periodontitis
Etiologi utama penyakit periodontal adalah bakteri anaerob fakultatif gram negatif yang terdapat
di dalam lapisan biofilm subgingiva. Bakteri ini mempunyai kemampuan untuk mengaktifkan
mekanisme pertahanan pejamu dalam memperbaiki jaringan yang rusak pada waktu yang
bersamaan, bakteri ini akan memproduksi toksin yang akan menghancurkan epitel dan struktur
periodontal.
Periodontitis merupakan suatu penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh sekelompok kecil
bakteri Gram-negatif anaerob. Bakteri ini mempunyai peranan penting tetapi tidak cukup sebagai
penyebab. Faktor hospes juga memegang peranan penting yang cukup menentukan.
Adapun patologis penyakit infeksi pada dasaraya sama yang menjelaskan adanya kerusakan
jaringan ikat dan tulang pada semua bentuk periodontitis. Bakteri yang berada pada permukaan
akar gigi akan mengeluarkan produknya yaitu lipopolisakarida (LPS) dan substansi lain yang
masuk ke jaringan gingiva mengawali proses imunoinflamasi. Akibatnya produksi
proinflammatory sitokin tinggi dan menginduksi IL-1β, TNF-α dan IFN-γ dan meningkatkan
prostagiandin E2(PGE2) dan matriks metallo proteinases (MMP) dan molekul-molekul sebagai
perantara kerusakan matriks ekstra seluler gingiva dan ligamen periodontal serta resorpsi tulang
alveolar.
IL-1 merupakan sitokin yang potensial mempengaruhi metabolisme pada banyak jaringan
termasuk tulang. Beberapa studi in vitro dan in vivo menjelaskan potensi IL-1 mempengaruhi
reasorbsi tulang. Kemampuan bakteri pada periodontopatia akan merangsang produksi IL-1, dan
efeknya pada sel-sel jaringan periodonsium memantapkan terjadinya rangkaian peristiwa
patogenesis. Disamping IL-1, sitokin lain seperti PGE2 telah menunjukkan banyak efek pro-
inflammatory seperti meningkatkan vasodilatasi, memproduksi koleganase dan mengaktivasi
osteoklas. Apabila iritasi terjadi terus menerus, maka kerusakkan jaringan periodontal akan
bertambah berat.
Lesi Putih Traumatik
Pada kasus yang ada di skenario pasien telah memiliki luka melepuh pada gusinya,lalu pasien
ingin mengurangi rasa sakit pada gusi yang telah melepuh tersebut dengan memberikan aspirin
tanpa pengawasan dokter. Setelah pemberian aspirin tersebut,kondisi mukosa mulut pasien
semakin parah dan gusi berubah menjadi putih meluas,berkerut,dan terkelupas. Hal ini terjadi
karena obat-obatan seperti antiinflamasi nonsteroid (tablet aspirin) dapat membatasi aktivitas
proliferasi epitel sehingga menjadi lebih tipis dan memudahkan terbentuknya ulkus. Mukosa oral
juga mempunyai kemampuan yang terbatas untuk merespon stimuli patologi. Salah satu respon
adaptive adalah menghasilkan keratin sebagai mekanisme protektif melawan iritasi fisik . Lesi
terjadi karena overproduksi keratin dan kerusakan epitel.
Aspirin dapat menyebabkan penghambatan regenerasi mukosa. Dalam keadaan normal, sel
basalis dapat berproliferasi secara berkelanjutan, kemudian sel tersebut menggantikan sel di
lapisan permukaan yang hilang, sehingga integritas mukosa tetap terjaga. Penghambatan aktifitas
proliferasi sel menyebabkan epitel menjadi tipis dan terbentuk ulkus. Gejala yang timbul antara
lain rasa terbakar, atau nekrosis koagulasi yang ditandai dengan terbentuknya mukosa berwarna
putih yang berangsur-angsur mengelupas membentuk lesi ulseratif berwarna merah.
Sumber :
1. Ermawati, Tantin. Periodontitis dan Diabetes Melitus. Stomatognatic. J.K.G Unej. 2012;
9(3): 152 – 154.
2. Dinyati, M., Andi M A. Kuretase Gingiva Sebagai Perawatan Poket Periodontal.
Makassar Dent J. 2016; 5(2): 58-64.

5. Jelaskan prognosis kelainan mukosa dan penyakit periodontal kasus tersebut !


Jawab :
▪ Prognosis kelainan mukosa terhadap pasien tersebut dapat dikatakan bagus jika pasien
tersebut menghilangkan kebiasaan memakai aspirin saat merasa sakit pada giginya, dan
pada skenario dikatakan bahwa pasien tersebut tidak memiliki riwayat penyakit sistemik,
maka jika pasien tersebut menghentikan kebiasaan menggunakan aspirin dan dengan
tidak adanya penyakit sistemik pasien tersebut, maka dapat dikatakan bahwa prognosis
pasien tersebut baik.
▪ Prognosis pada penyakit periodontal pada pasien tersebut baguskarena pada skenario
tidak dikatakan bahwa pasien tersebut memiliki penyakit sistemik, dengan pemeriksaan
klinis gigi yaitu mobiliti derajat 2 (gigi masih bisa diselamatkan), berdasarkan radiografi
terlihat bahwa resorbsi tulangnya vertikal, jadi pada saat dilakukan perawatan periodontal
bisa dilakukan bone graft yaitu prosedur pembedahan untuk pengantian tulang hilang
atau resorbsi tulang alveolar yang terlihat pada gambaran radiografi, selain itu dapat
dilihat pada hasil radiografi bahwa terdapat tambalan overhanging yang menyebabkan
periodontitis terjadi pada pasien, sumber infeksi berasal dari bakteri yaitu biofilm atau
plak, karena tambalan overhanging, sebagai etiologi dari penyakit periodontal pada
pasien tersebut, pada rencana perawatan kita dapat menghilangkan etiologi tersebut
dengan memperbaiki/koreksi restorasi padi gigi 47.
Diantara gigi harus memiliki celah (harus bebas) karena diantara celah ada sulkus, sulkus
ini mengeluarkan cairan saliva/ sulkular memiliki efek imun, karna ada tambalan
overhanging sampai melewati batas leher gigi (CEJ), karna tambalan overhanging
tersebut maka kotoran makan menjadi plak yang mengandung bakteri) menjadi kalkulus
yang menyebabkan gingivitis dan berlanjut menjadi periodontitis.
Pada skenario juga dikatakan bahwa pak gontar ingin mencabut giginya dan mengobati
gusinya yang berwarna putih, dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa pasien tersebut
kooperatif, dan jika pasien memutuskan untuk mencabut giginya atau tidak ingin memperbaiki
restorasi pada gigi 47 maka dapat dikatakan prognosis dari pasien tersebut baik.

6. Jelaskan penatalaksanaan kelainan mukosa tersebut ?


Jawab :
▪ Pada kasus ini , sumber rasa sakit dapat diobat dengan perawatan saluran akar , dimana
akan dibersihkan , dibentuk dan diberikan obat dengan calcium hidroksida pada awal
untuk mengurangi bakteri pada saluran akar sampai pertemuan berikut. Kalsium
hidroksida memliki antimicrobial dikarenakan pH nya yang tinggi dan pelepasan ion
hidroksil , yang menyebabkan destruksi pada membrane sitoplasmic bakteri , denaturasi
protein ataupun destruksi darii DNA . Perawatan antibiotic systemin tidak di indikasi
untuk abses apical akut karena secara mekanis sudah di bersihkan dan dibentuk pada saat
perawatan saluran akar . Preskripsi antibiotic hanya diberikan Ketika ada infeksi ataupun
diffuse extra oral pada abses apical akut.
▪ Hilangkan iritasi, dan biasanya akan sembuh kurang lebih dalam 14 hari.
Hilangkan iritasi dengan cara tidak lagi menggunakan aspirin kedalam gigi yang
mengalami radang dan menghindari segala faktor yang dapat menimbulkan munculnya
lesi tersebut.
▪ Topical dan analgesic
Secara umum pengobatan yang dilakukan dengan pemberian obat yang bersifat
farmakologis dan non farmakologis yang bertujuan menjaga kebersihan mulut, mengganti
obat yang menimbulkan reaksi alergi, mencegah infeksi sekunder dan timbulnya jamur
serta mengurangi peradangan. Terapi untuk lesi putih traumatikus dengan cara
menghilangkan penyebab lokal bila perlu menggunakan obat-obatan secara topikal
seperti kortikosteroid untuk mengurangi peradangan, obat kumur mengandung anti septik
seperti klorheksidin gluconat 0,2 % atau benzidamin hidroklorid, diklonin . Sediaan
kimiawi (farmakologis) yang beredar dipasaran saat ini adalah sediaan bahan yang
mengandung PVP (polivinilpirolidon) yang berfungsi membentuk suatu lapisan tipis
diatas ulkus sehingga menutupi dan melindungi akhiran saraf yang terbuka. Lapisan tipis
ini dapat mengurangi rasa nyeri dan mencegah iritasi pada ulkus , akan tetapi sediaan
obat ini di kontra indikasikan pada penderita ulkus yang hipersensitif terhadap komponen
obat tersebut. Oleh karena itu perlu dicari bahan alternatif lain yaitu dari bahan herbal,
meminimalis rekasi alergi yang timbul. Penggunaan obat pada luka bertujuan untuk
mempercepat proses persembuhan. Obat yang digunakan dapat berupa obat modern atau
obat alami yang berasal dari tanaman dan rempah-rempah.

Sumber : Lanny Sunarjo, Ratnawati Hendari, Hermien Rimbyastuti. Manfaat Xanthone Terhadap
Kesembuhan Ulkus Rongga Mulut Dilihat dari Jumlah Sel PMN dan Fibroblast. ODONTO
Dental Journal. 2015;2(2):14-21.

7. Jelaskan rencana perawatan penyakit periodontal pada kasus tersebut ?


Jawab :
Sumber : Kiswaluyo, K. (2013). Perawatan Periodontitis pada Puskesmas Sumbersari,
Puskesmas Wuluhan dan RS Bondowoso. STOMATOGNATIC-Jurnal Kedokteran Gigi, 10(3),
115-120.
Menurut Fitria. 2006 perawatan periodontitis terbagi menjadi tiga fase yaitu:
Fase I : Fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa faktor etiologi
yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah periodontal atau melakukan perawatan
restoratif dan prostetik. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase I.
1. Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak.
2. Scaling dan root planning.
3. Perawatan karies dan lesi endodontik.
4. Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging.
5. Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment).
6. Splinting temporer pada gigi yang goyah.
7. Perawatan ortodontik.
8. Analisis diet dan evaluasinya.
9. Reevaluasi status periodontal setelah perawatan tersebut diatas.
Fase II : Fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap deformitas anatomikal seperti poket
periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi yang berkembang sebagai suatu hasil dari
penyakit sebelumnya dan menjadi faktor predisposisi atau rekurensi dari penyakit periodontal.
Berikut ini adalah bebertapa prosedur yang dilakukun pada fase ini:
1. Bedah periodontal, untuk mengeliminasi poket dengan cara antara lain: kuretase gingiva,
gingivektomi, prosedur bedah flap periodontal, rekonturing tulang (bedah tulang) dan
prosedur regenerasi periodontal (bone and tissue graft).
2. Penyesuaian oklusi.
3. Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi yang hilang
Fase III: fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada
penyakit periodontal. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini:
1. Riwayat medis dan riwayat gigi pasien.
2. Reevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat skor plak, ada tidaknya
inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi.
3. Melakukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal dan tulang alveolar
tiap 3 atau 4 tahun sekali.
4. Scalling dan polishing tiap 6 bulan sekali, tergantung dari evektivitas kontrol plak pasien
dan pada kecenderungan pembentukan kalkulus. Aplikasi tablet fluoride secara topikal

Sumber : Sumber : Kiswaluyo, K. (2013). Perawatan Periodontitis pada Puskesmas Sumbersari,


Puskesmas Wuluhan dan RS Bondowoso. STOMATOGNATIC-Jurnal Kedokteran Gigi, 10(3),
115-120.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Periodontitis merupakan penyakit yang menyerang jaringan penyokong gigi dan dapat
menyebabkan kerusakan ligament periodontal, kehilangan tulang alveolar yang akan mengarah
kepada kehilangan gigi. Penyakit ini disebabkan oleh multifaktorial dan meningkatkan resiko
terjadinya beberapa penyakit sistemik. Sedangkan lesi putih yang ada pada mukosa gingiva
pasien disebabkan oleh aspirin yang dihancurkan dan dimasukkan ke dalam kavitas gigi.
3.2 Saran
Sebaiknya kita harus menghindari hal seperti yang ada pada kasus yakni pada radiologi gig 46
pasien terlihat tambalan gigi yang overhang karena hal ini dapat menyebabkan penumpukan plak
pada gigi tersebut sehingga dapat mengakibatkan oral hyiene yang buruk.
Kita juga tidak boleh sembarangan mengonsumsi obat-obatan tanpa ada anjuran dan instruksi
dari dokter agar terhindar dari kasus seperti di atas.
Daftar Pustaka
1. Alfawaz H. Chemical burn from direct application of aspirin onto a painful tooth. Saudi
Endod J 2020;10:65-8
2. Andriani Ika , Chairunnisa A Firda. Periodontitis Kronis dan Penatalaksaan Kasus
dengan Kuretase. Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva.
2019;8(1):25-30.
3. Carranza, F.A. and Takei H.H, 2012. Clinical Diagnosis, In Newman, M.G., Takei, H.H.,
Klokkevold, P.R., and Carranza, F.A., Carranza’S Clinical Periodontology, 10th ed.,
Saunders Elsevier. St. Louis Missouri.
4. Dian Yosi Arinawati, Heni Susilowati, Supriatno. Pengaruh Lama Pemberian Aspirin
pada Ekspresi Protein KI-67 dan Ketebalan Epitel Mukosa Rongga Mulut Tikus Wistar
Jantan. Dent. J. (Maj. Ked. Gigi). 2014;47(3):135–140.
5. Dinyati, M., Andi M A. Kuretase Gingiva Sebagai Perawatan Poket Periodontal.
Makassar Dent J. 2016; 5(2): 58-64.
6. Ermawati, Tantin. Periodontitis dan Diabetes Melitus. Stomatognatic. J.K.G Unej. 2012;
9(3): 152 – 154.
7. Kodir Ade , Herawati Dahlia, Murdiastuti Kwartarini. Perbedaan Efektivitas Antara
Pemberian Secara Sistemik Ciprofloksasin dan Amoksisilin Setelah Scaling & Root
Planing pada Periodontitis Kronis Penderita Hipertensi. J Ked Gi. 2014;5(4):323-328.
8. Lanny Sunarjo, Ratnawati Hendari, Hermien Rimbyastuti. Manfaat Xanthone Terhadap
Kesembuhan Ulkus Rongga Mulut Dilihat dari Jumlah Sel PMN dan Fibroblast.
ODONTO Dental Journal. 2015;2(2):14-21.
9. Setiyohadi. Periodontitis Sebagai Suatu Faktor Resiko Terjadinya Stroke. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. 2000;7:519-524.
10. Tamara Adela , Oktiani W Beta , Taufiqurrahman Irham. PENGARUH EKSTRAK
FLAVONOID PROPOLIS KELULUT (G.thoracica) TERHADAP JUMLAH SEL
NETROFIL PADA PERIODONTITIS. Dentin (Jur. Ked. Gigi). 2019;3(1): 10 – 16.

Anda mungkin juga menyukai