0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
31 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut berisi jawaban untuk soal UTS mata kuliah Biologi yang meliputi penjelasan tentang pendekatan evolusi molekuler, perkembangan alam semesta dan bumi, alat pelacak evolusi molekuler, bukti evolusi berjalan sesuai mutasi genetik, dan asal usul perkembangan manusia berdasarkan temuan molekuler.
Dokumen tersebut berisi jawaban untuk soal UTS mata kuliah Biologi yang meliputi penjelasan tentang pendekatan evolusi molekuler, perkembangan alam semesta dan bumi, alat pelacak evolusi molekuler, bukti evolusi berjalan sesuai mutasi genetik, dan asal usul perkembangan manusia berdasarkan temuan molekuler.
Dokumen tersebut berisi jawaban untuk soal UTS mata kuliah Biologi yang meliputi penjelasan tentang pendekatan evolusi molekuler, perkembangan alam semesta dan bumi, alat pelacak evolusi molekuler, bukti evolusi berjalan sesuai mutasi genetik, dan asal usul perkembangan manusia berdasarkan temuan molekuler.
1. Jelaskan bagaimana pendekatan molekuler dapat mengungkap perkembangan
evolusi makhluk hidup? Jawaban: Pengkajian teori evolusi pada masa modern ini dilihat dari beberapa pendekatan antara lain melalui pendekatan genetika populasi, evolusi ekologi, evolusi molekuler, sistematik, dan paleontology (Stearn & Hoekstra, 2003). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk mengkaji proses evolusi biologi dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, sehingga masalah evolusi dapat dikaji secara lebih komprehensif dan proporsional. Pendekatan evolusi molekuler (molecular evolution) sebagai salah satu pendekatan yang digunakan dalam mengkaji evolusi biologi pada saat ini (masa evolusi modern) sangat banyak digunakan (Waluyo, 2005). Pendekatan molekuler ini mengkaji dan memandang evolusi dari sejarah rekaman urutan DNA dan protein (Stearn & Hoekstra, 2003). Seperti diketahui bahwa pengkajian evolusi pada masa evolusi modern saat ini dilihat dari berbagai aspek dan pendekatan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri. Pada masa sekarang ini masalah evolusi dikaji dari pendekatan genetika populasi, evolusi ekologi, sistematik, evolusi molekuler dan paleontologi (Stearn & Hoekstra, 2003). Berbagai pendekatan dalam mengkaji masalah evolusi ini diprediksikan akan terus berkembang sesuai dengan dinamika perkembangan ilmu. Dewasa ini pendekatan dari aspek evolusi molekuler banyak dilakukan untuk mengkaji evolusi biologi. Seperti dinyatakan Waluyo (2005) bahwa pada masa lalu, para ahli bekerja dengan data morfologi, anatomi, dan penurunan genetika, maka masa sekarang para ahli beranjak pada pendekatan molekuler, fisiologi, model matematika, dan lain sebagainya. Evolusi molekuler (molecular evolution) pada dasarnya menjelaskan dinamika daripada perubahan evolusi pada tingkat molekuler, disamping itu untuk mendukung pemahaman tentang proses evolusi dan efek-efek berbagai macam mekanisme molekuler, termasuk di dalamnya adalah evolusi genom, gen-gen, dan produk- produknya (Graur & Hsiung Li, 2000). Lebih lanjut dikatakan bahwa studi tentang evolusi molekuler berakar pada dua disiplin ilmu yang berbeda yaitu “genetika populasi “ dan “ biologi molekuler “. Genetika populasi melengkapi tentang dasar teori untuk proses-proses evolusi, sementara biologi molekuler melengkapi tentang data empirik. Jadi untuk memahami evolusi molekuler tersebut sangat diperlukan pengetahuan dasar keduanya yaitu genetika populasi dan biologi molekuler praktis. Selanjutnya lingkup pembahasan evolusi molekuler seperti yang disampaikan Graur & Hsiung Li (2000) sebagai berikut. “ Molecular evolution encompasses two areas of study: the evolution of macromolecules, and the reconstruction of the evolutionary history of genes and organism. By the evolution of macromolecules we refer to the characterization of the changes in the genetic material (DNA or RNA sequences) and its products (proteins or RNA molecules) during evolutionary time, and to the rates and patterns with which such changes occur. This area of study also attempts to unravel the mechanisms responsible for such changes. The second area, also known as molecular phylogenetics deals with the evolutionary history of organism and macromolecules as inferred from molecular data and methodology of tree reconstruction “ Berdasarkan kutipan di atas kita dapat mengetahui bahwa pembahasan, lingkup, atau area evolusi molekuler meliputi dua area yaitu: (1) evolusi makromolekul, dan (2) rekonstruksi sejarah evolusi gen dan organisme. Area evolusi makromolekul menunjukkan karakteristik perubahan dalam materi genetik (urutan DNA atau RNA) dan produk-produknya (protein atau molekul RNA) serta terhadap rata-rata dan pola perubahan yang tampak. Sedangkan area kedua filogeni molekuler menjelaskan sejarah evolusi organisme dan makromolekul seperti adanya keterlibatan data-data molekuler dan metodologi pohon rekonstruksi. Senada dengan pendapat di atas Stearn dan Hoekstra (2003) secara lebih sederhana menyatakan bahwa evolusi molekuler mengkaji dan memandang evolusi dari rekaman sejarah dalam urutan DNA dan protein. Berdasarkan beberapa rujukan dan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan pengertian dan lingkup dari evolusi molekuler adalah suatu pendekatan pengkajian masalah evolusi yang berpijak pada populasi genetika dan biologi molekuler dengan area atau lingkup pengkajian pada perubahan materi genetik (urutan DNA atau RNA) dan produknya (protein atau molekul RNA) serta rata-rata dan pola perubahannya serta mengkaji pula sejarah evolusi organisme dan makromolekul yang didukung data-data molekuler (filogeni molekuler) 2. Jelaskan perkembangan alam semesta dan bumi serta isinya berdasarkan pendekatan molekuler? Jawaban: Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya.Sebagai tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan bumi, bahan-bahan material pembentuk bumi, dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, mulai dari daratan, lautan, pegunungan, perbukitan, danau, lembah, dan sebagainya. Bumi sebagai salah satu planet yang termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini tidak diam seperti apa yang kita perkirakan selama ini, melainkan bumi melakukan perputaran pada porosnya (rotasi) dan bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya siang malam dan pasang surut air laut. Oleh karena itu, proses terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses terbentuknya tata surya kita. Teori “Big-bang” diperkirakan terjadi sekitar 20 milyar tahun yang lalu. Sekitar 15 milyar tahun kemudian, kumpulan debu dan gas luar angkasa menyatu dan berkondensasi akibat gravitasi, menjadi gumpalan gas raksasa yang kita kenal sebagai matahari. Matahari ini dikelilingi oleh beberapa bentukan yang lebih kecil dengan komposisi yang bervariasi, yang dikenal sebagai planet. Jagad raya sebagian besar tersusun oleh gas dengan berat molekular ringan, yaitu hidrogen dan helium, dimana unsur2 tersebut merupakan penyusun utama suatu bintang. Unsur dengan berat molekul yang lebih berat menyusun hanya sekitar 0,1 persen dari suatu planet. Ketika bumi terbentuk, panas dilepaskan yang disebabkan oleh keruntuhan karena gravitasi (collapse due to gravity) dan adanya elemen radioaktif pada kumpulan debu. Selama ratusan miliar tahun pertama, bumi terlalu panas sehingga air tidak dapat berbentuk cair dan hanya dalam bentuk uap. Setelah suhu bumi menurun, uap tersebut mengalami kondensasi dan membentuk lautan dan danau. Kehidupan diperkirakan berasal dari reaksi kimia yang terjadi pada atmosfer, diikuti dengan reaksi lanjut pada lautan dan danau purba (hidrosphere). 3. Jelaskan alat pelacak evolusi molekuler yang dapat digunakan untuk mengungkap hubungan kekerabatan antar makhluk hidup? Jawaban: Setiap organisme yang memiliki kecepatan yang berbeda dalam pembentukan protein pembentukan yang hubungannya belum dapat diketahui. Sebaliknya, protein yang terbentuk dengan sangat lambat akan menunjukkan sedikit bahkan tidak ada perbedaan antara dua organism. Oleh karena itu, kita perlu menggunakan sequens yang berubah secara perlahan untuk mengetahui hubungan evolusioner dan sequens yang terbentuk dengan cepat pada organisme yang kekerabatannya dekat. Manusia dan simpanse memiliki sekuens protein yang hampir sama. Bahkan jika kita memeriksa pembentukan fibrinopeptida yang cepat, manusia dan simpanse bertemu pada percabangan yang sama pada pohon evolusioner. Lalu bagaimana kita membedakan manusia dari simpanse? Mutasi yang tidak mempengaruhi sekuens protein berlangsung lebih cepat selama evolusi, karena mutasi tersebut tidak merusak, sehingga lebih baik jika kita melihat sequens DNA daripada protein sequens dari organisme yang dekat hubungan kekerabatannya tersebut, baru dapat terlihat banyak perbedaan. 4. Jelaskan bukti bahwa evolusi berjalan sangat bersesuaian dengan mutasi pada rangkaian materi genetik. Jawaban: Peristiwa mutasi (secara molekuler) sangat erat kaitannya dengan perubahan evolusi berbasis urutan nukleotida. Mutasi itu sendiri menurut Lehninger (1982) dapat diartikan sebagai perubahan permanen yang akan bersifat menurun pada genom (gen- gen atau urutan nukleotida) suatu organisme. Lebih lanjut dikatakan bahwa mutasi dapat mempengaruhi sebuah nukleotida (point mutations) atau beberapa nukleotida yang saling berdekatan (segmental mutations). Mutasi gen disebut juga mutasi titik, yaitu perubahan materi genetik pada gen akibat urutan basa nitrogen pada rantai DNA yang berubah. Perubahan urutan basa nitrogen dapat menyebabkan perubahan urutan asam amino yang juga berdampak pada perubahan genotip dan fenotip suatu individu. Mutasi gen yang mengubah urutan basa nitrogen tetapi tidak menyebabkan perubahan urutan asam amino disebut mutasi tak bermakna (nonsense mutation). Misalnya triplet AGA pada DNA berubah menjadi AGG sehingga kodon yang seharusnya UCU menjadi UCC. Namun, baik UCU atau UCC sama-sama mengkode asam amino serin sehingga tidak terjadi perubahan asam amino. 5. Uraikan bagaimana asal usul perkembangan manusia yang saat ini memdiami bumi berdasarkan temuan pelacakan secara molekuler? Jawaban: Senyawa kompleks yang mula-mula terbentuk diperkirakan senyawa seperti Alkohol (H2H5OH), dan senyawa asam amino yang paling sederhana. Selama berjuta-juta tahun, senyawa sederhana tersebut bereaksi membentuk senyawa yang lebih kompleks, Gliserin, Asam organik, Purin dan Pirimidin. Senyawa kompleks tersebut merupakan bahan pembentuk sel. Menurut Oparin senyawa kompleks tersebut sangat berlimpah dilautan maupun di permukaan daratan. Adanya energi yang berlimpah, misalnya sinar Ultraviolet, dalam jangka waktu yang amat panjang memungkinkan lautan menjadi timbunan senyawa organik yang merupakan sop purba atau Sop Primordial. Senyawa kompleks yang tertimbun membentuk sop purba di lautan tersebut selanjutnya berkembang sehingga memiliki kemampuan dan sifat sebagai berikut : 1). Memiliki sejenis membran yang mampu memisahkan ikatan-ikatan kompleks yang terbentuk dengan molekul-molekul organik yang terdapat disekelilingnya; 2). Memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengeluarkan molekul-molekul dari dan ke sekelilingnya; 3). Memiliki kemampuan untuk memanfaatkan molekul-molekul yang diserap sesuai dengan pola-pola ikatan didalamnya; 4). Mempunyai kemampuan untuk memisahkan bagian-bagian dari ikatan-ikatannya. Kemampuan semacam ini oleh para ahli dianggap sebagai kemampuan untuk berkembang biak yang pertama kali.Senyawa kompleks dengan sifat-sifat tersebut diduga sebagai kehidupan yang pertamakali terbentuk. Jadi senyawa kompleks yang merupakan perkembangan dari sop purba tersebut telah memiliki sifat-sifat hidup seperti nutrisi, ekskresi, mampu mengadakan metabolisme, dan mempunayi kemampuan memperbanyak diri atau reproduksi.