Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Kurniawan Agung Aristo

NIM : 12020041

Kelas : K-03 Paleontologi

TUGAS PALEONTOLOGI 5

1. Jelaskan bagaimana proses evolusi mulai dari munculnya spesies baru, adaptasi hingga
kepunahannya dan digantikan oleh spesies lain dapat diaplikasikan dalam geologi,
terutama pada biostratigrafi!

Jawaban

Pada umumnya,mekanisme/proses evolusi dibagi menjadi dua cara, yaitu seleksi alam dan aliran
genetik. Kita akan membahas dari sisi seleksi alam. Pada mulanya di lingkungan hidup tertentu
terdapat populasi makhluk hidup yang memiliki banyak sifat genetik yang berbeda-beda.
Namun, ada satu masa ketika kondisi lingkungan berubah, bisa jadi karena perubahan kondisi
suhu dan tekanan yang ekstrem, ketidakseimbangan ekosistem dan predasi, lahan tempat tinggal
yang semakin sempit, makanan yang semakin berkurang,dan faktor-faktor lainnya yang
memengaruhi kehidupan dari suatu makhluk hidup/spesies tersebut. Kondisi-kondisi ini
menghasilkan kompetisi antar organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi. Maka
diperlukan,suatu proses adaptasi terhadap kondisi tersebut.
Adaptasi akan mengakibatkan kombinasi perubahan acak dalam skala kecil pada sifat organisme
secara terus menerus yang diikuti oleh seleksi alam varian yang paling cocok terhadap
lingkungannya. [1] Proses ini dapat menyebabkan penambahan ciri-ciri baru ataupun kehilangan
ciri-ciri leluhur. Oleh sebab itu, organisme dengan sifat-sifat yang lebih menguntungkan akan
lebih berkemungkinan mewariskan sifatnya, sedangkan yang tidak menguntungkan cenderung
tidak akan diwariskan ke generasi selanjutnya. Contohnya adalah bakteri Escherichia coli yang
berevolusi menjadi berkemampuan menggunakan asam sitrat sebagai nutrien pada sebuah
eksperimen laboratorium jangka panjang.[2] Contoh lain adalah hasil evolusi berupa leher
panjang pada jerapah, jumlah ruas jari kaki pada kuda modern, dan perubahan morfologi dan
fisiologi pada paus modern dibanding paus purba. Hasil evolusi mereka telah melewati proses
adaptasi.
Selain adaptasi akan juga terjadi proses yang dinamakan,koevolusi,koperasi,dan
spesiasi.Ketika interaksi antar pasangan spesies, seperti patogen dengan inang atau predator
dengan mangsanya, spesies-spesies ini mengembangkan set adaptasi yang bersepadan. Dalam hal
ini, evolusi satu spesies menyebabkan adaptasi spesies ke-dua. Perubahan pada spesies ke-dua
kemudian menyebabkan kembali adaptasi spesies pertama. Siklus seleksi dan respon ini dikenal
sebagai koevolusi.[3]
Namun, tidak semua interaksi antar spesies melibatkan konflik.[4] Pada kebanyakan kasus,
interaksi yang saling menguntungkan berkembang yang disebut koperasi. Sebagai contoh,
kooperasi ekstrem yang terdapat antara tanaman dengan fungi mycorrhizal yang tumbuh di akar
tanaman dan membantu tanaman menyerap nutrien dari tanah.[5] Selanjutnya, spesiasi adalah
proses suatu spesies berdivergen menjadi dua atau lebih spesies.[6] Terdapat empat mekanisme
spesiasi. Yang paling umum terjadi adalah spesiasi alopatrik, spesiasi peripatrik, spesiasi
parapatrik,dan spesiasi simpatrik.
Jika tidak terjadi salah satu dari proses diatas maka,kemungkinan besar suatu makhluk hidup
akan mengalami kepunahan. Kepunahan merupakan kejadian hilangnya keseluruhan spesies.
Kepunahan telah terjadi secara terus menerus sepanjang sejarah kehidupan, walaupun kadang-
kadang laju kepunahan meningkat tajam pada peristiwa kepunahan massal.[7] Jika kompetisi dari
spesies lain mengubah probabilitas suatu spesies menjadi punah, hal ini dapat menghasilkan
seleksi spesies sebagai salah satu tingkat seleksi alam. Peristiwa kepunahan massal jugalah
penting, namun daripada berperan sebagai gaya selektif, ia secara drastis mengurangi
keanekaragaman dan mendorong evolusi cepat secara tiba-tiba serta spesiasi pada makhluk yang
selamat dari kepunahan. Contoh kepunahan adalah kepunahan spesies dinosaurus pada zaman
kapur dan kepunahan trilobit pada akhir zaman permian.
Makhluk hidup yang terhindar dari kepunahan, akan memiliki morfologi dan fisiologi yang
berbeda dari makhluk hidup pada generasi sebelumnya yang telah punah. Makhluk hidup purba
akan tergantikan oleh makluk hidup yang bertahan terhadap kondisi alam dan membentuk
spesies dan sifat genetik baru yang lebih adaptif terhadap lingkungannya.
Jika kita kaitkan dengan pengaplikasiannya dalam geologi,terutama pada biostratigrafi,
yaitu makhluk hidup yang telah mengalami evolusi dan punah,serta telah memfosil, maka
makhluk hidup tersebut akan terekam dan menjadi penanda pada lapisan batuan yang disebut
fosil indeks. Dengan begitu kita bisa menentukan penyusunan biostratigrafi berdasarkan urutan
kejadian evolusi dari makhluk hidup yang pertama muncul,mengalami spesiasi hingga punah.
Fosil tersebut terekam morfologi dan fisiologinya pada perlapisan batuan dengan jarak waktu
tertentu dan membantu kita memahami biostratigrafi.
Hal pertama yang dilakukan dalam penyusunan biostratigrafi adalah melakukan penemuan fosil
indeks pada suatu lokasi. Kemudian, menentukan urutannya dalam urutan lapisan
sedimen, yaitu menempatkan fosil-fosil tersebut ditemukan. Setelah itu menentukan di lapisan
mana FAD dan LAD fosil-fosilnya. Berikutnya adalah melakukan analisis penanggalan
terhadap fosil-fosil yang ditemukan. Penanggalan dapat dilakukan berupa relatif (dilihat dari
urutan stratigrafinya) dan absolut (secara radiometrik). [8]
Setelah melakukan hal diatas, kita dapat mengurutkan kemunculan dan kepunahan organisme
berdasarkan pada umur-umur tertentu dan bisa digunakan sebagai penanda atau fosil indeks pada
suatu susunan biostratigrafi
Dengan fosil indeks kita akan bisa memperkirakan umur suatu lapisan batuan dan juga
lingkungan pengendapannya,sehingga dari pengetahuan tersebut bisa diteliti lebih lanjut untuk
penelitian dan eksplorasi sumber daya. Selain itu,dari proses evolusi dan fosil indeks, kita bisa
mengetahui bagaimana keadaan atau kondisi bumi pada saat makhluk hidup itu masih
hidup,seperti dari tempat tinggalnya,kondisi lingkungan dan makanan,serta perilaku
hewan/tumbuhan pada periode tersebut. Dari evolusi kita juga bisa mengetahui hubungan
kekerabatan antar makhluk hidup.

Referensi
[1]
Orr H (2005). "The genetic theory of adaptation: a brief history". Nat. Rev. Genet. 6 (2): 119–
27.
[2]
Blount ZD, Borland CZ, Lenski RE (2008). "Inaugural Article: Historical contingency and the
evolution of a key innovation in an experimental population of Escherichia
coli". Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. 105 (23): 7899–7906.
[3]
Wade MJ (2007). "The co-evolutionary genetics of ecological communities". Nat. Rev.
Genet. 8 (3): 185–95.
[4]
Sachs J (2006). "Cooperation within and among species". J. Evol. Biol. 19 (5): 1415–8;
discussion 1426–36.
[5]
Paszkowski U (2006). "Mutualism and parasitism: the yin and yang of plant symbioses". Curr.
Opin. Plant Biol. 9 (4): 364–70.
[6]
Gavrilets S (2003). "Perspective: models of speciation: what have we learned in 40 years?".
Evolution. 57 (10): 2197–215.
[7]
Raup DM (1994). "The role of extinction in evolution" (PDF). Proc. Natl. Acad. Sci.
U.S.A. 91 (15): 6758–63.
[8] KK Paleontologi dan Geologi Kuarter ITB (2020). Evolusi Kehidupan dalam Geologi [Video].
Youtube https://youtu.be/qprZtGgu2iI diakses pada tanggal 27 September 2021,pukul
21.00.

Anda mungkin juga menyukai