Anda di halaman 1dari 22

EKSPERIMEN VIRTUAL RANGKAIAN BUFFER, PENGUAT INVERTING,

DAN PENGUAT NON INVERTING (Lanjutan)

A. Tujuan Eksperimen
1. Menyelidiki hubungan tegangan keluaran dengan tegangan masukan pada penguat
inverting
2. Menentukan besar penguatan pada penguat inverting
3. Menyelidiki hubungan tegangan keluaran dengan tegangan masukan pada penguat
non-inverting
4. Menentukan besar penguatan pada penguat non-inverting
5. Menyelidiki hubungan tegangan keluaran dengan tegangan masukan pada penguat
jumlah (summing amplifier)
6. Menentukan besar penguatan pada penguat jumlah (summing amplifier)
7. Menyelidiki hubungan tegangan keluaran dengan tegangan masukan pada penguat
differensial (differential amplifier)
8. Menentukan besar penguatan pada penguat differensial (differential amplifier)

B. Software yang Digunakan


Software yang digunakan dalam eksperimen ini adalah “Electronics Demonstration-
Falstad”

C. Teori Dasar
Penguat Operasional (Op-Amp)
Nuryanto, L.E (2017) dalam artikelnya menyebutkan bahwa Penguat
Operasional atau Operational Amplifier (biasa dikenal dengan Op-Amp) merupakan
sebuah komponen elektronika yang tersusun dari resistor, diode, dan transistor.
Penyusunan dari Op-Amp tersebut disusun dalam sebuah rangkaian yang terintegrasi
atau yang biasa dikenal dengan Integrated Circuit (IC). Op-Amp dalam aplikasinya
biasa digunakan sebagai penguat. Pada rangkaian, Op-Amp biasa dilambangkan seperti
pada gambar 1. Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa terdapat dua buah input, yaitu input
inverting dan noninverting.
Pada gambar 1 tersebut, terdapat pula dua sumber masukan sebagai sumber daya
dari Op-Amp tersebut, yaitu tegangan positif (+Vs) dan tegangan negative (- Vs).
Dwi surjono, Herman (2009) menyatakan bahwa Op-amp merupakan rangkaian
terintegrasi yang terdiri dari transistor, resistor, kapasitor, sedemikian sehingga
membentuk suatu system penguat yang reliable, berukuran kecil dalam suatu chip.
Bagian masukan dari op-amp umumnya berupa rangkaian beda, memiliki dua buah
terminal masukan dan sebuah terminal keluaran. Penguat operasi (operational amplifier
= op amp) adalah penguat yang dapat menanggapi dan memperkuat sinyal input dc
maupun ac. Disebut penguat operasi (operational amplifier) karena penguat ini mula-
mula digunakan untuk melaksanakan operasi-operasi matematika dalam komputer
analog seperti perkalian pembagian, penjumlahan, pengurangan, diferensial, dan
integral. Operational Amplifier (Op-Amp) atau penguat operasional merupakan salah
satu komponen analog yang sering digunakan dalam berbagai aplikasi rangkaian
elektronika.

1. Rangkaian Penyangga
Rangkaian penyangga merupakan rangkaian yang berfungsi untuk mencegah
terjadinya jatuh tegangan pada suatu rangkaian penguat. Dengan karakteristik yang
dimilikinya, sebuah op-amp dapat digunakan sebagai rangkaian penyangga. Jika
pada suatu op-amp, terminal memalik langsung dihubungkan ke terminal keluaran
akan menghasilkan penguatan satu. Rangkaian tersebut dikenal dengan penyangga.

Ciri-ciri dari rangkaian penyangga adalah penguatan tegangan satu,


impendansi masukan sangat tinggi, dan impendansi keluaran sangat rendah.
2. Penguat Membalik
Pada penguat membalik (inverting amplifier) sumber isyarat dihubungkan
dengan masukan membalik sedangkan masukan tak membalik langsung
dihubungkan ke ground atau dipasang sebuah tahanan antara masukan tak
membalik dengan ground. Penguat membalik merupakan penerapan dari penguat
operasional sebagai penguat sinyal dengan karakteristik dasar sinyal keluaran
memiliki fase yang kebalikan dengan fase dari sinyal masukan. Dengan kata lain,
penguat membalik adalah suatu rangkaian penguat menggunakan penguat
operasional dengan tegangan keluaran berlawanan fase 180 O dengan tegangan
masukan.
Pada penguat membalik, tahanan R1 dipasang antara sumber isyarat dengan
masukan membalik, dan tahanan R2 dipasang antara masukan membalik dengan
terminal keluaran. Pemasangan tahanan R 3 dimaksudkan untuk semakin
meyakinkan tidak ada arus yang mengalir pad masukan op-amp.

Penguatan loop tertutup dari penguat membalik adalah


𝑅2
𝐴𝑣 = −
𝑅1
Penguatan dari rangkaian ini hanya bergantung kepada tahanan eksternal R 1
dan R2 yang diberikan, tidak tergantung kepada penguatan dan parameter lain dari
op-amp sendiri. Tanda minus dalam persamaan hanya untuk menyatakan perbedaan
fase antara tegangan dengan tegangan masukan dari penguat membalik. Hal ini
berarti jika masukan penguat positif maka keluaran akan negative.

3. Penguat Tak Membalik


Penguat tak membalik adalah rangkaian yang menggunakan penguat
operasional sebagai penguat sinyal dengan sinyal pada keluarannya sefase dengan
tegangan masukan. Untuk penguat tak membalik isyarat masukan dihubungkan
dengan masukan tak membalik (+) pada op-amp dan masukan membalik
dihubungkan ke ground melalui R1. Balikan melalui tahanan R1 dan R2 tetap
dipasang pada masukan tak membalik agar membentuk balikan negative.

Penguatan lingkar tertutup dari penguat tak membalik diperoleh melalui


perbandingan antara tegangan keluaran dengan tegangan masukan
𝑅2
𝐴𝑣 = 1 +
𝑅1
Tanda (+) menunjukan penguat tak membalik dimana tegangan keluaran yang
dihasilkan sefase dengan tegangan masukan dan besarnya dipengaruhi oleh nilai
tahanan R1 dan R2 yang diberikan.(Asrizal, 2013)

D. Kegiatan Eksperimen
1. Eksperimen Penguat Inverting
a. Pilih Inverting Amplifier
b. Tetapkan nilai tahanan R1 dan tahanan R2 misalnya masing-masing 1k dan 10
k dan pasang nilai tahanan tersebut melalui Edit
c. Tetapkan tegangan masukan dalam bentuk sinusoida frekuensi tegangan
masukan misalnya f = 100 Hz dan masukan nilai frekuensi tersebut melalui edit
d. Ubah tegangan masukan secara teratur untuk 10 variasi tegangan masukan
(misalnya: 10 mV, 12 mV, 14 mV, 16 mV, 18 mV, 20 mV, 22 mV, 24 mV, 26
mV, dan 28 mV)
e. Catat nilai setiap tegangan masukan dan tegangan keluaran pada Tabel 1
Tegangan Tegangan Keluaran Penguatan
No. Masukan
f. Plotlah hubungan antara tegangan keluaran dengan tegangan masukan.
Tegangan masukan pada sumbu x dan tegangan keluaran pada sumbu y.
g. Lakukanlah eksperimen yang sama untuk tegangan masukan dalam bentuk
tegangan searah (DC)
h. Lakukanlah langkah yang sama dari c sampai f

2. Eksperimen Penguat Non Inverting


a. Pilih Noninverting Amplifier
b. Tetapkan nilai tahanan R1 dan tahanan R2 misalnya masing-masing 1k dan 10
k dan pasang nilai tahanan tersebut melalui Edit
c. Tetapkan tegangan masukan dalam bentuk sinusoida frekuensi tegangan
masukan misalnya f = 100 Hz dan masukan nilai frekuensi tersebut melalui edit
d. Ubah tegangan masukan secara teratur untuk 10 variasi tegangan masukan
(misalnya: 10 mV, 12 mV, 14 mV, 16 mV, 18 mV, 20 mV, 22 mV, 24 mV, 26
mV, dan 28 mV)
e. Catat nilai setiap tegangan masukan dan tegangan keluaran pada Tabel 2
Tegangan Tegangan Keluaran Penguatan
No. Masukan
f. Plotlah hubungan antara tegangan keluaran dengan tegangan masukan.
Tegangan masukan pada sumbu x dan tegangan keluaran pada sumbu y.
g. Lakukanlah eksperimen yang sama untuk tegangan masukan dalam bentuk
tegangan searah (DC)
h. Lakukanlah langkah yang sama dari c sampai f

3. Eksperimen Penguat Jumlah


a. Pilih Summing Amplifier
b. Tetapkan nilai tahanan Ri1, Ri2 dan Rf misalnya masing-masing 1k, 1k dan
10 k dan pasang nilai tahanan tersebut melalui Edit
c. Tetapkan tegangan masukan dalam bentuk sinusoida frekuensi tegangan
masukan misalnya fi1 dan fi2 masing-masing 100 Hz dan masukan nilai
frekuensi tersebut melalui edit
d. Ubah tegangan masukan secara teratur untuk 10 variasi tegangan masukan Vi1
dan Vi2 (misalnya: 10 mV, 12 mV, 14 mV, 16 mV, 18 mV, 20 mV, 22 mV, 24
mV, 26 mV, dan 28 mV)
e. Catat nilai setiap tegangan masukan dan tegangan keluaran pada Tabel 1
Tegangan Tegangan Tegangan Penguatan
No. Masukan Vi1 Masukan Vi2 Keluaran

f. Plotlah hubungan antara tegangan keluaran dengan tegangan masukan.


Tegangan masukan pada sumbu x dan tegangan keluaran pada sumbu y.
g. Lakukanlah eksperimen yang sama untuk tegangan masukan dalam bentuk
tegangan searah (DC)
h. Lakukanlah langkah yang sama dari c sampai f
4. Eksperimen Penguat Differensial
a. Pilih Differential Amplifier
b. Tetapkan nilai tahanan Ri1, Ri2 dan Rf misalnya masing-masing 1k, 1k dan
10 k dan pasang nilai tahanan tersebut melalui Edit
c. Tetapkan tegangan masukan dalam bentuk sinusoida frekuensi tegangan
masukan misalnya fi1 dan fi2 masing-masing 100 Hz dan masukan nilai
frekuensi tersebut melalui edit
d. Ubah tegangan masukan secara teratur untuk 10 variasi tegangan masukan Vi1
dan Vi2 (misalnya: 10 mV, 12 mV, 14 mV, 16 mV, 18 mV, 20 mV, 22 mV, 24
mV, 26 mV, dan 28 mV)
e. Catat nilai setiap tegangan masukan dan tegangan keluaran pada Tabel 1
Tegangan Tegangan Tegangan Penguatan
No. Masukan Vi1 Masukan Vi2 Keluaran

f. Plotlah hubungan antara tegangan keluaran dengan tegangan masukan.


Tegangan masukan pada sumbu x dan tegangan keluaran pada sumbu y.
g. Lakukanlah eksperimen yang sama untuk tegangan masukan dalam bentuk
tegangan searah (DC)
h. Lakukanlah langkah yang sama dari c sampai f
E. Hasil Eksperimen
Tabel 1a. Eksperimen Penguat Inverting (AC)
Tegangan Tegangan Keluaran Penguatan
No. Masukan
1 10 mV 99.989 mV 9.99 kali
2 12 mV 119.987 mV 9.99 kali
3 14 mV 139.984 mV 9.99 kali
4 16 mV 159.982 mV 9.99 kali
5 18 mV 179.98 mV 9.99 kali
6 20 mV 199.978 mV 9.99 kali
7 22 mV 219.976 mV 9.99 kali
8 24 mV 239.973 mV 9.99 kali
9 26 mV 259.971 mV 9.99 kali
10 28 mV 279.969 mV 9.99 kali

Penguatan
𝑅2 10𝑘Ω
𝐴𝑣 = − =− = 10 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅1 1𝑘Ω

1. Vi = 10 mV 6. Vi = 20 mV
VO = 99,989 mV VO = 199.978 mV
Av = 𝑉𝑉𝑂 = 99,989
10 𝑚𝑉
𝑚𝑉
= 9,99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = 𝑉𝑉𝑂 = 199.978
20 𝑚𝑉
mV
= 9,99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑖 𝑖

2. Vi = 12 mV 7. Vi = 22 mV
VO = 119,987 mV VO = 219.976 mV
Av = 𝑉𝑉𝑂 = 119,987
12 𝑚𝑉
mV
= 9,99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = 𝑉𝑉𝑂 = 219.976
22 𝑚𝑉
mV
= 9,99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑖 𝑖

3. Vi = 14 mV 8. Vi = 24 mV
VO = 139.984 mV VO = 239.973 mV
𝑉𝑂 139,987 𝑚𝑉
Av = 𝑉𝑖
= 14 𝑚𝑉
= 9,99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = 𝑉𝑉𝑂 = 239.973
24 𝑚𝑉
mV
= 9,99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑖

4. Vi = 16 mV 9. Vi = 26 mV
VO = 159.982 mV VO = 9,14 Volt
Av = 𝑉𝑉𝑂 = 159.982
16 𝑚𝑉
mV
= 9,99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = 𝑉𝑉𝑂 = 259.971
26 𝑚𝑉
mV
= 9,99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑖 𝑖

5. Vi = 18 mV 10. Vi = 28 mV
VO = 179.98 mV VO = 279.969 mV
Av = 𝑉𝑉𝑂 = 179.98
18 𝑚𝑉
mV
= 9,99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = 𝑉𝑉𝑂 = 279.969
28 𝑚𝑉
mV
= 9,99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑖 𝑖
Tabel 1b. Eksperimen Penguat Inverting (DC)

Tegangan Tegangan Keluaran Penguatan


No. Masukan
1 10 mV -99.989 mV -9.99 kali
2 12 mV -119.987 mV -9.99 kali
3 14 mV -139.984 mV -9.99 kali
4 16 mV -159.982 mV -9.99 kali
5 18 mV -179.98 mV -9.99 kali
6 20 mV -199.978 mV -9.99 kali
7 22 mV -219.976 mV -9.99 kali
8 24 mV -239.973 mV -9.99 kali
9 26 mV -259.971 mV -9.99 kali
10 28 mV -279.969 mV -9.99 kali
Penguatan

1. Vi = 10 mV 6. Vi = 20 mV
VO = -99,989 mV VO = -199.978 mV
𝑉𝑂 −99,989 𝑚𝑉
Av = 𝑉𝑖
= 10 𝑚𝑉
= −9,99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = 𝑉𝑉𝑂 = −199.978
20 𝑚𝑉
mV
= −9,99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑖

2. Vi = 12 mV 7. Vi = 22 mV
VO = -119,987 mV VO = -219.976 mV
Av = 𝑉𝑉𝑂 = −119,987
12 𝑚𝑉
mV
= −9,99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = 𝑉𝑉𝑂 = −219.976
22 𝑚𝑉
mV
= −9,99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑖 𝑖

3. Vi = 14 mV 8. Vi = 24 mV
VO = -139.984 mV VO = -239.973 mV
Av = 𝑉𝑉𝑂 = −139,987
14 𝑚𝑉
𝑚𝑉
= −9,99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = 𝑉𝑉𝑂 = −239.973
24 𝑚𝑉
mV
= −9,99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑖 𝑖

4. Vi = 16 mV 9. Vi = 26 mV
VO = -159.982 mV VO = -259.971 mV
Av = 𝑉𝑉𝑂 = −159.982
16 𝑚𝑉
mV
= −9,99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = 𝑉𝑉𝑂 = −259.971
26 𝑚𝑉
mV
= −9,99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑖 𝑖

5. Vi = 18 mV 10. Vi = 28 mV
VO = -179.98 mV VO = -279.969 mV
𝑉𝑂 179.98 mV
Av = 𝑉𝑖
= 18 𝑚𝑉
= −9,99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = 𝑉𝑉𝑂 = −279.969
28 𝑚𝑉
mV
= −9,99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑖
Plot Grafik

Penguat Inverting
400
AC
279.969
300 259.971
239.973
DC 219.976
199.978
179.98
200 159.982
Linear 139.984
(AC) 119.987
99.989 y = 9.9989x
100 R² = 1
Vo (mV)

0
0 5 10 15 20 25 30
-99.989
-119.987
-100 -139.984
-159.982
-179.98
-199.978
-219.976
-200 -239.973
-259.971
y = -9.9989x - 3E-05 -279.969
R² = 1
-300

-400 Vi (mV)

Hubungan antara tegangan masukan dengan tegangan ouput pada penguat inverting
adalah berbanding lurus, dimana saat tegangan masukan yang diberikan besar maka tegangan
output yang dihasilkan juga semakin besar. Penguatan pada penguat inverting dipengaruhi oleh
besar tahanan eksternal, tanda minus dalam persamaan hanya untuk menyatakan perbedaan fase
antara tegangan dengan tegangan masukan dari penguat membalik.
𝑅2 10𝑘Ω
𝐴𝑣 = − =− = 10 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅1 1𝑘Ω

Penguatan yang didapat dari perhitungan rumus adalah 10 kali, sedangkan pada
percobaa adalah 9,99 kali
Kemudian, terdapat perbedaan antara tegangan keluaran pada AC dan DC, pada
AC tegangan keluaran yang dihasilkan adalah positif yang menyatakan tegangan masukan dan
tegangan keluarannya sefase, sedangkan pada DC tegangan keluaran yang dihasilkan adalah
negative, dimana tegangan masukan dan tegangan keluarannya berlawanan fase.
Tabel 2a. Eksperimen Penguat Non-Inverting (AC)
Tegangan Tegangan Keluaran Penguatan
No. Masukan
1 10 mV 109.988 mV 10,99 kali
2 12 mV 131.985 mV 10,99 kali
3 14 mV 153.983 mV 10,99 kali
4 16 mV 175.981 mV 10,99 kali
5 18 mV 197.978 mV 10,99 kali
6 20 mV 219.976 mV 10,99 kali
7 22 mV 241.973 mV 10,99 kali
8 24 mV 263.971 mV 10,99 kali
9 26 mV 285.968 mV 10,99 kali
10 28 mV 307.966 mV 10,99 kali
Penguatan

𝑅2 10𝑘Ω
𝐴𝑣 = 1 + = 1+ = 11 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅1 1𝑘Ω
1. Vi = 10 mV 6. Vi = 20 mV
VO = 109.988 mV VO = 219.976 mV
𝑉𝑂 109.988 mV 𝑉𝑂 219.976 mV
Av = = = 10,99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = = 10,99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 10 𝑚𝑉 𝑉𝑖 20 mV

2. Vi = 12 mV 7. Vi = 22 mV
VO = 131.985 mV VO = 241.973 mV
𝑉𝑂 131.985 mV 𝑉𝑂 241.973 mV
Av = = = 10,99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = = 10,99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 12 mV 𝑉𝑖 22 mV

3. Vi = 14 mV 8. Vi = 24 mV
VO = 153.983 mV VO = 263.971 mV
𝑉𝑂 153.983 mV 𝑉𝑂 263.971 mV
Av = 𝑉𝑖
= 14 mV
= 10,99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = 𝑉𝑖
= 24 mV
= 10,99 𝑘𝑎𝑙𝑖

4. Vi = 16 mV 9. Vi = 26 mV
VO = 175.981 mV VO = 285.968 mV
𝑉𝑂 175.981 mV 𝑉𝑂 285.968 mV
Av = = = 10,99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = = 10,99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 16 mV 𝑉𝑖 26 mV

5. Vi = 18 mV 10. Vi = 28 mV
VO = 197.978 mV VO = 307.966 mV
𝑉𝑂 197.978 mV 𝑉𝑂 307.966 mV
Av = 𝑉𝑖
= 18 mV
= 10,99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = 𝑉𝑖
= 28 mV
= 10,99 𝑘𝑎𝑙𝑖
Tabel 2b. Eksperimen Penguat Non-Inverting (DC)
Tegangan Tegangan Keluaran Penguatan
No. Masukan
1 10 mV -109.988 mV -10,99 kali
2 12 mV -131.985 mV -10,99 kali
3 14 mV -153.983 mV -10,99 kali
4 16 mV -175.981 mV -10,99 kali
5 18 mV -197.978 mV -10,99 kali
6 20 mV -219.976 mV -10,99 kali
7 22 mV -241.973 mV -10,99 kali
8 24 mV -263.971 mV -10,99 kali
9 26 mV -285.968 mV -10,99 kali
10 28 mV -307.966 mV -10,99 kali
Penguatan

1. Vi = 10 mV 6. Vi = 20 mV
VO = -109.988 mV VO = -219.976 mV
𝑉𝑂 −109.988 mV 𝑉𝑂 −219.976 mV
Av = = = −10,99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = = −10,99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 10 𝑚𝑉 𝑉𝑖 20 mV

2. Vi = 12 mV 7. Vi = 22 mV
VO = -131.985 mV VO = -241.973 mV
𝑉𝑂 −131.985 mV 𝑉𝑂 −241.973 mV
Av = = = −10,99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = = −10,99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 12 mV 𝑉𝑖 22 mV

3. Vi = 14 mV 8. Vi = 24 mV
VO = -153.983 mV VO = 263.971 mV
𝑉𝑂 −153.983 mV 𝑉𝑂 −263.971 mV
Av = = = −10,99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = = −10,99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 14 mV 𝑉𝑖 24 mV

4. Vi = 16 mV 9. Vi = 26 mV
VO = -175.981 mV VO = -285.968 mV
𝑉𝑂 −175.981 mV 𝑉𝑂 −285.968 mV
Av = = = −10,99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = = −10,99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 16 mV 𝑉𝑖 26 mV

5. Vi = 18 mV 10. Vi = 28 mV
VO = -197.978 mV VO = -307.966 mV
𝑉𝑂 −197.978 mV 𝑉𝑂 −307.966 mV
Av = = = −10,99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = = −10,99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 18 mV 𝑉𝑖 28 mV
Plot Grafik

Penguat Non-Inverting
400
AC 307.966
285.968
300 263.971
241.973
DC 219.976
197.978
175.981
200 153.983
Linear 131.985
(AC) 109.988 y = 10.999x
R² = 1
100
Vo (mV)

0
0 5 10 15 20 25 30
-109.988
-100 -131.985
-153.983
-175.981
-197.978
-219.976
-200 -241.973
-263.971
-285.968
y = -10.999x - 0.0001 -307.966
-300 R² = 1

-400 Vi (mV)

Hubungan tegangan masukan dengan tegangan keluaran pada penguat non-inverting


adalah berbanding lurus, dimana jika tegangan masukan yang diberikan semakin besar maka
tegangan keluarannya juga semakin besar seiring dengan pertambahan tegangan masukan
yang diberikan. Tanda (+) menunjukan penguat tak membalik dimana tegangan keluaran yang
dihasilkan sefase dengan tegangan masukan dan besarnya dipengaruhi oleh nilai tahanan R1
dan R2 yang diberikan.
𝑅2 10𝑘Ω
𝐴𝑣 = 1 + = 1+ = 11 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅1 1𝑘Ω

Penguatan dari Penguat Non-Inverting (Penguat Membalik) adalah 11 kali sedangkan


pada percobaan adalah 10,99 kali.

Kemudian, terdapat perbedaan antara tegangan keluaran pada AC dan DC, pada
AC tegangan keluaran yang dihasilkan adalah positif yang menyatakan tegangan masukan dan
tegangan keluarannya sefase, sedangkan pada DC tegangan keluaran yang dihasilkan adalah
negative, dimana tegangan masukan dan tegangan keluarannya berlawanan fase.
Tabel 3a. Eksperimen Penguat Jumlah (Tegangan Bolak-Balik AC)
Tegangan Tegangan Tegangan Penguatan
No. Masukan Vi1 Masukan Vi2 Keluaran
1 10 mV 10 mV 199.958 mV 19,99 kali
2 12 mV 12 mV 239.950 mV 19,99 kali
3 14 mV 14 mV 279.941 mV 19,99 kali
4 16 mV 16 mV 319.933 mV 19,99 kali
5 18 mV 18 mV 359.924 mV 19,99 kali
6 20 mV 20 mV 399.916 mV 19,99 kali
7 22 mV 22 mV 439.908 mV 19,99 kali
8 24 mV 24 mV 479.899 mV 19,99 kali
9 26 mV 26 mV 519.891 mV 19,99 kali
10 28 mV 28 mV 559.882 mV 19,99 kali

Penguatan
𝑹𝒇 𝑹𝒇 𝟏𝟎𝑲Ω 𝟏𝟎𝑲Ω
𝑨𝒗 = ( + )=( + ) = 𝟐𝟎 𝒌𝒂𝒍𝒊
𝑹𝒊𝟏 𝑹𝒊𝟐 𝟏𝑲Ω 𝟏𝑲Ω
1. Vi1 = 10 mV 4. Vi1 = 16 mV
Vi2 = 10 mV Vi2 = 16 mV
Vi1 +Vi2 10+10 Vi1 +Vi2 16+16
Vi = = = 10 𝑚𝑉 Vi = = = 16 𝑚𝑉
2 2 2 2

VO = 199.958 mV VO = 319.933 mV
𝑉𝑂 199.958 mV 𝑉𝑂 319.933 mV
Av = = = 19.99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = = 19.99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 10 𝑚𝑉 𝑉𝑖 16 𝑚𝑉

2. Vi1 = 12 mV 5. Vi1 = 18 mV
Vi2 = 12 mV Vi2 = 18 mV
Vi1 +Vi2 12+12 Vi1 +Vi2 18+18
Vi = 2
= 2
= 12 𝑚𝑉 Vi = 2
= 2
= 18 𝑚𝑉

VO = 239.950 mV VO = 359.924 mV
𝑉𝑂 239.950 mV 𝑉𝑂 359.924 mV
Av = = = 19.99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = = 19.99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 12 𝑚𝑉 𝑉𝑖 18 𝑚𝑉

3. Vi1 = 14 mV 6. Vi1 = 20 mV
Vi2 = 14 mV Vi2 = 20 mV
Vi1 +Vi2 14+14 Vi1 +Vi2 20+20
Vi = = = 14 𝑚𝑉 Vi = = = 20 𝑚𝑉
2 2 2 2

VO = 279.941 mV VO = 399.916 mV
𝑉𝑂 279.941 mV 𝑉𝑂 399.916 mV
Av = = = 19.99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = = 19.99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 14 𝑚𝑉 𝑉𝑖 20 𝑚𝑉
7. Vi1 = 22 mV 9. Vi1 = 26 mV
Vi2 = 22 mV Vi2 = 26 mV
Vi1 +Vi2 22+22 Vi1 +Vi2 26+26
Vi = = = 22 𝑚𝑉 Vi = = = 126 𝑚𝑉
2 2 2 2

VO = 439.908 mV VO = 519.891 mV
𝑉𝑂 439.908 mV 𝑉𝑂 519.891 mV
Av = = = 19.99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = = 19.99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 22 𝑚𝑉 𝑉𝑖 26 𝑚𝑉

8. Vi1 = 24 mV 10. Vi1 = 28 mV


Vi2 = 24 mV Vi2 = 28 mV
Vi1 +Vi2 24+24 Vi1 +Vi2 28+28
Vi = = = 24 𝑚𝑉 Vi = = = 28 𝑚𝑉
2 2 2 2

VO = 479.899 mV VO = 559.882 mV
𝑉𝑂 479.899 mV 𝑉𝑂 559.882 mV
Av = = = 19.99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = = 19.99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 24 𝑚𝑉 𝑉𝑖 28 𝑚𝑉

Tabel 3b. Eksperimen Penguat Jumlah (Tegangan Searah DC)

Tegangan Tegangan Tegangan Penguatan


No. Masukan Vi1 Masukan Vi2 Keluaran
1 10 mV 10 mV -199.958 mV -19,99 kali
2 12 mV 12 mV -239.950 mV -19,99 kali
3 14 mV 14 mV -279.941 mV -19,99 kali
4 16 mV 16 mV -319.933 mV -19,99 kali
5 18 mV 18 mV -359.924 mV -19,99 kali
6 20 mV 20 mV -399.916 mV -19,99 kali
7 22 mV 22 mV -439.908 mV -19,99 kali
8 24 mV 24 mV -479.899 mV -19,99 kali
9 26 mV 26 mV -519.891 mV -19,99 kali
10 28 mV 28 mV -559.882 mV -19,99 kali

Penguatan

1. Vi1 = 10 mV 2. Vi1 = 12 mV
Vi2 = 10 mV Vi2 = 12 mV
Vi1 +Vi2 10+10 Vi1 +Vi2 12+12
Vi = = = 10 𝑚𝑉 Vi = = = 12 𝑚𝑉
2 2 2 2

VO = -199.958 mV VO = -239.950 mV
𝑉𝑂 −199.958 mV 𝑉𝑂 −239.950 mV
Av = = = −19.99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = = −19.99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 10 𝑚𝑉 𝑉𝑖 12 𝑚𝑉
3. Vi1 = 14 mV 7. Vi1 = 22 mV
Vi2 = 14 mV Vi2 = 22 mV
Vi1 +Vi2 14+14 Vi1 +Vi2 22+22
Vi = = = 14 𝑚𝑉 Vi = = = 22 𝑚𝑉
2 2 2 2

VO = -279.941 mV VO = -439.908 mV
𝑉𝑂 −279.941 mV 𝑉𝑂 −439.908 mV
Av = = = −19.99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = = −19.99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 14 𝑚𝑉 𝑉𝑖 22 𝑚𝑉

4. Vi1 = 16 mV 8. Vi1 = 24 mV
Vi2 = 16 mV Vi2 = 24 mV
Vi1 +Vi2 16+16 Vi1 +Vi2 24+24
Vi = = = 16 𝑚𝑉 Vi = = = 24 𝑚𝑉
2 2 2 2

VO = -319.933 mV VO = -479.899 mV
𝑉𝑂 −319.933 mV 𝑉𝑂 −479.899 mV
Av = = = −19.99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = = 19.99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 16 𝑚𝑉 𝑉𝑖 24 𝑚𝑉

5. Vi1 = 18 mV 9. Vi1 = 26 mV
Vi2 = 18 mV Vi2 = 26 mV
Vi1 +Vi2 18+18 Vi1 +Vi2 26+26
Vi = = = 18 𝑚𝑉 Vi = = = 126 𝑚𝑉
2 2 2 2

VO = -359.924 mV VO = -519.891 mV
𝑉𝑂 −359.924 mV 𝑉𝑂 −519.891 mV
Av = = = −19.99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = = −19.99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 18 𝑚𝑉 𝑉𝑖 26 𝑚𝑉

6. Vi1 = 20 mV 10. Vi1 = 28 mV


Vi2 = 20 mV Vi2 = 28 mV
Vi1 +Vi2 20+20 Vi1 +Vi2 28+28
Vi = = = 20 𝑚𝑉 Vi = = = 28 𝑚𝑉
2 2 2 2

VO = -399.916 mV VO = -559.882 mV
𝑉𝑂 −399.916 mV 𝑉𝑂 −559.882 mV
Av = = = −19.99 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = = −19.99 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 20 𝑚𝑉 𝑉𝑖 28 𝑚𝑉
Plot Grafik

Penguat Jumlah
800
AC
559.882
600 519.891
479.899
DC 439.908
399.916
359.924
400 319.933
Linear 279.941
(AC) 239.95
199.958 y = 19.996x
200 R² = 1
Vo (mV)

0
0 5 10 15 20 25 30
-199.958
-239.95
-200 -279.941
-319.933
-359.924
-399.916
-439.908
-400 -479.899
-519.891
y = -19.996x - 0.0002 -559.882
R² = 1
-600

-800 Vi (mV)

Hubungan tegangan masukan dengan tegangan keluaran pada penguat jumlah


(summing amplifier) adalah berbanding lurus, dimana jika tegangan masukan yang diberikan
semakin besar maka tegangan keluarannya juga semakin besar seiring dengan pertambahan
tegangan masukan yang diberikan.

𝑹𝒇 𝑹𝒇 𝟏𝟎𝑲Ω 𝟏𝟎𝑲Ω
𝑨𝒗 = ( + )=( + ) = 𝟐𝟎 𝒌𝒂𝒍𝒊
𝑹𝒊𝟏 𝑹𝒊𝟐 𝟏𝑲Ω 𝟏𝑲Ω

Penguatan dari penguat jumlah (summing amplifier) adalah 20 kali sedangkan pada
percobaan adalah 19,99 kali.
Kemudian, terdapat perbedaan antara tegangan keluaran pada AC dan DC, pada
AC tegangan keluaran yang dihasilkan adalah positif yang menyatakan tegangan masukan dan
tegangan keluarannya sefase, sedangkan pada DC tegangan keluaran yang dihasilkan adalah
negative, dimana tegangan masukan dan tegangan keluarannya berlawanan fase.
Tabel 4a. Eksperimen Penguat Differensial (Tegangan Bolak-Balik AC)
Tegangan Tegangan Tegangan Penguatan
No. Masukan Vi1 Masukan Vi2 Keluaran
1 10 mV 10 mV 0 mV 0
2 12 mV 12 mV 0 mV 0
3 14 mV 14 mV 0 mV 0
4 16 mV 16 mV 0 mV 0
5 18 mV 18 mV 0 mV 0
6 20 mV 20 mV 0 mV 0
7 22 mV 22 mV 0 mV 0
8 24 mV 24 mV 0 mV 0
9 26 mV 26 mV 0 mV 0
10 28 mV 28 mV 0 mV 0

Penguatan

(𝑹𝒇 + 𝑹𝟏 )𝑹𝒈 𝑹𝒇 (𝟏𝟎𝑲Ω + 𝟏𝑲Ω)𝟏𝟎𝑲Ω 𝟏𝟎𝑲Ω


𝑨𝒗 = − = − =𝟎
(𝑹𝒈 + 𝑹𝟐 )𝑹𝟏 𝑹𝒈 (𝟏𝟎𝑲Ω + 𝟏𝑲Ω)𝟏𝑲Ω 𝟏𝑲Ω
1. Vi = 10 mV 6. Vi = 20 mV
VO = 0 mV VO = 0 mV
𝑉𝑂 0 mV 𝑉𝑂 0 mV
Av = = 10 𝑚𝑉 = 0 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = 20 mV = 0 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 𝑉𝑖

2. Vi = 12 mV 7. Vi = 22 mV
VO = 0 mV VO = 0 mV
𝑉𝑂 0 mV 𝑉𝑂 0 mV
Av = = 12 mV = 0 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = 22 mV = 0 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 𝑉𝑖

3. Vi = 14 mV 8. Vi = 24 mV
VO = 0 mV VO = 263.971 mV
𝑉𝑂 0 mV 𝑉𝑂 0 mV
Av = = = 0 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = = 0 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 14 mV 𝑉𝑖 24 mV

4. Vi = 16 mV 9. Vi = 26 mV
VO = 0 mV VO = -285.968 mV
𝑉𝑂 0 mV 𝑉𝑂 0 mV
Av = = 16 mV = 0 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = 26 mV = 0 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 𝑉𝑖

5. Vi = 18 mV 10. Vi = 28 mV
VO = 0 mV VO = -307.966 mV
𝑉𝑂 0 mV 𝑉𝑂 0 mV
Av = = 18 mV = 0 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = 28 mV = 0 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 𝑉𝑖
Tabel 4b. Eksperimen Penguat Differensial (Tegangan Bolak-Balik DC)

Tegangan Tegangan Tegangan Penguatan


No. Masukan Vi1 Masukan Vi2 Keluaran
1 10 mV 10 mV 0 mV 0
2 12 mV 12 mV 0 mV 0
3 14 mV 14 mV 0 mV 0
4 16 mV 16 mV 0 mV 0
5 18 mV 18 mV 0 mV 0
6 20 mV 20 mV 0 mV 0
7 22 mV 22 mV 0 mV 0
8 24 mV 24 mV 0 mV 0
9 26 mV 26 mV 0 mV 0
10 28 mV 28 mV 0 mV 0

1. Vi = 10 mV 6. Vi = 20 mV
VO = 0 mV VO = 0 mV
𝑉𝑂 0 mV 𝑉𝑂 0 mV
Av = = 10 𝑚𝑉 = 0 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = 20 mV = 0 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 𝑉𝑖

2. Vi = 12 mV 7. Vi = 22 mV
VO = 0 mV VO = 0 mV
𝑉𝑂 0 mV 𝑉𝑂 0 mV
Av = = 12 mV = 0 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = 22 mV = 0 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 𝑉𝑖

3. Vi = 14 mV 8. Vi = 24 mV
VO = 0 mV VO = 263.971 mV
𝑉𝑂 0 mV 𝑉𝑂 0 mV
Av = = 14 mV = 0 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = 24 mV = 0 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 𝑉𝑖

4. Vi = 16 mV 9. Vi = 26 mV
VO = 0 mV VO = -285.968 mV
𝑉𝑂 0 mV 𝑉𝑂 0 mV
Av = = 16 mV = 0 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = 26 mV = 0 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 𝑉𝑖

5. Vi = 18 mV 10. Vi = 28 mV
VO = 0 mV VO = -307.966 mV
𝑉𝑂 0 mV 𝑉𝑂 0 mV
Av = = 18 mV = 0 𝑘𝑎𝑙𝑖 Av = = 28 mV = 0 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑉𝑖 𝑉𝑖
Plot Grafik

Penguat Differensial
1

0.9
AC

0.8
DC

0.7
Linear
(AC)
0.6
Vo (mV)

0.5

0.4

0.3

0.2 y=0
R² = #N/A y=0
0.1 R² = #N/A
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
0 5 10 Vi (mV)
15 20 25 30

Hubungan tegangan masukan dengan tegangan keluaran pada penguat differensial


(differential amplifier) adalah tidak adanya tegangan keluaran yang dihasilkan saat berapapun
nilai tegangan masukannya dimasukkan, sehingga menyebabkan nilai penguatannya adalah 0
atau tidak ada penguatan.

(𝑹𝒇 + 𝑹𝟏 )𝑹𝒈 𝑹𝒇 (𝟏𝟎𝑲Ω + 𝟏𝑲Ω)𝟏𝟎𝑲Ω 𝟏𝟎𝑲Ω


𝑨𝒗 = − = − =𝟎
(𝑹𝒈 + 𝑹𝟐 )𝑹𝟏 𝑹𝒈 (𝟏𝟎𝑲Ω + 𝟏𝑲Ω)𝟏𝑲Ω 𝟏𝑲Ω

Penguatan dari penguat differensial (differential amplifier) adalah 0 kali sedangkan


pada percobaan adalah 0 kali.
F. Kesimpulan
1. Hubungan antara tegangan masukan dengan tegangan ouput pada penguat inverting
adalah berbanding lurus, dimana saat tegangan masukan yang diberikan besar maka
tegangan output yang dihasilkan juga semakin besar.
2. Penguatan pada penguat inverting yang didapat dari perhitungan rumus adalah 10
kali, sedangkan pada percobaan adalah 9,99 kali
3. Hubungan antara tegangan masukan dengan tegangan ouput pada penguat non-
inverting adalah berbanding lurus, dimana saat tegangan masukan yang diberikan
besar maka tegangan output yang dihasilkan juga semakin besar.
4. Penguatan pada penguat non-iverting yang didapat dari perhitungan rumus adalah
11 kali, sedangkan pada percobaan adalah 10,99 kali
5. Hubungan antara tegangan masukan dengan tegangan ouput pada penguat jumlah
adalah berbanding lurus, dimana saat tegangan masukan yang diberikan besar maka
tegangan output yang dihasilkan juga semakin besar.
6. Penguatan pada penguat jumlah yang didapat dari perhitungan rumus adalah 20 kali,
sedangkan pada percobaan adalah 19,99 kali
7. Hubungan tegangan masukan dengan tegangan keluaran pada penguat differensial
(differential amplifier) adalah tidak adanya tegangan keluaran yang dihasilkan saat
berapapun nilai tegangan masukannya dimasukkan.
8. Penguatan dari penguat differensial (differential amplifier) adalah 0 kali sedangkan
pada percobaan adalah 0 kali.
G. Daftar Pustaka

Asrizal. 2013. Elektronika Dasar 2 (Komponen, Rangkaian, dan Aplikasi). Padang:


UNP

Nuryanto, L. E. (2017). Penerapan Dari OP-AMP (Operational Amplifier). Orbith:


Majalah Ilmiah Pengembangan Rekayasa dan Sosial, 13(1).

Dwi surjono, Herman. 2009. Elektronika lanjutan. Penerbit : Cerdas ulet kreatif.

Anda mungkin juga menyukai