Anda di halaman 1dari 17

UPAYA PERBAIKAN PROSES BELAJAR SMASH DALAM BULUTANGKIS DENGAN

MENERAPKAN POLA LATIHAN PADA SISWA KELAS XII

SMA NEGERI 1 BABELAN


T.A 2020/2021

WISNU ARIYO PRABOWO, S.Pd


PPG UNJ 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbagai bentuk permainan dalam keolahragaan memberikan kesenangan tersendiri


bagi masyarakat khususnya bagi mereka yang masih berada di dunia pendidikan. Olahraga
menjadi salah satu hal penting dalam kehidupan karena memberikan pengaruh yang baik untuk
kesehatan. Maka pendidikan jasmani menjadi salah satu pelajaran yang wajib di dalam dunia
pendidikan.
Dengan adanya pendidikan jasmani diharapkan dapat melahirkan generasi yang sehat.
Hal tersebut diatur dalam undang – undang No.12/1959 yang sebagian isinya berbunyi ‘Bangsa
Indonesia kuat dan sehat lahir batin, oleh karena itu, pendidikan jasmani berkewajiban juga
memajukan dan memelihara kesehatan badan terutama dalam arti preventif dan juga secara
correctief’.
Maka pendidikan jasmani menjadi hal yang sangat penting dalam membantu siswa
menjaga kesehatan tubuh dan melatih mengasah kemampuan berpikir selain pelajaran sosial
maupun ilmu alam. Menurut Websters New Collegiate Dictionary ( 1980 ), pendidikan jasmani
adalah pengajaran yang memberikan perhatian pada pengembangan fisik dari mulai latihan
kalistenik, latihan untuk kesehatan, senam serta performan dan olahraga pertandingan.
Ensiklopedia Indonesia menyebutkan bahwa pendidikan jasmani adalah olahraga yang
dilakukan di sekolah – sekolah, terdiri dari latihan – latihan tanpa alat dan dengan alat, dilakukan
didalam ruangan dan dilapangan terbuka. Demikian pula menurut Menpora ( 1984 ), pendidikan
jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun anggota
masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani dalam rangka
memperoleh peningkatan kemampuan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan
pembentukan watak ( Mardiana Ade : 2008 : 4 ).
Dengan adanya pendidikan jasmani, siswa dapat menemukan dunianya secara nyata.
Siswa menemukan kualitas dunianya dengan menggerakkan dirinya dengan kemampuannya
sendiri. Maka tugas guru pendidikan jasmani untuk mengasah kemampuan siswanya. Guru
pendidikan jasmani merealisasikan tujuannya dengan mengajarkan dan meningkatkan aktivitas
jasmani, dengan bimbingan tujuan pendidikan, hal ini berarti bahwa murid – murid harus belajar
sesuatu dari gurunya. Siswa harus memperoleh kemajuan dalam kemampuan aktivitas fisiknya
dengan nyata. Salah satu pendidikan jasmani yang banyak diminati oleh masyarakat dan juga
para pelajar yakni olahraga bulu tangkis.
Bulutangkis bukanlah merupakan olahraga yang baru dikenal dalam dunia pendidikan
maupun kehidupan sehari – hari. Permainan bulutangkis menjadi salah satu olahraga yang
banyak diminati dari berbagai kalangan bahkan dari berbagai usia. Walaupun dalam kehidupan
sehari – hari, permainan bulu tangkis biasanya hanya untuk kesenangan dan melepas kepenatan
setelah beraktivitas. Namun lain hal nya bagi mereka yang berprofesi sebagai pemain
bulutangkis.
Permainan bulutangkis menjadi harga mati untuk nama harum bangsa Indonesia. Nama
Indonesia sangat disegani dalam cabang bulutangkis. Satu kenyataan yang tidak terbantahkan
bahwa Indonesia merupakan negara raksasa bulutangkis terkait dengan keberhasilannya
menorehkan prestasi pada berbagai kejuaran tingkat dunia. Keseriusan Indonesia pada permainan
ini dibuktikan dengan badan tingkat nasional yang didirikan sebagai wadah untuk mengurusi
segala hal yang terkait dengan bulutangkis. Badan tersebut disebut dengan PBSI yang
mengirimkan beberapa pemain yang berprestasi untuk bertanding ke kejuaran level internasional
juga bertanggung jawab untuk melakukan berbagai pembinaan prestasi serta menyelenggarakan
berbagai kejuaran tingkat nasional baik untuk kategori pemain senior maupun yunior ( Setiawan
Salim : 2009 : 6 ).
Permainan yang sudah booming sejak dahulu menjadi event yang sangat bergengsi di
seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Indonesia telah mendapat berbagai penghargaan untuk
permainan ini. Bulutangkis atau dalam istilah internasional disebut dengan badminton yang
diambil dari nama badminton House, satu tempat milik bangsawan beaufort yang menempati
rumah di Glouceserthire, Inggris. Tujuan awal adalah menjaga shuttlecock tetap di udara dalam
waktu selama mungkin.
Namun dalam perkembangan selanjutnya tujuan sederhana dari aksi memukul bola
berubah. Tujuan tidak lagi untuk kesenangan, namun tujuan mulai berubah yakni pukulan
terhadap shuttelecock itu yang dilakukan dengan tujuan membuat sulit lawan main yang berada
di sisi lain lapangan untuk bisa mengembalikannya. Permainan tidak lagi sederhana dan berubah
menjadi cepat serta sulit. Dari sinilah muncul cikal bakal permaianan modern bulu tangkis
( Setiawan Salim : 2009 : 1 – 2 ).
Kesulitan dalam permainan bulutangkis tersebut membuat siswa harus mengetahui teknik

– teknik dasar dalam memainkannya. Seperti yang terjadi di SMA Negeri 1 Babelan yang
mengalami kesulitan dalam mempraktekkan permainan bulutangkis khususnya teknik dasar
dalam melakukan smash. Kendala yang sering dihadapi siswa di SMA Negeri 1 Babelan tersebut
ketika melakukan smash ada kejanggalan gerakan mulai dari sikap awal hingga melakukan
pukulan smash. Bukan hanya itu, berdasarkan observasi, hasil belajar juga sangat kurang
memuasakan, baik dari nilai, penguasaan teknik, cara pemegangan raket, ayunan pukulan,
sehingga sangat berdampak pada hasil belajar yang kurang maksimal.proses pembelajaran yang
di lakukan guru dan siswa sebenarnya kurang baik, karena sangat membosankan siswa dengan
minimnya fasilitas pembelajaran,seperti,raket,memang fasilitas seperti lapangan,cock,dan
raket,tidak memadai jika di bandingkan dengan jumlah siswa.Sehingga banyak siswa yang fasif
dan harus menunggu giliran saat terjadi proses pembelajaran materi Bulu tangkis. Dari 36 siswa
hanya 7 orang siswa yang mendapat nilai yang standar dan mampu melakukan teknik yang
seharusnya. Jumlah yang sangat sedikit dari jumlah kelulusan siswa yang diharapkan.
Berdasarkan hasil tersebut, maka ada pengajaran yang dilakukan guru yang masih kurang
maksimal sehingga pemahaman siswa pun kurang.
Proses pembelajaran yang dilakukan gurunya sangat monoton. Kemudian fasilitas
kurang, baik shuttlecock dan raket, sehingga banyak siswa yang fasif, lebih banyak diam dan
menunggu giliran untuk bisa melakukan. Oleh karena itu siswa harus belajar mengetahui teknik
– teknik dasar tersebut dengan bentuk gaya latihan dalam permainanan bulutangkis. Karena
melalui bentuk gaya latihan guru memiliki kelebihan dalam mengajar, yaitu guru dapat
memberikan umpan balik secara individual dan secara langsung. Bukan hanya itu, siswa
dibebankan rasa tanggung jawab, dan memungkinkan penggunaan alat lebih baik.
Karena jelas kita ketahui materi penyerangan SMASH siswa kelas XII itu gaya latihan
akan lebih efektif dan efisien jika menggunakan peralatan yang baik dan contoh yang benar.
Maka dalam hal ini peran guru dalam memberikan teori dan praktek haruslah sangat aktif. Sebab
guru yang menjadi panduan seorang siswa dalam melakukannya. Jika guru tidak memberikan
pemahaman yang benar tentang teori yang disampaikan, mustahil seorang siswa dapat
mempraktekkan dengan baik. Mungkin hal ini lah yang menjadi masalah yang dialami siswa
SMA Negeri 1 Babelan ketika memainkan bulutangkis.
Dalam memainkan bulutangkis, siswa seharusnya mengetahui teknik dasar dengan baik,
salah satunya dalam melakukan Smash. Dimana teknik ini menjadi salah satu hal yang
mendukung siswa untuk mampu menguasai permainan namun ketika siswa tidak mampu
melakukan smash dengan baik maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menghadapi
permainan.
Demikian juga yang terjadi di SMA Negeri 1 Babelan ini berdasarkan pengamatan
peneliti. Sebagai sebuah sekolah yang sudah pada tahap jenjang atas, seharusnya siswa sudah
lebih mampu dalam menguasai lapangan dalam memainkan permainan bulutangkis. Sebaliknya
yang terjadi siswa di SMA tersebut, siswa masih dalam tahap dasar dalam permainan
bulutangkis.
Dalam tahap dasar pun, siswa SMA ini masih dapat dikatakan amatir. Dari keadaan
tersebut dapat dikatakan bahwa kesungguhan siswa dalam memainkan permainan bulutangkis
sangat kurang. Dalam hal ini peran guru pendidikan

jasmani sangat dibutuhkan dalam mengetahui kemampuan siswanya. Siswa yang kurang
maksimal dalam permainan ini sangat dipengaruhi oleh pengajaran yang diberikan gurunya. Jika
hal ini terjadi, seorang guru dianggap belum maksimal mengajarkan pendidikan jasmani
khususnya bulutangkis.
Memang hal tersebut sangat disayangkan mengingat perkembangan teknologi yang bisa
dimanfaatkan siswa/i untuk belajar. Melalui berbagai media, siswa dapat belajar kapan saja dan
dimana saja untuk belajar tekhnik dalam permainan bulutangkis. Dengan sering melihat dan
memperagakan permainan tersebut, maka siswa akan dapat mempelajari dan menguasai
permainan dengan baik. Tetapi permasalahannya adalah, ketika siswa dapat belajar melalui
berbagai media, namun mereka belum sepenuhnya memahami panduan tekhnik permainan bulu
tangkis dalam media tersebut. Seharusnya disinilah yang menjadi keaktifan seorang guru
pendidikan jasmani untuk mengarahkan dan memberikan pemahaman dari setiap panduan teknik
dalam media.
Permainan bulutangkis yang merupakan olahraga yang memiliki beragam tekhnik dalam
memainkannya sudah seharusnya dilakukan dengan tekhnik dasar yang baik, salah satunya cara
melakukan smash. Sangat disayangkan, jika sebagai bangsa yang terkenal dengan bulutangkis
yang ditakuti di dunia, namun dalam dunia pendidikan masih belum dimaksimalkan. Padahal
melalui dunia pendidikan akan mempermudah para pelatih untuk mendapatkan para olahragawan
yang berbakat dalam bidang bulutangkis. Pemaksimalan dalam menjadikan bulutangkis yang
awalnya hanyalah hobi menjadi bakat yang dapat membanggakan negeri ini. Berdasarkan uraian
diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas tentang “Upaya
perbaikan proses belajar smash dalam bulutangkis dengan menerapkan gaya mengajar
latihan pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Babelan ”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, ada beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi yaitu:

1. Kemampuan Smash siswa masih rendah.

2. Kurangnya minat belajar siswa pada materi Smash dalam bulu tangkis

3. Kurang variasi pembelajaran guru terhadap materi Smash dalam Bulu tangkis

4. Fasilitas yang terdapat sekolah kurang mendukung proses pembelajaran.

5. Pembelajaran masih berpusat kepada guru.


C. Pembatasan Masalah

Untuk lebih mempertegas sasaran masalah dan mengingat luasnya ruang lingkup masalah
serta keterbatasan waktu, dana dan kemampuan penulis, maka perlu adanya pembatasan
masalah. Adapun pembatasan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah “Upaya
perbaikan proses belajar smash dalam bulutangkis dengan menerapkan gaya mengajar
latihan pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Babelan” .

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah,
maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan di teliti adalah “Bagaimana upaya perbaikan
smash yang dapat dilakukan guru pendidikan jasmani dalam meningkatkan permainan
bulutangkis di SMA Negeri 1 Babelan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana teknik dasar dalam melakukan smash melalui gaya mengajar latihan
dalam meningkatkan permainan bulutangkis di SMA Negeri 1 Babelan.
F. Manfaat Peneltian

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi guru maupun bagi masyarakat
umum. Adapun manfaatnya antara lain adalah :

1. Bagi Peneliti, dapat menambah wawasan dan pengetahuan keterampilan penulis tentang tekhnik
gaya latihan dalam upaya meningkatkan hasil pukulan smash dalam permainan bulutangkis pada
siswa.
2. Untuk guru pendidikan jasmani, hasil penelitian ini kiranya bermanfaat sebagai bahan masukan
dalam pengajaran khususnya tentang tekhnik gaya latihan yang tepat dalam melakukan smash
pada permainan bulutangkis.

3. Sebagai masukan kepada sekolah khususnya guru bidang study yang bersangkutan bahwasanya
dalam meningkatkan hasil permainan bulu tangkis maka harus diperbaiki tekhnik gaya latihan
yang tepat.
4. Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil permainan bulutangkis dengan mengetahui
tekhnik gaya latihan yang tepat sehingga siswa dapat memainkan dalam ruang lingkup yang
lebih luas.

METODE

Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti menggunakan rancangan penelitian tindakan
olahraga (PTO). Pada penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana peningkatan keterampilan
pukulan forehand smash bulutangkis untuk Siswa/i SMA kelas XII dengan menggunakan variasi
latihan di rumah masing-masing secara Daring. Penelitian tindakan ini sama dengan penelitian
tindakan kelas (PTK).

Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah variasi pukulan forehand smash pada proses
latihan. Sumber data dapat diperoleh dari observer melalui para Siswa/i SMA kelas XII. Winarno
(2011:146) menjelaskan bahwa dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif
adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument. Format yang
disusun berisi butir-butir tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan 2 analisis data, yaitu berupa analisis data kualitatif dan
analisis data kuantitatif. Dalam teknik analisis kualitatif memiliki 3 langkah dalam melakukan
analisi data. Sugiyono, (2011:246) menjelaskan bahwa pada tahap reduksi data membutuhkan
proses berfikir yang mendalam, serta wawasan yang tinggi terhadap objek yang diamati. Pada
penyajian data bisa berupa tabel, diagram, bagan, atau yang sejenis, hal ini bertujuan untuk
mempermudah untuk mendeskripsikannya. Sedangkan yang dimaksud dengan verifikasi data adalah
kesimpulan yang dijelaskan masih bersifat sementara dan sewaktu- waktu bisa berubah jika
ditemukan bukti data yang kuat.

Selanjutnya pada proses mengolah data yang berupa deskripsi presentase, peneliti menggunakan
rumus yang telah dikemukakan oleh Sudijono (2014:43) yaitu sebagai berikut.
f
P= x
100% N

Keterangan

F = frekuensi yang sedang dicari


persentasenya N = jumlah frekuensi
banyaknya individu
P = angka persentase

Dari hasil perhitungan tersebut dapat dilihat hasilnya dalam tabel berikut.

Tabel 1. Analisis Persentase (Arikunto, 2010:44)

Persentase Keterangan Makna


81% - 100% Sangat Baik Digunakan
61% - 80% Baik Digunakan
41% - 60% Cukup Digunakan
21%-40% Kurang Diperbaiki
0%-20% Kurang Sekali Diganti

Dalam hal ini evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam proses tindakan bisa dikatakan
efektif dan mampu memberi perubahan pada tingkat keterampilan pukulan forehand smash untuk
Siswa/i SMA kelas XII dengan menggunakan variasi latihan. Apabila pada proses pelaksanakan
tindakan belum mencapai 70%, maka peneliti mencoba merefleksi kembali dimana letak kesalahan
dan kekurangan pada proses latihan, jadi diperlukan perbaikan.

Refleksi pada Penelitian Tindakan meliputi kegiatan menganalisis, memaknai atau mengartikan,
menjelaskan serta menyimpulkan data yang telah didapat dari hasil saat observasi.
Gambar 1 Alur Pelaksanaan Tindakan Kelas, (Arikunto,
2010:13)

Berikut ini adalah penjelasan dari ilustrasi tersebut:

Siklus I

Pada tahap I mencakup antara lain: perencanaan tindakan 1, pelaksanaan tindakan 1, observasi 1,
dan refleksi 1, dalam tiap siklus tediri dari 5 pertemuan.

Perencanaan Tindakan Siklus 1.

Pada perencanaan tindakan siklus 1, kegiatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut. (1)
Membuat suatu program latihan smash bulutangkis untuk Siswa/i SMA kelas XII. (2)Menyiapkan
sarana prasarana untuk menunjang proses latihan. (3)Mempersiapkan instrumen kegiatan pada
proses latihan untuk variasi pada saat latihan forehand smash bulutangkis.

Pelaksanaan Tindakan Siklus 1

Pada pelaksanaan tindakan siklus pertama, peneliti melakukan peningkatan ketarmpilan pukulan
forehand smash dengan program latihan yang sudah dirancang dengan menggunakan model variasi
latihan.

Observasi Tindakan Siklus 1

Pada tahap observasi tindakan siklus 1, peneliti dan pelatihan melakukan penilaian pada saat proses
pelaksanaan tindakan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan data atau apa yang terjadi pada
saat proses latihan. Catatan lapangan yang harus didapatkan oleh peneliti ataupun observer lainnya
adalah: (1) mencatatan peristiwa/kejadian yang terjadi pada saat proses latihan. (2) Mencatat variasi
latihan pukulan forehand smash bulutangkis sesuai dengan kriteria keberhasilan yang sudah
ditentukan. (3) Mengamati sikap atlet pada saat proses latihan, baik dalam konsentrasi ataupun
disiplin atlet tersebut. (4) Mencatat keaktifan atlet pada saat pelaksanaan latihan variasi pukulan
smash.

Refleksi Tindakan Siklus 1

Refleksi merupakan bentuk suatu rangkuman atau renungan kembali pada proses kegiatan dari awal
kegiatan hingga akhir kegiatan, refleksi pada akhir siklus dilakukan oleh peneliti dan pelatih
mengenai hal yang sudah direncanakan pada siklus tersebut. selanjutnya data di analisis dan diolah
kembali untuk menemukan kejadian pada saat proses latihan smash. Berikut ini adalah langkah-
langkah dalam melakukan refleksi. (1) Pengumpulan data observasi dan perolehan catatan lapangan
lainnya. (2) Menganalisis data yang sudah diperoleh.

Siklus II

Pada tahap siklus 2 mencakup antara lain: perencanaan tindakan 2, pelaksanaan tindakan 2,
observasi 2, refleksi 2, dan pelaksanaan siklus 2 dilaksanakan 5 kali pertemuan.

Perencanaan Tindakan 2

Setelah mempelajari dari siklus 1, peneliti dan pelatih bekerjasama memperbaiki kekurangan yang
ada pada siklus 1, agar pada pada siklus ke 2 menjadi lebih baik lagi. Mempersiapkan kembali
instrument pada proses latihan untuk variasi latihan pukulan forehand smash mulai dari sikap
persiapan, gerakan memukul shuttlecock, serta gerakan lanjutan dengan beberapa variasi latihan.

Pelaksanaan Tindakan 2

Peneiti dan pelatih bekerjasama kembali dengan melakukan tindakan lanjutan sesuai dengan
perencanaan tindakan 1 yang sudah diperbaiki. Kegiatan yang dilaksanakan atlet adalah latihan
pukulan smash dengan menggunakan variasi latihan.

Observasi 2

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat kejadian-kejadian yang terjadi pada
saat proses latihan pukulan smash berlangsung. Instrumen yang digunakan pada kegiatan ini adalah
berupa catatan lapangan dalam segala kegiatan proses latihan smash berlangsung, serta untuk
membandingkan hasil dari tindakan siklus 1.
Refleksi 2

Dalam pelakasanaan tindakan yang sudah dilaksanakan. Peneliti dan pelatih harus mempunyai
catatan penting dilapangan dengan menggunakan format observasi yang sudah ditentukan.
Selajutnya data yang sudah diperoleh didiskusikan untuk mengetahui data yang valid dan objektif.

HASIL

Setelah peneliti mengetahui kekurangan atau kesulitan yang dialami Siswa/i SMA kelas XII,
selanjutnya peneliti dan pelatih bekerjasama membuat program latihan untuk 5 kali pertemuan dan
menyiapkan lembar observer dan catatan lapangan. Berikut program model variasi latihan forehand
smash bulutangkis: (1) Model variasi latihan 1 yaitu pukulan forehand smash lurus dengan
footwork maju depan silang disertai dengan netting lurus. (2) Model variasi latihan 2 yaitu pukulan
forehand smash silang dengan footwork maju depan lurus disertai netting lurus. (3) Model variasi
latihan 3 yaitu pukulan forehand smash lurus dari belakang, tengah, dan depan. (4) Model variasi
latihan 4 yaitu pukulan forehand smash lurus dengan footwork maju depan silang disertai netting
lurus, kemudian mundur ke belakang lurus dan melakukan smash lurus, selanjutnya maju silang
disertai netting lurus. (5) Model variasi latihan 5 yaitu pukulan forehand smash silang dengan
footwork maju depan lurus disertai dengan netting silang, kemudian bergerak ke belakang serong ke
garis tengah lapangan, dan melakukan netting silang ke sisi netting satunya, selanjutnya mundur ke
belakang dan melakukan smash silang.
Dalam proses pelaksanaan tindakan 1, peneliti dibantu oleh pelatih serta observer atau pengamat
yang sudah memiliki lisensi yaitu ahli dalam bidang bulutangkis untuk pengamat pada saat
berjalannya proses latihan. Berikut ini program latihan yang digunakan pada 5 kali.
Pertemuan ke-1 :
1. Latihan melempar shuttlecock.
2. Laihan shadow raket forehand smash di tempat.
3. Latihan shadow raket forehand smash maju mundur.
4. Latihan variasi forehand smash 1.
5. Latihan variasi forehand smash.
6. Game setengah lapangan poin 11 berganti lawan.
Pertemuan ke-2:
1. Shadow bebas berimajinasi 3x.
2. Latihan variasi forehand smash 3
3. Latihan variasi forehand smash 4
4. Latihan variasi forehand smash 5
5. Game bebas 21 poin.
Pertemuan ke-3:
1. Latihan shadow shuttlecock 6 titik (3x).
2. Latihan variasi forehand smash 1.
3. Latihan variasi forehand smash 2.
4. Latihan variasi forehand smash 3.
5. Game sederhana kotak tengah permainan.

Tabel 2. Data Hasil Penilaian Siklus 1

Gerakan Teknik Pukulan Forehand Smash Bulutangkis


Sikap persiapan Gerakan Sikap Lanjutan
Memukul
Observer % 68,66 57,77 48,88

Persentase ketuntasan keseluruhan % 58,51

Dari hasil pengamatan Tabel 5.1 persentase penilaian pada siklus 1 dapat diketahui bahwa pada
sikap persiapan diperoleh hasil dari observer sebesar 68,66%. Kedua pada gerakan memukul
diperoleh hasil dari observer sebesar 57,77%. Ketiga pada sikap lanjutan diperoleh hasil dari
observer sebesar 48,88%.

Sesudah melaksanakan program latihan pada siklus 1 selama 5 kali pertemuan, peneliti bekerjasama
dengan pelatih melakukan refleksi kegiatan dari siklus 1. Hasil refleksi kegiatan siklus 1 anatara
lain : (1) Persentase ketuntasan pada Siswa/i SMA kelas XII memperoleh hasil dari analisa
observer sebesar 58,51%. (2) Perlu adanya tindakan berupa teguran kepada atlet yang sering datang
terlambat serta atlet yang kurang fokus dalam melaksanakan program variasi latihan forehand
smash. (3) Perlu adanya tindakan berupa teguran bagi atlet yang suka bergurau dan berbicara
sendiri pada saat proses latihan. (4) Perlu adanya program perubahan program latihan yang lebih
ditingkatkan, karena sebagian besar atlet sudah merasa bosan dan jenuh pada saat latihan
berlangsung
Berdasarkan hasil refleksi yang diadakan oleh peneliti bersama pelatih, peneliti dan pelatih
mencoba untuk memperbaiki baik dari segi program latihan ataupun penyampaian materi agar dapat
meningkatkan teknik pukulan forehand smash bulutangkis, sehingga nantinya mendapatkan hasil
yang maksimal.

Temuan Siklus 2

Berdasarkan hasil refleksi atau evaluasi yang telah dilakukan peneliti dan pelatih pada saat siklus 1,
maka dilakukan upaya agar teknik pukulan forehand smash dapat meningkat dalam pelaksanaan
silkus 2. Pada siklus 2 Peneliti bekerjasama dengan pelatih untuk menyiapkan dan membuat
program latihan untuk atlet yang akan digunakan untuk 5 kali pertemuan. Selain itu peneliti
menyiapkan lembar observasi dan catatan lapangan untuk memperoleh data selama program latihan
berlangsung yang akan diberikan kepada observer. Peneliti juga mempersiapkan presensi untuk
atlet dan mempersiapkan media yang akan digunakan pada proses tindakan. Peneliti dan pelatih
sepakat menggunakan model variasi latihan yang digunakan pada siklus 1, hanya saja diperbanyak
untuk variasi latihan saja, dan mengurangi latihan selain variasi smash. Berdasarkan hasil pada
siklus 1 sudah terjadi peningkatan, hanya saja kurang maksimal, sehingga peneliti dan pelatih hanya
merubah susunan model latihan variasinya yang akan digunakan pada siklus 2. Berikut program
latihan variasi pukulan forehand smash: (1) Model variasi latihan 1 yaitu pukulan forehand smash
lurus dengan footwork maju depan silang disertai dengan netting lurus. (2) Model variasi latihan 2
yaitu pukulan forehand smash silang dengan footwork maju depan lurus disertai netting lurus. (3)
Model variasi latihan 3 yaitu pukulan forehand smash lurus dari belakang, tengah, dan depan. (4)
Model variasi latihan 4 yaitu pukulan forehand smash lurus dengan footwork maju depan silang
disertai netting lurus, kemudian mundur ke belakang lurus dan melakukan smash lurus, selanjutnya
maju silang disertai netting lurus. (5) Model variasi latihan 5 yaitu pukulan forehand smash silang
dengan footwork maju depan lurus disertai dengan netting silang, kemudian bergerak ke belakang
serong ke garis tengah lapangan, dan melakukan netting silang ke sisi netting satunya, selanjutnya
mundur ke belakang dan melakukan smash silang.

Tabel 3. Data Hasil Penilaian Siklus 2.

Gerakan Teknik Pukulan Forehand Smash Bulutangkis


Sikap Gerakan Sikap Lanjutan
persiapan Memukul
Observer 86,66 82,22 82,22

Persentase ketuntasan keseluruhan % 83,70


Dari hasil pengamatan Tabel 5.2 persentase penilaian pada siklus 1 dapat diketahui bahwa pada
sikap persiapan diperoleh hasil dari observer sebesar 86,66%. Kedua pada gerakan memukul
diperoleh hasil dari observer sebesar 82,22%. Ketiga pada sikap lanjutan diperoleh hasil dari
observer sebesar 82,22%.

Sesudah melaksanakan program latihan pada siklus 2 selama 5 kali pertemuan, peneliti bekerjasama
dengan pelatih melakukan refleksi kegiatan dari siklus 2. Hasil refleksi kegiatan siklus 2 adalah
Persentase ketuntasan pada Siswa/i SMA kelas XII memperoleh hasil dari analisa observer sebesar
83,70%

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tindakan 2 mengenai peningkatan keterampilan
pukulan forehand smash bulutangkis Siswa/i SMA kelas XII, dapat disimpulkan bahwa pada
tindakan 2 mengalami peningkatan. Maka bisa dikatakan bahwa tujuan dari penelitian ini telah
tercapai dan tidak perlu diadakan tindak lanjut pada siklus berikutnya.

Setelah melaksanakan seluruh kegiatan pada siklus 1 dan siklus 2, peneliti dan pelatih
melaksanakan refleksi. Hasil yang diperoleh mengenai teknik pukulan forehand smash bulutangkis
mengalami peningkatan yang signifikan.
Berikut perbandingan siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat pada tabel 5.3.

Gerakan Teknik Dasar Pukulan Forehand


Smash
Siklus 1
Pertemuan 1 2 3 4 5
Ketuntasan % 39,67 43,70 47,40 55,55 58,51
Siklus 2
Pertemuan 1 2 3 4 5
Ketuntasan % 62,38 65,18 70,36 76,29 83,70

Berdasarkan hasil perbandingan dari siklus 1 dan siklus 2 yang terdapat pada tabel 5.3, dapat
disimpulkan bahwa: (1) Terlihat dari siklus 1 dan siklus 2 persentase yang dilakukan oleh observer
mengalami peningkatan yang signifikan. (2) Peningkatan persentase ketuntasan dilihat dari
pertemuan pertama dimana penilaian observer sebesar 39,67% hingga pertemuan akhir sebesar
83,70%. (3) Peningkatan pesentase ketuntasan dari siklus 1 dan siklus 2 dikarenakan ketika
melakukan program latihan dengan menggunakan model variasi latihan atlet melakukan dengan
baik.
PEMBAHASAN

Dari hasil yang dipaparkan tersebut, dapat dilihat pada tabel 3.1 mengenai kriteria persentase
ketuntasan yang mana dijelaskan bahwa jika melebihi 70% masuk dalam kategori cukup dan dapat
digunakan. Sementara hasil dari observer 83,70% masuk dalam kategori baik hingga sangat baik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model variasi latihan dapat
meningkatkatkan teknik pukulan forehand smash untuk Siswa/i SMA kelas XII.

Peneliti mengkaji dari penelitian sebelumnya dengan penggunaan model variasi latihan dapat
meningkatkan teknik pukulan forehand smash bulutangkis. Dijelaskan Taufan Bayu (2016) bahwa
“dengan menggunakan model variasi latihan dapat meningkatkan teknik pukulan forehand smash
bulutangkis pada Siswa/i SMA kelas XII.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari penelitian tindakan yang telah dilaksanakan untuk Siswa/i SMA kelas XII
dengan menggunakan materi latihan peningkatan pukulan forehand smash bulutangkis
menggunakan model variasi latihan dapat meningkatkan keterampilan pukulan forehand smash.

Berdasarkan uraian dari kesimpulan, untuk meningkatkan teknik pukulan forehand smash
bulutangkis untuk Siswa/i SMA kelas XII, saran yang dapat diberikan yaitu: (1) bagi guru bertujuan
penelitian ini dapat dijadikan untuk menambah wawasan dan rujukan sebagai program latihan yang
baru dan dapat meningkatkan teknik pukulan forehand smash. (2) dengan menggunakan model
variasi latihan diharapkan dapat membuat Siswa/i SMA kelas XII akan lebih mudah untuk
melakukan pukulan forehand smash bulutangkis, serta tidak mudah jenuh pada berlatih. (3) dengan
adanya penelitian ini, diharapkan para atlet dapat meningkatkan teknik pukulan forehand smash
bulutangkis secara mandiri maupun dengan bantuan pelatih baik didalam pembelajaran maupun
diluar pembelajaran, sehingga dapat menunjang prestasi.

Anda mungkin juga menyukai