0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
258 tayangan3 halaman
Teks tersebut menceritakan percakapan antara seorang mahasiswa bernama Bhaga dengan ayahnya mengenai tugas dari dosen Bahasa Indonesia tentang huruf diftong. Ayahnya memberikan penjelasan singkat tentang huruf diftong dan contohnya. Bhaga kemudian mencari informasi lebih lanjut dari sumber lain dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) sesuai saran ayahnya.
Teks tersebut menceritakan percakapan antara seorang mahasiswa bernama Bhaga dengan ayahnya mengenai tugas dari dosen Bahasa Indonesia tentang huruf diftong. Ayahnya memberikan penjelasan singkat tentang huruf diftong dan contohnya. Bhaga kemudian mencari informasi lebih lanjut dari sumber lain dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) sesuai saran ayahnya.
Teks tersebut menceritakan percakapan antara seorang mahasiswa bernama Bhaga dengan ayahnya mengenai tugas dari dosen Bahasa Indonesia tentang huruf diftong. Ayahnya memberikan penjelasan singkat tentang huruf diftong dan contohnya. Bhaga kemudian mencari informasi lebih lanjut dari sumber lain dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) sesuai saran ayahnya.
Setiap hari sabtu, keluargaku berkumpul di rumah Bali atau biasanya disebut bale Bali. Kami sekeluarga menyempatkan untuk berkumpul pada hari sabtu untuk menceritakan beberapa hal sambil makan dan menonton televisi. Karena pada saat hari senin sampai jumat kami semua mempunyai kesibukan masing- masing. Ada yang kuliah dan ada yang kerja. Pada saat kami kumpul biasanya Bapak akan menanyakan perkembangan kuliah anak-anaknya. “ Bhaga bagaimana awal semester 2, apakah ada kendala?” kata bapak yang bertanya padaku. “ untuk saat ini belum ada kendala pak”. Kataku. “ Bagaimana dengan tugas-tugasnya apakah ada sulit bagimu?”. Aku menjawab. “ Belum ada yang terlalu sulit pak.”. Karena kebetulan bapak menyakan tentang tugas jadi aku bertanya sesuatu tentang tugasku yang kudapatkan dikuliah umum. “ Pak aku mendapatkan tugas dari dosen Bahasa Indonesiaku tentang huruf.”. Kataku. “ Huruf apa yang kamu tanyakan Bhaga?”. Tanya Bapakku. “ Aku mendapatkan huruf diftong Pak, aku kurang paham tentang huruf diftong, apakah bapak tahu sedikit tentang huruf diftong?”. Tanyaku. “ Ohh, bapak pernah dengar huruf diftong. Huruf diftong itu biasanya yang bapak pernah baca atau dengar adalah gabungan dari huruf vokal yaitu ai, au, ei, dan oi.” Kata bapak. “ Apakah bapak tahu contohnya?”. Tanyaku. “ contohnya itu adalah sungai untuk gabungan huruf ai, harimau untuk gabungan huruf au. Bapak hanya tahu beberapa saja, kamu bisa mencoba mencari lebih banyak lagi disumber lain”. Jawab bapak. “ siap bapak, terimakasih pak.”. Jawabku. Karena aku penasaran lagi apa itu huruf diftong, jadi aku mencoba mencari disumber lain. Dan aku mendapatkannya disumber lain ternyata huruf diftong itu adalah vokal yang berubah kualiasnya. Dalam sistem tulisan diftong biasanya dilambangkan oleh dua huruf vokal. Kedua huruf vokal itu tidak dapat dipisahkan. Bunyi /aw/ pada kata “harimau” adalah diftong, sehingga < au > pada suku kata “mau” tidak dapat dipisahkan menjadi “ma.u” seperti pada kata “mau”. Demikian pula halnya dengan deretan huruf vokal < ai > pada kata “sungai”. Deretan huruf vokal itu melambangkan bunyi diftong /ay/ yang merupakan inti suku kata “-ngai”. Diftong berada dari deretan vokal. Tiap-tiap vokal pada deretan vokal mendapat hembusan nafas yang sama atau hampir sama, kedua vokal itu termasuk dalam dua suku kata yang berbeda. Bunyi /aw/dan /ay/ pada kata “daun” dan “main”, misalnya, bukanlah diftong, karena baik [a] maupun [u] atau [i] masing-masing mendapat aksen yang hampir sama dan membentuk suku kata tersendiri sehingga kata “daun” dan “main” masing-masing terdiri atas dua suku kata. Ini menciptakan permasalahan pada akhir kata yang yang berhuruf u/w dan i/y, karena, pengucapan yang sama saja pada akhir kata. Ditenganh-tengah aku asyik mencari materi tentang huruf diftong disumber lain bapak bertanya padaku. “ Bhaga, apakah sudah mendapatkan materinya?”. Tanya bapak. “ sudah pak, ternyata materinya sangat jelas dan padat yang kucari disumber lain.” Seruku. “ iya, selain kamu bisa mencarinya disumber lain kamu juga bisa mencarinya PUEBI Ga.” Jawab bapak. “ PUEBI tu apa pak?”. Tanyaku. “ PUEBI adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa indonesia, kamu bisa belajar lebih banyak di PUEBI itu.” Kata bapak. “ Dimana bisa mencari bukunya pak?”. Tanyaku. “ Kamu tidak perlu mencari bukunya, karena PUEBI ini bisa kamu unggah di Hpmu.” Jawab bapak. “ wahh, terimakasih pak.” Seruku. Pada saat itu juga aku langsung mengunggahnya di Hpku. Benar kata bapak, sudah sangat jelas sekali dijelaskan di PUEBI seperti contohnya, huruf diftong <ai> contoh peletakan huruf diftong <ai> diposisi awal tidak ada, di posisi tengah menjadi “balairung” dan diposisi akhir menjadi “pandai”. Contoh huruf diftong <au> pada posisi awal menjadi ”autodidak”, pada posisi tengah menjadi “taufik”, dan pada posisi akhir menjadi “harimau”. Contoh huruf diftong <ei> pada posisi awal menjadi “eigendom” pada posisi tengah menjadi “geiser”, pada posisi akhir menjadi “survei”. Contoh huruf diftong <oi> pada posisi awal tidak ada, pada posisi akhir menjadi “boikot” dan pada posisi akhir menjadi “amboi”. Semua jenis huruf ada disana. Mulai dari huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan, hruf diftong, gabungan huruf konsonan, huruf kaptal, huruf miring, dan huruf tebal. Setalah aku mencarinya, aku melanjutkan mengobrol dan menontonku bersama keluarga.