Anda di halaman 1dari 3

HURUF DIFTONG

Maha Bhagavati Devi Dasi


Setiap hari sabtu, keluargaku berkumpul di
rumah Bali atau biasanya disebut bale Bali. Kami
sekeluarga menyempatkan untuk berkumpul pada hari
sabtu untuk menceritakan beberapa hal sambil makan dan
menonton televisi. Karena pada saat hari senin sampai
jumat kami semua mempunyai kesibukan masing-
masing. Ada yang kuliah dan ada yang kerja. Pada saat
kami kumpul biasanya Bapak akan menanyakan
perkembangan kuliah anak-anaknya. “ Bhaga bagaimana
awal semester 2, apakah ada kendala?” kata bapak yang
bertanya padaku. “ untuk saat ini belum ada kendala
pak”. Kataku. “ Bagaimana dengan tugas-tugasnya
apakah ada sulit bagimu?”. Aku menjawab. “ Belum ada
yang terlalu sulit pak.”. Karena kebetulan bapak
menyakan tentang tugas jadi aku bertanya sesuatu
tentang tugasku yang kudapatkan dikuliah umum. “ Pak
aku mendapatkan tugas dari dosen Bahasa Indonesiaku
tentang huruf.”. Kataku. “ Huruf apa yang kamu
tanyakan Bhaga?”. Tanya Bapakku. “ Aku mendapatkan
huruf diftong Pak, aku kurang paham tentang huruf
diftong, apakah bapak tahu sedikit tentang huruf
diftong?”. Tanyaku. “ Ohh, bapak pernah dengar huruf
diftong. Huruf diftong itu biasanya yang bapak pernah
baca atau dengar adalah gabungan dari huruf vokal yaitu
ai, au, ei, dan oi.” Kata bapak. “ Apakah bapak tahu
contohnya?”. Tanyaku. “ contohnya itu adalah sungai
untuk gabungan huruf ai, harimau untuk gabungan huruf
au. Bapak hanya tahu beberapa saja, kamu bisa mencoba
mencari lebih banyak lagi disumber lain”. Jawab bapak. “
siap bapak, terimakasih pak.”. Jawabku.
Karena aku penasaran lagi apa itu huruf diftong,
jadi aku mencoba mencari disumber lain. Dan aku
mendapatkannya disumber lain ternyata huruf diftong itu
adalah vokal yang berubah kualiasnya. Dalam sistem
tulisan diftong biasanya dilambangkan oleh dua huruf
vokal. Kedua huruf vokal itu tidak dapat dipisahkan.
Bunyi /aw/ pada kata “harimau” adalah diftong, sehingga
< au > pada suku kata “mau” tidak dapat dipisahkan
menjadi “ma.u” seperti pada kata “mau”. Demikian pula
halnya dengan deretan huruf vokal < ai > pada kata
“sungai”. Deretan huruf vokal itu melambangkan bunyi
diftong /ay/ yang merupakan inti suku kata “-ngai”.
Diftong berada dari deretan vokal. Tiap-tiap vokal pada
deretan vokal mendapat hembusan nafas yang sama atau
hampir sama, kedua vokal itu termasuk dalam dua suku
kata yang berbeda. Bunyi /aw/dan /ay/ pada kata “daun”
dan “main”, misalnya, bukanlah diftong, karena baik [a]
maupun [u] atau [i] masing-masing mendapat aksen yang
hampir sama dan membentuk suku kata tersendiri
sehingga kata “daun” dan “main” masing-masing terdiri
atas dua suku kata. Ini menciptakan permasalahan pada
akhir kata yang yang berhuruf u/w dan i/y, karena,
pengucapan yang sama saja pada akhir kata.
Ditenganh-tengah aku asyik mencari materi
tentang huruf diftong disumber lain bapak bertanya
padaku. “ Bhaga, apakah sudah mendapatkan
materinya?”. Tanya bapak. “ sudah pak, ternyata
materinya sangat jelas dan padat yang kucari disumber
lain.” Seruku. “ iya, selain kamu bisa mencarinya
disumber lain kamu juga bisa mencarinya PUEBI Ga.”
Jawab bapak. “ PUEBI tu apa pak?”. Tanyaku. “ PUEBI
adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa indonesia, kamu
bisa belajar lebih banyak di PUEBI itu.” Kata bapak. “
Dimana bisa mencari bukunya pak?”. Tanyaku. “ Kamu
tidak perlu mencari bukunya, karena PUEBI ini bisa
kamu unggah di Hpmu.” Jawab bapak. “ wahh,
terimakasih pak.” Seruku. Pada saat itu juga aku
langsung mengunggahnya di Hpku. Benar kata bapak,
sudah sangat jelas sekali dijelaskan di PUEBI seperti
contohnya, huruf diftong <ai> contoh peletakan huruf
diftong <ai> diposisi awal tidak ada, di posisi tengah
menjadi “balairung” dan diposisi akhir menjadi “pandai”.
Contoh huruf diftong <au> pada posisi awal menjadi
”autodidak”, pada posisi tengah menjadi “taufik”, dan
pada posisi akhir menjadi “harimau”. Contoh huruf
diftong <ei> pada posisi awal menjadi “eigendom” pada
posisi tengah menjadi “geiser”, pada posisi akhir menjadi
“survei”. Contoh huruf diftong <oi> pada posisi awal
tidak ada, pada posisi akhir menjadi “boikot” dan pada
posisi akhir menjadi “amboi”. Semua jenis huruf ada
disana. Mulai dari huruf abjad, huruf vokal, huruf
konsonan, hruf diftong, gabungan huruf konsonan, huruf
kaptal, huruf miring, dan huruf tebal. Setalah aku
mencarinya, aku melanjutkan mengobrol dan
menontonku bersama keluarga.

Anda mungkin juga menyukai