Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAHAN MESIR PADA MASA GAMAL ABDUL NASSER

TAHUN 1956-1970

diajukan guna memenuhi tugas UTS Mata Kuliah Sejarah Asia Barat

Kelas B

Dosen Pengampu :

Dr. Sumardi, M.Hum


Riza Afita Surya, S.Pd.,M.Pd

Oleh

Alaikal Mubarok 180210302085

PROGAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
PEMERINTAHAN MESIR PADA MASA GAMAL ABDUL NASSER
TAHUN 1956-1970

Alaikal Mubarok, Sumardi, Riza Afita Surya


Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Jember,  Jl. Kalimantan No.37, Krajan Timur, Sumbersari, Kec. Sumbersari, Kabupaten
Jember, Jawa Timur 681211
Email : alaikalmubarok1111@gmail.com

Abstrak
Gamal Abdul Nasser menjadi presiden kedua dan mulai memimpin Mesir pada tahun
1956. Pada masa pemerintahannya, Gamal Abdul Nasser membangkitkan
Nasionalisme Arab dan Pan Arabisme, menasionalisasi terusan Suez yang
mengakibatkan krisis Suez yang membuat Mesir berhadapan dengan Prancis, Inggris
dan Israel yang memilii kepentingan terhadap terusan itu. Krisis ini berakhir dengan
keputusan dunia Internasional yang menguntungkan Mesir serta terusan Suez resmi
berada dalam kedaulatan Mesir. Kemudian mengadakan proyek infrastruktur besar-
besaran diantaranya adalah proyek Bendungan Aswan dengan bantuan pemerintah
Uni Soviet. Gamal Abdul Nasser juga terkenal akan pemikiran-pemikirannya yang
dikenal dengan Nasserisme. Tulisan ini bertujuan untuk membahas Pemerintahan
Mesir saat dipimmpin Gamal Abdul Nasser, Secara rinci akan dikaji:(1)
bagaimanakah sosok Gamal Abdul Nasser?; ?;(2) bagaimanakah Pemerintahan
Mesir sebelum di bawah kepemimpinan Gamal Abdul Nasser?;(3) bagaimanakah
Pemerintahan Mesir di bawah kepemimpinan Gamal Abdul Nasser?;(4)
bagaimanakah pemikiran-pemikiran Gamal Abdul Nasser? Tujuan Penelitian ini
diarahkan untuk mengkaji Pemerintahan Mesir Pada Masa Gamal Abdul Nasser
Tahun 1956-1970
Kata Kunci : Gamal Abdul Nasser, Pemerintahan Mesir. Nasserisme.
PENDAHULUAN
Mesir merupakan suatu daerah yang sangat menarik untuk dikaji. la menjadi
perhatian dunia karena secara geografis letaknya sangat strategis pada persimpangan
jalan antara Afrika dan Asia, la terletak di antara tiga benua; Afrika, Asia dan Eropa.
Letaknya yang memanjang dari pinggiran laut merah dan laut tengah dan
dihubungkan sampai terusan Suez. Mesir dapat dikatakan sebagai pintu gerbang Barat
menuju Timur Tengah. Pada awal abad ke 20 Mesir dipimpin oleh Raja Farouk.

1
Jl. Kalimantan No.37, Krajan Timur, Kec. Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur 6
Kepribadian dari Raja Farouk pada masa pemerintahannya sangatlah tidak baik. Dia
dikenal sebagai seorang diktaktor yang kejam, Polemik antara Raja Farouk dengan
Ikhwanul Muslimin, juga dengan kaum Wafdi adalah cermin ketidakpuasan rakyat
mesir terhadap kebijakan pemerintahan Raja Farouk. Banyak tindakan Raja Farouk
yang mendapat respon negatif rakyat Mesir. Kekuasaan yang dimiliki Raja Farouk
sangat besar, kesempatan ini dimanfaatkannya dengan bertindak sewenang-wenang,
Korupsi, tidak memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, bertindak mengfungsikan
aparatur pemerintahan dengan benar dan tindakan- tindakan- tindakan lainnya yang
menyalahgunakan segala fasilitasnya sebagai raja. Kepribadian inilah yang tidak
berkenan pada sebagian besar penduduk Mesir diktaktor waktu itu. Sering
mengadakan pesta besar untuk bersenang-senang dengan blaya kerajaan yang
dikorupsi, juga salah satu gaya hidupnya. (Hamdan, 2018)
Banyak pihak yang tidak mendukung kekuasaan Raja Farouk, salah satunya
Inggris, rakyat Mesir sendiri muak terhadap Inggris, dan menuduh bahwa Inggrislah
biang keladi kejadian yang menghimpit rakyat Mesir, sehingga timbullah kerusuhan-
kerusuhan. Tidak sedikit pula yang berupaya menggulingkan pemerintahannya,
namun karena kekuasaannya yang begitu besar upaya-upaya tersebut gagal.
Ketidakpuasan rakyat Mesir akan pemerintahan Raja Farouk semakin terlihat dari
makin maraknya pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh beberapa pihak
yang dipimpin oleh tokoh-tokoh berpengaruh, seperti: Gamal Abdul Nasser dan
Mohammad Naguib yang didukung oleh komunis. Pemberontakan-pemberontakan
terhadap Raja Farouk berpuncak pada Gamal Abdul Nasser. Hingga Akhirnya Gamal
Abdul Nasser mampu memimpin barisannya melakukan kudeta terhadap
pemerintahan Raja Farouk. Serta perilaku-perilaku lainnya yang bukan
mencerminkan kehidupan seorang raja. Pada akhir-akhir masa kekuasaannya Raja
Farouk tidak banyak mendapatkan duküngan dari pihak manapun. Bahkan mungkin
banyak yang berusaha menggulingkan pemerintahannya, tetapi sia-sia karena begitu
besarnya kekuasaan dan pengaruhnya pada waktu itu.
Setelah berubah menjadi negara Republik, Mesir dipimpin oleh seorang
presiden. Muhammad Najib ditunjuk sebagai presiden yang pertama. Keberadaan
Republik Mesir tidak terlepas dari peran Jenderal Muhammad Gamal Abdul Nasser,
panglima militer pada saat itu. Tetapi ia “enggan” menjadi presiden karena banyak
pertimbangan. Tatkala pemerintahan Najib mengalami hambatan keamanan, Najib
dianggap tidak mampu. Lalu digantikan secara paksa oleh Gamal Abdul Nasser
sebagai Presiden Republik Mesir kedua. Sejak memerintah negara tersebut, banyak
pembaruan yang ia lakukan, beberapa di antaranya terkait dengan masalah
pertahanan, keamanan, sosial, politik, dan ekonomi, baik menyangkut masalah dalam
negeri maupun terkait dengan dunia luar. Banyak karya besar yang telah diukirnya,
terutama di bidang ekonomi dan politik, misalnya ia menyebut negaranya dengan
nama al-Jumhuriyyat al-Arabiyyah atau Republik Persatuan Arab (RPA), ikut
menggagas terwujudnya Konferemi Asia Afrika di Bandung, dan merancang sistem
ekonomi Sosialis Islam, menggerakkan perang Arab-Israil tahun 1967. (Hamdan,
2018)
Pada masa kepemimpinan Nasser, Mesir sempat bersatu dengan Suriah dan
membentuk Republik Arab Bersatu. Pada masanya, rakyat Mesir juga menikmati
akses perumahan, pendidikan, pekerjaan, kesehatan, dan makanan, sementara
pengaruh para aristokrat berkurang. Ekonomi nasional tumbuh berkat program
reformasi agraria dan proyek-proyek modernisasi seperti pembangunan Bendungan
Aswan. Namun, ekonomi Mesir sempat merosot pada tahun 1960an dan baru pulih
pada tahun 1970. Pada masa kekuasaan Nasser, budaya Mesir memasuki zaman
keemasan, khususnya dalam bidang teater, film, puisi, televisi, radio, sastra, seni
rupa, komedi, dan musik. Mesir pada masa Nasser mendominasi dunia Arab di
bidang-bidang tersebut dan menghasilkan penyanyi ternama seperti Abdel Halim
Hafez,Umm Kulthum, dan Mohammed Abdel Wahab. Mesir juga menelorkan
pujangga-pujangga seperti Naguib Mahfouz dan Tawfiq el-Hakim, aktor-aktor seperti
Faten Hamama dan Rushdi Abaza, dan mereka merilis lebih dari 100 film setiap
tahunnya, sementara pada masa kekuasaan Hosni Mubarak (1981–2011) jumlah film
yang diproduksi setiap tahun hanya sedikit lebih besar dari satu lusin. Tulisan ini
mencoba untuk mengkaji dan meneliti lebih dalam mengenai Pemerintahan Mesir
Pada Masa Gamal Abdul Nasser Tahun 1956-1970.
METODE PENELITIAN
Kajian ini menggunakan Metode Sejarah dalam proses pengkajian, dan
menggunakan pendekatan antropologi, serta pendekatan sosiologi pengetahuan untuk
memahami pemikiran Soekarno tentang revolusi Indonesia. Metode sejarah adalah
proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.
(Gottschlak, 2015:39). Sedangkan metode sejarah itu sendiri menurut Abdurahman
(2007:54) mempunyai empat langkah yang berurutan : Heuristik, Kritik, Interpretasi,
dan Historiografi.
Heuristik, pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber
yang berhubungungan dengan Pemerintahan Mesir Pada Masa Gamal Abdul Nasser
Tahun 1956-1970. Selanjutnya untuk mendapatkan sumber-sumber tersebut peneliti
melakukan penelusuran di intenet berupa ebook, jurnal nasional dan jurnal
internasional.
Kritik atau verifikasi penulis melakukan uji keabsahan tentang keaslian
sumber yang dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan
sumber (kredibilitas) yang ditelusuri melalui kritik intern. .
Interpretasi analisis sejarah. Dalam hal ini, ada dua metode yang digunakan,
yaitu analisis dan sintesis, dalam melakukan analisis dan sintesis ini penliti
menggunakan pendekatan dan teori. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
antropologi dan sosiologi pengetahuan.
Historiografi tindakan melakukan pemaparan atau pelaporan hasil kajian
sejarah yang telah dilakukan Pada tahap ini, peneliti melakukan penulisan secara
kronologis, logis, dan sistematis dengan cara merangkai fakta- fakta sejarah sebagai
hasil penafsiran atas faktafakta sejarah sebagai hasil penafsiran atas fakta-fakta
tersebut sehingga terjadi suatu kisah sejarah ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai