Ringkasan Film Akeelah Anderson adalah seorang gadis berusia 11 tahun yang tinggal di Los Angeles Selatan dan menempuh pendidikan bangku sekolah menengah di Crenshaw High South Los Angeles. Ia tinggal bersama ibunya yang bernama Tanya Anderson, dua kakak laki-laki, yaitu Devon Anderson dan Terrence Anderson, serta satu kakak perempuan bernama Kiana Anderson. Sang ayah meninggal pada saat Akeelah berusia 6 tahun, dimana ayahnya meninggal dunia karena ditembak di saat ia sedang berada di perjalanan pulang ke rumah dari kantornya. Pada awalnya, ia kerap kali menangisi kepergian ayahnya. Namun, seiring berjalannya waktu, Akeelah pun dapat tumbuh menjadi seorang anak yang pandai dalam beberapa mata pelajaran, termasuk pelajaran mengeja kata (spelling) . Tetapi, karena kepintarannya tersebut ia seringkali menjadi korban bullying oleh teman-temannya, dimana ia dipanggil sebagai kutu buku, anak yang aneh, dan brainiac dalam konteks negatif. Tidak hanya itu, ia pun kerap kali diminta oleh temannya untuk mengerjakan berbagai tugas dan pekerjaan rumah mereka. Ketertarikannya terhadap dunia spelling bee berawal dari salah satu gurunya, yaitu Ms. Cross, yang melihat bahwa Akeelah memiliki bakat dan ingatan yang luar biasa kuat dalam pelajaran mengeja (spelling) dan ia meminta Akeelah untuk mengikuti lomba mengeja (spelling bee) yang berada di sekolah tersebut. Pada awalnya ia menolak ajakan tersebut karena ia merasa takut bahwa ia akan semakin di-bully oleh teman-temannya apabila ia mengikuti lomba tersebut. Namun, beberapa hari kemudian ia memutuskan untuk mencoba mengikuti perlombaan mengeja yang berada di sekolahnya dan ia memenangkan perlombaan tersebut. Hal tersebut pun membuatnya terpilih menjadi satu-satunya perwakilan sekolahnya dalam ajang mengeja kata di tingkat distrik. Awalnya Akeelah melakukan kesalahan dalam mengeja kata yang diberikan dan hal ini sempat menjadi bahan tertawaan beberapa teman-temannya. Ia pun merasa sedih dan ingin menggagalkan rencana keikutsertaan pada lomba mengeja. Namun, Dr. Joshua Larabee, ketua di Departemen Bahasa Inggris di UCLA, akan menjadi coach Akeelah dalam berlatih mengeja dan berkata: “Bila kau berdiri di kakimu, kau mungkin akan dihargai.” Berkat perkataan tersebut, ia menyadari bahwa ia memiliki bakat mengeja, yang dia harap akan membawanya ke National Spelling Bee. Meskipun ibunya keberatan, Akeelah tidak menyerah pada tujuannya. Dia menemukan bantuan dalam bentuk seorang guru misterius, dan bersama dengan dukungan luar biasa dari komunitasnya, Akeelah memiliki apa yang diperlukan untuk mewujudkan mimpinya, yaitu memenangi perlombaan mengeja kata tingkat nasional di Washington DC. Analisis Karakter Berbakat sesuai Teori Renzulli A. Aspek Above-Average Ability Di dalam teori the Three-Ring Conception of Giftedness, enzulli R (1978) mendefinisikan above-average ability sebagai kemampuan umum (general ability) yang dapat diterapkan di semua domain dan/atau kemampuan spesifik (specific ability). General abilities meliputi berbagai kemampuan seperti kemampuan untuk memproses informasi, mengintegrasikan berbagai pengalaman, dan berpikir abstrak. Sedangkan, specific ability mengacu pada kemampuan dan kapasitas seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan tampil dalam sebuah aktivitas. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa Akeelah adalah anak yang berbakat. Ia menunjukkan keberbakatannya dalam bidang yang spesifik, yaitu dalam bidang bahasa. Hal yang paling menonjol dalam bidang tersebut adalah kemampuannya untuk mengingat dan mengeja kata. Hal tersebut terlihat ketika kemampuannya dalam mengingat dan mengeja kata jauh melebihi kemampuan anak seusianya. Keberbakatan tersebut pun dipertegas dan ditekankan pada saat ia mengikuti lomba mengeja tingkat nasional di Washington DC, dimana ia menjadi murid pertama dari sekolahnya yang bisa masuk ke ajang bergengsi tersebut. Tidak hanya itu, keberbakatannya pun dipertegas karena pada ajang perlombaan mengeja tersebut, ia merupakan peserta termuda, yaitu peserta yang berusia 11 tahun, sedangkan rata-rata usia peserta lainnya adalah 13-14 tahun. Bahkan, ia dapat menjadi juara bersama dan mengimbangi Dylan, anak laki-laki berusia 14 tahun yang telah memenangi ajang tersebut sebanyak 2 kali dan menjuarai berbagai lomba mengeja kata lainnya. B. Aspek Creativity Berbicara mengenai kreativitas, Renzulli (1978) menekankan pada kelancaran, fleksibilitas, kemampuan berpikir orisinil, kemampuan mengelaborasi, kemampuan mengevaluasi, keterbukaan terhadap pengalaman, sensitivitas terhadap stimulasi, dan keinginan untuk mengambil resiko. Aspek ini turut hadir dalam diri Akeelah yang ditunjukkan dalam cara yang digunakannya dalam mengingat huruf atau ejaan dari sebuah kata. Aspek kreatif dalam film terlihat dari bagaimana Akeelah berlaku atau bekerja secara kreatif. Dalam berkreatif, Akeelah merespon terhadap beberapa kejadian, termasuk di dalamnya respon Akeelah terhadap pressure (tekanan) sehingga hal tersebut memicu cara berpikir dan bekerja kreatifnya. Cara berpikir dan bekerja kreatif dari tokoh Akeelah dapat dijumpai pada adegan ketika ia menggunakan metode tapping jari sebagai bentuk mnemonic device untuk mengingat atau mengkonkretkan urutan huruf dalam kata yang akan ia eja. Tidak hanya itu, ia juga menggunakan metode skipping (lompat tali) untuk menjaga tingkat fokusnya dari berbagai hal yang dapat menjadi sumber distraksi. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Akeelah merupakan anak berbakat yang memiliki kemampuan creative thinking sehingga ia mampu bekerja kreatif, berpikir kreatif, dan menghasilkan produk yang kreatif. C. Aspek Task of Commitment Menurut Renzulli (1978), dalam aspek Task of Commitment ia memahami bahwa motivasi dapat berubah menjadi sebuah tindakan, seperti ketekunan, ketahanan, kerja keras, self-confidence, persepsi, dan daya tarik khusus dengan subjek yang khusus. Ia mengatakan bahwa tanpa adanya task commitment, seseorang tidak mungkin dapat meraih pencapaian yang tinggi. Aspek Task of Commitment turut dapat ditemukan dalam diri Akeelah. Sejak kecil, ia sudah memiliki ketertarikan terhadap bidang bahasa. Hal ini terlihat dari kegemarannya bermain permainan scrabbles bersama ayahnya dahulu. Berkat adanya motivasi, kegigihan, ketekunan, dan kerja keras yang tinggi, ia terus menggeluti ketertarikannya itu hingga akhirnya ia berhasil memiliki pencapaian yang sangat luar biasa. Dalam melakukan persiapan menuju lomba baik di tingkat distrik, regional, maupun nasional, Akeelah mengalami berbagai macam cobaan, seperti sering diejek oleh temannya dan ibunya yang kurang memperhatikannya karena sibuk bekerja sebagai orangtua tunggal untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, sampai-sampai ia dijauhi oleh sahabatnya sendiri. Ibunya pun sempat melarangnya mengikuti perlombaan spelling bee tersebut. Karena rasa semangat Akeelah yang kuat, ia terus berjuang melewati masalah tersebut. Hari demi hari, Akeelah pun mulai membaca buku-buku tebal berbahasa Latin, Yunani, dan Perancis serta belajar mengeja kata-kata dengan metode bahasa dengan memahami kekuatan bahasa lalu dengan mengkonstruksi ulang dan memisahkan kata-kata sampai pada akar-akarnya. Hal tersebut dilakukannya karena ia berkeinginan untuk mendapatkan juara mengeja tingkat nasional pada saat itu. Tidak hanya itu, tantangan lain pun muncul ke hadapannya. Sejak perlombaan tingkat distrik hingga regional, ia dibimbing oleh pelatihnya, yaitu Dr. Larabee. Namun, pada persiapan menuju lomba tingkat nasional Dr. Larabee memutuskan untuk berhenti membimbingnya. Mengetahui hal tersebut, Akeelah tidak putus asa. Ia tetap mempelajari 5.000 kosakata baru yang dibantu pula oleh masyarakat tempat tinggalnya. Adanya dukungan sosial tersebut pun berperan dalam mengoptimalkan keberbakatannya. Berdasarkan pemaparan sebelumnya, hal tersebut menyatakan bahwa dengan adanya komitmen terhadap tugas, Akeelah mampu mengusahakan dirinya dalam mencapai suatu hal yang telah direncanakan dengan menggunakan motivasi dan kehendak yang kuat yang ada di dalam dirinya sejak ia berusia dini. Sehingga ia dapat bertanggung jawab atas tugasnya dan meraih pencapaian yang tinggi. Maka dari itu, Akeelah dinilai sebagai orang yang berbakat karena ia kerap menunjukkan motivasi, kegigihan, ketekunan, serta kerja keras yang tinggi, sehingga pada akhirnya ia mampu memenangkan perlombaan mengeja kata tingkat nasional di Washington DC. DAFTAR PUSTAKA
Renzulli, J. S. (1978). What makes giftedness?
Re-examining a definition. Phi Delta Kappan, 60(180–184), 261.