Anda di halaman 1dari 23

MODUL 4

PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN

I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Bahan Kajian
Bab ini menjelaskan tentang komponen penyusunan instrumen penilaian,
instrumen ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotor, dan penilaian
portofolio.
B. Relevansi
Sebelum mempelajari bab ini, mahasiswa telah memiliki pengetahuan
sebelumnya tentang ranah kogntif, afektif, dan psikomotor dalam matakuliah
pengembangan program pembelajaran bidang studi. Bab ini akan lebih
mempermudah mahasiswa mempelajari tentang bagaimana menyusun instrumen
penilaian.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan instrumen penilaian berbentuk tes dan non tes
2. Mendeskripsikan instrumen ranah kognitif
3. Mendeskripsikan instrumen ranah afektif
4. Mendeskripsikan instrumen ranah psikomotor
5. Menjelaskan penilaian portofolio

II. PENYAJIAN MATERI


A. Materi
1. Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian ada yang berbentuk tes dan ada yang berbentuk non tes.
Instrumen penilaian berbentuk tes merupakan semua instrumen penilaian yang
hasilnya dapat dikategorikan menjadi benar dan salah, misalnya instrumen penilaian
untuk mengungkap aspek kognitif dan psikomotor. Instrumen penilaian non tes
hasilnya tidak dapat dikategorikan benar salah, dan umumnya dipakai untuk
mengungkap aspek afektif.

39
a. Instrumen Penilaian Berbentuk Tes
Bentuk tes ada yang berupa tes nonverbal (perbuatan) dan verbal. Tes
nonverbal dipakai untuk mengukur kemampuan psikomotor. Tes verbal dapat berupa
tes tulis dan dapat berupa tes lisan. Tes tulis dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu
tes objektif dan tes non-objektif.
1) Tes untuk Mengukur Ranah Kognitif
Penguasaan kognitif diukur dengan menggunakan tes lisan di kelas atau
berupa tes tulis. Tes lisan berupa pertanyaan lisan yang digunakan untuk mengetahui
daya serap siswa terhadap masalah yang berkaitan dengan kognitif. Tes tertulis
dilakukan untuk mengungkap penguasaan siswa dalam aspek/ranah kognitif mulai
dari jenjang pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, sampai evaluasi.
Bentuknya dapat berupa isian singkat, menjodohkan, pilihan ganda, pilihan
berganda, uraian objektif, uraian non-objektif, hubungan sebab akibat, hubungan
konteks, klasifikasi, atau kombinasinya.
Ranah kognitif juga dapat diukur menggunakan portofolio. Portofolio adalah
kumpulan tugas/pekerjaan seseorang. Dalam bidang pendidikan, portfolio diartikan
sebagai kumpulan dari tugas-tugas siswa. Hal yang penting pada penilaian yang
didasarkan pada portfolio adalah mampu mengukur kemampuan membaca dan
menulis yang lebih luas, siswa menilai kemajuannya sendiri, mewakili sejumlah
karya siswa.
Penilaian portofolio pada dasarnya adalah menilai karya-karya siswa
berkaitan dengan mata pelajaran tertentu. Semua tugas yang dikerjakan siswa
dikumpulkan, dan di akhir satu unit program pembelajaran diberikan penilaian.
Dalam menilai dilakukan diskusi antara siswa dan guru untuk menentukan skornya.
Prinsip penilaian portfolio adalah siswa dapat melakukan penilaian sendiri kemudian
hasilnya di bahas. Karya yang dinilai meliputi hasil ujian, tugas mengarang, atau
mengerjakan soal. Jadi portfolio adalah suatu metode pengukuran dengan melibatkan
siswa untuk menilai kemajuannya berkaitan dengan mata pelajaran terkait.
2) Tes untuk Mengukur Ranah Psikomotor
Tes untuk mengukur aspek psikomotor adalah tes untuk mengukur
penampilan/perbuatan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai siswa. Berikut
adalah contoh-contoh tes penampilan atau kinerja:

40
(a) Tes tulis (paper and pencil test): walaupun bentuk aktivitasnya seperti tes
tulis, namun yang menjadi sasarannya adalah kemampuan siswa dalam
menampilkan karya, misal berupa desain alat, desain grafis dan sebagainya.
(b) Tes identifikasi: lebih ditujukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
mengidentifikasi sesuatu hal, misal menemukan bagian yang rusak atau yang
tidak berfungsi dari suatu alat.
(c) Tes simulasi: dilakukan jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat
dipakai untuk memperagakan penampilan siswa, sehingga dengan simulasi
tetap dapat dinilai apakah seseorang sudah menguasai keterampilan dengan
bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat.
(d) Tes petik kerja (work sample): dilakukan dengan alat yang sesungguhnya
dan tujuannya untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai atau terampil
menggunakan alat tersebut.
Tes penampilan/perbuatan, baik berupa tes identifikasi, tes simulasi, ataupun
petik/unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh datanya dengan menggunakan daftar
cek (check-list) ataupun skala penilaian (rating scale). Daftar cek lebih praktis jika
digunakan untuk menghadapi subjek dalam jumlah besar atau jika perbuatan yang
dinilai memiliki risiko tinggi, sedangkan skala penilaian cocok untuk menghadapi
subjek yang sedikit. Perbuatan yang diukur memakai skala penilaian dengan
rentangan dari sangat tidak sempurna sampai sangat sempurna. Jika dibuat skala 5,
maka skala 1 paling tidak sempurna dan skala 5 paling sempurna.
b. Instrumen Penilaian Berbentuk Non tes
Komponen afektif ikut menentukan keberhasilan belajar siswa. Paling tidak
ada dua komponen afektif yang penting untuk diukur, yaitu sikap dan minat terhadap
suatu pelajaran. Sikap siswa terhadap pelajaran bisa positif bisa negatif atau netral.
Hal ini tidak dapat dikategorikan benar atau salah. Guru memiliki tugas untuk
membangkitkan dan meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran, serta
mengubah dari sikap negatif ke sikap positif. Beberapa jenis skala sikap misalnya
skala Likert, skala Thurstone dan skala perbedaan semantik untuk mengetahui sikap
terhadap suatu hal, baik berupa mata pelajaran ataupun kegiatan. Skala Bogardus
untuk mengetahui sikap sosial siswa. Skala Chapin untuk mengetahui tingkat
keterlibatan siswa dalam organisasi.

41
Keterlibatan atau sikap siswa terhadap kegiatan juga dapat dinilai dengan
memanfaatkan teman sekelompok (peer assessment). Hasil penilaian antar teman
dapat dipakai untuk dijadikan pertimbangan dalam memberikan saran-saran agar
siswa lebih termotivasi juga agar mau lebih baik berinteraksi sesama teman.
2. Instrumen Ranah Kognitif
a. Penyusunan Tes Formal
Tes dapat dikelompokkan menjadi tes formal dan tes non formal.
Klasifikasi Tes formal dan Tes non formal didasarkan pada struktur atau konstruksi
instrumen. Tes formal sudah ada strukturnya yang lebih “baku” atau dibakukan,
sedangkan tes non formal tidak memilikinya.
1) Tes Formal. Bentuk-bentuk instrumen untuk tes formal, antara lain:
a) Pilihan ganda
b) Asosiasi pilihan ganda
c) Sebab-Akibat
d) Melengkapi (Isian singkat)
e) Uraian Objektif
f) Uraian Non Objektif (Essay)
g) Menjodohkan
2) Tes Non Formal. Bentuk-bentuk instrumen untuk tes Non formal, antara lain:
a) Lembar Observasi Unjuk Kerja ( LO-UK )
b) Lembar penilaian kinerja psikomotor atau kognitif lainnya
Syarat-syarat instrumen tes formal (soal tes tertulis) yang baik meliputi syarat
umum dan syarat khusus
a. Syarat-syarat umum
1) materi soal sesuai indikator
2) materi soal sesuai dengan jenjang sekolah dan tingkatan kelas
3) ada petunjuk pengerjaannya
4) antar soal tidak saling berkait, kecuali soal kolektif
5) menggunakan bahasa baku
6) bahasa komunikatif, lugas, dan tidak menimbulkan penafsiran ganda.
b. Syarat-syarat khusus, sesuai dengan jenis soalnya sebagai berikut.
1) Syarat butir soal bentuk pilihan ganda

42
Pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk pilihan ganda adalah :
 Alternatip pilihan jawaban (option) harus logis, baik dari segi isi maupun
hubungannya dengan stem.
 Usahakan agar option homogen, baik dari segi materi maupun panjang
pendeknya pernyataan.
 Kalau optionnya bilangan maka urutkan dari yang kecil ke yang besar
atau dari yang besar ke yang kecil.
 Sedapat mungkin dihindari penggunaan pernyataan yang bersifat negatip,
lebih-lebih negatip ganda, karena akan membingungkan siswa. Jika
memang terpaksa ada kata negatif, kata negatif harus digarisbawahi atau
ditulis dengan huruf besar miring.
 Hindari sedapat mungkin penggunaan option yang terakhir dengan pilihan
“ semua jawaban di atas salah” atau “ semua jawaban di atas benar”
 Pokok soal (stem) hendaknya terdiri atas hal-hal yang diperlukan saja
sehingga tidak mengaburkan maksud soal itu sendiri.
 Untuk setiap soal hanya ada satu jawaban yang paling benar.
 Semua pengecoh dalam option hendaknya berfungsi.
 Usahakan tidak memberi “petunjuk” untuk jawaban yang benar.
 Di dalam pokok soal (stem) diusahakan tidak menggunakan ungkapan
atau kata-kata yang bersifat tidak tentu.
 Usahakan agar butir soal yang satu tidak bergantung pada jawaban butir
soal yang lain.
 Dalam merakit soal, usahakan agar jawaban yang benar (kunci jawaban)
tersebar secara acak diantara alternatip jawaban.
Aspek Persyaratan Persyaratan Yang Baik
1. Materi  Tiap pengecoh benar-benar berfungsi
 Hanya ada satu opsi yang benar
2. Konstruksi  Pokok soal dan pilihan dirumuskan dengan spesifik, jelas, dan
tegas
 Pokok soal diusahakan tidak menggunakan pernyataan negatif
 Pilihan (opsi) jawaban homogen
 Antar opsi tidak saling berhubungan
 Hindari menggunakan pilihan jawaban: semua benar atau semua
salah
 Pilihan jawaban dalam bentuk bilangan, diurutkan
3. Bahasa  Menggunakan bahasa baku
 Bahasa komunikatif, lugas, dan tidak menimbulkan penafsiran
ganda

43
Contoh Soal pilihan ganda:
Petunjuk: Pilihlah salah satu opsi jawaban yang paling tepat, dengan cara
memberikan Tanda silang pada a, b, c, atau d pada soal-soal berikut!
Jika unsur X mempunyai nomor atom 52, maka ion X2 mempunyai .... (stem)
A. 50 proton
B. 50 elektron
C. 54 netron (pengecoh) (option)
D. 54 proton
E. 54 elektron ( kunci)
2) Syarat butir soal bentuk Uraian Objektif
Bentuk soal uraian objektif sangat tepat digunakan untuk bidang Matematika
dan IPA, karena kunci jawabannya hanya satu. Pengerjaan soal ini melalui
suatu prosedur atau langkah-langkah tertentu. Setiap langkah ada skornya.
Objektif di sini dalam arti apabila diperiksa oleh beberapa guru dalam bidang
studi tersebut hasil penskorannya akan sama. Pertanyaan pada bentuk soal ini
di antaranya adalah : hitunglah, tafsirkan, buat kesimpulan dan sebagainya.
Bentuk ini sering disebut uraian terbatas, karena pertanyaannya sudah
dibatasi dengan hal-hal tertentu seperti ruang lingkupnya, indikator-
indikatornya.
Aspek Persyaratan Persyaratan Yang Baik
1. Materi Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas
2. Konstruksi  Menggunakan kata-kata tanya atau perintah yang jawaban/ tanggapannya
tidak terurai, misalnya hitunglah, tafsirkan, buat kesimpulan dan
sebagainya.
 Ada petunjuk megerjakan soal, kunci jawaban, dan pedoman penskoran.
3. Bahasa  Menggunakan bahasa baku
 Bahasa komunikatif, lugas, dan tidak menimbulkan penafsiran ganda

Contoh Soal uraian objektif:


Petunjuk: Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Jelaskan pengaruh suhu terhadap laju reaksi
2. Mengapa korosi besi lebih cepat terjadi pada ruang yang terbuka ?
3. Logam natrium dan gas klorin adalah komponen garam dapur. Pembuatan
garam dapur dalam industri dapat dilakukan dengan penguapan air laut
maupun dengan proses kimia. Salah satu cara yang berdasarkan proses
kimia adalah dengan mereaksikan logam natrium ( Mr Na = 23 ) dengan
44
gas klorin ( Mr Cl = 35,5 ).
Reaksinya: 2 Na(s) + Cl2(g)  2 NaCl(s) .
a. Tuliskan konfigurasi elektron atom Na dan atom Cl
b. Terletak pada golongan dan periode berapa ke dua atom tersebut
c. Jelaskan terbentuknya ikatan dalam garam di atas
d. Unsur apakah yang bertindak sebagai oksidator dan reduktor ?
e. Jika tersedia 6,02 . 1023 atom Na, berapa atom Cl yang bereaksi ?
f. Untuk memperoleh 117 gram garam dapur,diperlukan berapa gram
natrium dan gas klor ?
g. Apabila direaksikan 69 gram Na dan 71 gram Cl 2 , apakah masing-
masing zat tersebut habis bereaksi ?
3) Syarat butir soal bentuk Uraian Non Objektif (Essay)
Bentuk tes ini dikatakan non-objektif karena penilaian yang dilakukan
cenderung dipengaruhi subjektivitas dari penilai. Bentuk tes ini menuntut
kemampuan peserta didik untuk menyampaikan, memilih, menyusun, dan
memadukan gagasan atau ide yang telah dimilikinya dengan menggunakan
kata-katanya sendiri. Keunggulan bentuk tes ini dapat mengukur tingkat
berpikir dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu mulai dari hapalan
sampai dengan evaluasi. Namun demikian, sebaiknya hindarkan pertanyaan
yang mengungkap hafalan seperti dengan pertanyaan yang dimulai dengan
kata : apa, siapa, di mana. Selain itu bentuk ini relatif mudah membuatnya.
Kelemahan bentuk tes ini adalah :
(1) penskoran sering dipengaruhi oleh subjektivitas penilai,
(2) memerlukan waktu yang lama untuk memeriksa lembar jawaban, dan
(3) cakupan materi yang diujikan sangat terbatas,
(4) dan adanya efek bluffing.
Untuk menghindari kelemahan tersebut cara yang ditempuh adalah :
(a) jawaban tiap soal tidak panjang, sehingga bisa mencakup materi yang
banyak,
(b) tidak melihat nama peserta ujian,
(c) memeriksa tiap butir secara keseluruhan tanpa istirahat,dan
(d) menyiapkan pedoman penskoran.

45
Langkah membuat tes ini adalah sebagai berikut.
1) Menulis soal berdasarkan kisi-kisi pada indikator.
2) Mengedit pertanyaan :
a) Apakah pertanyaan mudah dimengerti?
b) Apakah data yang digunakan benar?
c) Apakah tata letak keseluruhan baik?
d) Apakah pemberian bobot skor sudah tepat?
e) Apakah kunci jawaban sudah benar?
f) Apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup?
Kaidah penulisan soal bentuk uraian non-objektif :
1) Gunakan kata-kata: mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan,
hitunglah, buktikan.
2) Hindari penggunakan pertanyaan: siapa, apa, bila.
3) Menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
4) Hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda.
5) Buat petunjuk mengerjakan soal.
6) Buat kunci jawaban.
7) Buat pedoman penskoran.
Penskoran bentuk tes ini bisa dilakukan secara analitik atau global. Analitik
berarti penskoran dilakukan bertahap sesuai kunci jawaban, sedang yang global
dibaca secara keseluruhan untuk mengetahui ide pokok dari jawaban soal
kemudian diberi skor. Bentuk ini sering disebut uraian bebas karena jawaban
siswa tidak dibatasi (bergantung pada pandangan siswa sendiri ).
Aspek Persyaratan Persyaratan Yang Baik
1. Materi Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas
2. Konstruksi  Rumusan kalimat dalam bentuk perintah atau tanya yang menuntut jawaban
atau tanggapan terurai, ialah satu atau beberapa kalimat yang mengandung
kata-kata kunci, contoh: mengapa…, Deskripsikan…., Uraikan,…, dsb.
 Tidak menggunakan kata tanya dengan jawaban terbatas, seperti apa, Siapa,
Bilamana.
 Ada petunjuk yang jelas cara penyelesaiannya
 Penggunaan grafik, gambar, dsb. harus bermakna, atau berkaitan dengan
permasalahan.
3. Bahasa  Menggunakan bahasa baku
 Bahasa komunikatif, lugas, dan tidak menimbulkan penafsiran ganda
Contoh Soal Essay
Petunjuk : Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut pada lembar yang tersedia!
1. Mengapa kita perlu mempelajari ilmu kimia?
46
2. Deskripsikan dengan memberikan contoh dampak negatif produk teknologi
yang menggunakan bahan baku tak terbarukan.
3. Upaya apa saja yang harus kita lakukan untuk mengatasi masalah terus
berkurangnya cadangan air tanah
4. Jelaskanlah bagaimana terjadinya suatu ikatan kimia
Tes uraian dengan dengan ciri khas pertanyaan yang bersifat terbuka
menyebabkan jawaban siswa dapat bervariasi, sehingga dapat menimbulkan
penafsiran yang berbeda-beda bagi guru. Oleh sebab itu dalam penilaiannya ada
kecenderungan subyektif, sangat tergantung pada kemampuan, ketelitian,
kejujuran, baik tidaknya tulisan siswa dan kondisi guru yang memeriksa tes
tersebut. Untuk memperkecil perbedaan skor antara satu guru dengan guru
lainnya maka perlu dibuatkan pedoman.
Berikut ini diberikan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan dalam
pemberian skor tes uraian :
 Jabarkan terlebih dahulu aspek-aspek yang akan diberi skor (dapat juga
langkah langkah dalam penyelesaian soal) serinci mungkin.
 Seringkali suatu aspek (langkah) mempunyai beberapa alternatip
penyelesaian, maka semua alternatip penyelesaian tersebut harus dibuat.
 Setiap aspek (langkah) yang benar diberi skor 1 dan aspek (langkah) yang
salah diberi skor 0.
 Apabila ada suatu aspek (langkah) dalam sebuah soal perlu diberi bobot,
maka skor yang ada dikalikan harga pembobotan tadi
 Skor total dari setiap soal adalah penjumlahan dari masing-masing skor setiap
aspek (langkah) dalam soal tersebut. Dengan demikian kebiasan menetapkan
terlebih dahulu skor 10 untuk suatu soal uraian adalah tidak dapat dibenarkan
karena tidak ada dasarnya.
 Jika suatu tes terdiri dari beberapa soal dan ada soal yang bobotnya tidak
sama, maka skor soal yang akan diberi bobot tersebut dikalikan harga
pembobotan yang diinginkan.

47
b. Penyusunan Tes Kognitif menurut Bloom
Tingkatan berfikir menurut bloom disusun secara berjenjang yang terdiri dari
ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Saat ini tingkatan
berfikir ini telah direvisi (Bloom-revisi) menjadi: pengetahuan (ingatan),
pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, mencipta (create). Jenjang yang tertinggi
adalah mencipta yang pada dasarnya adalah berfikir sintesis.Suatu ciptaan akan
terjadi jika kita melakukan berbagai analisis , evaluasi dan sistesis. Namun dalam
sistem persekolahan kita sementara ini Bloom yang belum revisi masih digunakan
oleh guru, oleh karana itu dalam bahasan ini masih digunakan Bloom yang belum
revisi.
1) Hafalan/ingatan (Recall). Jenjang ini meliputi kemampuan menyatakan kembali
fakta, konsep, prinsip, prosedur yang telah dipelajari oleh siswa. Jadi dalam
jenjang ini siswa hanya diminta untuk mengenali atau mengetahui adanya fakta,
konsep, prinsip, prosedur dan sejenisnya, tanpa harus mengerti atau dapat
menggunakannya.
Contoh:
1. Simbol unsur perak, tembaga, dan emas secara berturut-turut adalah ....
A. Ag, Cu dan Au
B. Fe, Cu dan Au
C. Sn, Ag dan Cu
D. Pd, Ag dan Cu
2. Peristiwa berikut yang termasuk perubahan kimia adalah…
A. air mendidih menjadi uap air.
B. gula larut dalam air panas.
C. kertas dibakar menjadi abu.
D. lilin meleleh karena dinyalakan.

2) Pemahaman (Comprehension). Jenjang pemahaman adalah kemampuan


menangkap arti atau makna dari informasi yang diterima. Misalnya, dapat
menafsirkan bagan, diagram, atau grafik; menterjemahkan suatu pernyataan
verbal kedalam pernyataan matematika atau sebaliknya; meramalkan berdasarkan
kecenderungan tertentu (mengekstrapolasikan); mengungkapkan suatu konsep

48
dengan kata-kata sendiri. Jadi pada jenjang ini siswa diharapkan kemampuannya
untuk mengerti arti atau makna dari informasi yang diperoleh baik berupa fakta,
konsep, prinsip, situasi yang telah diketahui siswa.
Untuk soal nomor 1 s/d 3 menggunakan diagram partikel berikut.

P Q R S T U
1. Diagram partikel yang menggambarkan senyawa adalah ….
A. P B. Q C. R D. S E. T
2. Diagram partikel yang menggambarkan unsur adalah ….
A. P dan Q B. R dan S C. T dan U D. P dan U E. Q dan T
3. Diagram partikel yang menggambarkan campuran adalah ….
A. P, Q dan R
B. P, R dan S
C. R, T dan U
D. R, S dan T
E. Q , R dan S
4. Diagram partikel untuk reaksi 2 NH3  N2 + 3 H2 adalah ….

A. +

B. +

C. + +

D. +

E.
+

49
5. Jumlah atom N yang terdapat pada molekul (NH4)2SO4 sebanyak….
A. 1 B. 2 C. 4 D. 6 E. 8

3) Penerapan (Application). Yang termasuk jenjang penerapan adalah


kemampuan menggunakan prinsip, aturan, atau metode yang telah
diketahuinya kedalam situasi baru atau situasi kongkrit. Kemampuan siswa
menerapkan hal-hal di atas pada situasi yang telah dikenalnya dengan baik,
bukan lagi mengukur penerapan , mungkin saja hanya aspek ingatan.
Contoh:
Suatu larutan yang mengandung 3 gram zat non elektrolit dalam 100 gram air
(kf = 1,86 ) membeku pada -0,2790C. Massa molekul relatif zat tersebut
adalah....
A. 95 B. 100 C. 175 D. 200 E. 300

4) Analisis (Analysis). Jenjang analisis adalah kemampuan menguraikan suatu


informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya, sehingga
struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut
menjadi jelas.
Contoh:
Use the graph below to answer questions 1 through 3

1. In the graph, which of the following is represented by the letter L?


A. reaction heat
B. progress of reaction
50
C. catalytic effect
D. activation energy
2. The reaction represented in the graph is best described by which of the
following terms?
A. unreactive
B. nonreversible
C. exothermic
D. endothermic
3. On the graph, which dimension would be changed if .the rate of reaction
were to be altered by a catalyst ?
A. K
B. L
C. N
D. O
4. Reaksi kesetimbangan pembentukan CO2(g) dari unsur-unsurnya
dinyatakan sebagai berikut :
C(s) + O2 (g) CO2 (g) ∆H = - 394 KJ. Perubahan-perubahan di
bawah ini yang menyebabkan kesetimbangan di atas bergeser ke kiri
adalah ....
A. Temperatur reaksi dinaikkan dua kali
B. Temperatur reaksi dikurangi separonya
C. Jumlah C(s) dinaikkan dua kali
D. Jumlah C(s) dikurangi separonya

5) Sintesis (Synthesis). Jenjang sintesis adalah kemampuan untuk


mengintegrasikan bagian-bagian terpisah menjadi suatu keseluruhan yang
terpadu. Termasuk di dalamnya kemampuan merencanakan eksperimen, karya
tulis (laporan, artikel), menyusun cara baru untuk mengklasifikasikan obyek,
peristiwa dan informasi-informasi lainnya.

51
Contoh:
1. Data percobaan untuk reaksi ; A + B  AB adalah sebagai berikut:
No. [A] mol/L [B] mol/L Laju reaksi(mol/Ls-1)
1. 0,1 0,05 20
2. 0,3 0,05 180
3. 0,1 0,20 320
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa persamaan laju reaksinya
adalah....
A. V =k[A][B] D. V=k[A]2[B]2
B. V=k[A][B]2 E. V=k[A]2[B]4
C. V=k[A]2 [B]
2. Dari observasi di laboratorium diperoleh data: (a) tembaga tidak bereaksi
dengan larutan 1 molar Pb(NO 3)2 ; (b) timah melarut dalam larutan 1
molar AgNO3 disertai timbulnya kristal perak; (c) perak tidak bereaksi
dengan larutan 1 molar Cu(NO3)2. Urutan ketiga logam tersebut sebagai
reduktor dari yang paling tinggi ke yang paling rendah adalah ....
A. Cu, Pb, Ag
B. Cu, Ag, Pb
C. Pb, Ag, Cu
D. Pb, Cu, Ag
E. Ag, Pb, C
3. Apabila amonia dibentuk dari unsur-unsur penyusunnya, grafik di bawah
ini yang merupakan alur konsentrasi N2 dan NH3 terhadap waktu adalah
....

(A) * (B)
Konsen- Konsen-
trasi NH3 trasi N2

N2 NH3

Waktu Waktu

52
(C) (D)
N2
Konsen- NH3 Konsen-
trasi trasi
NH3
N2

Waktu Waktu

6) Evaluasi (Evaluation). Kemampuan pada jenjang evaluasi ialah kemampuan


untuk mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjaan,
berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan. Misalnya, kemampuan memilih
rumusan kesimpulan yang didukung oleh data serta menilai suatu karangan
berdasarkan kriteria penilaian tertentu.
Contoh:
1. Berikut ini diberikan data tentang potensial elektrode standar logam Q, R, S
dan T:
Q(s)  Q3+(aq) + 3e E0 = + O,74 V
R(s)  R2+(aq) + 2e E0 = + 0,25 V
S (s)  S2+ (aq) + 2e E0 = + 0,14 V
T (s)  T2+ (aq) + 2e E0 = + 0,13 V
Jika kita melakukan perlindungan secara katodik (mencegah perkaratan)
pada besi yang data potensial elektrodenya :Fe (s)  Fe2+ (aq) + 2e
E0 = + 0,44 V , maka logam di atas yang dipilih adalah ....
A. Q B. R C. S D. T
2. Diketahui persamaan reaksi pembentukan NH3(g) sebagai berikut:
N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) ∆H = -x kkal
Terdapat dua keadaan sesuai dengan reaksi di atas
Keadaan I: 1 mol N2(g) direaksikan dengan 3 mol H2(g) dalam wadah
tertutup bervolume V liter dan temperatur T oC.

53
Keadaan II: 1 mol N2(g) direaksikan dengan 3 mol H2(g) dalam wadah
tertutup bervolume 1/2V liter dan temperatur T oC.
Berdasarkan dua keadaan tersebut, pernyataan di bawah ini yang benar
adalah …
A. Keadaan I menghasilkan NH3(g) lebih banyak daripada keadaan II,
sebab tetapan kesetimbangan pada keadaan I lebih besar daripada
keadaan II.
B. Keadaan I menghasilkan NH3(g) lebih banyak daripada keadaan II,
sebab volume pada keadaan I lebih besar daripada keadaan II.
C. Keadaan II menghasilkan NH3(g) lebih banyak daripada keadaan I,
sebab tetapan kesetimbangan pada keadaan II lebih besar daripada
keadaan I.
D. Keadaan II menghasilkan NH3(g) lebih banyak daripada keadaan I,
sebab volume pada keadaan I lebih besar daripada keadaan II.
E. Kedaan I dan II menghasilkan NH3(g) sama banyak

Meskipun demikian perlu disadari bahwa tumpang tindih antara jenjang yang
satu dengan yang lain masih dimungkinkan. Karena pada dasarnya kemampuan
kognitif lebih bersifat kontinum. Namun dengan adanya klasifikasi ini akan lebih
memudahkan untuk menilai hasil belajar.
c. Pedoman Penskoran Tes Kognitif
Pedoman penskoran sangat diperlukan, terutama untuk soal bentuk uraian,
agar subjektivitas korektor dapat diperkecil. Pedoman penskoran ini merupakan
petunjuk yang menjelaskan tentang : batasan atau kata-kata kunci untuk melakukan
penskoran terhadap soal bentuk uraian, dan kriteria jawaban yang digunakan untuk
melakukan penskoran pada soal bentuk uraian non-objektif.
Pedoman pemberian skor untuk setiap butir soal uraian harus disusun segera
setelah perumusan kalimat-kalimat butir soal tersebut.
1) Contoh Penskoran Soal Bentuk Pilihan Ganda
Cara penskoran tes bentuk pilihan ada dua, yaitu: pertama tanpa ada koreksi
terhadap jawaban tebakan, dan yang kedua adalah dengan koreksi terhadap jawaban
tebaan.

54
a) Penskoran tanpa koreksi terhadap jawaban tebakan adalah satu untuk tiap
butir yang dijawab benar, sehingga jumlah sekor yang diperoleh peserta didik
adalah banyaknya butir yang dijawab benar.
B
Skor =  x 100
N
B =banyaknya butir yang dijawab benar
N =adalah banyaknya butir soal
Contohnya adalah sebagai berikut :
Banyaknya soal tes ada 40 butir.
Banyaknya jawaban yang benar ada 20.
Jadi skor yang dicapai seseorang:
20
Skor =  x 100 = 50
40

b) Penskoran dengan koreksi terhadap jawaban tebakan adalah sebagai berikut:


S
Skor = [(B -  )/N] x 100
P-l

B = banyaknya butir soal yang dijawab benar


S = banyaknya butir yang dijawab salah
P = banyaknya pilihan jawaban tiap butir.
N = banyaknya butir soal
Butir soal yang tidak dijawab diberi skor 0.
Contoh :
Soal bentuk pilihan ganda yang terdiri dari 40 butir soal dengan 4 pilihan
tiap butir, dan banyaknya 40 butir. Bila banyaknya butir yang dijawab benar
ada 20, yang dijawab salah ada 12, dan tidak dijawab ada 8, maka skor yang
diperoleh adalah:
12
Skor = [(20 -  )/40] x 100 = 40
4-1

55
2) Contoh Pedoman Penskoran Soal Uraian
Sebanyak 6,85 gram oksida logam M2O3 bereaksi dengan gas hidrogen menjadi
logam M dan air pada 3000 C. Jika massa air yang dihasilkan adalah 2,43 gram,
tentukan massa gas hidrogen yang bereaksi dan massa atom relatif logam M. (Ar
H = 1, O = 16)

Pedoman pemberian skor

No Aspek-aspek yang dinilai Skor


1 Menuliskan persamaan reaksi 1
M2O3(s) + 3 H2(g)  2 M(s) + 3 H2O(g)
2 Menentukan jumlah mol H2O hasil reaksi
2,43 g H2O = 2,43 g = 0,135 mol H2O 1
18 g/mol
3 Menentukan jumlah mol H2 berdasarkan perbandingan 1
koefisien reaksinya.
Jumlah mol H2 ekivalen dengan jumlah mol H2O
Jumlah mol H2 = 0,135 mol

4 Menentukan massa H2 berdasarkan jumlah mol H2. 1


0,135 mol H2 = 0,135 x 2
= 0,270 gram H2

5 Menentukan Mr. M2O3 berdasarkan jumlah mol dan 1


massanya
0,045 mol M2O3 massanya 6,85 g
Mr M2O3 = 6,85_ = 152
0,045
6 Menentukan jumlah mol M2O3 berdasarkan perbandingan 1
koefisien reaksi:
mol M2O3 = 1/3 mol H2O
= 1/3 x 0,135 mol = 0,045 mol M2O3

7 Menentukan massa atom relatif (Ar) logam M berdasarkan 1


nilai Mr M2O3.
Mr M2O3 = 2 x Ar M + 3 x Ar O
152 = 2 x Ar M + 3 x 16
Ar M = 52
TOTAL 7

3) Pembobotan Soal Uraian


Pembobotan soal adalah pemberian bobot kepada suatu soal dengan cara
membandingkannya dengan soal lain dalam suatu perangkat tes yang sama.

56
Dengan demikian, pembobotan soal uraian hanya dapat dilakukan dalam
penyusunan perangkat tes. Apabila suatu soal uraian berdiri sendiri maka tidak
dapat dihitung atau ditetapkan bobotnya.
Bobot setiap soal ujian yang ada dalam suatu perangkat tes ditentukan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan materi dan karakteristik
soal itu sendiri, seperti luas lingkup materi yang hendak dibuatkan soalnya,
esensialitas dan tingkat kedalaman materi yang ditanyakan.dan tingkat kesukaran
soal tersebut.
Selain faktor-faktor tersebut, hal yang perlu pula dipertimbangkan dalam
pembobotan soal uraian adalah skala penskoran yang hendak digunakan, misalnya
skala 10, atau skala 100. Apabila digunakan skala 100 maka jika semua butir soal
dijawab benar, skornya 100; demikian pula bila skala yang digunakan 10. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan perhitungan skor.
Skor jadi yang diperoleh peserta didik yang menjawab suatu butir soal uraian
ditetapkan dengan jalan membagi skor mentah yang diperoleh dengan skor
mentah maksimumnya kemudian dikalikan dengan bobot soal tersebut. Rumus
yang dipakai untuk penghitungan skor butir soal (SBS) adalah :
a
SBS =  x c
b SBS = skor butir soal
a = skor mentah yang diperoleh peserta didik untuk
butir soal
b = skor mentah maksimum soal
c = bobot soal
Setelah diperoleh skor butir soal (SBS) maka dapat dihitung total skor butir
soal berbagai skor total peserta didik (STP) untuk serangkaian soal dalam tes
yang bersangkutan, dengan menggunakan rumus :
STP = Σ SBS
Keterangan :
STP = skor total peserta; SBS = skor butir soal

57
Contoh 1. Bobot soal sama, dengan skala 0 sampai dengan 100
Skor Mentah Skor Mentah Bobot Skor Bobot
No. Soal Perolehan Maksimum Soal Soal
(a) (b) (c) (SBS)
01 30 60 20 10,00
02 20 40 30 15,00
03 10 20 30 15,00
04 20 20 20 20,00
Jumlah 80 140 100 60,00
(STP)
Pada dasarnya skor total peserta didik (STP) merupakan penjumlahan skor
tiap butir soal (SBS), dan penentuan SBS ini memperhatikan bobot soal.
Contoh ini berlaku untuk soal uraian objektif dan uraian non-objektif.

4) Pembobotan Soal Bentuk Campuran


Dalam beberapa situasi bisa digunakan soal bentuk campuran, yaitu bentuk
pilihan dan bentuk uraian. Pembobotan soal bagian soal bentuk pilihan ganda dan
bentuk uraian ditentukan oleh cakupan materi dan kompleksitas jawaban atau
tingkat berpikir yang terlibat dalam mengerjakan soal. Pada umumnya cakupan
materi soal bentuk pilihan ganda lebih banyak, sedang tingkat berpikir yang
terlibat dalam mengerjakan soal bentuk uraian biasanya lebih banyak dan lebih
tinggi.
Suatu ulangan terdiri dari N1 soal pilihan ganda dan N2 soal uraian. Bobot untuk
soal pilihan ganda adalah w1 dan bobot untuk soal uraian adalah w2. Jika seorang
peserta didik menjawab benar n1 pilihan ganda, dan n2 soal uraian, maka peserta
didik itu mendapat skor:

n1 n2
w1x  x 100 + w2x  x 100
N1 N2

Misalkan suatu ulangan terdiri dari 20 bentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan,

58
dan 4 buah soal bentuk uraian. Soal pilihan ganda bisa dijawab benar 16 dan
dijawab salah 4 (skor maksimum 20), sedang bentuk uraian bisa dijawab
benar 20 dari skor maksimum 40. Apabila bobot pilihan ganda adalah 0,40
dan bentuk uraian 0,60, maka skor yang diperoleh dapat dihitung sebagai
berikut:
16 20
0,4x  x 100 +0,6x  x 100 = 62
20 40
a) Skor pilihan ganda tanpa koreksi jawaban dugaan: (16/20) x 100 = 80
b) Skor bentuk uraian adalah: (20/40) x 100 = 50.
c) Skor akhir adalah: 0,4 x (80) + 0,6 x (50) = 62.

A. Latihan
1. Jelaskan persyaratan umum penulisan tes formal !
2. Jelaskan persyaratan khusus penulisan tes pilihan ganda !
B. Rangkuman
Instrumen penilaian ada yang berbentuk tes dan ada yang berbentuk non tes.
Instrumen penilaian berbentuk tes merupakan semua instrumen penilaian yang
hasilnya dapat dikategorikan menjadi benar dan salah, misalnya instrumen penilaian
untuk mengungkap aspek kognitif dan psikomotor. Instrumen penilaian non tes
hasilnya tidak dapat dikategorikan benar salah, dan umumnya dipakai untuk
mengungkap aspek afektif.
Bentuk tes ada yang berupa tes nonverbal (perbuatan) dan verbal. Tes
nonverbal dipakai untuk mengukur kemampuan psikomotor. Tes verbal dapat berupa
tes tulis dan dapat berupa tes lisan. Tes tulis dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu
tes objektif dan tes non-objektif.
Komponen afektif ikut menentukan keberhasilan belajar siswa. Ada dua
komponen afektif yang penting untuk diukur, yaitu sikap dan minat terhadap suatu
pelajaran. Sikap siswa terhadap pelajaran bisa positif bisa negatif atau netral.
Beberapa jenis skala sikap misalnya skala Likert, skala Thurstone dan skala
perbedaan semantik untuk mengetahui sikap terhadap suatu hal, baik berupa mata
pelajaran ataupun kegiatan. Skala Bogardus untuk mengetahui sikap sosial siswa.

59
Skala Chapin untuk mengetahui tingkat keterlibatan siswa dalam organisasi.
Portofolio adalah suatu kumpulan dokumen hasil karya dari seseorang atau
individual dalam rangka mencapai tujuan dan pemanfaatan tertentu. Portofolio harus
mengandung informasi yang mencerminkan prestasi, keterampilan, pengalaman,
perkembangan, dan minat yang bersangkutan.

III. PENUTUP
A. Tes Formatif
Soal
1. Jelaskan instrumen penilaian berbentuk tes dan non tes !
2. Jelaskan instrumen apa saja yang dipakai untuk mengukur ranah kognitif !
B. Umpan Balik

Untuk menilai sendiri hasil belajarnya, Anda diharapkan untuk melakukan hal-
hal sebagai berikut:

1. Membuat daftar pertanyaan untuk dijawab sendiri.

2. Mengerjakan soal-soal latihan yang sudah ada

3. Melakukan penilaian sendiri

C. Tindak Lanjut

Apabila hasil evaluasi ≥ 75 maka anda boleh melanjutkan ke bahan kajian


berikutnya. Sedangkan < 75 maka sebaiknya anda mempelajari kembali bahan
kajian ini dan melakukan reevaluasi untuk melihat perkembangan hasil belajar
dan untuk menentukan apakah anda pindah ke bahan kajian berikutnya atau
mempelajari ulang bahan kajian ini.

D. Kunci Jawaban Tes Formatif

1. Instrumen penilaian berbentuk tes merupakan semua instrumen penilaian


yang hasilnya dapat dikategorikan menjadi benar dan salah, misalnya
instrumen penilaian untuk mengungkap aspek kognitif dan psikomotor.
Instrumen penilaian non tes hasilnya tidak dapat dikategorikan benar salah,
dan umumnya dipakai untuk mengungkap aspek afektif.
2. Instrumen (tes) tertulis dilakukan untuk mengungkap penguasaan siswa
60
dalam aspek/ranah kognitif mulai dari jenjang pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, sampai evaluasi. Bentuknya dapat berupa isian
singkat, menjodohkan, pilihan ganda, pilihan berganda, uraian objektif,
uraian non-objektif, hubungan sebab akibat, hubungan konteks, klasifikasi,
atau kombinasinya. Ranah kognitif juga dapat diukur menggunakan
portofolio.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi. Bumi Aksara. Jakarta.

Depdiknas. 2008. Materi Sosialisasi dan Bimbingan Teknis: Perangkat Penilaian


KTSP SMA. Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Sudjana, N. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya.


Bandung.

Surapranata, S. 2004. Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum


2004. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Zainul, A. dan Nasution, N. 2005. Penilaian Hasil Belajar. PAU Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Depdiknas. Jakarta.

Tim Pustaka Yustisia. 2007. Panduan Lengkap Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP). Pustaka Yustisia. Jakarta.

SENARAI
1. Tes merupakan semua instrumen penilaian yang hasilnya dapat
dikategorikan menjadi benar dan salah.

61

Anda mungkin juga menyukai