Anda di halaman 1dari 58

Status Ujian IKM

PENTINGNYA PENYULUHAN MENGENAI KONTROL RUTIN


PENDERITA HIPERTENSI GUNA MENINGKATKAN KEPATUHAN
KONTROL PASIEN HIPERTENSI
PUSKESMAS S.PARMAN BANJARMASIN

Diajukan Untuk Memenuhi syarat Ujian Kepaniteraan Klinik IKM


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Oleh :

Anisa Oktaviani
S.Ked 1830912320089

Pembimbing :

Dr. dr. Meitria Syahadatina Noor, M.Kes

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN

Banjarmasin
Desember, 2020

Mei, 2019
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Data Umum.............................................................................. 1
B. Data Khusus ............................................................................ 27
C. Latar Belakang......................................................................... 29
D. Tujuan Penulisan..................................................................... 33

BAB II. PERMASALAHAN................................................................... 34

BAB III. PEMBAHASAN ....................................................................... 40

BAB IV. PEMECAHAN MASALAH


A. Alternatif Pemecahan Masalah.............................................. 44
B. Prioritas Pemecahan Masalah.............................................. 47
C. Perencanaan Pemecahan Masalah…..……………………. 49
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................ 52
B. Saran...................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. DATA UMUM

1. Data Geografis

Secara geografis Puskesmas S. Parman terletak di Kecamatan Banjarmasin

Tengah dengan membawahi dua kelurahan yakni Kelurahan Pasar Lama dan

Kelurahan Antasan Besar, mempunyai 1 buah puskesmas pembantu, 8 buah

puskesmas keliling, 11 buah posyandu bayi/ balita, dan 3 buah posyandu lansia

dengan luas wilayah kerja adalah 2,70 km2

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas S. Parman

Gambar 2.1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas S. Parman (Kelurahan Pasar

Lama)

1
Gambar 2.2. Peta Wilayah Kerja Puskesmas S. Parman (Kelurahan
Antasan Besar)
2. Letak Wilayah

Secara geografis Puskesmas terletak antara 3°18´19˝ derajat lintang selatan

dan 114°35´25.9˝ derajat lintang pada ketinggian 0,16 m di bawah permukaan laut

dengan kondisi daerah berpaya-paya dan relatif datar. Pada waktu air pasang

hampir seluruh wilayah digenangi air.


3. Luas Wilayah

Luas wilayah kerja Puskesmas S. Parman 2,70 Km2 yang terbagi 2 Rukun

warga (RW) dan 44 Rukun Tetangga (RT). Wilayah kerja Puskesmas S. Parman

terdiri dari 2 (dua) Kelurahan, yaitu:

a. Kelurahan Pasar Lama : 0,65 Km2

b. Kelurahan Antasan Besar : 2,05 Km2

Grafik 2.1Luas Wilayah Puskesmas S. Parman (km2)

4. Keadaan Tanah dan Iklim

Kondisi tanah sebagian terdiri dari rawa-rawa tergenang air, di samping

pengaruh musim hujan dan musim kemarau sehingga iklimnya bersifat tropis.

Suhu rata-rata antara 25 sampai 38 derajat, curah hujan rata-rata 277,9 mm

perbulan, dengan jumlah hari hujan 156 hari selama satu tahun.

5. Jangkauan Transportasi
Jalan memiliki peranan yang penting bagi transportasi khususnya

transportasi darat. Kondisi jalan di wilayah kelurahan Pasar Lama dan Antasan

Besar ini relatif baik. Hampir seluruh wilayah kerja dapat dilalui dengan

kendaraan roda empat maupun roda dua yang dimana kondisi jalan wilayah

puskesmas S. Parman berupa jalan aspal. Waktu tempuh dari kelurahan ke

Puskesmas berkisar 10 menit.

Wilayah kerja puskesmas S. Parman dapat dijangkau dengan menggunakan

alat transportasi darat maupun jalur air dengan alat transportasi perahu kecil atau

kelotok. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa transportasi menuju

Puskesmas S. Parman mudah dijangkau.

B. DATA DEMOGRAFI

Data Penduduk pada tahun 2019, Di Wilayah Kerja Puskesmas S. Parman

menurut laporan Badan Pusat Statistik Banjarmasin, adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Data Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas S. Parman

Kelurahan Jumlah
Pasar Lama 8.140 jiwa
Antasan Besar 7.091 jiwa
Total 15.231 jiwa
(Sumber: Profil Puskemas S. Parman tahun 2019)

Kepadatan penduduk dapat dihitung dengan jumlah penduduk yang dibagi

atas luas wilayah sehingga di dapat jumlah penduduk tiap 1 Km2. Menurut

Undang-undang No.5 Tahun 1960, tingkat kepadatan penduduk di suatu daerah

dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu :

a. Tidak padat : kepadatan penduduk mencapai 50 orang/km2


b. Kurang padat : kepadatan penduduk mencapai 51 - 250 orang/km2

c. Padat : kepadatan penduduk mencapai 250 - 400 orang/km2

d. Sangat padat : kepadatan penduduk melebihi 401 orang/km2

Konverter dari satuan Ha kedalam satuan Km2 adalah 1Ha sama dengan 0,01Km2.

Tabel 1.2 Kepadatan Penduduk di Wilayah Kerja Puskesrnas S. Parman


tahun 2019

No Kelurahan Luas Banyaknya Kepadatan


2
(km ) Penduduk (/km2)
1 Pasar Lama 0,65 8.140 12.532
2 Antasan Besar 2,05 7.091 3.459,024
Total 2,70 15.231 15.982,024
(Sumber: Kantor Statistik Banjarmasin tahun 2019)

Berdasarkan undang-undang di atas, kepadatan penduduk di wilayah kerja

Puskesmas S. Parman pada tahun 2019 kepadatannya mencapai 15.982,024

penduduk/km2. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kepada penduduk di

wilayah kerja Puskesmas S. Parman termasuk kedalam kategori sangat padat. Hal

ini sangat berhubungan dengan tingkat sanitasi, tingkat kesehatan dan penyebaran

penyakit di wilayah Puskesmas S. Parman.

Tabel 1.3 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja


Puskesmas S. Parman

Jumlah Penduduk
Jumlah
No Kelurahan
(jiwa)
Laki-Laki Perempuan
1 Pasar Lama 4.083 4.057 8.140 jiwa
2 Antasan Besar 3.557 3.534 7.091 jiwa
Jumlah 7.640 7.591 15.231 jiwa
(Sumber: Profil Puskemas S. Parman tahun 2019)

Grafik 1.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan


Pasar Lama dan Antasan Besar Tahun 2019

Dari data diatas dapat disimpulkan Kelurahan Pasar lama mempunyai

jumlah penduduk yang lebih banyak dibandingkan dengan Kelurahan Antasan

Besar yaitu 8.140 jiwa.

Usia produktif dalam suatu produktif yang dapat dihitung dengan rumus

berikut:

Keterangan:
P15-64 = Penduduk usia produktif (15-64 tahun)
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui dependency ratio atau

rasio beban tanggungan atau disebut juga rasio tanggungan keluarga

menggunakan rumus berikut:

Keterangan:
P0-14 = Penduduk usia muda (0-14 tahun)
P65+ = Penduduk usia lanjut (65 tahun ke
atas) P15-64 = Penduduk usia produktif (15-
64 tahun)
Dependency ratio adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia tidak

produktif (penduduk usia muda dan penduduk usia lanjut) dengan jumlah

penduduk usia produktif.

Tabel 1.4 Komposisi Penduduk Menurut Golongan Umur dan Beban


Tanggungan di Wilayah Kerja Puskesmas S.Parman tahun 2014 S/D
2019

Tahun 0 – 14 Th 15 – 64 Th > 65 Th
2014 3.440 10.775 717
2015 3.240 10.973 461
2016 3.785 11.065 357
2017 3.795 10.779 633
2018 3.913 10.062 932
2019 4.091 10.530 610

Dilihat dari tabel diatas jumlah penduduk berdasarkan umur paling banyak pada

kelompok umur 15-64 tahun. Dimana ini adalah usia produktif

C. GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DAN PENDIDIKAN

1. Sosial Budaya

Kehidupan sosial budaya penduduk di kelurahan pasar lama dan antasan

besar sangat dipengaruhi oleh budaya suku Banjar yang merupakan penduduk asli,

diikuti Jawa, Dayak, Madura, Bugis, dan lainnya. Penduduk kota kehidupannya

bersifat agamis dengan sebagian besar penduduk memeluk agama Islam.

2. Pendidikan
Keberhasilan pembangunan juga dapat dilihat dari segi pendidikan. Salah

satu indikatornya yaitu meningkatnya jumlah penduduk yang melek huruf. Oleh

sebab itu, pemerintah telah mencanangkan program pemberantasan buta huruf.

Persentase buta huruf banyak ditemukan pada usia tua, sedangkan pada usia muda

jarang ditemukan yang buta huruf. Adapun angka melek huruf untuk penduduk 15

tahun keatas di Kota Banjarmasin, dapat dilihat pada grafik 2.3 berikut :

Grafik 2.2 Persentase Penduduk Melek Huruf Usia 15 tahun keatas Di Wilker

Puskesmas S.Parman Tahun 2014-2016

2.1.3 Keluarga Miskin

Keluarga miskin yang menjadi tanggungan jamkesmas tahun 2014 untuk

kelurahan Pasar lama jumlah penduduk miskin sebanyak :811 Jiwa, dan kelurahan

Antasan Besar jumlah penduduk miskin sebesar 909 jiwa. tahun 2015 Kelurahan

Pasar Lama jumlah penduduk miskin sebanyak 815 jiwa dan untuk kelurahan

antasan besar sebanyak 119 jiwa. tahun 2016 untuk kelurahan Pasar lama jumlah

penduduk miskin sebanyak :857 Jiwa, dan kelurahan Antasan Besar jumlah

penduduk miskin sebesar 137 jiwa sedangkan untuk tahun 2017 kelurahan Pasar

lama jumlah penduduk miskin sebanyak : 921 Jiwa, dan kelurahan Antasan Besar
jumlah penduduk miskin sebesar 1.253 jiwa ,Untuk tahun 2018 kelurahan pasar

lama jumlah penduduk miskin 1.745 jiwa dan jumlah keluarga miskin antasan

besar 1.765 jiwa. Keluarga miskin berdasarkan data di atas terjadi kenaikan

jumlah penduduk miskin di kelurahan pasar lama dan terjadi di kelurahan antasan

besar.

Grafik 2.3 Keluarga Miskin di Kota Banjarmasin tahun 2014-2019

D. GAMBARAN PUSKESMAS S. Parman

1. Visi, Misi dan Motto Puskesmas S. Parman

VISI :

Visi Puskesmas S. Parman yaitu Menjadikan Puskesmas S.PARMAN

Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan BLUD Yang Bermutu Dan Bermartabat Serta

Terkemuka Di Kecamatan Banjarmasin Tengah Tahun 2021.

MISI :

Misi Puskesmas S. Parman sebagai berikut:


1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, terjangkau dan

berkeadilan.

2. Membangun profesionalisme dengan memberikan pelayanan kesehatan

yang optimal Baik Bagi Individu, Keluarga Dan Masyarakat

3. Mendorong kemandirian perilaku sehat bagi masyarakat di

wilayah Puskesmas S. Parman.

4. Menggerakan peran aktif masyarakat dalam mewujudkan

lingkungan sehat.

5. Membangun Karakter Dan Menanamkan Nilai-Nilai Organisasi

Kepada Seluruh Staf Puskesmas S.Parman

MOTTO : “PROLASMI” Profesional Melayani Sehat Bersama Kami

2. Sarana Kesehatan Puskesmas S. Parman

Puskesmas S. Parman merupakan tempat pelayanan kesehatan dalam wilayah

kerjanya mempunyai sarana kesehatan masyarakat sebagai berikut :

1. Ruang Kepala Puskesmas.


2. Ruang Tata Usaha.
3. Ruang Konseling.
4. Ruang Laktasi.
5. Ruang Loket.
6. Ruang Apotek.
7. Ruang Gudang Apotek.
8. Ruang Poli Umum.
9. Ruang Poli Lansia.
10. Ruang Poli KIA/KB.
11. Ruang Poli Gigi dan Mulut.
12. Ruang Poli Gizi.
13. Ruang Poli Anak/MTBS.
14. Ruang Tindakan.
15. Ruang Laboratorium.
16. Ruang TB Paru.
17. Ruang Imunisasi.
18. Ruang Administrasi Umum.
19. Ruang Kesling.
20. Ruang Tunggu.
21. Mushola.
22. Aula.
23. Gudang.
24. WC Karyawan.
25. WC Pasien.
Gambar 2.3 Denah Ruangan Puskesmas S. Parman

11
Tata letak di Puskesmas S. Parman sudah cukup baik, dimana loket berada

didepan, ruang poli berada ditengah, dan apotek berada tepat berseberangan

dengan loket sehingga setelah mendapatkan obat dari dokter maka akan segera

pulang sehingga akan memberikan kenyamanan alur pelayanan pasien di

Puskesmas S. Parman.

2. Sarana Kesehatan dan Sarana Pendukung Pelayanan Kesehatan Puskesmas

dalam menjalankan fungsinya, Puskesmas S. Parman didukung oleh:

- Jumlah Pustu

Jumlah Pustu diwilayah kerja Puskesmas S. Parman sebanyak 1 buah.

Pelayanan setiap hari dan tidak ada dokter, sehingga pelayanan

dilimpahkan ke perawat dan bidan.

- Jumlah Posyandu Balita

Jumlah Posyandu Balita diwilayah kerja Puskesmas S. Parman

sebanyak 11 Posyandu Balita.

- Jumlah Posyandu Lansia

- Jumlah Posyandu Usila diwilayah kerja Puskesmas S. Parman

sebanyak 3 Posyandu Lansia.

- Strata Posyandu yang terdapat di Puskesmas S. Parman

Puskesmas Pratama Madya Purnama Mandiri

Pasar Lama 0 4 3 0

12
Antasan Besar 0 1 3 0

Tabel 1.5 Distribusi Sarana/Fasilitas Kesehatan di Puskesmas S. Parman


Kota Banjarmasin Tahun 2019
No Nama Sarana/Fasilitas Jumlah
1 Puskesmas Induk 1 buah
2 Posyandu Balita 11 buah
3 Posyandu Lansia 3 buah
4 Desa Siaga/Poskesdes -
5 Rumah Sakit 0 buah
6 Praktek Dokter Swasta 4 orang
7 Klinik 5 buah
8 Bidan Praktek 4 orang
9 Laboratorium Klinik 1 buah
10 Apotek 1 buah
Dari data di atas jumlah posyandu balita dan lansia disesuaikan dengan

jumlah balita dan lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas. Jumlah posyandu

ideal menurut Departemen Kesehatan yaitu 1 posyandu untuk 100 balita atau

lansia. Sementara untuk jumlah posyandu lansia masih belum ideal jika

disesuaikan dengan literatur dari Depkes tentang posyandu, dimana 1 posyandu

untuk 100 lansia, sedangkan Puskesmas S. Parman memiliki 3 posyandu lansia.

3. Sarana dan Prasarana Pendukung

Tabel 1.6 Sarana dan Prasarana Kegiatan Puskesmas S. Parman Tahun 2019
No. Nama Sarana dan Jumlah Kondisi
Prasarana Baik Rusak Rusak
Ringan Berat
1 Ambulance 1 1 - -
2 Gedung Induk 1 1 -
Puskesmas
3 Sepeda Motor 2 1 - 1
Sarana dan prasarana yang dimiliki Puskesmas S.Parman sendiri adalah

adanya 1 buah ambulans yang selalu berada di puskesmas, dan 2 buah sepeda

motor dimana 1 buah motor dalam kondisi baik dan dipegang oleh satpam

puskesmas, dan 1 nya dalam keadaan rusak berat sehingga dikembalikan ke dinas.

Tabel 1.7 Persediaan Terakhir Alat dan Bahan Sekali Pakai di Puskesmas S.
Parman

No Alat Satuan Stok Awal Stok akhir


1 Alat suntik 1 ml pcs 300 200
2 Alat suntik 3 ml Pcs 395 295
3 Alat suntik 5 ml pcs 463 463
4 Catgut/benang bedah no 2/0-3/0 pcs 27 27
(plain/chromic)
5 Urine bag pcs 3
6 Surflo 18/20/22 pcs 34 20
7 Surgical Glove Non steril uk M Pcs 410 300
8 Surgical Glove No. 7 pcs 181 163
9 Aquadest steril botol 10 8
10 Blood Lancet Pcs 800 600
11 Coverplast pcs 600 400

Dari data di atas prasarana yang dimiliki Puskesmas S. Parman sudah

termasuk lengkap, untuk melakukan kegiatan puskesmas luar gedung yang sulit

dijangkau kendaraan roda empat dapat menggunakan kendaraan roda dua.


4. Tenaga Kesehatan

Karyawan Puskesmas S. Parman Berjumlah 34 orang yang terbagi sebagai


berikut:

Tabel 1.8 Jumlah Karyawan Puskesmas S. Parman


Jenis Ketenagaan / Yang ada Kurang Status
Pendidikan sekarang Kepegawaian

PUSKESMAS
Magister (S-2) 1 0 1 PNS 0 KTK
Dokter Umum 3 1 3 PNS 0 KTK
Dokter Gigi 1 0 0 PNS 1 KTK
Apotiker 1 0 1 PNS 0 KTK
Sarjana / D IV / D 3 /D I

- Sarjana Kes Mas 0 2 0 PNS 0 KTK


- S-1 / D IIII Perawat 0/4 1/2 4 PNS 0 KTK
- Sarjana Ekonomi 1 1 1 PNS 0 KTK
- D IV/DIII/DI bidan 1/3/2 0/2/0 6 PNS 0 KTK
- D IV Kes Gigi 1 0 1 PNS 0 KTK
- D IV / D III GIZI 1/1 0/1 2 PNS 0 KTK
- D III / D I Sanitasi 1/1 1/0 2 PNS 0 KTK
- D III Analis Kes 1 0 1 PNS 0 KTK
- D III Farmasi 2 1 1 PNS 1 KTK
SLTA Sederajat
- SPK 3 0 3 PNS 0 KTK
- SPRG 2 0 2 PNS 0 KTK
- SMF 0 0 0 PNS 0 KTK
- SMAK 1 1 1 PNS 0 KTK
- SMA / SMEA 1 1 1 PNS 0 KTK
Pekarya 2 1 2 PNS 0 KTK
JUMLAH 34 15 31 3

Dari tabel di atas jumlah tenaga kerja di Puskesmas S. Parman sendiri dari

komposisi tenaga kerjanya sudah lengkap karena sudah ada serta mampu untuk

mencukupi pelayanan dasar di Puskesmas.


Gambar 2.4 Standar Ketenagaan Puskesmas Menurut PMK No.75
Gambar 2.5 Struktur Organisasi Puskesmas S. Parman

5. Sumber Dana

Puskesmas S.Parman selama tahun 2019 mendapat sumber dana dari

Anggaran Pendapatan Belanja Nasional yang terdiri dari sumber dana APBD,

dana BOK, JKN .

6. Program Kerja Puskesmas

1.9 Tabel Upaya Kesehatan Wajib


Pencapaian Hasil
VARIABEL KEGIATAN
(%) Kinerja
PROMOSI KESEHATAN 96 Baik
Penyuluhan PHBS 100 Baik
1. Institusi Pendidikan 100 Baik
2. Institusi Sarana Kesehatan 100 Baik
3. Institusi Rumah Tangga 100 Baik
4. Institusi Tempat-Tempat Umum 100 Baik
5. Institusi Tempat-Tempat Kerja 100 Baik
Penyuluhan 75 Baik
1. Keliling 50 Baik
2. Kelompok 100,00 Baik
Kelurahan Siaga Aktif 100,00 Baik
Tingkat Kemandirian Posyandu 100 Baik
1. Posyandu Purnama dan Mandiri 100 Baik
2. Keaktifan Kader Posyandu 100 Baik
Pembinaan UKS 100 Baik
1. Jumlah Sekolah yang melaksanakan UKS 100 Baik
2. Jumlah Dokter Kecil 100 Baik
3. Jumlah Dokter Remaja 100 Baik
4. Jumlah Guru Pembina UKS 100 Baik
5. Kunjungan Tenaga Kesehatan ke Sekolah 100 Baik

Pencapaian Hasil
VARIABEL KEGIATAN
(%) Kinerja
Kesehatan Lingkungan : Penyehatan Air 95 Baik
1. Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih 89,75 Baik
2. Pembinaan kelompok masyarakat -
-
Kelompok Pemakai Air
3. Pengawasan Kualitas Air Bersih ( PDAM ) 100 Baik
Hygiene dan Sanitasi Mak Min 100 Baik
1. Pembinaan tempat pengelolaan makanan 100 Baik
2. Pengawasan Kualitas Air Minum 100 Baik
3. Pemeriksaan Sampel Makanan 100 Baik
Penyehatan tempat pembangunan
100,00
Sampah dan Limbah Kurang
1. Inspeksi Tempat Pembuangan Sampah 100,00 Baik
2. Inspeksi Tempat Pembuangan Akhir - -

Penyehatan Lingk Pemukiman dan Jaga 90,00 Baik


1. Pemeriks penyehatan lingk pada
90,00
Perumahan Baik
Pengawasan Sanitasi TTU 81,00 Baik
1. Inspeksi sanitasi TTU 86,00 Baik
2. Sanitasi TTUmemenuhi syarat 75,00 Baik
Pengamanan Tempat
50,00 Kurang
Pengolahan Pestisida
1. Inspeksi sanitasi sarana
100,00
Pengelolaan pestisida Baik
2. Pembinaan tempat Kurang
0,00
Pengelolaan pestisida
Klinik Sanitasi 40,00 Kurang
1. Kunjungan ke Klinik Sanitasi 40,00 Kurang
Pencapaian Hasil
VARIABEL KEGIATAN
(%) Kinerja
CAKUPAN KESEHATAN IBU DAN ANAK
89,00
TERMASUK KB Baik
Kesehatan Ibu 78,00 Baik
1. Pelayanan Kesehatan Bagi Bumil sesuai
99,00
Standart utk Kunjungan Lengkap Baik
2. Drop out K4 - K1 - -
3. Pelayanan persalinan oleh Nakes yg
100,00
mempunyai kompetensi kebidanan Baik
4. Pelayanan Nifas lengkap (ibu dan 100,00
Neonatus ) sesuai standar ( KN3 ) Baik
5. Pelay dan /rujukan bumil risti/kompl 100 Baik
Kesehatan Bayi 76,00 Baik
1. Penanganan dan atau rujukan 95
neonatus resiko tinggi Baik
2. Cakupan BBLR ditangani/di MTBM 1,3 kurang
3. Cakupan Kunjungan Neonatus ( KN ) 100 Baik
4. Cakupan Kunjungan Bayi 100 Baik
Upaya Kes Balita dan Anak Pra Sekolah 99,00 Baik

1. Pelayanan deteksi dan stimulasi dini 100


tumbuh bang Balita (kontak pertama) Baik

2. Pelayanan deteksi dan stimulasi dini 98


tumbuh kembang Anak Pra Sekolah Baik
Upaya Kes Anak Usia Sekolah & Remaja 95,00 Baik
1. Pelayanan Kes Anak SD oleh Nakes / tenaga
55 Baik
terlatih/guru UKS/dokter kecil
2. Cakupan Pelayanan kesehatan remaja 100 Baik
3. Penjaringan Anak Sekolah
a. Jml Murid Kls 1 SD UKS yang diperiksa 100 Baik
b. Jml Murid Kls 1 SMP/SMA UKS yang 100
diperiksa Baik
Pelayanan Keluarga Berencana 99,00 Baik
1. Akseptor KB Aktif di Puskesmas (CU) 99 Baik
2. Akseptor Aktif MKET di Puskesmas -

Pencapaian Hasil
VARIABEL KEGIATAN
(%) Kinerja
UPAYA PENCEGAHAN DAN
95,00 Baik
PEMBERANTASAN PENAKIT MENULAR
TB Paru 90,00 Baik
1. C D R 100 Baik
2. Kesembuhan 77 Kurang
3. Konversi 86 Baik
Kusta 0,00 Kurang
1. Penemuan tersangka penderita kusta 0,00 Kurang
2. Pengobatan penderita kusta 0
3. Pemeriksaan kontak penderita 100,00 Baik
4. Pencegahan dan Pembertasan Penyakit Kusta 0
Pelayanan Imunisasi *) 97,70 Baik
1. Imunisasi DPT 1 pada bayi Baik
100,00
( DPT1 - HB Combo )
2. DO = Campak - DPT Combo 1 88,33 Baik
3. Imunisasi HB - 0 - 7 hari 99,22 Baik
4. Imunisasi Campak pada bayi 100,00 Baik
5. LIL (Lima Imunisasi Dasar Lengkap) 100,00 Baik
6. Imunisasi DT pada anak kelas 1 SD 98,15 Baik
7. Imunisasi TT pada anak SD kelas 2 dan 3 98,20 Baik
Diare 100,00 Baik
1. Penemuan kasus diare di pusk dan kader 100 Baik
2. Kasus diare ditangani oleh Pusk & kader
100
dengan oral rehidrasi Baik
ISPA 55,00 Kurang
1. Penemuan kasus pnemonia dan 11 Baik
pneomonia berat oleh Pusk dan Kader
2. Jumlah kasus pnemonia dan pnemonia berat
100,00
tangani ditangani sesuai standart Baik
Demam berdarah Dengue (DBD) * 95 Baik
1. Angka bebas Jentik (ABJ) 85 Baik
2. Cakupan penyelidikan Epidemologi 100 Baik
3. Kasus DBD yang ditangani 100 Baik
Surveilans 100 Baik
1. Laporan STP 100 Baik
2. Laporan PWS KLB ( W2 ) 100 Baik
3. AFP 0
4. KLB 0

2.11 Tabel Upaya Kesehatan Pengembangan


PENCAPAIAN HASIL
VARIABEL KEGIATAN (%) KINERJA
Upaya Kesehatan Usia Lanjut 88 Baik
1 Pembinaan kelomp Usila sesuai standar 100 Baik
2. Pemantauan kes pada anggota Kelomp
75 Baik
Usia Lanjut yang dibina sesuai standar
Upaya Kes Mata/Pencegahan Kebutaan 100 Baik
1. Penemuan kasus penyakit mata di pusk 100 Baik
2. Penemuan kasus buta katarak pd Usia > 45
100
tahun Baik
Kesehatan Jiwa 100,00 Baik
1. Deteksi & Penanganan kasus jiwa ke
100
Puskesmas Baik
2. Penanganan kasus kesehatan jiwa Rujukan 100 Baik
Pencegahan dan Penanggulangan Peny Gigi 100 Baik
1 UKGS Selektif Tahap III 100,00 Baik
2. Pembinaan dan Sikat Gigi massal pd SD/MI 100 Baik

3. Pemeriksaan dan Penyul gigi pada anak 100


Baik
1- 6 tahun di Desa ( Posyandu )/UKGMD
4. Pemeriksaan dan Penyul Gigi pada Bumil 100 Baik
Perawatan Kesehatan Masyarakat 100 Baik
1. Kegt asuhan keperawatan pada keluarga 100 Baik
Bina Kesehatan Tradisional 100 Baik
1. Jumlah Batra yang dibina 100 Baik
2. Jumlah TOGA perkelurahan 100 Baik
Bina Kesehatan Kerja 100 Baik
1. Pelayanan Kesehatan Kerja 100 Baik
Kes Olah Raga 100 Baik
1. Pembinaan Klpk Potensial/Klub dlm Kes
100
Olah Raga Baik

7. Program Kesehatan Wajib


1) Upaya Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan upaya kesehatan wajib di puskesmas dengan
paradigma dekarang dimana promotif dan preventif lebih diutamakan dari
kuratif dan rehabilitatif . dengan upaya promosi kesehatan sekarang
diharapkan masyarakat lebih mengutamakan pencegahan dari pada
pengobatan.
 Penyuluhan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Promosi
kesehatan di puskesmas sekarang ini lebih ditekankan kepada masyarakat
terutama mengenai perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS),Baik PHBS di
rumah tangga, sekolah,tempat-tempat kerja, PHBS ini menjadi fokus
utama dalam promosi kesehatan.

Upaya Kegiatan :
1) Melakukan penyuluhan dimasyarakat baik perorangan maupun
kelompok dalam rangka meningkatkan cakupan.
2) Meningkatkan peran masyarakat dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat secara mandiri
3) Melakukan pembinaan dan pengembangan posyandu
4) Melakukan penyuluhan di sekolah-sekolah
5) Pemebinaan kader posyandu
6) Meningkatkan kerjasama lintas program dan sektor

2) Kesehatan Lingkungan
Program Kesehatan lingkungan berupaya menciptakan kondisi yang
mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia dan bahagia.
Ada 6 upaya dasar yang dilakukan dibidang kesling ;
1. Penyehatan sumber air bersih (SAB)
Kegiatan upaya penyehatan air meliputi ; surveilans kualitas air,
inspeksi sanitasi SAB, pemeriksaan kualitas air, pembinaan kelompok
pemakai air.
2. Penyehatan lingkungan pemukiman (Pemeriksaan Rumah)
Sarana sanitasi dasar yang dipantau meliputi jamban keluarga (jaga),
saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan
sampah (TPS).
3. Penyehatan tempat-tempat umum (TTU)
Penyehatan tempat-tempat umum meliputi hotel dan tempat
penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain,
sarana ibadah, salon dan pangkas rambut, dilakukan upaya pembinaan
institusi rumah sakit dan sarana kesehatan lain, sarana pendidikan dan
perkantoran.
4. Penyehatan tempat pengelola makanan (TPM)
Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan
pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan
makanan dan minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB,
keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan.
5. Pemantauan Jentik nyamuk dan PSN (pemberantasan Sarang Nyamuk)
Petugas sanitasi puskesmas melakukan pemeriksaan terhadap tempat
yang mungkin menjadi perindukan nyamuk.
6. Konsultasi kesling klinik sanitasi
Pemberian konsultasi gratis kepada masyarakat/pasien yang
menderita penyakit yang berhubungan dengan lingkungan seperti;
diare, kecacingan, penyakit kulit, TB Paru, dan lainnya.

3) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana


a. Kesehatan Ibu Dan Anak
Kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah upaya dibidang kesehatan yang
memeberikan pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu
melahirkan, ibu meneyusui, bayi, anak, balita.
Kegiatan KIA di puskesmas s.parman meliputi pemeliharaan ibu hamil,
ibu melahirkan, ibu menyusui, perawatan dan pemeliharaan bayi, balita serta
anak pra sekolah serta pembinaan dukun bayi, pembinaan taman kanak-kanak
dan imunisasi.
Pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWS KIA)
adalah alat manajemen melakukan pemantauan program KIA disuatu wilayah
kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan
tepat.Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru
lahir, byi dan balita.
Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan,pengolahan, analisis, dan
interprestasi dataseta penyebar luasan informasi kepenyelngaraan program
dan pihak atau instansi terkait untuk tindak lanjut. PWS KIA diharapkan
cakupan pelayanan dpat ditingkatkan dengan menjangkau seluruh sasaran
disuatu daerah kerja. Dengan terjangkaunya seluruh sasaran maka diharapkan
seluruh kasus dengan faktor resiko atau komplikasidapat ditemukan sedini
mungkinagar dapat diperoleh penanganan yang memadai.

b. Keluarga Berencana(KB)
Keluarga berencana adalah perencanaan kehamilan, sehingga
kehamilan terjadi pada waktu yang diinginkan.jarak antara kehamilan
diperpanjang untuk membina kesehatan yang sebaik-baiknya, bagi seluruh
anggota dan kelahiran selanjutnya dicegah apabila jumlah anak telah
mencapai jumlah yang dikehendaki untuk menuju norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.kegiatan keluarga berencana tidak hanya
penjarangan/mengatur kehamilan tetapi termasuk kegiatan pemberian
meningkatan perekonomian dan kesejahteraan keluarga.
Tujuan program Keluarga Berencana yaitu:
1. Meningkatkan kesadaran penduduk, keluarga untuk
menggunakan alat kontrasepsi.
2. Menurunkan jumlah angka kelahiran bayi.
3. Meningkatkan kesadaran dalam pemakaian alat kontrasepsi.
4. Meningkatkan kesehatan dengan cara menjarangkan kelahiran
dan mengatur jumlah anak dalam keluarga.
Sasaran program keluarga berencana yaitu:
1. Pasangan yang seharusnya diberi pelajaran keluarga berencana.
2. Mereka yang ingin cegah kehamilan karena alasan pribadi.
3. Mereka yang ingin menjarangkan kelahiran yang baik adalah
yang kurang dari tiga tahun.
4. Mereka yang ingin membatasi jumlah anak.
5. Pasangan usia subur.
Kegiatan program keluarga berencana yaitu :
a. Mengadakan penyuluhan KB, baik pada puskesmas maupun
pada saat mengadakan kunjungan rumah, posyandu, pertemuan
dengan kelompok masyarakat.
b. Menyediakan alat kontrasepsi.

4) Upaya Peningkatan dan Perbaikan Gizi


Pemantauan wilayah setempat gizi adalah alat manajemen gizi untuk
melakukan pemantaun program gizi disuatu wilayah kerja seacara terus
menerus agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. PWS gizi
meliputi kegiatan :
1. SKDN Balita
2. Distribusi Vitamin A pada bayi, anak balita, dan bufas
3. Distribusi tablet tambah darah pada bumil
4. Prevelensi Bumil KEK
5. Cakupan Balita Gizi Kurang dan gizi buruk
6. Cakupan ASI Eksklusif
7. Penyuluhan Gizi
8. Konseling /Konsultasi gizi
9. Distribusi PMT balita/ bumil KEK
10. Pemantauan garam beryodium
11. Pelacakan dan Monotoring Kasus Gizi Buruk
12. Distribusi TTD (Tablet Tambah Darah)
13. Distribusi suplemen gizi Mixaria

5) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular


a. Surveilans
Menurut WHO merupakan pengolahan, analisis dan interpensi data
secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi pada unit
yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan, sehingga dengan
dilakukannya proses tersebut maka diperlukannya penyebaran penyakit
dapat diketahui lebih dini dan terjadinya KLB dapat ditanggulangi.
Kegiatan surveilans dibagi menjadi dua, yaitu : surveilans untuk penyakit
menular dan surveilans penyakitt tidak menular. Tujuan surveilans adalah
agar tersedianya data dan infomasi epidemiologi dasar manejemen
kesehatan untuk mengambil keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi program kesehatan dan peningkatan kewaspadaan
akan terjadi KLB.
Sasaraan surveilans disini berdasarkan sasaran penyelengaraan
sistem surveilans epidemiologi kesehatan meliputi masalah-masalah yang
berkaitan dengan program kesehatan yang ditetapkan berdasarkan prioritas
nasional,bilateral, regional dan global, penyakit potensial wabah, bencana
dan komitmen lintas serta sektor serta sasaran spesifik lokal dan daerah.
Masalah yang dihadapi yaitu apabila ada kasus yang berkaitan diwilayah
kerja puskesmas, sehingga sering tidak terkontrol dan ini akan menyebar
sehingga menimbulkan banyak kasus.
a. Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
 Tujuan :
- Menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin dan
mengurangi berberbagai faktor resiko lingkungan
masyarakat yang memudahkan terjadinya penyebaran
penyakit.
- Memberikan Imunisasi sebagai pencegahan penyakit
 Sasaran :
- Semua Masyarakat.
- Ibu hamil, balita, dan anak-anak sekolah untuk kegiatan
imunisasi, lingkungan pemukiman masyarakat dan
kelompok tertentu masyarakat yang berprilaku resiko tinggi.
-
b. Penyakit Tidak Menular (PTM)
 Tujuan :
Memacu kemandirian masyarakat dalam pencegahan maupun
penanggulangan PTM untuk menurunkan kejadian penyakit
tidak menular (PTM) dan meningkatkan kualitas hidup sehat.
 Sasaran :
Kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM
berusia 15 tahun ke atas

6) Program Kesehatan Pengembangan


1) Upaya Kesehatan Sekolah
2) Kesehatan Olahraga
3) Kesehatan kerja
4) Kesehatan gigi dan mulut
5) Kesehatan jiwa
6) Pengobatan tradisional
7) Upaya Kesehatan Mata/Pencegahan Kebutaan

7. Data Khusus

Tabel 1.10. Data 10 Obat Terbanyak yang dikeluarkan Puskesmas S. Parman


No. NAMA OBAT JUMLAH PEMAKAIAN
1. Parasetamol tab 500 mg 61.529
2. Klorfeniramin Maleat (CTM) 24.425
3. Antasida doen tab 21.143
4. Gliseril Guaicolate tab 20.443
5. Thiamin HCl (vit B1) 17.549
6. Piridoksin HCl (vit B6) 17.417
7. Amoxicillin 500mg 17.352
8. Asam askorbat (vit C) 16.857
9. Vitamin B komplek 16.523
10. Ibuprofen 200mg 16.123
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas S. Parman Tahun 2019

Sistem pengelolaan obat yang dilakukan di Puskesmas S.Parman adalah

menggunakan kombinasi dari sistem FIFO (first in first out) dan FEFO (first

expired first out).

Tabel 1.11. Data 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas S. Parman 2019


No Nama Penyakit Jumlah Kasus
1. Hipertensi 2663
2. Ispa 1567
3. Penyakit Pulpa Dan Jaringan 1455
4. Diabetus Melitus 1149
5. Gastritis 794
6. Dermatitis 701
7. Artritis Lainnya 691
8. Lansia 681
9. Batuk 640
10. Dispepsia 589
(Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas S. Parman Tahun 2019)

Penyakit tertinggi yang dialami pasien di puskesmas S. Parman selama

tahun 2019 adalah hipertensi. Hal ini berkaitan karena tingginya jumlah lansia

(lanjut usia) yang berisiko tinggi terhadap kenaikan tekanan darah & penyakit
pembuluh darah lainnya. Angka kejadian ISPA pun tinggi menduduki peringkat

kedua, hal ini berkaitan dengan kepadatan jumlah penduduk yang tinggi dan jarak

antar rumah penduduk yang terlalu rapat.

Tabel 1.12 Jumlah Kunjungan Pasien di Puskesmas S. Parman Tahun 2018

No Jenis Kunjungan Jumlah


1 Kunjungan BPJS 14.475
2 Kunjungan Umum 26.156
Total Kunjungan 39.631
(Sumber: Profil puskemas S. Parman tahun 2019)

Tabel 1.13 Jumlah Kunjungan Penderita Hipertensi di Puskesmas S.Parman


Kota Banjarmasin Tahun 2019
Jenis Kelamin Pasien Baru Pasien Lama Total
Laki-laki 438 270 708
Perempuan 714 436 1150
Total 1152 706

Tabel 1.14 Jumlah Kunjungan Kontrol Rutin Penderita Hipertensi di


Puskesmas S.Parman Kota Banjarmasin Tahun 2019
Bulan Pasien Lama
Januari 67
Februari 43
Maret 53
April 118
Mei 52
Juni 102
Juli 131
Agustus 140
September-Desember Data hilang

E. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN


Hipertensi merupakan penyakit tidak menular dan seringkali tidak

memberikan tanda-tanda peringatan sehingga menjadi penyebab kematian secara

diam-diam/the silent killer. Hipertensi atau bahasa awamnya darah tinggi adalah
suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan

sistolik) dan/atau >90 mmHg (tekanan diastolik). World Health Organization

(WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat. Pada

tahun 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29% warga di dunia terkena

hipertensi, dan sebanyak 65,74% penderita hipertensi berada di negara

berkembang, termasuk di Indonesia. Hipertensi juga menjadi penyebab kematian

dengan angka 23,7% dari total 1,7 juta kematian di Indonesia tahun 2016.

Prevalensi hipertensi pada orang dewasa sebesar 6−15%, 50% diantaranya tidak

menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi

hipertensi dengan komplikasi karena tidak menghindari dan tidak mengetahui

faktor resikonya.1,2

Onset hipertensi essensial biasanya muncul pada usia antara 25-55 tahun,

sedangkan usia di bawah 20 tahun jarang ditemukan. Patogenesis hipertensi

essensial adalah multifaktorial. Faktor-faktor yang terlibat dalam pathogenesis

hipertensi essensial antara lain faktor genetik, hiperaktivitas sistem saraf simpatis,

sistem renin angiotensin, defek natriuresis, natrium dan kalsium intraseluler, serta

konsumsi alkohol secara berlebihan.Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2018 menghaislkan peningkatan kejadian hipertensi

dibandingan pada tahun 2013. Prevalensi kejadian hipertensi berdassarkan hasil

riskesdas 2018 adalah 34,1%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun

2013 yang menyentuh angka prevalensi 25,8%.2,5,7

Berdasarkan data laporan tahunan jumlah penyakit terbanyak di Puskesmas

S.Parman, didapatkan hasil kunjungan pasien hipertensi pada tahun 2018


sebanyak 3.269 kasus yang menempatkan hipertensi menjadi peringkat 1 penyakit

terbanyak di Puskesmas S.Parman. Pada tahun 2019 kasus hipertensi menjadi

2.663. Terdapat banyak faktor yang memengaruhi kejadian hipertensi di

masyarakat. Hipertensi selain dipengaruhi oleh faktor keturunan, beberapa

penelitian menunjukkan keeratan hubungan dengan perilaku masyarakat. Perilaku

santai (Sedentary life) yang ditandai dengan lebih tingginya asupan kalori dan

kurang aktivitas fisik merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung, yang

biasanya didahului dengan meningkatnya tekanan darah. Kurangnya aktivitas fisik

ditambah dengan semakin maraknya makanan siap saji, kurang mengonsumsi

makanan berserat seperti buah dan sayur, kebiasaan merokok dan kebiasaan

minum-minuman beralkohol merupakan faktor risiko meningkatnya tekanan darah.

Pola hidup yang tidak teratur seperti pola makan yang kurang baik, olahraga dan

aktivitas fisik yang tidak teratur, serta merokok merupakan beberapa diantara

sekian banyak penyebab hipertensi. Sedangkan untuk faktor yang mempengaruhi

kepatuhan kontrol pasien hipertensi antara lain karena tingkat pendidikan,

pekerjaan, lama menderita hipertensi, pengetahuan, dukungan keluarga, pelayanan

dari petugas kesehatan, dan dukungan dari petugas kesehatan.3,4

Saat ini Departemen Kesehatan telah menyusun kebijakan dan strategi

nasional dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit hipertensi yang

meliputi 3 komponen utama yaitu surveilans penyakit Hipertensi, promosi dan

pencegahan penyakit hipertensi serta manajemen pelayanan penyakit Hipertensi.

Kebijakan tersebut tidak mungkin dilaksanakan hanya bersandarkan pada

kemampuan pemerintah, tetapi harus melibatkan seluruh potensi yang ada di


masyarakat. Untuk melaksanakan kebijakan tersebut sebelum terjadinya kearah

hipertensi yang mengakibatkan komplikasi, hingga menyebabkan kematian, patut

diberikan intervensi penyakit hipertensi yang berupa penemuan secara aktif

melalui kader-kader hipertensi.6

Hipertensi penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol agar

tidak menimbulkan gejala dan komplikasi. Hal ini menyebabkan hipertensi

memaksa penderitanya untuk rutin memeriksakan kesehatan dan mengambil

intervensi baik farmakologis maupun non-farmakologis. Tujuan pengobatan

hipertensi adalah mencegah munculnya komplikasi dan gejala. Masalah utama

dalam hipertensi adalah kepatuhan berobat pasien yang buruk sehingga tidak

melakukan pemeriksaan rutin dan intervensi berkesinambungan begitu memiliki

gejala yang hilang sehingga tujuan awal pengobatan hipertensi tidak tercapai.

Keadaan seperti ini akan menimbulkan hasil terapi yang tidak optimal dan

cenderung berujung kegagalan sehingga menimbulkan morbiditas yang merugikan

dan pada akhirnya akan berujung pada kematian. Berdasarkan data yang

dilampirkan di atas, didapatkan jika pasien lama yang terdiagnosa hipertensi tidak

rutin dalam kontrol, jumlah yang kontrol selalu lebih sedikit dari semua pasien

yang seharusnya kontrol dengan tren yang cenderung menurun.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut dapat

melalui pencegahan munculnya mortalitas dengan meningkatkan kesadaran pasien,

mengidentifikasi faktor resiko dan melakukan manajemen preventif. Tenaga

kesehatan memiliki peran sebagai edukator untuk meningkatkan pemahaman


masyarakat tentang penyakit hipertensi dan bagaimana melakukan modifikasi

faktor resiko agar tercipta pola hidup dan kualitas hidup yang sehat.5

F. TUJUAN PENELITIAN

Penulisan ini bertujuan untuk menentukan prioritas masalah serta alternative

pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan angka pasien hipertensi yang

terkontrol lewat pemeriksaan kesehatan teratur di wilayah kerja Puskesmas

S.Parman Banjarmasin.
BAB II

PERMASALAHAN

A. Identifikasi Masalah

Mengapa angka kontrol rutin penderita Hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas S.Parman pada tahun 2019 masih rendah ?

B. Identifikasi Penyebab Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut maka dijabarkan penyebab

masalahnya sebagai berikut:

a. Man

Internal : Penyuluhan mengenai pentingnya ASI ekslusif bagi bayi oleh

puskesmas yang masih kurang maksimal

Eksternal : Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hal yang

berkaitan dengan pentingnya ASI ekslusif bagi bayi baru lahir, sehingga

angka capaian ASI ekslusif untuk bayi yang masih kurang. Ibu bekerja,

sehingga tidak sempat untuk menyusui, produksi ASI yang sedikit atau

tidak ada produksi ASI, ketakutan pada bentuk payudara yang berubah dan

adanya kelainan bentuk payudara, anak yang tidak mau menyusu, Jatah

ASI diambil bapack, Bapack meminta disusui.

b. Methode

media dan kegiatan edukasi tentang pentingnya ASI ekslusif kurang menarik.

c. Money

Internal : minimnya biaya operasional untuk dilakukannya penyuluhan

mengenai pentingnya ASI ekslusif bagi bayi baru lahir.


Eksternal: Sebagian masyarakat diruang lingkup puskesmas dengan social

ekonomi menengah kebawa


d. Market : masalah tersebut muncul karena Kurangnya promosi kesehatan

tentang pentingnya ASI ekslusif.

e. Material : Media sosialisasi masih kurang beragam.

Identifikasi masalah akan dipaparkan dalam kerangka Fishbone:

Money Methode
Man
minimnya biaya
Penyuluhan mengenai operasional untuk media dan
pentingnya ASI ekslusif dilakukannya kegiatan
bagi bayi oleh penyuluhan edukasi tentang
puskesmas yang masih mengenai pentingnya
kurang maksimal pentingnya ASI ASI ekslusif
ekslusif bagi bayi kurang
baru lahir menarik.
kurangnya pengetahuan
sebagian
masyarakat mengenai hal yang berkaitan masyarakat
dengan pentingnya ASI ekslusif bagi bayi dengan social
baru lahir, sehingga angka capaian ASI ekonomi
ekslusif untuk bayi yang masih kurang menengah
kebawah Kurangnya
Ibu bekerja, sehingga tidak sempat untuk
menyusui
angka
Produksi ASI yang sedikit atau tidak ada capaian ASI
produksi ASI ekslusif
Ketakutan pada bentuk payudara yang
berubah dan adanya kelainan bentuk
payudara
Anak yang tidak mau menyusu
Jatah ASI diambil bapack
Bapack meminta disusui

Kurangnya promosi
kesehatan tentang Media sosialisasi
pentingnya ASI masih kurang beragam
ekslusif

Market Material

Gambar 2.1 Kerangka Fishbone terhadap Penyuluhan Pentingnya Kontrol Rutin


Guna Meningkatkan Kepatuhan Kontrol Pasien Hipertensi Puskesmas S.Parman
Banjarmasin

C. Prioritas Masalah
Penentuan prioritas masalah merupakan hal yang sangat penting, setelah

masalah-masalah kesehatan teridentifikasi. Dalam hal ini maka cara penentuan


priorits malsalah yang dipilih adalah Metode PAHO-CENDES (Pan American

Health Organization-Center for Development Studies). Cara ini digunakan di

Amerika Latin. Kriteria yang dipakai adalah:

 M = Magnitude of the problem yaitu besarnya masalah yang dapat dilihat dari

1% atau jumlah/kelompok yang terkena masalah, keterlibatan masyarakat

serta kepentingan instansi terkait.

 I= Importancy atau kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas dan

mortalitas serta kecenderungan dari waktu ke waktu. Importancy terdiri dari:

 Severity (S): berat ringannya masalah tersebut terhadap masalah kesehatan

pada umumnya (semakin berat, nilai semakin tinggi)

 Rate of increase (RI): berat ringannya hambatan jika masalah tersebut

tidak ditangani (semakin berat hambatan, nilai semakin tinggi)

 Public concern (Pco): banyak sedikitnya masalah tersebut menjadi

perhatian masyarakat (semakin menjadi perhatian, nilai semakin tinggi)

 Political climate (PC): banyak sedikitnya perhatian politik terhadap

masalah tersebut (semakin menjadi perhatian politik, nilai semakin

tinggi)

 Social benefit (SB): banyak sedikitnya masalah tersebut memberikan

manfaat sosial jika ditangani (semakin banyak memberi manfaat sosial,

nilai semakin tinggi)

 V = Vulnerability yaitu sensitif atau tidaknya pemecahan masalah dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sensitifitas dapat diketahui dari

perkiraan hasil (output) yang diperoleh dibandingkan dengan pengorbanan

(input) yang dipergunakan.


 C = Cost yaitu biaya atau dana yang dipergunakan untuk melaksanakan

pemecahan masalah. Semakin besar biaya semakin kecil skornya.

Hubungan keempat kriteria dalam menetukan prioritas masalah (P), yaitu:

P = M.I.V.C

Parameter diletakkan pada baris atas dan masalah-masalah yang ingin

dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Pengisian dilakukan dari satu

parameter ke parameter lain. Hasilnya didapat dari perkalian parameter.

Interpretasi angka hasil penilaian adalah sebagai berikut:

a. Besarnya masalah (Magnitude), diberi skor 1 – 5 yaitu:

1. Hanya sebagian kecil masyarakat

2. Sebagian kecil masyarakat

3. Hanya sebagian besar masyarakat

4. Sebagian besar masyarakat

5. Hampir seluruh masyarakat

b. Seberapa jauh masalah dapat diselesaikan (Vulnerability), diberi skor 1-2 yaitu:

1. Tidak ada cara yang efektif

2. Ada cara yang efektif

c. Derajat kepentingan diselesaikannya masalah (Importancy), diberi skor 1 – 5

yaitu:

1. Tidak ada kepentingan

2. Kepentingannya sangat rendah

3. Kepentingannya cukup rendah

4. Kepentingannya cukup tinggi


5. Kepentingannya sangat tinggi

d. Biaya (Cost), diberi skor 1 – 5 yaitu :

1. Sangat tidak murah

2. Tidak murah

3. Cukup murah

4. Murah

5. Sangat murah

Sesuai cara skoring di atas maka prioritas masalah dapat dijabarkan

sebagai berikut.
Tabel 2.1 Skoring Prioritas Masalah dengan Metode PAHO-CENDES

Dari hasil penentuan prioritas masalah berdasarkan pembobotan tersebut

maka didapatkan permasalahan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas S.Parman

adalah angka capaian tingkat kepatuhan pasien hipertensi yang berkunjung setiap

bulannya semakin menurun.

NO Permasalahan M V I C Nilai Prior


Man: Internal
1.1 penyuluhan tentang pentingnya kontrol
rutin penderita hipertensi kepada 4 2 4 2 64 III
masyarakat yang kurang maksima
Eksternal
1 1.2 kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai
hal yang berkaitan dengan hipertensi, sehingga
angka capaian tingkat kepatuhan pasien 4 2 4 4 128 I
hipertensi yang berkunjung setiap bulannya
semakin menurun.

Money: Internal
2.1 minimnya biaya operasional untuk dilakukan
penyuluhan rutin mengenai pentingnya kontrol 2 2 3 2 24 VI
2 penderita hipertensi bagi masyarakat

Eksternal
2.2 sebagian masyarakat dengan social ekonomi 3 1 3 2 18 VII
menengah kebawah

Methode: Internal
3. media dan kegiatan edukasi tentang pengobatan 5 2 4 2 80 II
penyakit hipertensi masih kurang beragam.
Market: Internal
4. masalah tersebut muncul karena kurangnya promosi 3 2 3 3 54 IV
kesehatan yang berkaitan dengan hipertensi.

Material: Internal
5 secara media sosialisasi tentang hipertensi masih 3 2 4 2 48 V
kurang beragam.
BAB III

PEMBAHASAN

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular dan seringkali tidak

memberikan tanda-tanda peringatan sehingga menjadi penyebab kematian secara

diam-diam/the silent killer. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah

seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/atau >90 mmHg (tekanan

diastolik).1,2

Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus

meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas,

inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir disetiap negara, Hipertensi

menduduki tingkat pertama sebagai penyakit yang paling sering dijumpai. Sekitar

1 miliyar penduduk dunia menderita Hipertensi, dan mengkontribusikan lebih dari

7,1 juta kematian di dunia tiap tahunnya.WHO memprediksi bahwa pada tahun

2025 sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia akan menderita hipertensi.7

Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya. Hipertensi jenis ini merupakan 90% kasus hipertensi yang terjadi di

masyarakat. Hipertensi ini merupakan proses kompleks dari beberapa organ utama

dan sistem, meliputi jantung, pembuluh darah, saraf, hormon dan ginjal.

Hipertensi sekunder adalah naiknya tekanan darah yang diakibatkan oleh suatu

sebab. Hipertensi jenis ini terjadi pada 5% kasus yang terjadi di masyarakat.2,7,8

Faktor resiko yang berperan dalam penyakit hipertensi antara lain adalah

faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti genetik, usia, jenis kelamin, dan suku.
Sementara faktor yang dapat dimodifikasi antara lain faktor stress, pola makan,

pola aktivitas fisik, merokok, dan obesitas. Dari faktor-faktor yang telah

disebutkan di atas, tidak ada satu faktor utama yang dapat ditetapkan sebagai

penyebab langsung hipertensi.1,2

Sampai saat ini diketahui bahwa hipertensi menjadi urutan 1 penyakit

terbanyak pada tahun 2019 sebanyak 2.663 secara umum di Puskesmas S.Parman.

Hal ini didukung dengan data golongan penyakit tidak menular ditempati oleh

penyakit Hipertensi dari tahun 2018-2019.5

Dari data kunjungan pasien hipertensi di Puskesmas S.Parman padda tahun

2019 didapatkan adanya penurunan angka kunjungan pasien lama penderita

hipertensi setiap bulannya yang berkebalikan dengan angka pasien baru yang

meningkat setiap bulannya. Hal ini menunjukkan tingkat kepatuhan pasien

hipertensi di Puskesmas S.Parman masih rendah. Kepatuhan adalah tingkat

disiplin seseorang dalam melaksanakan perawatan, pengobatan dan perilaku yang

disarankan oleh perawat, dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Parameter

kepatuhan itu sendiri berupa intensitas pemeriksaan dan pengobatan rutin.

Pemeriksaan rutin merupakan salah satu manajemen hipertensi yang perlu

dilakukan untuk pengelolaan hipertensi. Pemeriksaan rutin hipertensi sebaiknya

dilakukan minimal sebulan sekali, guna tetap menjaga atau mengontrol tekanan

darah agar tetap dalam keadaan normal.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi tingkat kepatuhan seseorang yaitu 1)

tingkat pendidikan, dimana pasien dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung

lebih patuh; 2) pekerjaan, pasien yang bekerja cenderung lebih jarang kontrol; 3 )
lama menderita hipertensi; 4) pengetahuan; 5) dukungan keluarga; 6) pelayanan

dari petugas kesehatan, serta 7) dukungan dari petugas kesehatan. Ketidakpatuhan

pasien yang buruk merupakan salah satu masalah utama dalam hipertensi.

Rendahnya kepatuhan baik dalam pengobatan ataupun kontrol ke tenaga

kesehatan memiliki peran dalam kegagalan penanganan hipertensi. Kegagalan

pengobatan dapat menimbulkan morbiditas yang merugikan dan pada akhirnya

akan berujung pada kematian.10,11

Dengan demikian untuk dapat meningkatkan angka kepatuhan pasien

hipertensi yang berkunjung setiap bulannya di Puskesmas S.Parman perlu

dilakukan suatu usaha untuk meningkatkan peran dari puskesmas antara lain

dengan cara mengoptimalkan fungsi dari puskesmas itu sendiri. Faktor-faktor

yang dapat menyebabkan terjadinya hal ini antara lain oleh karena:

o Kurangnya penjelasan dari tenaga kesehatan terhadap rencana pengobatan

jangka panjang untuk hipertensi yang diderita masyarakat

o Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap hipertensi masih rendah

o Tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah untuk berobat secara rutin.

o Faktor sosial ekonomi pasien.

Dengan demikian untuk dapat meningkatkan angka rutinitas kontrol pada

pasien hipertensi yang tidak rutin kontrol di wilayah kerja Puskesmas S.Parman

Banjarmasin. perlu dilakukan suatu usaha untuk mengoptimalisasi peran dari

puskesmas sebagai upaya mencegah timbulnya komplikasi untuk hipertensi

sekaligus meningkatkan angka hipertensi terkontrol melalui peningkatan kinerja

tenaga kesehatan dalam memberikan komunikasi, informasi dan edukasi serta


konseling pentingnya berobat rutin dan rencana pengobatan yang harus dijalani

penderita hipertensi.
BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

A. Alternatif Pemecahan Masalah

Dalam upaya meningkatkan angka partisipasi masyarakat di wilayah

Kerja Puskesmas S.Parman diperlukan pemecahan masalah yang dapat dianalisis

dengan metode SWOT.

Tabel 4.1 Hasil Analisis Berdasarkan Data Demografi dan temuan di Lapangan

Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)


1. Terdapat sarana dan prasarana 1. Kurangnya media promosi tentang
yang cukup memadai untuk pentingnya kontrol rutin pada
menjalankan program promosi penderita hipertensi
2. Kurangnya pengawasan dan
kesehatan tentang pentingnya
evaluasi terhadap kontrol rutin
kontrol rutin pada penderita pasien hipertensi
hipertensi. Terdapat LCD,
proyektor, speaker, mic, pengeras
suara terpasang di puskesmas. Alat
media berupa leaflet.
2. Letak puskesmas strategis dan
mudah dijangkau oleh masyarakat
sehingga masyarakat mudah
mendatangi.
Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threat)
1. Akses transportasi di wilayah kerja 1. Sebagian besar penduduk di
puskesmas tersedia dan cukup wilayah kerja Puskesmas S.Parman
mudah dijangkau. memiliki tingkat ekonomi yang
2. Program Posbindu dan Posyandu rendah.
Lansia yang aktif setiap bulannya.
Tabel 4.2 Alternatif Pemecahan Masalah
S W
O 1. Melakukan penyuluhan singkat 1. Pembuatan spanduk, leaflet,
mengenai pentingnya kontrol poster yang dapat digunakan
rutin kepada setiap pasien yang dalam atau luar gedung puskesmas
berobat di puskesmas yang 2. Pembentukan tim yang bertugas
terdiagnosis hipertensi mengevaluasi dan mengawasi
2. Penggunaan media promosi kontrol rutin pasien hipertensi
yang mudah dibaca oleh setiap
kalangan masyarakat tentang
rencana pengobatan hipertensi
berupa leaflet, poster, spanduk
ataupun banner dan dibagikan ke
pengunjung puskesmas atau
pelayanan luar gedung
3. Memaksimalkan kerja sama
antara kader Posbindu dan
Posyandu Lansia dalam
pemberian informasi mengenai
pentingnya kontrol rutin
hipertensi

T 3. Dengan adanya jumlah 1. Melakukan kunjungan ke rumah-


tenaga kesehatan dan rumah (home visit) dan
sarana prasarana yang melakukan penyuluhan serta
memadai maka dapat konseling langsung.
dilakukan konseling
kepada warga secara tepat
dan intensif
4. Meningkatkan kerjasama
bersama para ketua RT
untuk meningkatkan
kesadaran warga berobat
rutin
5. Memberikan reward bagi
ketua RT dengan jumlah
warganya yang terbanyak
untuk datang kontrol
Berdasarkan analisis SWOT tersebut, maka beberapa alternatif pemecahan

masalah yang dapat dilakukan sesuai dengan prioritas masalah terpilih

antara lain:

1. Melakukan penyuluhan singkat mengenai pentingnya kontrol rutin kepada

setiap pasien yang berobat di puskesmas yang terdiagnosis hipertensi

2. Penggunaan media promosi yang mudah dibaca oleh setiap kalangan

masyarakat tentang rencana pengobatan hipertensi berupa leaflet, poster,

spanduk ataupun banner dan dibagikan ke pengunjung puskesmas atau

pelayanan luar gedung.

3. Memaksimalkan kerja sama antara kader Posbindu dan Posyandu Lansia

dalam pemberian informasi mengenai pentingnya kontrol rutin hipertensi

4. Pembuatan spanduk, leaflet, poster yang dapat digunakan dalam atau luar

gedung puskesmas

5. Pembentukan tim yang bertugas mengevaluasi dan mengawasi kontrol

rutin pasien hipertensi

6. Dengan adanya jumlah tenanga kesehatan dan sarana prasarana yang

memadai maka dapat dilakukan konseling kepada warga secara tepat dan

intensif

7. Menningkatkan kerjasama bersama para ketua RT untuk meningkatkan

kesadaran warga berobat rutin

8. Memberikan reward bagi ketua RT dengan jumlah warganya yang

terbanyak untuk datang kontrol


9. Melakukan kunjungan ke rumah-rumah (home visit) dan melakukan

penyuluhan serta konseling langsung.

4.2. Prioritas Pemecahan Masalah

Kriteria pemecahan masalah menurut metode PAHO-CENDES yaitu:

a. Magnitude

1. Sangat tidak menyelesaikan masalah

2. Tidak menyelesaikan masalah

3. Cukup menyelesaikan masalah

4. Menyelesaikan masalah

5. Sangat menyelesaikan masalah

b. Vunerability

1. Alternatif pemecahan masalah tidak efektif digunakan

2. Alternatif pemecahan masalah efektif digunakan

c. Importancy

1. Tidak ada kepentingan untuk pemecahan masalah

2. Kepentingannya sangat rendah untuk pemecahan masalah

3. Kepentingannya cukup rendah untuk pemecahan masalah

4. Kepentingannya cukup tinggi untuk pemecahan masalah

5. Kepentingannya sangat tinggi untuk pemecahan masalah

d. Cost

1. Sangat tidak murah

2. Tidak murah

3. Cukup murah
4. Murah

5. Sangat murah

Alternatif pemecahan masalah tersebut kemudian diberi pembobotan untuk

menentukan prioritas pemecahan masalah yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

dengan Metode PAHO-CENDES

Nilai
Kriteria Ranking
No Pemecahan Masalah Komposit
Prioritas
M V I C MxVxIxC
Melakukan penyuluhan
singkat mengenai pentingnya
kontrol rutin kepada setiap
1 4 2 4 4 128 1
pasien yang berobat di
puskesmas yang terdiagnosis
hipertensi
Penggunaan media promosi
yang mudah dibaca oleh
setiap kalangan masyarakat
tentang rencana pengobatan
2 hipertensi berupa leaflet, 4 2 4 3 96 3
poster, spanduk ataupun
banner dan dibagikan ke
pengunjung puskesmas atau
pelayanan luar gedung
Memaksimalkan kerja sama
antara kader Posbindu dan
Posyandu Lansia dalam
3 3 2 3 3 54 6
pemberian informasi
mengenai pentingnya kontrol
rutin hipertensi
Pembuatan spanduk, leaflet,
poster yang dapat digunakan
4 5 2 5 2 100 2
dalam atau luar gedung
puskesmas
Pembentukan tim yang
5 5 2 2 1 20 9
bertugas mengevaluasi dan
mengawasi kontrol rutin
pasien hipertensi
Dengan adanya jumlah
tenanga kesehatan dan sarana
prasarana yang memadai
6 4 2 3 2 48 7
maka dapat dilakukan
konseling kepada warga
secara tepat dan intensif
Menningkatkan kerjasama
bersama para ketua RT untuk
7 4 2 3 3 72 4
meningkatkan kesadaran
warga berobat rutin
Memberikan reward bagi
ketua RT dengan jumlah
8 3 2 3 2 36 8
warganya yang terbanyak
untuk datang kontrol
Melakukan kunjungan ke
rumah-rumah (home visit)
9 4 2 4 2 64 5
dan melakukan penyuluhan
serta konseling langsung

Berdasarkan pembobotan masalah diatas, dapat diketahui prioritas

pemecahan masalah adalah melakukan penyuluhan pentingnya kontrol rutin guna

meningkatkan kepatuhan kontrol pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas

S.Parman.

4.3. Perencanaan Tindakan Pemecahan Masalah

Adapun rencana tindakan pemecahan masalah dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Perencanaan (Planning)

a. Tujuan: Meningkatkan angka rutinitas kontrol pada pasien hipertensi yang

tidak rutin kontrol di wilayah kerja Puskesmas S.Parman.

b. Panitia: Petugas kesehatan Puskesmas S.Parman dan Dokter Muda

Puskesmas S.Parman
c. Sasaran: Pasien hipertensi di wilayah Puskesmas S.Parman dan

pengunjung puskesmas lainnya

d. Kegiatan: Pemberian soal pretest, pemberian materi, diskusi,

pemberian kenang-kenangan dan pemberian soal posttest

e. Tempat: Puskesmas S.Parman

f. Metode: ceramah dan diskusi

g. Materi: Komplikasi hipertensi dan rencana pengobatan jangka panjang

hipertensi serta mengajak/konseling agar rutin kontrol

h. Media: slide power point, dan video.

i. Perangkat yang diperlukan: perangkat penyuluhan (laptop dan LCD

proyektor, alat tulis, lembar absen).

2. Pengorganisasian

Melakukan pembentukan panitia atau tim terhadap perencanaan kegiatan yang telah

dibuat dan disepakati bersama agar rencana dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan

sebagai berikut.

Penanggung jawab : Kepala Puskesmas S.Parman

Ketua pelaksana : dr. Hj. Tutik Darmayanti ( dokter pembimbing)

Wakil ketua : Dokter Muda

Bendahara : Dokter Muda

Pelaksana : Tenaga kesehatan (dokter dan perawat)

Pemateri : Dokter pembimbing dan Dokter muda

3. Pelaksanaan Kegiatan
a. Pelaksana : Dokter Muda

b. Sasaran : Pasien hipertensi di wilayah Puskesmas S.Parman

dan pengunjung puskesmas lainnya

c. Tempat : Puskesmas S.Parman

Penyuluhan dilaksanakan sebelum memulai pelayanan (saat pasien

menunggu bagian administrasi menyelesaikan input data pendaftaran

dan buku rekam medik pasien)

d. Materi : Penyakit hipertensi dan komplikasinya serta

pentingnya berobat rutin, pentingnya kontrol teratur, rencana jangka

panjang pengobatan hipertensi

e. Kegiatan : Pemberian soal pretest, pemberian materi,

diskusi, pemberian kenang-kenangan dan pemberian soal posttest

4. Controlling

a. Jangka Pendek

Meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya kontrol

teratur.

b. Jangka Menengah

Meningkatnya kesadaran maasyarakat akan pentingnya kontrol teratur.

c. Jangka Panjang

d. Menurunkan penemuan kasus hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

S.Parman.
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penemuan kesenjangan antara fakta dan target serta

prosedur yang ditetapkan, permasalahan yang dapat diidentifikasikan pada

Program Penanggulangan Penyakit Hipertensi Puskesmas S.Parman bukan hanya

berasal dari eksternal melainkan juga dari internal Puskesmas. Berdasarkan hasil

perhitungan dengan metode PAHO-CENDES didapatkan prioritas pemecahan

masalah dengan melakukan penyuluhan pentingnya kontrol rutin untuk

optimalisasi tingkat kepatuhan pasien hipertensi yang berkunjung setiap bulannya

di wilayah kerja puskesmas S.Parman.

Saran

Penanganan masalah Hipertensi tidak akan teratasi dengan baik tanpa didukung

oleh pengetahuan mengenai faktor resiko terjadi Hipertensi seperti tidak rutin

kontrol. Penyuluhan mengenai pentingnya kontrol rutin harus disosialisasikan

kepada tempat kerja diwilayah kerja Puskesmas S.Parman agar menambah

pengetahuan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hartono B. Hipertensi: The Silent Killer.Perhimpunan Hipertensi Indonesia, 2011.

2. World Health Organization. 2011. The World Health Organization/International


Society of Hypertension(ISH) Statement on Management of Hipertension.
Lippincot Williams & Willkins

3. Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar Nasional Tahun 2013. Jakarta:
2013

4. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Pedoman Teknis Penemuan


dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. Departemen Kesehatan RI, 2006.

5. Profil Puskesmas S.Parman. Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin tahun 2019.

6. Yogiantoro M. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid I. Jakarta : FK UI,
2006

7. Gasperin D, Gopoilakrishman N, Juneval SDC, et all. Effect of psycologycal


stress on blood pressure increase. Cad Savde Publica. Rio de Jenairo 2009
25(4):715.

8. Mansjoer A, Kuspuji T, Rakhmi S, Wahyu IW, Wiwiek S. Kapita Selekta


Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid 1. Jakarta : FKUI. 2001.

9. Julianty P. Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya hipertensi di daerah


perkotaan (analisis data riskesdas 2007). Gizi Indon. 2010, 33(1):59-66

10. Schimieder RE, Messerli, FH. Does obesity influence early target organ damage?
Circulation. 1993;87:1482

11. Hamer, Mark., Batty G David, Stamatakis, Emmanuel, Kivimaki, Mika. The
combined influence of hypertension and common mental disorder on all-cause
and cardiovascular disease mortality Journal of Hypertension. 2010; 28(12):2401-
2406.
12. Hariawan H, Tatisina C M. Pelaksanaan Pemberdayaan Keluarga dan Sedam
Hipertensi Upaya Manajemen diri Penderita Hipertensi. Jurnal Pengamas
Kesehatan Sasambo. 2020; 1(2): 75-9.

Anda mungkin juga menyukai